PENGARUH OPINI AUDIT GOING CONCERN, AUDIT DELAY, AKTIVITAS KOMITE AUDIT, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PERGANTIAN AUDITOR DENGAN KEAHLIAN KEUANGAN DAN AKUNTANSI KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI

(1)

(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

THE INFLUENCE OF GOING CONCERN AUDIT OPINION, AUDIT DELAY, AUDIT COMMITTEE ACTIVITY, GROWTH COMPANY TOWARDS THE RETURN OF AUDITOR WITH EXPERTISE OF ACCOUNTING AND FINANCE

AUDIT COMMITTEE AS VARIABEL MODERATION

(Empirical Study on Banking Company Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)

Oleh:

RICE BIANTI PURWONINGSIH 20120420289

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

PENGARUH OPINI AUDIT GOING CONCERN, AUDIT DELAY, AKTIVITAS KOMITE AUDIT, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PERGANTIAN AUDITOR DENGAN KEAHLIAN AKUNTANSI DAN

KEUANGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2011-2015)

THE INFLUENCE OF GOING CONCERN AUDIT OPINION, AUDIT DELAY, AUDIT COMMITTEE ACTIVITY, GROWTH COMPANY TOWARDS THE RETURN OF AUDITOR WITH EXPERTISE OF ACCOUNTING AND FINANCE

AUDIT COMMITTEE AS VARIABLE MODERATING

(Empirical Study on Banking Company Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)

SKRIPSI

Diajjukan Guma Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

RICE BIANTI PURWONINGSIH 20120420289

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

iv Nomor Mahasiswa : 20120420289

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH OPINI AUDIT GOING CONCERN, AUDIT DELAY, AKTIVITAS KOMITE AUDIT, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PERGANTIAN AUDITOR DENGAN KEAHLIAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, Desember 2016


(4)

MOTTO

“Kemenangan Yang Seindah-Indahnya Dan Sesukar-Sukarnya Yang Boleh Direbut Oleh Manusia Adalah Menundukkan Diri Sendiri”

(R.A. Kartini)

“Harga Kebaikan Manusia Adalah Diukur Menurut Apa Yang Telah Dilaksanaknnya/Diperbuat”

(Ali Bin Abi Thalib) “Jadi Diri Sendiri, Cari Jati Diri, Dan Dapatkan Hidup Yang Mandiri. Optimis

Karena Hidup Terus Mengalir Dan Kehidupan Terus Berputar. Sesekali Lihat Kebelakang Untuk Melanjutkan Perjalanan Yang Tak Berujung”

(NoName)

“Hiduplah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup Ditepi Jalan Dan Dilempari Orang Dengan Batu Tetapi Dibalas Dengan Buah”

(Abu Bakar Sibli)

“Banyak Kegagalan Dalam Hidup Ini Dikarenakan Orang-Orang Tidak Menyadari Betapa Dekatnya Mereka Dengan Keberhasilan Saat Mereka Menyerah”


(5)

vi

dibuat atas dasar kewajiban yang harus dilakukan untuk mendapatkan gelar sarjana. Yang diharapkan dari semua orang setelah melakukan pendidikan

strata 1.

Kata yang terucap setelah lamanya perjuangan yang dilakukan hanyalah syukur kepada-Nya atas segala nikmat dan karunia-Nya.

Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat untuk penulis dan pihak lain yang menggunakannya.

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Ibu, Bapak, Kedua Adikku, Ibu Bapak Kos Dan Kedua Anaknya,

Genk Uncir Yang Gak Ada habisnya Bahas Si Uncir Duo Kembar

Ita ,Ira, Mbak Pyta Serta Teman-Teman Akuntansi 2012 Mama

Mia, Mbk Tata, Bunda Wina, Devi, Mbk Oppie, Nova, Nira Dan

Lainnya Yang Sudah Memberikan Semangat Dan Dukungannya.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dengan judul

Pengaruh Opini Audit Going Concern, Audit Delay, Aktivitas Komite Audit, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Pergantian Auditor dengan Keahlian Akuntansi dan Keuangan Komite Audit sebagai Variabel Moderasi” .

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memeroleh gelar sarjjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak–banyaknya kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan pada Program Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Wahyu Manuhara Putra, S.E, M.Si., Ak. CA selaku dosen pembimbing yang senan tiasa membimbing dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan selama proses pembuatan hingga selesainya karya tulis ini.


(7)

viii

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik yang sama. Semoga skripsi iini bermanfaat dan menjadi tambahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, Desember 2016

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRCT ... viii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah …………... 9

C. Rumusan Masalah …………... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ……… 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori ... 13

1. Teori Agensi ... 13

2. Teori Sinyal ………... 14

3. Auditor Switching ... 15

4. Opini Audit Going Concern ... 16


(9)

x

1. Opini Audit Going Concern terhadap Pergantian Auditor 20

2. Audit delay terhadap Pergantian Auditor ... 21

3. Aktivitas Komite Audit terhadap Pergantian Auditor ... 22

4. Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pergantian Auditor .. 23

5. Kompetensi Keahlian Akuntansi dan Keuangan Komite Audit Memoderasi Pengaruh Opini Audit Going Concern terhadap Pergantian Auditor ... 24

C. Model Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Objek Penelitian ... 27

B. Jenis Data ... 27

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

F. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 38

B. Hasil Penelitiiain ... 39

C. Pembahasan ... 48

BAB V PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Keterbatasan ... 58

C. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

4.1. Sampel Penelitian ... 38

4.2. Uji Statistik Deskriptif ... 39

4.3. Uji Hosmer and Lemeshow... 41

4.4. Perbandinagn Nilai -2 Log Likelohood ... 42

4.5. Nilai Nagelkerke’s R Square …... 43

4.6. Matrik Klasifikasi ... 44

4.7. Koefisien Regresi ... 46


(11)

xii


(12)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh

opini audit

going concern, audit delay,

aktivitas komite audit,

pertumbuhan perusahaan terhadap pergantian auditor dengan keahlian

akuntansi dan/atau keuangan komite audit sebagai variable moderasi.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Sampel dilakukan dengan

metode

purposive sampling

. Pengumpulan data dilakukan dengan

melihat

annual report

perusahaan dengan jumlah penelitian 10 bank.

Metode analisi dengan regresi logistic binary dengan menggunakan

SPSS 15.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa opini audit

going

concern, audit delay

, aktivitas komite audit, pertumbuhan perusahaan

tidak memiliki pengaruh terhadap pergantian auditor. Serta keahlian

akuntansi dan keuangan tidak mampu memoderasi pengaruh opini audit

going concern

terhadap pergantian auditor.

Kata kunci : Pergantian auditor, opini audit

going concern

,

audit

delay

, aktivitas komite audit, pertumbuhan perusahaann, dan


(13)

towards the return of auditor with expertise of accounting and finance audit committee as variable moderating. The population of this research is banking company listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015. The sampling technique using purposive sampling. Data collection is looking at the annual report of the company with 10 research bank. The data analyzed by using binary logistic regression in SPSS 15.

The result of this research show that going concern audit opinion, audit delay, audit committee activity, growth company are not influence against the return of auditor. As well as the expertise of accounting and finance audit committee is not moderating going concern audit opinion influence against the return auditor.

Keywords: Return Auditor, Going Concern Audit Opinion, Audit Delay, Committee Audit Activity, Growth Company, And Expertise of Accounting and Finance Audit Committee.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan sarana yang digunakan oleh perusahaan untuk pengambilan keputusan oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Meningkatkan keandalan dari suatu laporan keuangan dapat dilakukan dengan melakukan pengauditan oleh auditor. Pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor harus secara objektif dan didasari dengan sifat independen tanpa pengaruh dari perusahaan yang sedang diperiksa (Merawati, dkk 2013). Jika auditor tidak memiliki sifat independen dalam melakukan tugasnya dapat memberikan bias terhadap pembuatan opini. Semakin dekat auditor dengan perusahaan maka keindependensian auditor dapat melemah (Nasser et al, 2006).

Masalah yang terjadi akibat tidak independensinya auditor adalah jatuhnya Arthur Andersen di Amerika Serikat pada tahun 2001 yang terseret kasus Enron. Dari masalah tersebut timbullah Sarbanes-Oxley Act (SOX) yaitu suatu perundang-undangan yang membahas mengenai pergantian KAP oleh suatu perusahaan secara wajib (mandatory) yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 2002 yaitu suatu solusi agar keindependensian auditor tetap terjaga. Dengan diterbitkannya perundang-undangan ini menyebabkan adanya kewajiban untuk melakukan rotasi/tenure audit agar dapat meningkatkan keindependensian dari


(15)

auditor. Dengan dilakukannya rotasi/tenure audit dapat mengurangi atau mencegah auditor memiliki hubungan terlalu dekat dengan perusahaan agar tidak merusak ke independensian auditor (Giri, 2010).

Di Indonesia sendiri peraturan mengenai pergantian auditor maupun KAP diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 359/KMK.06/2003 kemudian diperbaharui dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 mengenai Jasa Akuntan Publik, yaitu menjelaskan tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun buku beturut-turut pada pasal 3 ayat 1. Peraturan ini menegaskan adanya pergantian auditor/ auditor switching yang wajib dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu yang telah di tetapkan.

Pergantian auditor ataupun pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan salah satu hal yang menarik untuk dikaji lebih mendalam dikarenakan memiliki banyak faktor yang memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan perusahaan untuk melakukan pergantian auditor maupun KAP. Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi dari pihak klien/internal maupun dari auditornya sendiri/ eksternal. Opini audit merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya pergantian auditor (Sukrapratiwi dan Latrini, 2015). Auditor memberikan opini audit dengan melalui beberapa tahapan audit. Setelah tahapan tersebut selesai dilaksanakan auditor dapat memberikan kesimpulan atau opini dari hasil


(16)

3

pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan. Pemberian opini diterbitkan sebagai laporan keuangan auditan. Pemberian opini dari hasil pemeriksaan laporan keuangan dapat memberikan 5 (lima) jenis opini audit salah satunya adalah opini audit going concern atau opini audit modifikasi mengenai going concern yaitu opini audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (Soewiyanto, 2012).

Opini audit going concern ini memberikan pengaruh adanya pergantian auditor maupun KAP (Susanto, 2009). Opini ini salah satu penyebab dari pihak auditor karena auditor beranggapan bahwa keberlangsunan hidup dari perusahaan tidak akan lama lagi yang menyebabkan pihak perusahaan ingin mengganti auditornya. Ketidak sesuaian yang diharapkan pihak perusahaan dari pihak auditor ini yang membuat adanya pergantian auditor maupun KAP (Adhiputra, 2015). Opini audit going concern ini memiliki arti bahwa pihak perusahaan memiliki risiko (Sukraptini dan Latrini, 2015). Risikonya yaitu berupa apakah perusahaan dapat bertahan lama dalam melaksanakan bisnis atau tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaanan dimasa depan. Jika penerbitan opini audit going concern dilakukan maka perusahaan dapat mengalami penurunan harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, maupun ketidak percayaan investor (Wahyuningsih dan Suryanawa, 2010).

Adhiputra (2015) dan Feriyanto (2015) telah melakukan penelitian yang memberikan kesimpulan adanya pengaruh opini audit going concern


(17)

terhadap pergantian auditor. Merawati, dkk (2013) serta Sukrapratiwi dan Latrini (2015) memberikan kesimpulan yang bertolak belakang bahwa opini audit going concern tidak memiliki pengaruh terhadap pergantian auditor. Bahwa diterimanya opini audit going concern tidak memberikan dampak kepada pergantian auditor karena opini auditor yang dibuat memberikan implikasi atau dampak untuk melindungi investor yang seharusnya mendapatkan informasi yang lebih akurat tanpa adanya rekayasa (Merawati, dkk 2013).

Pertumbuhan suatu perusahaan dilihat dari bagaimana perusahaan tersebut dalam melakukan pertahanan mengenai kualitas dari perusahaannya. Perusahaan yang memiliki kualitas yang menurun mengakibatkan tingkat penjualan menjadi berkurang dan nilai laba yang didapatkan menjadi menurun (Putra, 2014). Menurunnya laba yang didapat dikarenakan kualitas perusahaan menurun menyebabkan perusahaan menginginkan pergantian auditor lebih besar (Nabila, 2011). Suatu perusahaan yang megalami pertumbuhan dilihat dari berkembang perusahaan tersebut yang terus menerus melakukan perluasan perusahaan atau mengakuisisi anak perusahaan (Lumbantobing, 2015). Menurut Wijaya (2013) pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergantian auditor yang sejalan dengan Nugroho (2015) yang berpengaruh signifikan positif. Sedangkan menurut Pradipta (2014) tidak ada pengaruh pertumbuhan perusahaan dengan pergantian auditor sejalan dengan Putra (2014) dan menurut Suarjana dan Widhiyani


(18)

5

(2015) adanya pengaruh negatif antara pertumbuhan perusahaan dengan pergantian Kantor Akuntan Publik.

Penerbitan opini audit juga bergantung dengan prosedur yang dilakukan oleh auditor dalam melakukan pengauditan. Stocken (2000) dalam Pawitri dan Yadyana (2015) menyebutkan dalam melakukan penyelesaian tugas audit dengan retang waktu yang terlalu lama akan menimbulkan keterlambatan dalam melaksanakan publikasi laporan keuangan auditan ke pasar modal berpengaruh atas pergantian auditor. Lama atau tidak jangka waktu dalam melakukan tugas pengauditan dipengaruhi oleh kerumitan proses pengauditan (Pawitri dan Yadyana, 2015). Che- Ahmad dan Abidin (2008) menjelaskan kerumitan dari proses pengauditan yang memerlukan waktu lebih lama untuk mengaudit perusahaan anak dan induk. Lamanya proses dari pengauditan dapat memberikan pandangan bahwa terjadinya kertelambatan dikarenakan dalam melakukan publikasi laporan auditan dilakukan oleh auditor dengan campur tangan pihak manajemen (Dewi, dkk 2016). Manajemen juga dapat memperlambat penyampaian laporan auditan untuk tujuan dapat mengganti auditor (Dewi, dkk 2016). Menurut Pratiwi dan Yadyana (2015) dan Robbitasari (2013) menjelaskan adanya pengaruh audit delay terhadap pergantian auditor. Sedangkan menurut Adhiputra (2015) menyatakan tidak ada pengaruh atas audit delay dengan pergantian auditor.


(19)

Pihak manajemen perusahaan salah satunya adalah keberadaan komite audit yang independen dari internal perusahaan yang ikut serta dalam mengawasi laporan keuangan untuk menciptakan pengawasan lebih baik dengan independensi dari auditor akan tetap terjaga (Nuratama, 2011 dalam Adhiputra, 2015). Komite audit dapat membantu dewan komisaris secara keseluruhan dalam masalah-masalah berkaitan dengan laporan keuangan dan kontrol atas operasi keuangan. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya seorang komite audit dapat berhasil jika ditunjang dengan keberagaman sumber daya anggota komite audit itu sendiri (Adhiputra, 2015).

Keberagaman dari anggota komite audit tersebut dapat dinyatakan dengan tingkat pendidikan anggota komite audit (Sukraptini dan Latrini, 2015). Tingkat pendidikan komite audit memberikan arti bahwa komite audit tersebut memiliki wawasan yang luas dan dapat membantu pihak perusahaan memberikan solusi yang lebih baik untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui. Frekuensi pertemuan yang diadakan komite audit secara rutin dapat memberikan pengawasan pada pihak manajemen yang lebih efektif dan memberikan peningkatan pada manajemen perusahaan agar manajemen perusahaan tidak mengoptimalkan kepentingan manajemen sendiri.

Peraturan No. IX. 1. 5 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-643/BL/2012 Desember 2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit mensyaratkan bahwa entitas


(20)

7

publik wajib memiliki komite audit sekurang-kurangnya komite audit terdiri dari 3 (tiga) anggota, dimana minimal satu orang merupakan anggota yang memiliki keahlian di bidang akuntansi dan keuangan. Dan setidaknya anggota komite audit melaksanakan rapat minimal 4 (empat) kali dalam setahun.

Johari (2015) menyebutkan aktivitas komite audit memiliki pengaruh positif terhadap pergantian auditor. Adhiputra (2015) menyatakan komite audit berupa keahlian akuntansi dan keuangan tidak dapat memoderasi pengaruh opini audit going concern terhadap pergantian auditor sedangkan menurut Merawati, dkk (2013) dan Joviana (2014) menyatakan keahlian akuntansi dan keuangan komite audit meningkatkan pengaruh negatif opini audit going concern pada kemungkinan perusahaan melakukan pergantian auditor.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat judul “PENGARUH OPINI AUDIT GOING CONCERN, AUDIT DELAY, AKTIVITAS KOMITE AUDIT, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PERGANTIAN AUDITOR DENGAN KEAHLIAN KEUANGAN DAN AKUNTANSI KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Adhiputra (2015). Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pengaruh opini


(21)

audit going concern, audit delay, aktivitas komite audit, pertumbuhan perusahaan pada kemungkinan pergantian auditor.

Penggunaan proksi yang sama pada penelitian-penelitian sebelumnya menyebabkan topik ini masih menarik untuk diteliti lebih lanjut. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel independen berupa audit delay yang pada penelitian Adhiputra (2015) digunakan sebagai variabel moderasi dikarenakan hasil dari penelitian tersebut tidak memiliki pengaruh maka peniliti mengubahnya menjadi variabel independen dan menambahkan beberapa variabel lain yaitu aktivitas komite audit dan pertumbuhan perusahaan. Peneliti menggunakan seluruh perusahaan publik di sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2011-2015 sesuai dengan saran peneliti sebelumnya untuk menggunakan sektor lain dan menambahkan beberapa variabel baru. Peneliti juga mengubah masa periode dan sektor yang di teliti dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengaruh opini audit going concern terhadap pergantian auditor masih konsisten dengan keadaan atau kondisi perusahaan yang memiliki perbedaan lingkungan bisnis dengan penelitian sebelumnya.

Motivasi dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi penelitian Adhiputra (2015) dan melihat kekonsistenan hasil dari penelitian sebelumnya. Yang hal tersebut dapat dilihat dari variabel independen yang telah ditentukan oleh peneliti diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi faktor yang memiliki pengaruh


(22)

9

suatu perusahaan untuk melakukan pergantian auditor secara sukarela/ voluntary.

B. Batasan Masalah

Peneliti akan membatasi penelitian pada variabel yang telah ditentukan yaitu opini audit going concern, audit delay, aktivitas komite audit, pertumbuhan perusahaan sebagai independen dan keahlian keuangan dan akuntansi komite audit sebagai variabel moderasi. Dancakupan data yang akan diteliti adalah sektor perbankan pada tahun 2011-2015 yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah opini audit going concern memiliki pengaruh positif terhadap pergantian auditor?

2. Apakah audit delay memiliki pengaruh positif terhadap pergantian auditor?

3. Apakah aktivitas komite audit dapat berpengaruh pada pergantian auditor?

4. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh pada pergantian auditor?


(23)

5. Apakah kompetensi keahlian akuntansi dan keuangan komite audit dapat memoderasi pengaruh penerbitan opini audit going concern pada pergantian auditor?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan daalm penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh positif opini audit going concern terhadap pergantian auditor. 2. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh

positif opini audit audit delay terhadap pergantian auditor.

3. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh aktivitas komite audit pada pergantian auditor.

4. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan pada pergantian auditor.

5. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang keahlian akuntansi dan keuangan komite audit dapat memoderasi pengaruh penerbitan opini audit going concern pada pergantian auditor.


(24)

11

E. Manfaat Penelitian

1. Bidang Teoritis

a. Memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan auditing.

b. Untuk menambah bukti empiris pada literature akuntansi serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.

2. Bidang Praktik

a. Bagi stakeholder seperti KAP dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan independensi auditornya. b. Bagi instansi yang merupakan regulator pembuat kebijakan

pergantian auditor. Penelitian ini bisa digunakan sebagai salah satu refrensi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan pergantian auditor.


(25)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, bab ini berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu dan penurunan hipotesis serta metode penelitian. BAB III METODE PENELITIAN, bab ini berisi tentang uraian mengenai variabel serta definsi operasionalnya, populasi sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, bab ini berisi tentang gambaran umum obyek penelitian, uji kualitas instrumen dan data, hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN, bab ini berisi tentang simpulan, saran dan keterbatasan penelitian.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Agensi

Teori agensi memberikan penjelasan mengenai konflik keagenan dan asimetris informasi antara pihak principal dan agent. Teori ini digunakan dalam berbagai macam riset-riset sosial. Hubungan keagenan dikenal sebagai kontrak antara dua belah pihak untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Ketidak asimetrisan informasi antara pihak satu dengan pihak yang lainnya ini yang harus dibantu dengan adanya mediator (Setiawan, 2009).

Antara pihak principal dan agent terjadi konflik yang dapat diselesaikan oleh pihak ketiga atau mediator yaitu auditor eksternal yang independen yang dianggap dapat menjembatani antara pihak principal dan pihak agent dalam mengelola perusahaannya. Tugas dari auditor adalah memberikan opini dalam laporan auditan yang telah dibuat atas kewajaran laporan keuangan yang telah dibuat oleh principal dengan mempertimbangkan kelangsungan hidup (going concern) dari perusahaan yang di audit (SPAP PSA No. 30 SA seksi 341, 2011).


(27)

2. Teori Sinyal

Kewajiban seorang manajer terhadap stakeholder yaitu memberikan sinyal mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan keuangan (Febriyanti, 2011 dalam Adhiputra 2015). Teori sinyal memberikan penjelasan bahwa perusahaan yang memiliki kualitas baik akan memberikan sinyal baik pula di pasar atau pun sebaliknya jika kuliatas perusahaan buruk sinyal yang akan diberikan di pasar juga buruk pula.

Pasar diharapkan dapat menilai sendiri dengan membedakan perusahaan yang memberikan kualitas baik maupun kualitas yang buruk (Adhiputra, 2015). Laporan auditan yang dibuat oleh auditor dipercaya oleh pihak eksternal perusahaan. Opini yang terdapat didalam laporan auditan merupakan sinyal yang dibuat oleh auditor yang sesuai dengan kondisi dari perusahaan tersebut. Yang diharapkan dari perusahaan untuk laporan auditannya adalah opini wajar tanpa pengecualian yang dapat memberikan sinyal positif atau baik untuk manajemen (principal) menimbulkan dampak yang baik juga didalam perusahaan. Opini audit going concern merupakan opini yang sangat dihindari bagi suatu perusahaan karena kepercayaan dari pasar atau publik akan berkurang menyebabkan sinyal dipasar menjadi buruk (Wahyuningsih dan Suryanawa, 2010).


(28)

15

3. Auditor Switching

Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan publik yang dilakukan oleh suatu perusahaan baik secara wajib (mandatory) atau secara sukarela (voluntary). Pergantian ini terjadi jika secara wajib sesuai dengan penerapan peraturan yang ada di pemerintahan yaitu Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Jasa Akuntan Publik“. Yang berisikan tentang masa tahun untuk jasa audit umum atas laporan keuangan suatu perusahaan adalah 6 (enam) tahun berturur-turut untuk Kantor Akuntan Publik dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh seorang Akuntan Publik. Kemudian akuntan publik dan kantor akuntan publik dapat menerima penugasan kembali pada klien setelah 1 (satu) tahun buku dengan tidak memberikan jasa audit laporan keuangan pada klien yang sama. Hal inilah yang menyebabkan adanya kewajiban perusahaan untuk melakukan pergantian auditor.

Sebaliknya jika perusahaan melakukan pergantian auditor atau KAP memiliki arti bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi pihak perusahaan untuk melakukan pergantian auditor (Wijaya, 2013). Faktor-faktor terjadinya pergantian auditor ini bisa terjadi dikarenakan pihak perusahaan sendiri maupun pihak auditor. Dari kondisi ini yang dimana pihak perusahaan secara sukarela untuk melakukan pergantian auditor dapat dimungkinkan ada dua hal yang akan terjadi yaitu klien


(29)

mengganti auditor dengan memberhentikannya atau berpindah Kantor Akuntan Publik.

4. Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor setelah melakukan evaluasi pada laporan keuangan perusahaan apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI, 2001: SA Seksi 341). Laporan audit dengan mengeluarkan opini audit going concern memberikan indikasi bahwa perusahaan tersebut oleh auditor memiliki risiko tidak dapat bertahan dalam menjalankan bisnisnya (Adhiputra, 2015). Opini audit going concern memberikan efek negatif terhadap kelanjutan suatu bisnis kedepannya atas perubahan harga saham. Auditor memberikan opini audit going concern dengan mempertimbangkan dari hasil operasi perusahaan, kondisi ekonomi perusahaan, kemapuannya dalam mebayar hutang, dan likuiditas di masa yang akan datang. Satuan usaha yang memperoleh opini audit going concern masih dapat memperbaiki kondisinya (Soewiyanto, 2012).

Menurut Arens dkk. (2008:66), faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai going concern perusahaan adalah:

1. Kerugian usaha yang besar secara berulang dan signifikan atau kekurangan modal kerja.


(30)

17

2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo dalam jangka pendek.

3. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi dan banjir atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.

4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.

Satuan usaha yang tidak mampu memperbaiki kondisi keuangannya menjadi lebih baik pada tahun berikutnya maka opini audit going concern akan diperoleh kembali oleh satuan usaha dan opini yang dikeluarkan oleh audit sama dengan opini yang diberikan audit pada tahun sebelumnya yaitu opini audit going concern. Opini audit going concern juga bergantung pada pertumbuhan satuan usaha. Pertumbuhan satuan usaha dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba, dan pertumbuhan aset. Satuan usaha dengan penjualan yang terus meningkat akan menghasilkan laba dan aset akan bertambah dari penjualan dan perolehan laba perusahaan (Soewiyanto, 2012). Pertanggung jawaban manajemen dapat dinyatakan melalui laporan keuangan yang telah dibuat dan opini audit yang dibuat oleh auditor merupakan penilaian pihak independen terhadap kinerja perusahaan (Putra, 2016).


(31)

5. Audit Delay

Menurut Robbitasari (2013) audit delay didefinisikan dengan jumlah hari dari tanggal tutup buku tahun perusahaan yaitu 31 Desember hingga tanggal ditandatanganinya laporan keuangan yang telah diaudit. Auditor akan melakukan proses audit dengan waktu yang telah disepakati antara pihak klien dengan auditor (Robbitasari, 2013). Keterlambatan laporan keuangan auditan dipengaruhi atas proses pengauditan yang dilakukan oleh auditor. Che-Ahmad dan Abidin (2008) serta Stocken (2000) menyebutkan bahwa tingkat kerumitan dari proses pengauditan menyebabkan penyelesaian tugas audit menjadi memiliki waktu yang lebih lama sehingga keterlambatan dalam mempublikasikan laporan keuangan auditan menjadi tertunnda. Lama proses pengauditan adalah maksimal 90 hari atau 3 bulan setelah tutup buku. Keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan memberikan pengaruh penilaian terhadap Good Corporate Governance yang dijalankan oleh perusahaan karena informasi yang mengalami keterlambatan akan merugikan pemegang saham atau investor dalam melakukan pengambilan keputusan (Yaputro, 2012).

6. Karakteristik Komite Audit

Komite audit adalah salah satu aspek implementasi Good Corporate Governance yang memiliki peranan untuk melakukan pengawasan atas kinerja auditor dengan menujuk auditor eksternal


(32)

19

(Merawati, dkk 2013). Komite audit diharapkan dapat menjaga keindependensian auditor untuk mengurangi konflik yang membuat terjadinya pergantian auditor.

Melakukan pertemuan dengan auditor untuk melakukan evaluasi laporan keuangan, melakukan interaksi dengan manajer keuangan dan auditor internal, mengkaji pengendalian internal perusahaan merupakan tanggung jawab yang dimiliki oleh komite audit (Bryan et al., 2004). Atas tanggung jawabnya tersebut komite audit harus melaksanakannya dengan memiliki karakteristik atau kualifikasi khusus untuk memaksimalkan tugas yang dimiliki.

Kep-643/BL/2012 menjelaskan bahwa komite audit sekurang kurangnya memiliki 3 (tiga) anggota dan wajib memiliki paling kurang 1 (satu) anggota yang memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian bidang akuntansi dan keuangan. Kompetensi ini menunjukan adanya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaaman dan pengetahuan yang dimiliki seorang anggota komite dalam melaksanakan tugasnya.

Komite audit juga minimal melakukan rapat sebanyak 4 (empat) kali dalam setahun. Agar komite audit dapat lebih efektif dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan (Dechow, et al 1996). Karakteristik lain yang juga harus dimiliki komite audit adalah keahlian dan tata kelola (governance) agar komite audit dapat mengelolaperusahaan dengan baik dan melakukan pengendalian


(33)

internal untuk memelihara kredibilitas dalam melakukan penyusunan laporan keuangan.

7. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan digambarkan dari tingkat penjualan karena penjualan merupakan aktivitas utama perusahaan (Lumbantobing, 2015). Tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu tolak ukur investor dalam melakukan pengambilan keputusan (Nugroho, 2015). Laju pertumbuhan suatu perusahaan memberikan pengaruh atas kemampuan untuk melakukan pertahanan keuntungan untuk menandai kesempatan yang ada dimasa yang akan datang. Selain itu perusahaan auditee yang besar memerlukan auditor dengan independensi tinggi untuk mengurangi biaya keagenan karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara principal dan agent (Dewi, 2016).

B. Penelitian terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Opini Audit Going Concern Terhadap Pergantian Auditor

Opini audit going concern yang dikeluarkan oleh auditor memberikan pengertian bahwa perusahaan masih dapat dipertahankan keberlangsungan hidupnya. Opini audit going concern ini menunjukan bahwa adanya suatu risiko yang dimiliki di perusahaan yang mengganggu keberlangsungan hidupnya dimasa yang akan datang.


(34)

21

Dengan dikeluarkannya opini ini yang memberikan pengaruh perubahan atas harga saham yang dimiliki suatu perusahaan. Perusahaan yang kurang sependapat dengan diterbitkannya opini audit ini membuat pihak perusahaan akan melakukan pergantian auditor.

Sukraptiwi dan Latrini (2015) menyatakan tidak adanya pengaruh penerbitan opini audit going concern dengan melakukannya pergantian auditor karena manajemen akan beranggapan bahwa meskipun perusahaan melakukan pergantian auditor hasil yang didapatkan dari auditor lain akan tetap sama tanpa ada perubahan dari perusahaan. Merawati, dkk (2013) menyebutkan bahwa opini audit going concern memiliki pengaruh negatif pada pergantian auditor. Adhiputra (2015) menyatakan opini audit berpengaruh positif atas kemungkinan peusahaan melakukan pergantian auditor.

H1: Opini audit going concern berpengaruh positif terhadap pergantian

auditor.

2. Audit Delay Terhadap Pergantian Auditor

Auditor melakukan melakukan proses pengauditan sesuai dengan janji yang dibuat dengan klien. Keterlambatan atas penerbitan laporan auditan dapat dikarenakan pihak auditor yang kesulitan dalam mendapatkan informasi mengenai laporan keuangaan dari pihak manajemen perusahaan atau dari pihak manajemen perusahaan yang menginginkan agar laporan yang di audit dilaporkan terlambat (Dewi, dkk 2016).


(35)

Menurut Pawitri dan Yadyana (2015) dan Robbitasari (2013) menjelaskan adanya pengaruh audit delay terhadap pergantian auditor. Pempublikasian laporan keuangaan yang mengalami keterlambatan akan mengakibatkan para investor pemegang saham merasa curiga dan menilai negatif bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami masalah. Terjadinya keterlambatan dari pempublikasian laporan auditan menyebabkan perusahaan akan mengganti auditornya karena perusahaan tidak menginginkan keterlambatan publikasi akan terulang pada tahun berikutnya. Sedangkan menurut Pambudi (2016) menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh audit delay terhadap pergantian auditor.

H2: Audit delay berpengaruh positif terhadap pergantian auditor

3. Aktivitas Komite Audit terhadap Pergantian Auditor

Peraturan KEP-643/BL/2012 yang mengharuskan suatu komite audit melakukan rapat minimal 4 (empat) kali dalam setahun. Semakin sering suatu komite melakukan rapat maka akan memberikan pengawasan yang lebih efektif dalam pelaporan keuangan. Dengan dilakukan rapat secara periodik perusahaan dapat dibantu oleh pihak komite audit untuk mengambil keputusan untuk melakukan pergantian auditor. Komite audit juga memahami mengenai masalah yang sedang terjadi di perusahaan karena salah satu tugasnya adalah untuk mengawasi. Jika perusahaan tidak sependapat dengan hasil audit yang diberikan maka kemungkinan untuk melakukan pergantian auditor


(36)

23

dapat dilakukan. Manajemen dan komite audit saling bertukar pendapat untuk mendapatkkan hasil yang sesuai dengan yang mereka inginkan.

Merawati dkk (2013) menyatakan tidak adanya pengaruh moderasi aktivitas komite audit dengan opini audit going concern pada kemungkinan perusahaan melakukan pergantian auditor yang sejalan dengan Sukraptiwi dan Latrini (2015). Bahwa aktivitas rapat yang dilakukan komite audit dilakukan dikarenakan hanya bentuk formalitas karena adanya peraturan.

H3: Aktivitas komite audit berpengaruh terhadap pergantian auditor

4. Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pergantian Auditor

Bisnis yang sedang tumbuh membutuhkan auditor dengan kualitas dan independensi yang tinggi untuk mengurangi biaya agensi serta memberikan layanan non - audit yang dibutuhkan untuk meningkatkan perluasaan perusahaan (Nasser et al, 2006). Perusahaan klien dengan rasio pertumbuhan penjualan yang negatif cenderung untuk berpindah auditor (Nabila, 2011). Perusahan yang mengalami perkembangan akan mempertahankan auditornya dibandingkan rekan-rekan perusahan lain dengan nilai pertumbuhan yang rendah (Wijayanti, 2010).

Dewi (2016) menyatakan tidak adanya pengaruh pertumbuhan perusahaan klien terhadap auditor switching. Syachtiadi dan Henny (2012) menyebutkan adanya pengaruh tingkat pertumbuhan klien


(37)

terhadap auditor switching karena perusahaan besarcenderung memilih KAP dengan kualitas tinggi untuk mengikuti pertumbuhan perusahaan. H4: Pertumbuhan perusahaan bepengaruh negatif terhadap pergantian

auditor

5. Kompetensi keahlian akuntansi dan keuangan komite audit memoderasi pengaruh opini audit going concern terhadap pergantian auditor

Sudah dijelaskan didalam peraturan LK No. KEP-643/BL/2012 yang menjelaskan bahwa komite audit minimal harus memiliki 1 (satu) orang anggota yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dan keuangan. Sukrapratiwi dan Latrini (2015) menyatakan tidak dapat mengurangi pergantian auditor dalam terjadinya opini audit going concern yang disebabkan yang dimungkinkan masih kuatnya peran manajemen di perusahaan.

Dikeluarkannya opini audit going concern oleh auditor perusahaan tidak melulu akan melakukan pergantiian auditor. Opini audit ini dapat diminimalkan oleh para anggota komite audit perusahaan. Dengan adanya komite audit yang berkeahlian akuntansi dan keuangan dapat memberikan pengaruh atas laporan keuangan yang akan diaudit oleh auditor.komite audit tersebut akan memberikan hasil yang baik terkait keuangan perusahaan.


(38)

25

Merawati, dkk (2013) dan Joviana (2014) menyatakan keahlian akuntansi dan keuangan komite audit meningkatkan pengaruh negatif opini audit going concern pada kemungkinan perusahaan melakukan pergantian auditor. Keahlian akuntansi dan keuangan untuk komite audit tidak harus terdiri dari minimal satu anggota tetapi keahlian dibidang yang lain bisa dipilih untuk keahlian dari anggota komite audit. Esfandari (2011) dan Adhiputra (2015) juga sependapat dengan hasil Sukrapratiwi dan Latrini (2015) bahwa keahlian akuntaansi dan keuangan komite audit tidak dapat memoderasi pengaruh opini audit going concern terhadap pergantiian auditor.

H5: Keahlian akuntansi dan keuangan komite audit memperlemah


(39)

C. Model Penelitian

Gambar 2.1 Model Penelitian

Pergantian Auditor Opini Audit Going

Concern

Keahlian Akuntansi dan Keuangan Komite Audit

Audit Delay

Aktivitas Komite Audit

Pertumbuhan Perusahaan

H1 H5

H4 H3 H2


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2011-2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan.

B. Jenis Data

Data yang digunakan berupa data sekunder. Yaitu laporan keuangan yang telah diaudit dari sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2011-2015. Laporan keuangan perusahaan tersedia disitus resmi BEI diwebsite www.idx.co.id dan disitus website perusahaan perbankan.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Pemiliihan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk memperoleh kriteria-kriteria tertentu yang dapat mewakili populasi. Kriteria pemilihan sampel yang digunakan:

1. Perusahaan yang ada di sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),

2. Data laporan keuangan (annual report) tersedia berturut-turut pada tahun 2011-2015,


(41)

3. Melakukan pergantian auditor minimal 1 (satu) kali pada periode tahun 2011-2015.

4. Mengandung informasi yang mencakup semua definisi operasional penelitian, yaitu opini audit going concern, audit delay, kompetensi keahlian akuntansi dan keuangan komite audit, aktivitas komite audit, dan pertumbuhan perusahaan.

5. Data laporan keuangan tersedia di www.idx.co.id .

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahaasan dalam penelitian ini. Sedangkan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan seumber-sumber data dokumenter seperti laporan tahunan perusahaan yan menjadi sampel penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengambil data laporan tahunan/annual report perusahaan di sektor perbankan untuk periode 2011-2014 yang terdaftar di BEI yang telah diaudit oleh auditor untuk periode pengamatan. Penelitian ini menggunakan data yang dipublikasikan oleh perusahaan yang masuk dalam kriteria sampel yang dipublikasikan oleh www.idx.co.id .


(42)

29

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

a. Pergantian Auditor

Pergantian auditor merupakan perpindahan auditor yang dilakukan secara mandatory atau voluntary. Pergantian auditor secara mandatory dilakukan sesuai dengan peraturan Keputusan Mentri Keuangan No.17/PMK.01/2008. Sedangkan pergantian auditor secara voluntary dilakukan atas kemauan dari klien tanpa terikat atas peraturan yang ada. Variabel pergantian auditor ini menggunakan variabel dummy. Yaitu jika perusahaan atau klien mengganti auditornya diberikan nilai 1 (satu). Tetapi jika perusahaan atau klien tidak melakukan pergantian maka akan diberikan nilai 0 (nol).


(43)

2. Variabel Independen

a. Opini Audit Going Concern

Opini yang dikeluarkan oleh seorang auditor dapat memberikan ketidakpuasan kepada klien. Dimana klien tersebut dapat melakukan pergantian auditor jika klien merasa tidak sependapat dengan auditor. Maka pengukuran variabel opini audit going concern ini menggunakan dummy. Yaitu jika auditor mengeluarkan opini audit going concern diberi nilai 1 (satu). Untuk opini audit selain going concern diberi nilai 0 (nol).

b. Audit Delay

Audit delay adalah keterlambatan atas diterbitkannya laporan keuangan yang telah diaudit. Pengukuran audit delay menggunakan jumlah hari yang digunakan dari tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai tanggal ditandatanganinya laporan auditan (Robbitasai, 2013).

c. Aktivitas Komite Audit

Diukur menggunakan jumlah rapat atau pertemuan yang dilaukan oleh komite audit. Minimal rapat yang dilakukan adalah 4 (empat) kali atau lebih pada setiap tahunnya sesuai dengan LK No. KEP-643/BL/2012 (Merawati dkk, 2013).


(44)

31

d. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan dihitung dengan melihat penjualan yang ada dari tahun ini dikurangi dengan tahun lalu dan dibandingkan penjualan tahun lalu dikali dengan 100% (Nasser et al, 2006).

3. Variabel Moderasi

Keahlian akuntansi dan keuangan komite audit

Salah satu karakter wajib yang dimiliki komite audit sesuai dengan peraturan No. IX.1.5 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-643/BL/2012 Desember 2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit mensyaratkan bahwa entias publik wajib memiliki komite audit, dan sekurang-kurangnya komite audit terdiri dari 3 (tiga) anggota, dimana minimal 1 (satu) orang merupakan anggota yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dan keuangan. Sehingga keahlian akuntasi dan keuangan diukur menggunakan presentase jumlah anggota komite audit yang memiliki keahlian akuntansi dan keuangan (Merawati dkk, 2013).


(45)

F. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Uji Statistik Deskiptif

Pengujian yang digunakan untuk mengetahui hasil-hasil data deskriptif seperti jumlah data, mean, standar deviasi, angka terendah dan tertinggi serta standar eror. Diuji ini terlihat bentuk table ringkasan dari data yang telah diinput.

2. Analisis Data dan Uji Hipotesis

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi logistic binary untuk menguji apakah ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang berbrntuk dikotomi atau variabel biner (Wiyono, 2011) dan Moderated Regression Analysis (MRA) untuk menguji variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen dengan melalui variabel moderasi. MRA atau disebut juga uji interaksi merupakan aplikasi yang khusus untuk menguji regresi logistik dimana dalam persamaan regresi tersebut terdapat unsur interaksi yaitu perkalian antara dua atu lebih variabel.

Teknik analisis regresi logistic binary tidak memerlukan uji normalitas dan asumsi klasik untuk variabel bebasnya (Ghozali, 2001). Pengujian melihat dari uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test untuk menilai kelayakan model regresi logistic, menilai Overvall Model Fit dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2 LL), menilai koefisien determinasi pada nilai Nagelkerke’s R Square,


(46)

33

dan table klasifikasi untuk menunjukan kekuatan prediksi dari model regresi logistic binary serta uji multikolinieritas dengan menggunakan matrik korelasi.

Pengujian menggunakan nilai signifikansi sebesar level 5% untuk mengetahui apakah ada pengaruh nyata dari variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian ini adalah:

a. Signifikansi level (Sig) > 0,05 maka hipotesis alternative tidak didukung.

b. Signifikansi level (Sig) < 0,05 maka hipotesis alternative diterima. c. Untuk arah positif diketahui dengan melihat nilai beta apakah

bernilai positif setelah diketahui dengan nilai Sig < 0,05.

d. Untuk arah negatif diketahui dengan melihat nilai beta apakah bernilai negatif setelah diketahui dengan nilai Sig < 0,05.


(47)

Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Model a:

Model b:

Keterangan:

SWITCH : Pergantian auditor secara sukarela α : Konstanta

β1-β6 : Koefisien regresi

X1 : Opini audit going concern X2 : Audit delay

X3 : Aktifitas komite audit X4 : Pertumbuhan perusahaan

X5 : Keahlian akuntansi dan keuangan komite audit e : Kesalahan residual

a. Menguji kelayakan model regresi

Kelayakan model regresi diuji menggunakan Hosmer and

Lomeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai Hosmer and

Lomeshow’s Goodness of Fit Test kurang dari atau sama dengan 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang memiliki arti model dari goodness fit tidak dapat memprediksi nilai


(48)

35

observasi. Sebaliknya jika nilai Hosmer and Lomeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol diterima yaitu model dapat memprediksi nilai observasi dengan baik.

b. Menilai keseluruhan model (Overvall Model Fit)

Likehood L dari model merupakan probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan dari data yang diinput. Untuk menguji hipotesis, L ditransformasi menjadi -2LogL yaitu turunan dari Likehood. -2Log L menunjukan model regresi yang lebih baik atau model yang dihipotesiskan fit dengan data.

c. Koefisien determinasi (Nagelkerke R Square)

Cox and Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi Likehood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit untuk diinterpretasikan.

Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari

koefisien Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilai yang ada bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Cara yang digunakan adalah membagi nilai Cox and Snell’s R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil menjelaskan variasi variabel dependen terbatas sedangkan nilai yang mendekati


(49)

satu memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menjelaskan variabilitas dari variabel dependen.

d. Matrik klasifikasi

Menujukkan kekuatan dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan adanya perpindahan auditor secara voluntary yang dilakukan oleh perusahaan.

3. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi

Pengujian signifikansi koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh variabel independen dan variabel moderasi yang ada dalam penelitian dimasukkan dalam model yang dibuat memberikan pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan melakukan pergantian auditor

a. Tingkat signifikansi α yang digunakan 0,05 atau 5%

b. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada nilai sig kurang dari 0,05 dan nilai koefisisen searah dengan hipotesis sehingga hipotesis alternative diterima.

c. Untuk variabel moderasi diterima atau ditolak ditentukan dari nilai signya yaitu harus kurang dari 0,05. Jika hipotesis mengatakan memperkuat bila pada opini pertama beta bernilai positif dan disaat dimoderasi nilainya juga positif dan atau sebaliknya jika nilai betanya negatif maka beta saat di moderasi juga harus negative.


(50)

37

d. Jika memperlemah maka nilai beta hipotesis awal harus berlawanan dengan beta saat dimoderasi. Jika beta diawal positif maka nilai beta untuk pemoderasi harus negative baik sebaliknya jika beta diawal positif maka untuk beta pemoderasi harus positif.


(51)

38 A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini memakai obyek penelitian pada perusahaan sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015. Sektor perbankan dipilih karenakan perusahaan perbankan memiliki struktur keuangan yang unik dan sebagian besar masih dikontrol dan disupervisi oleh badan pemerintahan (Yaputro dan Felizia, 2012).

Pada periode 2011-2015 jumlah keseluruhan perusahaan sektor perbankan yang listing di BEI adalah 43. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sample. Berdasarkan kriteria yang ditentukan, diperoleh sampel penelitian sebanyak 10 perusahaan untuk 5 tahun periode sehingga jumlah sampel penelitian adalah 50. Ringkasan perolehan sampel penelitian disajikan dalam table 4.1:

Table 4.1 Sampel penelitain

No Kriteria 2011 2012 2013 2014 2015

1 Perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI

30 30 31 34 43

2 Perusahaan Sektor perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011 dan diatasnya

(5) (5) (7) (9) (13) 3 Perusahaan Sektor Perbankan

yang tidak memiliki informasi lengkap berkaitan variabel penelitian dan tidak berganti auditor selama 2 tahun berturut-turut

(15) (15) (14) (15) (20)

4 Total sampel penelitian 10 10 10 10 10


(52)

39

Hasil Penelitian

1. Statistik Deskriptif

Hasil dari statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui hasil-hasil data deskriptif seperti jumlah data, mean, standar deviasi, angka terendah dan tertinggi serta standar eror. Diuji ini terlihat bentuk table ringkasan dari data yang telah diinput. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Uji statistik deskriptif

Descriptive Statistics

50 0 1 .54 .503

50 0 1 .58 .499

50 .311111 .977778 .76711111 .177067174

50 4 46 12.36 9.710

50 -.135641 .172115 .01755753 .041469663 50 .333333 .800000 .56533333 .149103139 50

pergantian_auditor opini_audit audit_delay

aktivitas_komite_audit pertumbuhan_ perusahaan

keahlian_aktkeu_komau Valid N (lis twise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sumber : Data Sekunder Diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa dari 50 sampel perusahaan didapat sebagai berikut:

a. Pergantian auditor mempunyai nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum 1 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,503. Nilai rata-rata sebesar 0,54 menunjukan sebagian besar dari 50 sampel perusahaan yang diteliti hampir 54% melakukan pergantian auditor dan sisanya tidak melakukan pergantian auditor.


(53)

b. Opini audit Going concern yang menerangkan mengenai opini audit going concern memiliki nilai 0 dan nilai maksimum 1. Nilai rata-rata sebesar 0,58 menunjukan bahwa hampir separuh dari sampel perusahaan yang diteliti mendapatkan opini audit going concer. Dengan nilai standar deviasi 0,50.

c. Audit delay memiliki nilai rata-rata 0,767 dengan nilai minimum 0,311 dan nilai maksimum 0,977, sedangkan nilai standar deviasi lebih kecil yaitu 0,177 dari nilai rata-rata. Hal ini memiliki arti fluktuasi yang terjadi pada data yang ada adalah kecil.

d. Aktivitas komite audit memiliki nilai rata-rata 12,36 dengan nilai minimum 4 dan maksimum 46. Dengan nilai standar deviasi 9,71. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas komite audit tiap perusahaan melakukan pertemuan atau rapat rata-rata tiap tahunnya adalah sebanyak 12 kali dalam setahun atau dalam sebulan melakukan sekali.

e. Pertumbuhan perusahaan memiliki nilai maksimum 1149,567, nilai minimum -89,471, dan rata-rata data untuk pertumbuhan perusahaan 71,931. Nilai standar deviasinya yaitu 242,542. Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 50 sampel perusahaan yang diteliti ada yang mengalami penurunan pertumbuhan perusahaannya dengan nilai -89,471 dan dari 50 sampel tersebut rata-rata pertumbuhan perusahaannya 71,931. Karena selisih nilai


(54)

41

Hosmer and Lemeshow Test

9.126 8 .332

Step 1

Chi-square df Sig.

rata-rata dengan standar deviasi besar dapat dinyatakan bahwa fluktuasi dari data juga besar.

f. Keahlian akuntansi dan keuangan komite audit memiliki nilai minimum 33,33, nilai maksimum 80 dengan rata-rata 56,33. Nilai standar deviasi 14,91. Dapat disimpulkan bahwa anggota komite audit yang memiliki keahlian akuntansi dan keuangan minimal diwakili oleh 1 orang yang ahli hingga 3 orang. Dan rata-rata tiap perusahaan memiliki 2-3 orang yang ahli dikomite audit tersebut. 2. Kelayakan model regresi

Kelayakan model regresi diuji menggunakan Hosmer and Lomeshow’s Goodness of Fit Test. Hasil dari pengolahan data yang telah ditentukan dapat dilihat dari Tabel dibawah ini:

Tabel 4.3

Uji Hosmer and Lemeshow

Sumber : Data Sekunder Diolah (2016)

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai Chi-Square 9,126 dengan nilai sig adalah 0,332 yang nilainya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model mampu memberikan prediksi nilai observasi atau dapat dikatakan bahwa model dapat diterima karena cocok dengan model observasi dari data yang sebenarnya.


(55)

3. Menilai keseluruhan model (Overvall Model Fit)

Likehood L dari model merupakan probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan dari data yang diinput. Dibawah ini Tabel 4.4 adalah hasil dari Likehood L:

Tabel 4.4

Perbandingan nilai -2 Log Likelohood

Model -2LL -2LL

1 Step 0 68,994 Step 1 66,747

2 Step 0 68,994 Step 1 66,733

Sumber : Data Sekunder Diolah (2016)

Pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai -2LL untuk step 0 pada model 1 adalah 68,994 dan step 1 mengalami penurunan menjadi 66,747. Untuk -2LL untuk step 0 pada model 2 adalah 68,994 dan step 1 mengalami penurunan 66,733. Penurunan nilai -2LL pada kedua model menunjukkan model regresi yang baik atau model yang dihipotesiskan fit dengan data. Dan dari penurunan nilai -2LL yang cukup tersebut memungkinkan adanya hubungan atara variabel bebas dengan variabel terikat.


(56)

43

Model Summary

66.747a .044 .059 Step

1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 3 because parameter es timates changed by less than .001. a.

Model Summary

66.733a .044 .059 Step

1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 3 because parameter es timates changed by less than .001. a.

4. Koefisien determinasi (Nagelkerke R Square)

Cox and Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi Likehood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Besar nilai koefisien determinasi dapat dilihat di Tabel 4.5 dengan ditunjukkannya nilai

Nagelkerke’s R Square:

Tabel 4.5

Nilai Nagelkerke’s R Square Model 1

Model 2

Sumber : Data Sekunder Diolah (2016)

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pada model 1 variabel dependen yaitu pergantian auditor dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu opini audit going concern, audit delay, aktivitas komite dan pertumbuhan perusahaan sebesar 5,9% sisanya sebesar 94,1%


(57)

Classification Tablea

12 11 52.2

9 18 66.7

60.0 Observed

tidak berganti auditor berganti auditor pergantian_auditor Overall Percentage Step 1 tidak berganti auditor berganti auditor pergantian_auditor Perc entage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian. Pada model 2 bahwa variabel dependen pergantian auditor dapat dijelaskan oleh variabel independen opini audit going concern dan variabel moderasi kahlian akuntansi dan keuangan komite audit dengan variabel independen penelitian lainnya sebesar 5,9%, sisanya sebesar 94,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.

5. Matrik klasifikasi

Menujukkan kekuatan dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan adanya perpindahan auditor secara voluntary yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil dari matrik klasifikasi dapat dilihad di Tabel 4.6 dibawah ini:

Tabel 4.6 Matrik klasifikasi Model 1 dan Model 2

Sumber : Data Sekunder Diolah (2016)

Dari Tabel 4.6 matrik klasifikasi dapat ditunjukkan bahwa kekuatan prediksi kemungkinan perusahaan mengalami pergantian auditor pada model 1 dan 2 sebesar 66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan


(58)

45

Variables in the Equation

.799 .607 1.732 1 .188 2.223

.579 1.945 .089 1 .766 1.785

.014 .037 .152 1 .697 1.015

-3.484 7.186 .235 1 .628 .031

-.857 1.809 .224 1 .636 .425

opini_audit audit_delay aktivitas_komite_audit pertumbuhan_ perusahaan Constant Step 1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: opini_audit, audit_delay, aktivitas_komite_audit, pertumbuhan_perusahaan. a.

Variables in the Equation

.616 2.347 .069 1 .793 1.851

.568 1.972 .083 1 .773 1.765

.015 .037 .158 1 .691 1.015

-3.514 7.255 .235 1 .628 .030

-.371 3.116 .014 1 .905 .690

.322 4.038 .006 1 .936 1.380

-.642 2.540 .064 1 .800 .526

opini_audit audit_delay aktivitas_komite_audit pertumbuhan_ perusahaan keahlian_aktkeu_komau pp_kakka Constant Step 1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: opini_audit, audit_delay, aktivitas_komite_audit, pertumbuhan_perusahaan, keahlian_aktkeu_komau, pp_kakka.

a.

model regresi yang digunakan terdapat sebanyak 9 perusahaan (66,7%) yang diprediksi akan melakukan pergantian auditor dari total 12 perusahaan yang diprediksi tidak melakukan pergantian auditor dari total 50 perusahan sampel amatan.

6. Menguji Koefisien Regresi

Hasil pengujian koefisien regresi logistik dengan nilai signifikan 0,05 disajikan dalam Tabel 4.7:

Tabel 4.7 Koefisien Regresi Model 1

Model 2


(59)

Dari Tabel 4.7 dapat disimpulkan untuk membuat rumus persamaan regresi, yaitu:

Model 1:

Model 2:

Dari persamaan model regresi dapat dijelasakan mengenai uji hipotesis yaitu:

a. Pengujian hipotesis pertama (H1)

Variabel opini audit going concern memiliki koefisisen 0,799 dan secara statistic tidak signifikan karena nilai sig lebih dari 0,05 yaitu 0,188 sehingga dapat disimpulkan bahwa opini audit going concern tidak berpengaruh positif terhadap pergantian auditor. b. Pengujian hipotesis kedua (H2)

Variabel audit delay memiliki koefisien 0,579 dan secara statistic tidak signifikan karena nilai sig lebih dari 0,05 yaitu 0,766 sehingga dapat disimpulkan bahwa audit delay tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.

c. Pengujian hipotesis ketiga (H3)

Variabel aktivitas komite audit memiliki koefisien 0,014 dan secara statistic tidak signifikan karena nilai sig lebih dari 0,05 yaitu


(60)

47

0,697 sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.

d. Pengujian hipotesis keempat (H4)

Variabel pertumbuhan perusahaan memiliki koefisien -3,484 dan secara statistic tidak signifikan karena nilai sig lebih besar dari 0,05 yaitu 0,628 sehingga pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.

e. Pengujian hipotesis kelima (H5)

Variabel moderasi keahlian akuntansi dan keuangan komite audit memiliki koefisien 0,322 dan secara statistik tidak signifikan karena nilai sig lebih besar dari 0,05 yaitu 0,936 sehingga dapat disimpulkan bahwa keahlian akuntansi dan keuangan komite audit tidak dapat memoderasi pengaruh opini audit going concern terhadap pergantian auditor.

B. Pembahasan

1. Opini audit going concern berpengaruh positif terhadap pergantian auditor

Dari hasil pengujian regresi logistik ditunjukkan bahwa variabel opini audit going concern tidak memiliki pengaruh positif terhadap pergantian auditor. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji hipotesis dimana nilai going_concern signifikan pada 0,188 dimana 0,188 lebih besar dari taraf signifikan 0,05 atau 5%. Dengan demikian hipotesis pertama


(61)

(H1) dalam penelitian ini ditolak yang menyatakan bahwa opini audit

going concern berpengaruh positif terhadap pergantian auditor.

Hal ini terjadi dikarenakan opini yang dikeluarkan oleh auditor mengenai going concern suatu perusahaan akan menyebabkan perusahaan tersebut memiliki pandangan dikalangan investor bahwa perusahaan tersebut masih diperhitungkan mengenai masalah keberlangsungan perusahaannya. Auditor yang beranggapan keberlangsungan hidup dari perusahaan masih dapat diperhitungkan dapat menyebabkan para investor berpikir ulang dalam melakukan investasi diperusahaan tersebut.

Perusahaan tidak akan melakukan pergantian auditor karena beranggapan bahwa hal yang dilakukan dalam perusahaan memang sudah sesuai dengan yang sebenarnya yang tidak perlu ditutupi dikalangangan investor. Para pihak manajemen perusahaan akan beranggapan bahwa meskipun diganti atau tidaknya auditor jika keadaan dalam perusahan memang sedang buruk maka opini yang dikeluarkan oleh auditor lain akan sama dengan opini auditor sebelumnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Sukraptiwi dan Latrini (2015).

2. Audit delay berpengaruh positif terhadap pergantian auditor

Dari hasil pengujian regresi logistik ditunjukkan bahwa variabel audit delay tidak memiliki pengaruh terhadap pergantian auditor. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji hipotesis dimana nilai audit_delay


(62)

49

signifikan pada 0,766 dimana 0,766 lebih besar dari taraf signifikan 0,05 atau 5%. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) dalam penelitian

ini ditolak yang menyatakan bahwa audit delay berpengaruh positif terhadap pergantian auditor.

Hasil dari penelitiain ini bertentangan dengan penelitian Pawitri dan Yadyana (2015) bahwa dengan terjadinya keterlambatan penerbitan laporan keuangan ke publik akan mengakibatkan kurangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga pihak perusahaan akan melakukan pergantian auditor. Hal ini terjadi dimungkinan keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dan adanya kerumitan yang kurang dipahami oleh pihak auditor. Keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan auditan juga dipengaruhi dari aspek Good Corporate Governance perusahaan yang dapat menyebabkan auditor sulit memahami laporan keuangan yang diaudit (Yaputro dan Felizia, 2012).

Kesulitan atas kurangnya pemahaman dari pihak auditor yang menyebakan terjadinya keterlambatan penyampaian tidak berpengaruh dalam perusahaan melakukan pergantian auditor. Dengan bergantinya auditor belum tentu auditor baru lebih mengerti akan situasi didalam perusahaan dan belum tentu dapat melaksanakan pengauditan secara tepat waktu. Penyesuaian auditor terhadap lingkungan perusahaan


(63)

belum tentu dapat dilaksanakan secara cepat, membutuh proses yang dimungkinkan setiap individu auditor berbeda-beda.

Keterlambatan yang dilakukan auditor memberikan pengaruh atas opini yang akan dibuat. Opini yang dibuat oleh auditor sesuai dengan keadaan dari perusahaan. Perusahaan tidak mengganti auditor untuk mempertahankan pemahamandari auditor agar pada periode berikutnya diharapkan auditor menjadi lebih tepat waktu dalam menerbitkan opini. Dengan tidak mengganti auditor juga dikarenakan bila auditor diganti biaya yang dikeluarkan perusahaan akan bertambah untuk membiayai auditor agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan perusahaan yang diauditnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Adhiputra (2015).

3. Aktivitas komite audit berpengaruh terhadap pergantian auditor

Dari hasil pengujian regresi logistik ditunjukkan bahwa variabel aktivitas komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap pergantian auditor. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji hipotesis dimana nilai aktivitas_komite_audit signifikan pada 0,697 dimana 0,697 lebih besar dari taraf signifikan 0,05 atau 5%. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini ditolak yang menyatakan bahwa aktivitas

komite audit berpengaruh terhadap pergantian auditor.

Pertemuan rutin dari komite audit dilakukan hanya sebagai bentuk formalitas. Dengan adanya pertemuan tersebut pihak komite audit dengan pihak auditor dapat menjalin komunikasi sehingga


(64)

51

kencenderungan melakukan pergantian auditor lebih sedikit (Gendron dan Bedard, 2006).

Dengan dilakukannya pertemuan secara periodik juga mencegah dan mengurangi terjadinya kesalahan untuk melakukan pengambilan keputusan jika terjadi masalah didalam perusahaan. Dalam melakukan aktivitas komite audit juga memperkirakan yang akan terjadi kedepannya untuk perusahaan. Untuk melakukan pergantian auditor pun pihak komite audit memberikan perhitungan sehingga dengan aktivitas komite audit yang sering dilakukan menyebabkan pergantian auditor menjadi lebih sulit kecuali untuk menaati peraturan. Hal ini sejalan dengan penelitian Merawati, dkk (2013) dan Sukraptiwi dan Latrini (2015).

4. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor

Dari hasil pengujian regresi logistik ditunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pergantian auditor. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji hipotesis dimana nilai pertumbuhan_perusahaan signifikan pada 0,628 dimana 0,628 lebih besar dari taraf signifikan 0,05 atau 5%. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) dalam penelitian ini ditolak yang menyatakan bahwa

pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor.


(65)

Dari hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Syactiadi dan Henny (2012) yang menyebutkan suatu perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan akan cenderung melakukan pergantian auditor dengan kualitas yang lebih baik untuk mengikuti pertumbuhan perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan selalu memiliki nilai pertumbuhan yang positif. Meskipun memiliki nilai negatif atau mengalami penurunan perusahaan tidak akan melakukan pergantian auditor karena akan menambah biaya atas penyesuaian auditor baru.

Pertumbuhan perusahaan yang semakin baik menyebabkan perusahaan mengganti auditornya yang lebih baik juga. Dengan digantinya auditor belum tentu menyebakan hal baik juga terjadi didalam perusahaan. Bergantinya auditor bisa menyebabkan bertambahnya biaya yang lebih besar atau malah reputasi dari perusahaan akan turun dimata para investor. Perusahaan akan mempertahankan perusahaannya agar tidak terjadi kesalah pahaman dan menyebabkan terjadinya pergantian auditor. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2016).

5. Keahlian akuntansi dan keuangan komite audit memperlemah pengaruh opini audit going concern terhadap pergantian auditor

Dari hasil pengujian regresi logistik ditunjukkan bahwa variabel moderasi keahlian akuntansi dan keuangan komite audit tidak dapat memoderasi pengaruh opini audit going concern terhadap pergantian auditor. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji hipotesis pada model kedua


(66)

53

dimana nilai gc_kakka signifikan pada 0,936 dimana 0,936 lebih besar dari taraf signifikan 0,05 atau 5%.

Dengan demikian hipotesis kelima (H5) dalam penelitian ini ditolak

yang menyatakan bahwa audit keahlian akuntansi dan keuangan komite audit memperlemah pengaruh opini audit going concern terhadap pergantian auditor. Untuk hasil uji nilai Nagelkerke’s R Square memperlihatkan bahwa 5,9% merupakan variabel independen dan variabel moderasi yang dapat menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pergantian auditor.

Hal ini dikarenakan keahlian akuntansi dan keuangan komite audit bukanlah variabel moderasi. Dengan diterbitkannya opini audit going concern yang berpengaruh terhadap pergantian auditor pihak komite audit tidak memberikan dampak apapun atas pembentukan opini audit yang dibuat. Keahlian akuntansi dan keuangan komite audit merupakan hal yang wajib dimiliki dimana komite audit diharapkan dapat menjaga integritas proses pelaporan laporan keuangan. Komite auditlah yang memiliki tugas untuk memberikan rekomendasi dalam melakukan penunjukkan dan penggantian auditor.

Anggota komite audit yang memiliki keahlian berbeda-beda dimaksudkan untuk melakukan pertukaran pendapat sehingga dapat mengelola perusahaan secara baik. Dengan pengalaman dari masing-masing komite audit dapat memperkuat system pengendalian internal dari perusahaan sehingga manajemen perusahaan masih cukup kuat


(67)

sehingga tidak dapat memoderasi pengaruh opini audit going concern terhadap pergantian auditor. Penelitian ini sejalan dengan penelitain Adhiputra dan penelitian Sukraptiwi dan Latrini (2015) yang menjelaskan bahwa keahlian akuntansi dan keuangan komite audit tidak memberikan dampak atas pengaruh opini auid going concern terhadap pergantian auditor.


(68)

55

Tabel 4.8

Ringkasan Hasil Penelitian Variabel Dependen

Variabel Independen Pergantian Auditor

Opini Audit Going Concern (+)X

Audit Delay (+)X

Aktivitas Komite Audit (+)X

Pertumbuhan Perusahaan (-)X

Keahlian Akuntansi dan Keuangan Memoderasi pengaruh

Opini Audit Going Concern

(-)X

Keterangan:

√ :Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis diterima.

X :Variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak.

Penelitian ini bertujuana untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor pada perusahaan perbankan di Indonesia periode 2011-2015. Dalam Tabel 4.8 dapat dilihat ringkasan hasil penelitian. Hasil yang dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini tidak ada variable yang berpengaruh terhadap pergantian auditor. Faktor baik yang bersumber dari klien atau perusahaan maupun dari pihak eksternal yaitu auditor tidak memiliki pengaruh atas pergantian auditor.

Faktor eksternal dari auditor sendiri yang mengakibatkan adanya pergantian. Dimungkinkan karena hasil pendapat yang tidak sesuai atas keinginan


(1)

Lanjutan lampiran 6

Model Summary

66.747a .044 .059

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 3 because parameter es timates changed by less than .001. a.

Hosmer and Lemeshow Test

9.126 8 .332

Step 1

Chi-square df Sig.

Classification Tablea

12 11 52.2

9 18 66.7

60.0 Observed

tidak berganti auditor berganti auditor pergantian_auditor Overall Percentage Step 1 tidak berganti auditor berganti auditor pergantian_auditor Perc entage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

.799 .607 1.732 1 .188 2.223

.579 1.945 .089 1 .766 1.785

.014 .037 .152 1 .697 1.015

-3.484 7.186 .235 1 .628 .031

-.857 1.809 .224 1 .636 .425

opini_audit audit_delay aktivitas_komite_audit pertumbuhan_ perusahaan Constant Step 1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: opini_audit, audit_delay, aktivitas_komite_audit, pertumbuhan_perusahaan. a.

Correlation Matrix

1.000 -.175 -.951 -.638 .012

-.175 1.000 .043 -.150 -.197

-.951 .043 1.000 .500 -.083

-.638 -.150 .500 1.000 .088

.012 -.197 -.083 .088 1.000

Constant opini_audit audit_delay aktivitas_komite_audit pertumbuhan_ perusahaan Step 1

Constant opini_audit audit_delay

aktivitas_ komite_audit

pertumbuhan _perusahaan


(2)

Lampiran 7

Hasil regresi logistik untuk variabel independent dan variaibel moderasi

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

68.994 .160 68.994 .160 Iteration 1 2 Step 0 -2 Log likelihood Constant Coefficients

Constant is inc luded in the model. a.

Initial -2 Log Likelihood: 68.994 b.

Estimation terminated at iteration number 2 because parameter es timates changed by less than .001. c.

Classification Tablea,b

0 23 .0

0 27 100.0

54.0 Observed

tidak berganti auditor berganti auditor pergantian_auditor Overall Percentage Step 0 tidak berganti auditor berganti auditor pergantian_auditor Perc entage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.

Variables in the Equation

.160 .284 .319 1 .572 1.174

Constant Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

1.810 1 .179

.012 1 .913

.358 1 .549

.090 1 .764

.008 1 .927

1.479 1 .224

2.233 6 .897

opini_audit audit_delay aktivitas_komite_audit pertumbuhan_ perusahaan keahlian_aktkeu_komau pp_kakka Variables Overall Statistics Step 0


(3)

Lampiran 7 lanjutan

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

66.736 -.605 .609 .527 .014 -3.371 -.353 .302

66.733 -.642 .616 .568 .015 -3.514 -.371 .322

66.733 -.642 .616 .568 .015 -3.514 -.371 .322

Iteration 1 2 3 Step 1

-2 Log

likelihood Constant opini_audit audit_delay

aktivitas_ komite_audit

pertumbuhan _perusahaan

keahlian_ aktkeu_

komau pp_kakka Coefficients

Method: Enter a.

Constant is included in the model. b.

Initial -2 Log Likelihood: 68.994 c.

Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001. d.

Omnibus Tests of Model Coefficients

2.262 6 .894

2.262 6 .894

2.262 6 .894

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

66.733a .044 .059

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 3 because parameter es timates changed by less than .001. a.

Hosmer and Lemeshow Test

17.366 8 .027

Step 1


(4)

Lanjutan lampiran 7

Classification Tablea

12 11 52.2

9 18 66.7

60.0 Observed

tidak berganti auditor berganti auditor pergantian_auditor Overall Percentage Step 1 tidak berganti auditor berganti auditor pergantian_auditor Perc entage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

.616 2.347 .069 1 .793 1.851

.568 1.972 .083 1 .773 1.765

.015 .037 .158 1 .691 1.015

-3.514 7.255 .235 1 .628 .030

-.371 3.116 .014 1 .905 .690

.322 4.038 .006 1 .936 1.380

-.642 2.540 .064 1 .800 .526

opini_audit audit_delay aktivitas_komite_audit pertumbuhan_ perusahaan keahlian_aktkeu_komau pp_kakka Constant Step 1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: opini_audit, audit_delay, aktivitas_komite_audit, pertumbuhan_perusahaan, keahlian_aktkeu_komau, pp_kakka.

a.

Correlation Matrix

1.000 -.494 -.698 -.395 -.018 -.696 .472

-.494 1.000 -.074 -.077 .066 .746 -.966

-.698 -.074 1.000 .484 -.100 .022 .090

-.395 -.077 .484 1.000 .087 -.078 .039

-.018 .066 -.100 .087 1.000 .054 -.122

-.696 .746 .022 -.078 .054 1.000 -.765

.472 -.966 .090 .039 -.122 -.765 1.000

Constant opini_audit audit_delay aktivitas_komite_audit pertumbuhan_ perusahaan keahlian_aktkeu_komau pp_kakka Step 1

Constant opini_audit audit_delay

aktivitas_ komite_audit pertumbuhan _perusahaan keahlian_ aktkeu_ komau pp_kakka


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas (Roa), Opini Audit Dan Umur Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 112 91

Pengaruh Kondisi Keuangan, Ukuran Perusahaan, Audit Lag, dan Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 129 96

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

8 56 106

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

1 76 98

PENGARUH OPINI AUDIT GOING CONCERN, AUDIT DELAY, AKTIVITAS KOMITE AUDIT, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PERGANTIAN AUDITOR DENGAN KEAHLIAN KEUANGAN DAN AKUNTANSI KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 7 13

PENGARUH INDEPENDENSI KOMITE AUDIT, KEAHLIAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN KOMITE AUDIT Pengaruh Independensi Komite Audit, Keahlian Akuntansi Dan Keuangan Komite Audit Terhadap Hubungan Opini Audit Going Concern Dengan Pergantian Auditor (Studi Kasus Pada Peru

0 5 18

PENGARUH INDEPENDENSI KOMITE AUDIT, KEAHLIANAKUNTANSI DAN KEUANGAN KOMITE AUDIT Pengaruh Independensi Komite Audit, Keahlian Akuntansi Dan Keuangan Komite Audit Terhadap Hubungan Opini Audit Going Concern Dengan Pergantian Auditor (Studi Kasus Pada Perusa

0 4 18

PENDAHULUAN Pengaruh Independensi Komite Audit, Keahlian Akuntansi Dan Keuangan Komite Audit Terhadap Hubungan Opini Audit Going Concern Dengan Pergantian Auditor (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-

0 5 8

KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT MEMODERASI PENGARUH PENERBITAN OPINI GOING CONCERN PADA PERGANTIAN AUDITOR.

0 1 15

PENGARUH MODERASI KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DENGAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERGANTIAN AUDITOR

0 0 15