Pengaruh Kondisi Keuangan, Ukuran Perusahaan, Audit Lag, dan Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH KONDISI KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN, AUDIT LAG, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PEMBERIAN OPINI
AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
OLEH
ENJELINA HUTAHAEAN 120522046
PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
ABSTRAK
PENGARUH KONDISI KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN, AUDIT
LAG, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN
YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan keuangan dan tahunan, laporan auditor independen, serta jurnal, buku referensi, internet dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, audit lag berpengaruh positif tetapi tidak signifikan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern dan debt default bepengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
Kata kunci: kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, debt default, opini audit going concern
(3)
THE EFFECT OF FINANCIAL CONDITION, FIRM SIZE, AUDIT LAG,AND DEBT DEFAULT ON THE GOING CONCERN
OPINION OF PUBLIC COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of financial condition, firm size, audit lag, and debt default on the going concern opinion of public companies listed in Indonesian Stock Exchange. The type of this study is causal research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about financial statement and annual report, independent auditor’s report, journal, reference books, internet, and scientific literature related to this study. Collecting data is documentation method. The analysis methods used is descriptive statistics and multivariate logistic regression. The result of this study shows that financial condition and firm size have a significant negative effect on the going concern opinion, audit lag has positive effect but not significant on the going concern opinion and debt default has a significant positive on the going concern opinion.
Keywords: financial condision, firm size, audit lag, debt default, going concern opinion
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai dengan kasih setia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kondisi Keuangan, Ukuran Perusahaan, Audit Lag, dan Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta (Edward Hutahaean dan Sanna Redempta Gultom) yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik selama ini, bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM. Ak. selaku ketua dan sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. dan Dra. Mutia Ismail, MM. Ak. selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Rina br. Bukit, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan, koreksi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
(5)
5. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Ak. dan Bapak Drs Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding dan Dosen Penguji penulis yang banyak membantu dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Adik-adikku tersayang (Elisabet Hutahaean, Agustina Hutahaean, Andreas Hutahaean, dan Michael Hutahaean) yang telah memberikan dukungan moril dan doa sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
7. Teman Nyamnyam (Nova, Eka, Windi, Cristin), teman KSB (Ulfa, Tarida, Ayu, dan Sari), teman SMA (Parna, Riska, Tiqa, Yeni) dan teman-teman S1 Akuntansi Ekstensi stambuk 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang tidak berhenti mendoakan, memberi semangat, dan menghibur selama ini.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.
Medan,
Enjelina Hutahaean
NIM : 120522046
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………. i
ABSTRACT ………. ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI ……… v
DAFTAR TABEL ……… vii
DAFTAR GAMBAR……… viii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Rumusan Masalah ……… 8
1.3 Tujuan Penelitian ……… 8
1.4 Manfaat Penelitian ……… 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 10
2.1 Uraian Teori ……….……… 10
2.1.1 Teori Keagenan ……….. 10
2.1.2 Auditing……….. 11
2.1.3 Opini Audit ……… 12
2.1.4 Opini Audit Going Concern……...……… 12
2.1.5 Kondisi Keuangan……….. 14
2.1.6 Ukuran Perusahaan ……… 15
2.1.7 Audit Lag……….... 16
2.1.8 Debt Default……… ……..………... 16
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……..……….……...…... 17
2.3 Kerangka Konseptual ……… 21
2.4 Hipotesis ……… 22
BAB III METODE PENELITIAN ………. 25
3.1 Jenis Penelitian………. 25
3.2 Populasi dan Sampel………. 25
3.3 Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data ………….…. 28
3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….. 28
3.4.1 Variabel Dependen ………...………. 28
3.4.2 Variabel Independen ……….. 29
3.5 Teknis Analisis Data ……….... 32
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ………... 32
3.5.2 Pengujian Data……….………. ………. 32
3.5.3 Pengujian Model ………..……….. 33
(7)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 38
4.1 Analisis Statistik Deskriptif ………. 38
4.2 Pengujian Data ……….. 41
4.2.1 Uji Multikolinearitas ……… 41
4.2.2 Uji Autokorelasi ………... 42
4.3 Pengujian Model ……… 43
4.3.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ………... 43
4.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi ……… 46
4.3.3 Koefisien Determinasi ………. 47
4.3.4 Matriks Klasifikasi ……… 47
4.4 Pengujian Hipotesis ……… 48
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 51
4.5.1 Pengaruh Kondisi Keuangan Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern……… 51
4.5.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern ………..….. 52
4.5.3 Pengaruh Audit Lag Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern ……….. 53
4.5.4 Pengaruh Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern ……….. 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 56
5.1 Kesimpulan ……… 56
5.2 Keterbatasan Penelitian ……….. 56
5.3 Saran DAFTAR PUSTAKA ………. 58
(8)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Rugi Operasi Beberapa Perusahaan yang Terdaftar
di BEI Periode 2010-2012 ………. 5
1.2 Opini Audit Beberapa Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012………..……….. 5
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu……… 18
3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ……… 26
3.2 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ……….. 27
3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….. 31
4.1 Statistik Deskriptif Penelitian ……….. 38
4.2 Frequencies Penelitian ……….... 40
4.3 Frequencies Debt Default ……… 40
4.4 Frequencies Opini Audit Going Concern ……… 41
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ……….. 42
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ……… 43
4.7 Likelihood Block 0 ……….. 44
4.8 Likelihood Block 1 ……….. .. 45
4.9 Hosmer and Lemeshow ………... 46
4.10 Nagelkarke R Square ……….. 47
4.11 Matriks Klasifikasi ……….. 48
4.12 Hasil Uji Koefisien Regresi ………. 49
(9)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Seleksi Sampel Perusahaan Berdasarkan Kriteria ….. 63
2 Data Variabel Penelitian ……… 77
3 Data Hasil Pengolahan SPSS ………. 81
(11)
ABSTRAK
PENGARUH KONDISI KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN, AUDIT
LAG, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN
YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan keuangan dan tahunan, laporan auditor independen, serta jurnal, buku referensi, internet dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, audit lag berpengaruh positif tetapi tidak signifikan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern dan debt default bepengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
Kata kunci: kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, debt default, opini audit going concern
(12)
THE EFFECT OF FINANCIAL CONDITION, FIRM SIZE, AUDIT LAG,AND DEBT DEFAULT ON THE GOING CONCERN
OPINION OF PUBLIC COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of financial condition, firm size, audit lag, and debt default on the going concern opinion of public companies listed in Indonesian Stock Exchange. The type of this study is causal research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about financial statement and annual report, independent auditor’s report, journal, reference books, internet, and scientific literature related to this study. Collecting data is documentation method. The analysis methods used is descriptive statistics and multivariate logistic regression. The result of this study shows that financial condition and firm size have a significant negative effect on the going concern opinion, audit lag has positive effect but not significant on the going concern opinion and debt default has a significant positive on the going concern opinion.
Keywords: financial condision, firm size, audit lag, debt default, going concern opinion
(13)
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Krisis global yang terjadi akibat jatuhnya Lehman Brothers pada tahun 2008 berdampak pada iklim investasi di Indonesia. Para investor asing pada masa itu menjual saham yang dimilikinya di Indonesia dan mengkonversi hasil penjualan saham tersebut ke dolar yang mengakibatkan terjadinya depresiasi nilai rupiah. Hal ini sesuai dengan data Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa nilai rupiah mencapai Rp. 12.150 per Dolar AS pada November 2008. Hal ini diperparah dengan turunnya ekspor Indonesia sebesar 11,09% yang mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun (BPS, 2008).
Di tengah krisis tahun 2008, perusahaan-perusahaan tetap dituntut untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Going concern merupakan asumsi yang menganggap bahwa perusahaan akan terus beroperasi di masa yang akan datang (Arens, et al., 2008:66). Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan dalam persaingan global. Pihak manajemen akan berusaha keras meyakinkan para investor baru untuk berinvestasi, dan mempertahankan investor yang lama untuk tetap berinvestasi pada perusahaan mereka (Wibisono, 2013).
Going concern dinilai oleh seorang auditor dari luar perusahaan yang sering disebut auditor independen. Auditor bertugas untuk mengaudit laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan. Beberapa hal yang menyebabkan
(14)
kelangsungan hidupnya adalah kerugian operasi ataupun kekurangan modal kerja yang berulang, ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban, adanya bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir dan lain sebagainya serta masalah pengadilan dan perundang-undangan yang dapat membahayakan entitas dalam beroperasi (Arens, et al., 2008:66).
Ketika auditor menyangsikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka pada laporan audit yang terdapat pada laporan keuangan dicantumkan paragraf penjelasan yang menguraikan ketidakpastiaan tentang kelangsungan usaha atau sering disebut opini going concern (Arens, et al., 2008:67). Perusahaan yang mendapat opini going concern akan berdampak pada kurangnya kepercayaan publik terhadap perusahaan sehingga investor dan kreditur enggan untuk menanamkan modalnya. Kekurangan modal akan mengakibatkan kegiatan operasional perusahaan terganggu yang kemudian dapat mempercepat masa kebangkrutan. Keadaan ini yang menjadi pertimbangan para investor dan kreditur dalam berinvestasi sebab perusahaan yang bangkrut tidak mampu memberikan return yang diharapkan oleh para investor. Akibatnya audior akan menghadapi dilema untuk memberikan opini going concern karena perusahaan akan menjadi semakin lesu. Hal ini disebut ‘self fulfilling prophecy’ (Purba, 2009:79).
Opini going concern juga akan berdampak pada kemunduran harga saham (Lin, et al., 2009). Dan pada akhirnya, menurut Kep-308/BEJ/07-2004 perusahaan yang mendapat opini going concern kemungkinan besar akan di-delisting dari Bursa Efek Indonesia dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan perusahaan
(15)
dapat memperbaiki kinerjanya di tahun berikutnya (www.idx.co.id). Ketika di-delisting, perusahaan tidak dapat memasarkan sahamnya ke publik. Contoh perusahaan yang pada tahun 2012 di-delisting akibat tidak memiliki kemampuan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya adalah Katarina Utama Tbk dan Surya Inti Permata Tbk.
Melihat dampak yang timbul akibat terganggunya kelangsungan usaha perusahaan, tidak jarang pihak manajer perusahaan akan mengubah laporan keuangannya. Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan kinerja yang baik agar kegiatan operasional perusahaan tidak terganggu. Salah satu contohnya adalah kasus Enron yang memanipulasi laporan keuangan yang bekerjasama dengan KAP Arthur Enderson dimana melakukan pencatatan pendapatan yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Auditor membutuhkan jangka waktu dalam melakukan audit laporan keuangan. Ketika auditor membutuhkan jangka waktu yang lama dalam mengaudit perusahaan, maka perusahaan tersebut kemungkinan menerima opini going concern. Hal ini menunjukkan bahwa auditor membutuhkan pengujian yang lebih mendalam mengenai ketidakpastian perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan perusahaan agar tidak terjadi salah pelaporan yang merugikan banyak pihak termasuk auditor sendiri yang mempertaruhkan citranya (Lennox, 2002).
Pengeluaran opini going concern oleh auditor terhadap perusahaan menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang diaudit mengalami kesulitan. Kondisi keuangan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan secara
(16)
nyata. Pada perusahaan yang sakit, banyak ditemukan indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004).
Perusahaan melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana yang digunakan untuk menjalankan kegiatannya. Pinjaman ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaaan pada saat jatuh tempo baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ketika perusahaan gagal memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo maka perusahaan dalam keadaan default yang kemudian akan memperkuat perusahaan untuk mendapatkan opini going concern (Chen dan Church, dalam Ramadhany, 2004).
Perusahaan memiliki aset yang dapat digunakan dalam kegiatan operasional dan juga untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Perusahaan dengan total aset yang tinggi dapat dikategorikan sebagai perusahaan besar. Perusahaan besar cenderung lebih stabil karena memiliki sumber daya yang lebih memadai sehingga kesulitan yang dialami hanya bersifat temporer (Ohlson, 1980).
Banyak perusahaan di Indonesia yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dimana masyarakat dapat menjadi pemilik perusahaan dengan membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Adapun perusahaan yang terdaftar di BEI adalah perusahaan yang bergerak di sektor agriculture, mining, basic industry and chemicals, miscellaneous industry, consumer goods industry, property-realestate-and-building construction, infrastructure-utilities-and-transportation, finance, trade-services-and-investment. Peneliti memilih seluruh sektor pada perusahaan di BEI karena peneliti berharap hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada seluruh sektor perusahaan di BEI.
(17)
Kerugian operasi yang berulang akan memperbesar kemungkinan perusahaan mendapat opini going concern (Arens, et al., 2008:66). Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 memperlihatkan rugi operasi yang diperoleh oleh beberapa perusahaan yang terdaftar di BEI dan opini yang dikeluarkan oleh auditor atas laporan keuangan perusahaan:
Tabel 1.1
Rugi Operasi Beberapa Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012
No Nama Perusahaan Kode Laba (Rugi)
2010 2011 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Alam Karya Unggul Tbk
Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Inti Agri Resources Tbk
Laguna Cipta Griya Tbk Bukit Darmo Property Tbk Onix Capital Tbk
Indonesia Air Transport Tbk ATPK Resources Tbk Smartfren Telecom Tbk
AKKU HITS IIKP LCGP BKDP OCAP IATA ATPK FREN Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Rugi Sumber: www.idx.com (data diolah)
Tabel 1.2
Opini Audit Beberapa Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012
No Nama Perusahaan Kode Opini Audit
2010 2011 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Alam Karya Unggul Tbk
Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Inti Agri Resources Tbk
Laguna Cipta Griya Tbk Bukit Darmo Property Tbk Onix Capital Tbk
Indonesia Air Transport Tbk ATPK Resources Tbk Smartfren Telecom Tbk
AKKU HITS IIKP LCGP BKDP OCAP IATA ATPK FREN 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 Sumber: www.idx.com (data diolah)
Keterangan : 0 menerima opini non going concern
1 menerima opini going concern
Dari Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 terlihat bahwa terdapat ketidaksesuaian antara opini audit yang diperoleh beberapa perusahaan dengan rugi operasional
(18)
perusahaan. AKKU mengalami kerugian dari tahun 2010-2012 namun auditor tetap mengeluarkan opini non going concern. Hal yang sama juga dialami oleh HITS, IIKP, LCGP, BKDP, dan OCAP yang mengalami kerugian selama tiga tahun berturut-turut tetapi mendapat opini non going concern yang berarti auditor tetap tidak meragukan kelangsungan hidup perusahaan walaupun mendapat kerugian. Hal ini menunjukkan ada faktor lain selain laba atau rugi operasi yang berulang yang dijadikan pertimbangan oleh auditor dalam memberikan opini going concern.
Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai opini going concern. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Wertheim dan Robinson (2011). Dalam penelitiannya, variabel independen yang digunakan peneliti adalah variabel kondisi keuangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini going concern. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian Wertheim dan Robinson (2011) adalah peneliti menambahkan variabel ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default. Selain penambahan variabel, peneliti juga menggunakan seluruh sektor perusahaan yang terdaftar di BEI dengan tahun penelitian 2010-2012 yang berbeda dengan Wertheim dan Robinson (2011) yang melakukan penelitian pada perusahaan yang bangkrut pada tahun 1997-2009.
Peneliti lain yang juga melakukan penelitian mengenai going concern adalah Santosa dan Wedari (2007) yang menyatakan bahwa kondisi keuangan berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ramadhany (2004), Santosa dan Wedari (2007), Haron et
(19)
al. (2009), Putra (2009), dan Wibisono (2013). Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ardiani, et al. (2012) yang menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Penelitian lain yaitu Santosa dan Wedari (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh Ramadhany (2004), Widyantari (2011), Wibisono (2013), dan Muthahiroh dan Cahyonowati (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Putra (2010) juga melakukan penelitian mengenai going concern yang menyatakan bahwa audit lag berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan. Namun hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muthahiroh dan Cahyonowati (2013) yang menyatakan bahwa audit lag tidak berpengaruh terhadap pemberian opini going concern yang dikemukan oleh auditor terhadap perusahaan. Ramadhany (2004), Santosa dan Wedari (2007), Praptitorini dan Januarti (2007), Ardiani et al. (2012) menyatakan bahwa debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfana dan Muid (2012) yang menyatakan bahwa debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
Berdasarkan fenomena dan perbedaan hasil penelitian, peneliti tertarik untuk meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit going concern. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default maka peneliti mengangkat judul
(20)
“Pengaruh Kondisi Keuangan, Ukuran Perusahaan, Audit Lag, dan Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kondisi keuangan berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemberian opini audit
going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah audit lag berpengaruh terhadap pemberian opini audit going
concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah debt default berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(21)
3. Untuk mengetahui pengaruh audit lag terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh debt default terhadap pemberian opini audit
going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini menambah wawasan peneliti mengenai kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default serta pengaruhnya terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan menjadi bahan referensi untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default terhadap pemberian opini going concern.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default terhadap pemberian opini going concern dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ekonomi.
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teori
2.1.1 Teori Keagenan
Teori keagenan yang menunjukkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Yang dimaksud dengan prinsipal adalah pemegang saham, sementara agen (perantara) dari pemegang saham adalah dewan direksi, CEO, dan para eksekutif perusahaan (Keown, et al., 2008:18).
Manajer diangkat oleh pemegang saham maka idealnya mereka akan bertindak on the best of interest of stockholders. Tetapi dalam kenyataannya tidak jarang manajer memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut yang kemudian menimbulkan masalah keagenan (Sartono, 2001:xxi). Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham, maka pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang disebut agency cost yang meliputi antara lain memberi suatu paket kompensasi berupa gaji tetap ditambah bonus kepemilikan perusahaan (saham perusahaan) jika kinerja mereka bagus, pengeluaran untuk membuat suatu struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang diinginkan (Syahyunan, 2013:5).
(23)
Kontrak kerja yang dibuat antara prinsipal dan agen menimbulkan beberapa permasalahan antara lain terjadinya ketidakseimbangan informasi (asimetri informasi). Asimetri informasi merupakan perbedaan informasi yang dimiliki oleh manajer dan pemilik saham dimana informasi tersebut seringkali lebih menguntungkan pihak manajer karena mengetahui kegiatan perusahaan sehari-hari secara mendetil (Hamin, 2005).
Laporan keuangan memungkinkan terjadinya asimetri informasi. Manajer akan berusaha agar laporan keuangan memperlihatkan kinerja yang baik, dengan meningkatkan laba dengan mengubah perlakuan akuntansi. Para pemakai laporan keuangan memiliki kepentingan lain yang berbeda dengan manajemen, dimana pemegang saham mengharapkan deviden besar, tetapi kreditur lebih senang jika tidak ada pembagian deviden. Adanya konflik kepentingan ini, perlu dilakukan independent audit oleh Akuntan Publik. Auditor akan mengaudit laporan keuangan untuk menentukan kewajaran laporan keuangan (Rahayu dan Suhayati, 2009:6).
2.1.2 Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Arens, et al., 2008:14). Hasil kegiatan audit yang dilakukan auditor atas laporan keuangan suatu perusahaan akan menyatakan suatu opini yang sesuai dengan keadaaan
(24)
perusahaan yang sebenarnya. Opini ini akan dipublikasikan kepada masyarakat sehingga para investor dapat membuat keputusan investasi.
2.1.3 Opini Audit
Dalam SA Seksi 508 Paragraf 10 terdapat 5 tipe opini auditor, yaitu (IAPI, 2011):
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Pendapat ini diberikan bila laporan keuangan disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku (unqualified opinion with explanatory language).
Pendapat ini diberikan bila pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain, laporan keuangan menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, auditor menyangsikan kelangsungan usaha perusahaan, terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi, data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak di-review, auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit tambahan diharuskan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia yang berkaitan dengan informasi tersebut.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat ini diberikan bila tidak ada bukti yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit, auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat ini diberikan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
Auditor tidak dapat menyatakan suatu pendapat bila tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
2.1.4 Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor ketika menyangsikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
(25)
kelangsungan hidupnya. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk terus berjalan (Arens, et al., 2008:66):
1. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh asuransi sepeti gempa bumi atau banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.
4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
PSA No. 30 SA Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor mengenai dampak kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap pendapat yang diberikan oleh auditor sebagai berikut (IAPI, 2011):
1. Bila auditor menyangsikan kelangsungan usaha perusahaan maka auditor harus memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi dampak peristiwa tersebut dan menentukan apakah rencana tersebut dapat dilaksanakan.
2. Bila manajemen tidak memiliki rencana, maka auditor harus mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).
3. Bila manajemen memiliki rencana maka auditor akan menilai keefektifan dari rencana tersebut.
a. Apabila rencana manajemen tidak efektif, maka auditor harus mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
b. Apabila rencana manajemen efektif dan mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor harus mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion with explanatory language).
c. Apabila auditor berkesimpulan rencana manajemen efektif tetapi tidak mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor harus mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) atau pendapat tidak wajar (adverse opinion).
(26)
2.1.5 Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan merupakan salah satu faktor penentu dalam menilai perusahaan. Kondisi keuangan yang buruk tentunya mencerminkan kinerja perusahaan yang kurang baik. Kondisi keuangan yang baik dapat dikatakan mencerminkan kinerja perusahaan yang baik. Dengan laporan keuangan yang baik akan dapat menarik investor untuk menanamkan modal di perusahaan (Ikhsan dan Suprasto, 2008:132).
Kondisi keuangan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sebenarnya (Ramadhany, 2004). Apabila terdapat masalah keuangan perusahaan, maka manajemen perusahaan harus melakukan pengungkapan yang memadai atas langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi masalah tersebut. Langkah-langkah tersebut harus layak secara bisnis dengan mempertimbangkan potensi dan peluang yang dimiliki dan relevansinya dengan masalah yang dihadapi (Purba, 2009:68).
Kondisi keuangan digambarkan dari Z Score Model yang diperkenalkan oleh Altman pada tahun 1986. Altman melakukan penelitian dengan menyeleksi 22 rasio dimana 5 rasio dapat memprediksi tingkat kebangkrutan dari perusahaan. Penelitian ini kemudian dikembangkan agar model prediksi ini tidak hanya untuk perusahaan manufaktur go public saja tetapi dapat digunakan pada seluruh perusahaan yang telah go public. Adapun rumus Z Score adalah (Altman, 2000):
Z Score = 1,2 X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 Dimana:
(27)
1. X1 = modal kerja/total aset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aset yang dimilikinya. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aset lancar dikurangi dengan hutang lancar.
2. X2 = laba ditahan/total aset
Saldo laba merupakan jumlah laba yang ditanam kembali dan atau kerugian yang dialami perusahaan dari seluruh aktivitasnya. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aset perusahaan.
3. X3 = laba sebelum bunga dan pajak/total aset
Rasio ini merupakan ukuran produktivitas sebenarnya dari aset perusahaan terlepas dari pengaruh pajak atau pengaruh bunga.
4. X4 = harga pasar saham/nilai buku total hutang
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah utang lebih besar dari pada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Nilai pasar ekuitas adalah jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga pasar per lembar sahamnya.
5. X5 = penjualan/total aset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan penjualan dari jumlah aset yang dimiliki perusahaan.
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar, menengah, dan kecil. Perusahaan besar biasanya berkembang dan beroperasi dengan baik serta relatif lebih stabil. Ukuran perusahaan diukur dengan aset yang dimiliki perusahaan tersebut. (Sun, 2008). Ketika perusahaan memiliki jumalah aset yang tinggi maka perusahaan tersebut dikategorikan perusahaan besar dan begitu juga sebaliknya. Perusahaan dengan total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang lebih baik dalam jangka waktu yang relatif panjang (Wibisono, 2013).
(28)
2.1.7 Audit Lag
Audit lag menurut Lennox (2002) adalah adalah jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit. Ashton, et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Lennox (2002) memiliki beberapa alasan mengenai keterlambatan pelaporan auditor yaitu:
pertama, auditor mungkin saja menemukan beberapa permasalahan ketika mereka melakukan kembali beberapa pengujian audit tambahan. Kedua, auditor mungkin saja menguji ulang beberapa pengujian jika menemui permasalahan tentang going concern perusahaan. Ketiga, manajer dan auditor mungkin telah melakukan diskusi pendahuluan ketika terdapat ketidakpastian mengenai goingconcern perusahaan. Auditor memiliki waktu penyelesaian audit sebelum batas waktu yang telah ditetapkan oleh Bapepam dan LK. Berdasarkan keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor 346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, dalam lampirannya Peraturan Nomor X.K.2, disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan. Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan (bapepam.go.id).
2.1.8 Debt Default
Dalam SA Seksi 341 dinyatakan bahwa informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi liabilitasnya pada saat jatuh
(29)
tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aset kepada pihak luar melalui bisnis biasa, dan restrukturisasi utang (IAPI, 2011). Debt default adalah kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, dalam Ramadhany, 2004). Ketika suatu perusahaan memiliki hutang yang tinggi, maka kas yang ada di perusahaan akan diarahkan untuk menutup hutang yang dimiliki perusahaan yang dampaknya akan mengganggu kegiatan operasional perusahaan. Ketika perusahaan kesulitan untuk memenuhi hutangnya, auditor akan memberikan status default untuk perusahaan tersebut (Irfana dan Muid, 2012). Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going concern (Praptitorini dan Jaunuarti, 2007).
Sebuah perusahaan dapat dikategorikan dalam keadaan default hutangnya bila salah satu kondisi dibawah terpenuhi (Chen dan Church, dalam Ramadhany, 2004):
1. Perusahaan tidak dapat atau lalai dalam membayar hutang pokok atau bunga.
2. Persetujuan perjanjian hutang dilanggar, jika pelanggaran perjanjian tersebut tidak dituntut ataupun telah dituntut oleh kreditor untuk masa kurang dari satu tahun.
3. Perusahaan dalam proses negosiasi restrukturisasi hutang yang jatuh tempo.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Pada Tabel 2.1 disajikan penelitian-penelitian yang menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi pemberian opini audit going concern:
(30)
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Teknik
Analisis Hasil Penelitian Alexan
der Rama dhany
2004 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta
Dependen: Opini going concern Independen: Komisaris independen pada komite audit, default hutang, kondisi keuangan, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, skala auditor Regresi Logistik
1. Komisaris independen pada komite audit, ukuran perusahaan dan skala auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. 2. Default hutang,
kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern Arga Fajar Santosa dan Linda Kusuma ning Wedari
2007 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern Dependen: Opini audit going concern Independen: Kualitas audit, Kondisi keuangan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan Regresi logistik
1. Kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern. 2. Kondisi keuangan,
opini audit tahun sebelumnya dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern ketika proksi model kebangkrutan yang digunakan adalah The Altman Model dan The Springate Model. Mirna Dyah Praptito Rini dan Indira Januarti
2007 Analisis Pengaruh
Kualitas Audit , Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap
Penerimaaan Opini Going Concern
Dependen: Opini going concern Independen: Kualitas audit, debt default, opinion Regresi Logstik
1. Debt default berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern. 2. Opinion shopiing
dan kualitas audit tidak berpengaruh
(31)
Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian
Teknik
Analisis Hasil Penelitian
shopping terhadap
penerimaan opini going concern Hasnah Haron, Bambang Hartadi, Mahfoz Ansari dan Ishak Ismail
2009 Factors Influencing Auditor’s Going Concern Opinion
Dependen: Opini going concern Independen: Financial indicator, type of evidence, disclosure, consensus Multivariate Logistic Regression
1. Financial indicator, type of evidence, disclosure, consensus berpengaruh terhadap penilaian auditor akan opini going concern
I Gede Cahyadi Putra
2010 Opini Audit Going Concern : Prediksi Kebangkrutan dan Auditor Independen Dependen: Going Concern Independen: Prediksi kebangkrutan, reputasi audit, opini audit tahun sebelumnya, audit lag Regresi Logistik 1. Prediksi kebangkrutan, opini audit tahun sebelumnya dan audit lag berpengaruh terhadap opini going concern.
2. Reputasi audit tidak berpengaruh terhadap opini going concern.
A.A.Ayu Putri Widyan tari
2011 Opini audit going concern dan factor factor yang mempengaruhi: studi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Dependen : opini audit going concern Independen: profitabilitas, leverage, likuiditas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure Regresi Logistik 1. Likuiditas, profitabilitas,arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, auditor client tenure tidak berpengaruh pada penerbitan opini going concern 2. Leverage, dam opini
audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif terhadap penerbitan opini going concern Paul Wertheim dan Michael Robinson
2011 Evidence on the Effect of Financial Distress on Type II Audit Errors Dependen: Going Concern Independen: Financial Distress Logistic Regression
1. Financial Distress tidak berpengaruh terhadap opini going concern.
(32)
Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian
Teknik
Analisis Hasil Penelitian Muhamm
ad Jauhan Irfana, Dul Muid
2012 Analisis Pengaruh
Debt Default, Kualitas Audit, Opinion Shopping, dan Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Dependen: Opini going concern Independen: Debt Default, Kualitas Audit, Opinion Shopping, dan Kepemilikan Perusahaan
Regresi Logistik
1. Debt default dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern. 2. Opinion Shopping
dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap penerimaan opinigoing concern Nurul Ardiani, Emrinaldi Nur DP, Nur Azlina
2012 Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Shopping, dan Kondisi Keuangan Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia Dependen: Opini audit Going Concern Independen: audit tenure, disclosure, ukuran KAP, debt default, opinion shopping, dan kondisi keuangan
Regresi Logistik
1. Disclosure, ukuran KAP, debt default, berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
2. Audit tenure, opinion shopping, dan kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Edward Akiko Wibisono 2013 Prediksi Kebangkrutan, Leverage, Opini Audit Sebelumnya, Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Going Concern Perusahaan Manufaktur BEI Dependen: Opini going concern Independen: prediksi kebangkrutan, leverage, opini audit sebelumnya, ukuran perusahaan Regresi Logistik 1. Prediksi kebangkrutan dan opini audit sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
2. Leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Mutha Hiroh, Nur Cahyono wati
2013 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Opini Going Concern oleh Auditor pada Auditee Dependen: Opini audit Going concern Independen: Perkara pengadilan, audit tenure, reputasi audit,
Regresi Logistik
1. Opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern. 2. Perkara pegadilan,
audit tenure, reputasi audit,
(33)
Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian
Teknik
Analisis Hasil Penelitian
ukuran
perusahaan, disclosure, opini audit tahun sebelumnya, audit lag
ukuran perusahaan, disclosure, audit lag tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern Sumber: Olahan Peneliti
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian teori dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian adalah kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default dengan variabel dependen adalah opini audit going concern. Hubungan antara kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default dengan opini audit going concern dapat digambarkan dengan kerangka sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kondisi Keuangan
(X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Audit Lag (X3)
Opini Audit Going Concern
(Y) H1
H2
H3
Debt Default (X4)
(34)
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang masih akan dibuktikan lagi kebenarannya (Hadi, 2006:89). Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah:
1. Hubungan Kondisi Keuangan dengan Pemberian Opini Audit Going Concern
Kondisi keuangan suatu perusahaan menunjukkan tingkat kesehatan perusahaan dalam periode tersebut. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004). Ketika kondisi keuangan suatu perusahaan menurun maka pemberian opini going concern oleh auditor semakin tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Ramadhany (2004), Santosa dan Wedari (2007), Haron et al. (2009), Putra (2009), Ardiani et al. (2012), dan Wibisono (2013)
H1: Kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern
2. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Pemberian Opini Audit Going Concern
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Sun, 2008). Aset dapat digunakan oleh perusahaan untuk menutupi hutang dan sebagai jaminan untuk mendapatkan dana pinjaman dari kreditur. Semakin besar ukuran perusahaan maka kemungkinan auditor untuk memberikan opini going concern akan semakin kecil.
(35)
Hal ini dikarenakan semakin tinggi jumlah aset yang dimiliki perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk menutupi hutang dan mendapatkan dana sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan lancar. Dengan ukuran perusahaan yang besar maka auditor akan menunda memberikan opini audit going concern dengan harapan perusahaan dapat memperbaiki kinerjanya pada tahun selanjutnya (Widyantari, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Santosa dan Wedari (2007).
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern.
3. Hubungan Audit Lag dengan Pemberian Opini Audit Going Concern
Audit lag adalah adalah jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit (Lennox, 2002). Ketika rentang waktu audit yang dibutuhkan oleh auditor semakin tinggi maka perusahaan kemungkinan besar mendapatkan opini going concern. Hal ini dikarenakan ketika auditor menyangsikan kelangsungan hidup perusahaan, maka auditor membutuhkan audit tambahan untuk memastikan rencana manjemen dalam mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga auditor mengeluarkan opini yang tepat terhadap laporan keuangan perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Putra (2010). H3: Audit lag berpengaruh positif terhadap terhadap pemberian opini audit going concern.
4. Hubungan Debt Default dengan Pemberian Opini Audit Going Concern Perusahaan memiliki kewajiban yang harus dipenuhi pada waktu jatuh tempo. Ketika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut maka
(36)
perusahaan dalam status default. Keadaan ini memaksa perusahaan lebih mengarahkan kas untuk membayar hutang yang mengakibatkan kegiatan operasional perusahaan tidak lancar. Status default akan meningkatkan kemungkinan auditor untuk memberikan opini going concern kepada perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ramadhany (2004), Santosa dan Wedari (2007), Praptitorini dan Januarti (2007), Ardiani et al. (2012)
H4: Debt default berpengaruh positif terhadap terhadap pemberian opini audit going concern.
(37)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian sebab akibat (causal research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel dependen dan independen (Erlina, 2011:74). Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern sedangkan variabel independennya adalah kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yaitu yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (Erlina, 2011:80). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012.
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili (Erlina, 2011: 81).
(38)
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu (Erlina, 2011:87). Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012.
2. Perusahaan yang tidak keluar dari BEI selama periode pengamatan (2010-2012).
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama tahun 2010-2012.
4. Mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan (2010-2012).
Berdasarkan kriteria tersebut, proses seleksi sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria Kriteria
Jumlah Pelanggaran
Kriteria
Ju mlah Perusahaan yang listing di BEI selama periode 2010-2012 418 Perusahaan yang tidak keluar dari BEI selama periode
pengamatan (2010-2012). (8) 410
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh auditor independen selama tahun 2010-2012. (7) 403 Mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya
dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan (2010-2012).
(359) 44
Tahun Pengamatan 3
Jumlah Sampel selama periode penelitian (2010-2012) 132
(39)
Setelah dilakukan teknik purposive sampling, maka perusahaan yang lolos uji adalah:
Tabel 3.2
Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
NO Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1 Alamraya Karya Unggul Tbk. AKKU
2 Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. APOL
3 Argo Pantes Tbk. ARGO
4 Asia Natural Resources Tbk. ASIA
5 ATPK Resorces Tbk. ATPK
6 Bank Pundi Indonesia Tbk. BEKS
7 Benakat Petroleum Energy Tbk. BIPI
8 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. BIPP
9 Bukit Darmo Property Tbk. BKDP
10 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. BMSR
11 Bakrie & Brothers Tbk. BNBR
12 Bumi Teknokultura Unggul Tbk. BTEK
13 Bakrie Telecom Tbk. BTEL
14 Century Textile Industry (PS) Tbk. CNTX
15 Central Proteinaprima Tbk. CPRO
16 Darma Henwa Tbk. DEWA
17 Delta Dunia Makmur Tbk. DOID
18 Eratex Djaja Tbk. ERTX
19 Fortune Mate Indonesia Tbk. FMII
20 Smartfren Telecom Tbk. FREN
21 Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. HITS
22 Indonesia Air Transport Tbk. IATA
23 Inti Agri Resources Tbk. IIKP
24 Leo Investments Tbk. ITTG
25 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. JKSW
26 Laguna Cipta Griya Tbk. LCGP
27 Nusantara Infrastructure Tbk. META
28 Capitalinc Investment Tbk. MTFN
29 Apac Citra Centertex Tbk. MYTX
30 Pelat Timah Nusantara Tbk. NIKL
31 Onix Capital Tbk. OCAP
32 Ancora Indonesia Resources Tbk. OKAS
33 Asia Pacific Fibers Tbk. POLY
34 Sat Nusapersada Tbk. PTSN
35 Rimo Catur Lestari Tbk. RIMO
36 Steady Safe Tbk. SAFE
(40)
NO Nama Perusahaan Kode Perusahaan
38 Golden Eagle Energy Tbk. SMMT
39 Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk. SULI
40 Tirta Mahakam Resources Tbk. TIRT
41 Triwira Insanlestari Tbk. TRIL
42 Truba Alam Manunggal Engineering Tbk. TRUB
43 Unitex Tbk. UNTX
44 Zebra Nusantara Tbk. ZBRA
Sumber: www.idx.co.id
3.3 Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yakni data yang berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti (Hadi, 2006:42). Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang didapat secara langsung dari obyek penelitian (Hadi, 2006:39). Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dengan mengunduh data dari website Bursa Efek Indonesia yang berupa laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit beserta laporan auditor independen.
3.4Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina, 2011:36). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor dikarenakan adanya keraguan mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Opini dengan modifikasi going concern terdiri dari opini wajar tanpa pengecualian
(41)
dengan bahasa penjelas going concern (unqualified opinion with explanatory language), opini wajar dengan pengecualian mengenai going concern (going concern qualified opinion), dan opini tidak memberikan pendapat mengenai going concern (going concern disclaimer opinion). Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana perusahaan yang mendapat opini going concern mendapat kode 1 dan perusahaan yang tidak mendapat opini going concern mendapat kode 0.
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen (Erlina, 2011:37). Variabel independen dalam penelitian ini adalah kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag dan debt default.
1. Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan merupakan tingkat kesehatan perusahaan yang sebenarnya (Ramadhany, 2004). Kondisi keuangan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan Z Score Model yang diperkenalkan oleh Altman. Adapun rumus dari Z Score adalah (Altman, 2000):
Z Score = 1,2 X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 Dimana:
X1 = modal kerja/total aset X2 = laba ditahan/total aset
X3 = laba sebelum bunga dan pajak/total aset X4 = harga pasar saham/nilai buku total hutang
(42)
X5 = penjualan/total aset 2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dinilai dengan total aset yang dimiliki perusahaaan (Sun, 2008). Variabel ini diukur dengan logaritma natural dari total aset.
3. Audit Lag
Audit lag diukur dengan adalah jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit (Lennox, 2002). Perhitungan hari dimulai dari tanggal 1 Januari setelah tanggal tutup buku 31 Desember. Tanggal pelaporan auditor akan terlihat pada laporan keuangan pada bagian laporan auditor independen.
4. Debt Default
Debt default adalah kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, dalam Ramadhany, 2004). Status debt default biasanya terdapat pada Catatan Atas Laporan Keuangan pada pos hutang ataupun dalam opini audit. Debt default diukur dengan variabel dummy dimana 1 untuk perusahaan dalam status debt default dan 0 untuk perusahaan yang tidak dalam status debt default.
(43)
Tabel 3.3
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Variabel
Penelitian
Defenisi
Operasional Pengukuran
Skala
Dependen Opini Going Concern
Opini yang dikeluar kan oleh auditor dikarenakan adanya keraguan mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup nya.
1, jika opini audit going concern 0, jika opini audit non going concern. Nominal Independen Kondisi Keuangan Tingkat kesehatan perusahaan yang dapat dinilai melalui laporan keuangan perusahaan. Z Score Model Rasio Ukuran Perusahaan
Besar kecilnya suatu perusahaan.
Logaritma Natural Total Aset
Rasio
Audit Lag jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit Tanggal Pelaporan audit – tanggal akhir tahun Rasio Debt Default Keadaan dimana perusahaan tidak mampu membayar hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo
1 untuk perusahaan dalam status debt default dan 0 untuk perusahaan yang tidak dalam status debt default.
Nominal
(44)
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data. Karakteristik data yang digambarkan adalah karakteristik distribusinya (Jogiyanto, 2004:163). Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, maksimum, minimum, nilai rata-rata (mean), standar deviasi. Untuk data yang berupa kategori digunakan sub menu deskriptif frequencies (Situmorang dan Lufti, 2012:20).
3.5.2 Pengujian Data
Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik sedangkan pengujian model dan pengujian hipotesis menggunakan regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2012:333). Pada regresi logistik tidak menggunakan uji normalitas dan heteroskedastisitas karena variabel bebasnya tidak harus memiliki distribusi normal dan tidak harus memiliki varian yang sama (Kuncoro, 2001:217).
1. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen (Ghozali, 2012:105). Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas
(45)
dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut (Ghozali, 2012:106): a. Jika nilai tolerance ≥ 10 persen dan nilai VIF ≤ 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
b. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
2. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2012:110). Untuk mendeteteksi ada tidaknya gejala autokorelasi, maka uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Runs Test. Bila hasil output SPSS menunjukkan probabilitas signifikansi dibawah 0,05 maka disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut (Ghozali, 2012:121).
3.5.3 Pengujian Model
1. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
(46)
Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Agar model fit dengan data maka H0 diterima dan Ha ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likehood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan alpha (α) 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut (Ghozali, 2012:341):
a. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model fit dengan data.
b. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data.
Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL akhir menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. (Ghozali, 2012:341).
2. Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dapat diuji dengan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antaramodel dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah:
H0: Tidak ada perbedaan model dengan data Ha: Ada perbedaan model dengan data
(47)
Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka H0 ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2012:341).
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar variabilitas variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkarke R Square. Nilai Koefisien determinasi dapat diinterprestasikan seperti nilai R Square pada multiple regression. Bila nilai Nagelkarke R Square kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan jika Nagelkarke R Square mendekati 1 berarti variabel independen dapat memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2012:341).
4. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going
(48)
concern pada auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification Table (Ghozali, 2012:342).
3.5.4 Pengujian Hipotesis
Regresi logistik dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default terhadap opini audit going concern. Pengujian ini dilihat dari variable in the equation (Ghozali, 2012:343). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95% atau taraf nyata signifikansi 5% (α = 0,05).
Regresi logistik tidak menggunakan pengujian hipotesis secara simultan karena regresi logistik menggunakan basis maximum likelihood dimana regresi logistik tidak memenuhi seluruh uji asumsi klasik (Ghozali, Imam. 9 Agustus 2014. Alasan tidak digunakannya uji simultan pada regresi logistik… ghozali_imam@yahoo.com (9 Agustus 2014)).
Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
Ln
= a + b1 KK + b2 UP + b3 AL+ b4 DD +ε Keterangan:P = Probabilitas perusahaan menerima opini going concern
Ln
= Fungsi linear dari variabel bebasa = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien regresi
(49)
UP = Ukuran Perusahaan, diukur dengan logaritma natural total aset AL = Audit Lag, diukur dengan jumlah hari yang dibutuhkan oleh
auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan
DD = Debt Default, diukur dengan status default perusahaan, perusahaan dengan status debt default 1, perusahaan dengan tidak status debt default 0
(50)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data (Jogiyanto, 2004:163). Untuk melihat statistik secara umum, peneliti menggunakan sub menu descriptive untuk variabel yang diukur dengan skala rasio dan frequencies untuk variabel yang diukur dalam skala nominal (Situmorang dan Lufti, 2012:20).
Penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria sampel, terdapat 44 perusahaan setiap tahun dengan jumlah tahun pengamatan 3 tahun sehingga jumlah sampel 132 data. Data yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan dan laporan auditor independen yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Berikut data statistik untuk variabel dengan skala rasio:
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Penelitian
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KONDISIKEUANGAN 132 -46.3624 20,4285 -.723125 6.8471749
UKURANPERUSAHAAN 132 22 33 27.16 2.046
AUDITLAG 132 48 204 90,82 25.389
Valid N (listwise) 132
Dari Tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Jumlah seluruh sampel adalah 132 (N) yang diperoleh dari 44 perusahaan pertahun dikali dengan 3 tahun pengamatan. Dari tabel dapat dilihat bahwa
(51)
terdapat 3 variabel independen yang menggunakan skala rasio yaitu variabel kondisi keuangan, ukuran perusahaan, dan audit lag.
2. Variabel independen pertama adalah kondisi keuangan, memiliki nilai minimum sebesar -46,3624 dan nilai maksimum sebesar 20,4285 dengan nilai rata-rata sebesar -0,723125. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel rata-rata memiliki kondisi keuangan yang negatif artinya perusahaan dalam keadaan kesulitan keuangan. Nilai standar deviasi sebesar 6,8471749 yang nilainya lebih besar daripada nilai rata-rata, artinya data tersebar luas menjauhi nilai rata-rata.
3. Variabel independen kedua adalah ukuran perusahaan, memiliki nilai minimum sebesar 22 dan nilai maksimum sebesar 33 dengan nilai rata-rata sebesar 27,16. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel rata-rata memiliki jumlah aset berkisar 27. Nilai standar deviasi sebesar 2,046 yang nilainya lebih kecil daripada nilai rata-rata, artinya data tersebar di sekitar nilai rata-rata.
4. Variabel independen ketiga adalah audit lag, memiliki nilai minimum sebesar 48 hari dan nilai maksimum sebesar 204 hari dengan nilai rata-rata sebesar 90,82 hari. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel rata-rata memiliki jangka waktu penyelesaian audit dari berakhirnya tanggal laporan keuangan sampai ditandatanganinya laporan audit selama 91 hari, dimana nilai ini di atas 90 hari dari batas yang ditetapkan oleh Bapepam. Nilai standar deviasi sebesar 25,389 yang
(52)
nilainya lebih kecil dari rata, artinya data tersebar disekitar nilai rata-rata.
Tabel 4.2 Frequencies Penelitian
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.2 menunjukkan deskripsi untuk variabel nominal yang terdiri dari opini audit dan debt default. Dari data tabel tersebut dapat dideskripsikan bahwa data yang valid (sah untuk diproses) adalah 132 data dan missing (hilang) adalah nol. Hal ini berarti semua data telah diproses.
Tabel 4.3
Frequencies Debt Default
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.3 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen keempat yaitu debt default diukur dengan menggunakan skala nominal yaitu variabel dummy, dimana perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo (default) diberi kode “1” dan perusahaan yang mampu memenuhi
Statistics OPINIAUDITGOING
CONCERN DEBTDEFAULT
N Valid 132 132
Missing 0 0
DEBTDEFAULT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 75 56.8 56.8 56.8
1 57 43.2 43.2 100,0
(53)
kewajibannya pada saat jatuh tempo (non default) diberi kode “0”, memiliki nilai valid karena semua data diproses. Perusahaan yang dalam keadaan non default sebanyak 75 perusahaan atau sebesar 56,8% sedangkan perusahaan yang dalam keadaaan default sebanyak 57 perusahaan atau sebesar 43,2%.
Tabel 4.4
Frequencies Opini Audit Going Concern
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.4 dapat dideskripsikan bahwa variabel dependen yaitu opini going concern diukur dengan skala nominal yaitu variabel dummy, dimana perusahaan yang mendapatkan opini going concern diberi kode “1” dan perusahaan yang tidak mendapatkan opini going concern diberi kode “0”, memiliki nilai valid karena semua data diproses. Perusahaan yang tidak mendapat opini going concern sebanyak 69 perusahaan atau sebesar 52,3% sedangkan perusahaan yang mendapat opini going concern sebanyak 63 perusahaan atau sebesar 47,7%.
4.2 Pengujian Data
4.2.1 Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolinearitas (Ghozali, 2012:105). Uji ini
OPINIAUDITGOINGCONCERN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 69 52.3 52.3 52.3
1 63 47.7 47.7 100,0
(54)
dilihat dari nilai tolerance dan VIF nya. Model regresi yang baik jika nilai Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10 (Ghozali, 2012:106).
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji multikolinearitas. Dari tabel menunjukkan bahwa tidak satupun variabel independen yang memiliki nilai tolerance yang kurang dari 0,1 dan VIF yang lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak satupun variabel memiliki persoalan multikolinearitas antara variabel independennya.
4.2.2 Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear berganda terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya) (Ghozali, 2012:110). Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Runs
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) 1.122 .366 3.067 .003
KONDISIKEUANGAN -.004 .005 -.055 -.848 .398 .660 1.514
UKURANPERUSAHAAN -.036 .014 -.146 -2.628 .010 .883 1.133
AUDITLAG -4.957E-5 .001 -.003 -.044 .965 .844 1.184
DEBTDEFAULT .768 .059 .762 12.926 .000 .789 1.267
a. Dependent Variable:
(55)
Test. Uji ini dilihat dari nilai probabilitas signifikansinya. Model regresi yang baik jika nilai probabilitas signifikansinya > 0,05 (Ghozali, 2012:121).
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.04746
Cases < Test Value 66
Cases >= Test Value 66
Total Cases 132
Number of Runs 70
Z .524
Asymp. Sig. (2-tailed) .600
a. Median
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji autokorelasi dengan uji Runs Test. Data pada tabel menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,600. Angka ini nilainya lebih besar dibandingkan nilai signifikan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa residual bersifat random atau tidak terjadi autokorelasi antarnilai residual.
4.3 Pengujian Model
4.3.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesakan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
(56)
Untuk menguji hipotesis tersebut, maka nilai – 2Log likelihood awal harus lebih kecil dari 0,05 agar model fit dengan data (Ghozali, 2012:340).
Tabel 4.7 Likelihood Block 0
Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai - 2Log likelihood sebesar 182,718. Nilai ini lebih besar dari alpha (α) 0,05 yang berarti Ha diterima artinya model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data dimana hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam model regresi). Langkah selanjutnya adalah menguji model (overall model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara - 2Log likelihood pada awal (block number = 0) dengan nilai – 2Log likelihood akhir (block number = 1). Ketika terjadi penurunan nilai antara -2LogL awal dan akhir dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fitdengan data (Ghozali, 2012:341).
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients Constant
Step 0 1 182.718 -.091
2 182.718 -.091
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log likelihood: 182.718
c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.
(57)
Tabel 4.8 Likelihood Block 1
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.8 menunjukkan Likelihood akhir dimana nilai - 2Log Likelihood menunjukkan nilai 70,248. Nilai ini mengalami penurunan sebesar 112,47 jika dibandingkan dengan nilai - 2Log likelihood awal (182,718). Penurunan nilai ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas yaitu kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
KONDISIKE UANGAN
UKURANPER
USAHAAN AUDITLAG
DEBTDEF AULT
Step 1 1 87.620 2.486 -.016 -.144 .000 3.073
2 76.764 6.406 -.070 -.300 .000 3.980
3 72.104 8.635 -.208 -.388 .002 4.131
4 70,399 8.383 -.375 -.380 .003 4.031
5 70,249 8.277 -.439 -.377 .003 4.049
6 70,248 8.278 -.444 -.377 .003 4.054
7 70,248 8.278 -.444 -.377 .003 4.054
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log likelihood: 182.718
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
(58)
4.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Probabilitas signifikan yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan alpha (α) 5%. Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah:
H0: Tidak ada perbedaan model dengan data H1: Ada perbedaan model dengan data
Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2012:341).
Tabel 4.9
Hosmer and Lemeshow
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.9 menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow Test, dimana nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya karena tidak ada perbedaaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati, atau dapat juga dikatakan model mampu memprediksi nilai observasinya.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1
(1)
NO KODE
DEBT DEFAULT
2010 2011
2012
23 IIKP
0 0
0
24 ITTG
1 0
0
25 JKSW
1 1
1
26 LCGP
0 0
0
27 META
0 0
0
28 MTFN
0 1
1
29 MYTX
1
1
1
30 NIKL
0 0
0
31 OCAP
0 0
0
32 OKAS
0 0
0
33 POLY
1 1
1
34 PTSN
0 0
0
35 RIMO
1 1
1
36 SAFE
1 1
1
37 SAIP
1 1
1
38 SMMT
0
0
0
39 SULI
1 1
1
40 TIRT
0 0
0
41 TRIL
0 0
0
42 TRUB
1 0
0
43 UNTX
1 1
1
(2)
LAMPIRAN 3
DATA HASIL PENGOLAHAN SPSS
1. Analisis Statistik Deskriptif
a. Descriptive
b. Frequence
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KONDISIKEUANGAN 132 -46.3624 20,4285 -.723125 6.8471749
UKURANPERUSAHAAN 132 22 33 27.16 2.046
AUDITLAG 132 48 204 90,82 25.389
Valid N (listwise) 132
Statistics OPINIAUDITGOING
CONCERN DEBTDEFAULT
N Valid 132 132
Missing 0 0
DEBTDEFAULT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 75 56.8 56.8 56.8
1 57 43.2 43.2 100,0
Total 132 100,0 100,0
OPINIAUDITGOINGCONCERN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 69 52.3 52.3 52.3
1 63 47.7 47.7 100,0
(3)
2. Pengujian Data
a. Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) 1.122 .366 3.067 .003
KONDISIKEUANGAN -.004 .005 -.055 -.848 .398 .660 1.514 UKURANPERUSAHAAN -.036 .014 -.146 -2.628 .010 .883 1.133 AUDITLAG -4.957E-5 .001 -.003 -.044 .965 .844 1.184 DEBTDEFAULT .768 .059 .762 12.926 .000 .789 1.267 a. Dependent Variable:
OPINIAUDITGOINGCONCERN
b. Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.04746
Cases < Test Value 66
Cases >= Test Value 66
Total Cases 132
Number of Runs 70
Z .524
Asymp. Sig. (2-tailed) .600
(4)
3. Pengujian Model (Regresi Logistik)
a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (
Overall Model Fit
)
Iteration Historya,b,c
-2 Log likelihood
Coefficients Constant
182.718 -.091
182.718 -.091
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log likelihood: 182.718
c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
KONDISIKE UANGAN
UKURANPER
USAHAAN AUDITLAG
DEBTDEF AULT
Step 1 1 87.620 2.486 -.016 -.144 .000 3.073
2 76.764 6.406 -.070 -.300 .000 3.980
3 72.104 8.635 -.208 -.388 .002 4.131
4 70,399 8.383 -.375 -.380 .003 4.031
5 70,249 8.277 -.439 -.377 .003 4.049
6 70,248 8.278 -.444 -.377 .003 4.054
7 70,248 8.278 -.444 -.377 .003 4.054
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log likelihood: 182.718
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
(5)
b.
Menilai Kelayakan Model Regresi
c. Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 70,248a .573 .765
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
d. Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed
Predicted OPINIAUDITGOINGCON
CERN
Percentage Correct
0 1
Step 1
OPINIAUDITGOINGCONCE RN
0 62 7 89.9
1 7 56 88.9
Overall Percentage 89.4
a. The cut value is .500
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1
(6)
e. Pengujian Hipotesis
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a KONDISIKEUANGAN -.444 .194 5.256 1 .022 .641
UKURANPERUSAHAAN -.377 .165 5.212 1 .022 .686
AUDITLAG .003 .013 .066 1 .798 1.003
DEBTDEFAULT 4.054 .774 27.417 1 .000 57.611
Constant 8.278 4.275 3.749 1 .053 3.935E3
a. Variable(s) entered on step 1: KONDISIKEUANGAN, UKURANPERUSAHAAN, AUDITLAG, DEBTDEFAULT.