Teknik Restorasi resin Komposit Klas IV

TEKNIK RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS IV
Oleh :
Fitri Yunita Batubara, drg
DEPARTEMEN ILMU KONSERVASI GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011
Universitas Sumatera Utara

TEKNIK RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS IV
PENDAHULUAN
Kemajuan dalam material restoratif dan teknologi adhesif telah mengembangkan praktek kedokteran gigi. Perkembangan formulasi material adhesif menyebabkan sistem adhesif menjadi pilihan restorasi dengan mempertimbangkan desain desain preparasi, pemilihan material restoratif, dan prosedur penempatan dan teknik. Oleh karena resistensi dan retensi ditentukan oleh adhesi pada email dan dentin, preparasi yang konservatif dapat dilakukan. Konsep desain adhesif ini telah menggeser paradigma dari prinsip ”extention for prevention” pada konsep prevention to eliminate extention”. Formulasi baru dari resin komposit telah meningkatkan sifat fisis, mekanis dan karakteristik optik yang berhubungan dengan ukuran partikel, distribusi, orientasi, dan kuantitasnya.1
Perbaikan gigi anterior merupakan suatu tantangan restoratif yang kompleks bagi klinisi baik untuk restorasi resin komposit maupun restorasi porselin. Tantangan pada restorasi ini adalah untuk mendapatkan harmonisasi dari parameter-parameter utama dalam estetik, seperti : warna, bentuk dan tekstur. Desain porselin lebih mengandalkan model stone, foto dan gambaran narasi dari klinisi kepada teknisi laboratorium. Sedangkan restorasi direk komposit lebih bergantung pada keadaan gigi geligi sekitarnya sebagai alat ukur.1
Untuk mendapatkan penampilan natural dari restorasi direk komposit, klinisi harus mempunyai pengetahuan lengkap akan sistem adhesif. Pengetahuan tersebut
Universitas Sumatera Utara

mencakup sifat resin komposit, teknik preparasi yang sesuai dan pemahaman tentang optis primer dan sekunder gigi alami dan hubungannya dengan anatomis gigi.1
Pada tulisan ini akan dibahas teknik restorasi klas IV dengan menggunakan bahan resin komposit.
RESIN KOMPOSIT
Resin komposit merupakan bahan yang terdiri atas komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) inorganik, bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler, system inisiator untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan/polimerisasi, stabilisator (inhibitor), dan pigmen. Kebanyakan matriks resin mengandung monomer aromatik dengan viskositas tinggi, bis-GMA (bisphenolA diglycidyl dimethacrylate) yang disintesis oleh Bowen di USA pada tahun 1960. monomer dengan viskositas rendah juga tergabung di dalamnya seperti TEGMA (triethylene glycol dimethacrylate), EGMA (ethylene glycol dimethacrylate) dan HEMA (hydroxy-ethyl methacrylate).2
Resin komposit mengeras melalui mekanisme polimerasi yang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :3
a. Resin yang diaktifkan secara kimia Resin yang diaktivasi secara kimia ini tersedia dalam bentuk dua pasta. Salah
satu pastanya mengandung benzoil peroksida dan yang lainnya mengandung aktivator amin tersier. Bila kedua bahan ini diaduk, amin akan bereaksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas sehingga mekanisme polimerisasi

Universitas Sumatera Utara

tambahan akan dimulai. Bahan-bahan ini biasanya digunakan untuk restorasi dan pembuatan inti yang pengerasannya tidak dengan sumber sinar.
b. Resin diaktifkan dengan sinar Sistem pertama yang diaktifkan dengan sinar menggunakan sinar ultraviolet
untuk merangsang radikal bebas. Dewasa ini, komposit yang diaktifkan dengan sinar ultraviolet telah digantikan dengan sistem yang dapat dilihat dengan mata yang secara nyata meningkatkan kemampuan berpolimerisasi lapisan yang lebih tebal sampai 2 mm. Resin komposit yang diaktifkan dengan sinar tampak lebih luas penggunaannya dibandingkan bahan yang diaktifkan secara kimia. Radikal bebas pemulai reaksi terdiri atas molekul foto-inisiator dan aktivator amin terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen dibiarkan tidak terpapar sinar, komponen tersebut tidak berinteraksi. Namun, pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat (468 nm) merangsang fotoinisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi tambahan.
Fotoinisiator yang umum digunakan adalah camphoroquinone yang memiliki penyerapan berkisar antara 400 dan 500 nm yang berada pada regio biru dari spektrum sinar tampak. Inisiator ini ada dalam pasta sebesar 0,2% dari beratnya. Juga ada sejumlah aselerator amin yang cocok untuk berinteraksi dengan camphoroquinone seperti dimetilaminoetil metakrilat 0,15% dari berat yang ada dalam pasta.
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan ukuran filler resin komposit dibagi menjadi empat, yaitu: 2,4
1. Resin komposit makrofil Restorasi kavitas klas IV yang besar, kavitas pada gigi posterior dan
pembuatan core.
2. Resin komposit mikrofil Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04 µm. Indikasinya
untuk restorasi kavitas klas III dan V, kavitas klas IV yang kecil dan untuk labial veneers.
3. Resin komposit hibrid Resin komposit hibrid mempunyai ukuran filler 0,04-5 µm. Diindikasikan
untuk restorasi gigi posterior dan anterior termasuk Klas IV.
4. Resin komposit nano hibrid Resin komposit nano hibrid dapat dipoles dengan baik bila dibandingkan
dengan jenis resin komposit yang lain. Pemolesan yang baik dapat mengurangi beberapa problem klinis seperti penumpukan plak, iritasi gingiva, dan estetis yang kurang baik pada gigi yang direstorasi.
TEKNIK RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS IV
Pada preparasi klas IV yang masih dikelilingi oleh enamel, biasanya restorasi yang digunakan adalah resin komposit. Pada restorasi yang lebih dalam, resin-lining
Universitas Sumatera Utara


ionomer dapat digunakan untuk melindungi dentin. Pada restorasi yang lebih dangkal, dentin- resin bonding lebih sering digunakan untuk mengganti dentin.5
Pada restorasi Klas IV yang lebih besar yang menggunakan restoratif resin direk, lebih sering digunakan dua macam komposit resin, yaitu: bahan internal yang lebih kaku untuk mendukung kekuat (misalnya bahan pengisi hibrid yang padat) untuk meningkatkan kekuatan dan mengurangi fraktur karena pengunyahan dan bahan berpartikel kecil (misalnya komposit mikrofil dan submikron) untuk mendukung countour akhir dan finishing.5 Bahan spesifik yang diperlukan pada restorasi klas IV adalah:5,6 • Resin komposit submikron atau komposit dengan partikel yang kecil. Pada
beberapa kondisi klinis, komposit yang lebih padat digunakan sebagai inti (core). Beberapa operator memilih menggunakan komposit mikrofil sebagai bahan restorasi pada akhir permukaan untuk restorasi ini. • Mata bur diamon berbentuk kerucut (bullet).
Persiapan Preparasi Anastesi sering kali tidak diperlukan pada fraktur yang kecil dimana preparasi
hanya sampai enamel . Pada fraktur yang lebih besar dimana dentin sudah terpapar yang menyebabkan gigi sensitif saat terkena angin, air dingin dan getaran bur maka dilakukan anastesi. Kemudian gigi diisolasi dengan rubber dam dan bersihkan gigi dengan pumice dan air.1,5
Universitas Sumatera Utara

Preparasi Preparasi disesuaikan dengan bentuk fraktur sepertiga sampai dua pertiga
permukaan insisal, dimana dentin sudah terekspos (terpapar). Ilustrasi tipe fraktur Klas IV dapat dilihat pada gambar 1.5,6
Gambar 1. Pandangan fasial A. tipe fraktur Klas IV, B. Bentuk outline chamfer yang digunakan pada preparasi Klas IV, C. Bentuk outline pada bevel preparasi Klas IV.5
Pada umumnya gigi anterior memiliki grooves horizontal dan vertikal untuk menyebunyikan batas dan meningkatkan kesesuaian warna gigi yang akan meningkatkan estetik (gambar 2).5
Universitas Sumatera Utara

Gambar

2. Pandangan fasial dari groove
horizontal dan vertikal yang dapat digunakan untuk menyembunyikan
preparasi margin klas IV dan
meningkatkan kesesuian warna untuk hasil estetik yang lebih baik.5


Pembuatan Chamfer Chamfer dibuat dengan panjang 1 mm (setengah dari panjang fraktur) sampai
setengah dari kedalaman enamel pada permukaan labial dan lingual. Tipe dari preparasi ini akan menghasilkan restorasi yang lebih tahan lama (Gambar 1,B. dan 3). Yang paling penting, pembuangan chamfer hanya setengah dari seluruh permukaan enamel. Garis horizontal dan vertikal dengan mudah tertutupi permukaan anatomi, dimana garis oblik berlawanan dengan garis anatomi alami dan teksture permukaan oleh karena itu lebih terlihat. Step yang bertingkat pada permukaan labial enamel akan menghasilkan restorasi akhir yang lebih estetis.5,6

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Empat sudut pandang chamfer dari preparasi klas IV dimana margin horizontal dan garis vertikal anatomi dibuat untuk menyembunyikan batas.5
Pembuatan Beveled Margin Salah satu pilihan pada desain chamfer yang memiliki step bertingkat adalah
mempersiapkan 2 sampai 3 mm bevel pada chamfer (Gambar 1, C). Bevel ini akan menghasilkan tingkatan warna dari gigi yang direstorasi. Walaupun beveled margin tidak memiliki ketahanan seperti chamfer, preparasi bevel memberikan hasil estetis yang lebih konsisten.5
Pelapikan Enamel Preparasi dibersihkan dari semua debris. Pastikan permukaan enamel bersih
dari semua debris dan bahan-bahan yang menutupi dentin. Setelah gigi yang berdampingan dilindungi dengan strip Mylar, dilakukan teknik etsa dan bonding
Universitas Sumatera Utara

enamel. Teknik ini biasanya dilakukan sekitar 20 detik untuk mengetsa enamel dan 10 detik atau kurang untuk mengetsa dentin, dicuci minimal 5 detik, kemudian dikeringkan sesuai instruksi pabrik.5,6
Penumpatan Resin Komposit Gigi dietsa dan dikeringkan, kemudian ditambahkan bahan bonding dan
dilakukan polimerisasi dengan light cure. Strip Mylar dipasang kemudian komposit diaplikasikan dan dibentuk minimal tiga lapis, ketebalan masing-masing lapisan 1-2 mm. Untuk lapisan pertama, inti komposit biasanya menggunakan bahan pengisi yang lebih padat. Countour dibentuk dengan strip Mylar, interproksimal carver, dan eksplorer. Bahan yang berlebih pada permukaan proksimal dibuang dengan eksplorer. Polimerisasi minimal 40 detik pada setiap sisi. Untuk menghasilkan permukaan yang lebih gelap polimerisasi 60 detik pada masing-masing sisi (untuk bahan dengan EOP 16 Joul).5,6
Finishing Flash dihapus dengan instrumen pisau Bard Parker. Mata bur diamond yang
baik digunakan untuk pengurangan sisa bahan. Ketika mendekati margin, digunakan mata bur diamond mikron atau cakram fleksibel. Bila menggunakan microfill atau komposit partikel submikron, komposit dipolis menggunakan rubber cup dan pasta aluminium oksida. Oklusi memainkan peran penting dalam lamaya restorasi dapat bertahan. Pada restorasi digunakan oklusi ringan (terutama pada tonjol), karena komposit akan aus sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu.5,6
Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN Pemakaian resin komposit sebagai bahan tambalan banyak diminati karena
warnanya yang menyerupai warna gigi sangat menunjang estetis seseorang. Pada saat merestorasi gigi anterior sangat diperlukan ketrampilan klinisi untuk mendapatkan estetik, seperti : warna, bentuk dan tekstur. Selain itu diperlukan juga pengetahuan tentang perkembangan sistem adhesif.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
1. Terry DA, Leinfelder KF. An integration of composite resin with natural tooth structure: The class IV restoration. Practical Prosedure & Aesthetic Dentistry 2004;16(3):235–242.
2. Bryant RW. Composite resins. In: Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. London: Mosby, 1998:93-105.
3. Anusavice, Kenneth J. Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Edisi 10 Alih bahasa. Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: EGC, 2003: 227-250.
4. Lopes GC, Oliveira GMS. Direct composite restoration in posterior teeth. Copendium. 2006;27(10):72-80.
5. Alber HF. Tooth-colored restoratives principles and techniques. 2nd revised ed. London: BC Decker Inc, 2002:183-202.
6. Roberson TM, Heymann HO, Ritter AV, Pereira PNR. Class III, IV dan V Direct Composite and Other Tooth Colored Restorations. In: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ, eds. Art and Science Operative Dentistry. Fourth edition. St. Louis Missouri: Mosby,Inc, 2002:501-650.
Universitas Sumatera Utara