PENGEMBANGAN KONSEP DIRI PADA ETNIS JAWA-CINA ARAB: ASPEK KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Usia kanak-kanak awal merupakan masa peka bagi seorang anak di dalam
mengembangkan berbagai kemampuannya. Pada masa peka terdapat pematangan fungsifungsi psikis yang siap untuk merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini
merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan
fisik, kognitif, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama serta
sosial dan emosional (Diknas, 2004). Pada dasarnya setiap anak berbeda, mereka berbeda
dalam tingkat kinerja, kecepatan belajar, dan gaya belajar. Anak-anak berada dalam
kesukuan, budaya, kelas sosial, dan bahasa dalam keluarga. (Slavin, 2006). Slavin juga
menjelaskan bahwa pada saat anak-anak memasuki sekolah, mereka telah menyerap
banyak aspek budaya di tempat mereka dibesarkan, seperti bahasa, ataupun tata laku
tertentu. Latar belakang budaya masing-masing anak dipengaruhi oleh kesukuan, status
sosioekonomi, agama, bahasa keluarga, jender dan identitas serta pengalaman kelompok
lainnya.
Berk dan Winshler (dalam McClelland, Kant, & Lunt, 1992) mengemukakan
bahwa perkembangan sosial yang dimulai sejak lahir akan berkembang pesat selama masa
kanak-kanak awal. Anak-anak pada usia ini belajar bagaimana bersosialisasi, termasuk
pula belajar bagaimana memahami sudut pandang orang lain. Vigotsky (dalam Marion,
2001) mengemukakan pada masa ini aktivitas mental berawal dari kontak sosial dan
hubungan dengan orang lain. Kontak sosial yang dilakukan anak pada usia ini mendorong

berkembangnya kompetensi sosial pada anak. Kompetensi sosial merupakan keterampilan
yang mengacu pada keterampilan sosial, emosional, kognitif serta keterampilan berperilaku

yang membuat anak akan berhasil dalam melakukan adaptasi sosial dan penyesuaian diri (
Sarason, dalam Berman, 1992).
Ladd (dalam McClelland, dkk, 1992) menyebutkan adanya beberapa penelitian
tentang anak-anak yang kurang mempunyai kompetensi sosial sampai dengan usia enam
tahun. Anak-anak ini kemungkinan akan menjadi orang dewasa yang mempunyai risiko
tinggi mengalami gangguan dalam beberapa hal, misalnya gangguan perilaku dan
kurangnya motivasi berprestasi.
Banyak faktor sosial yang dapat menjadi penghambat perkembangan kompetensi
sosial pada anak, seperti yang dikemukakan oleh Farrington dan Catalano (dalam Schwart,
1995), faktor sosial tersebut misalnya kehidupan keluarga yang tidak adekuat, orangtua
maupun tetangga yang terlibat perilaku kriminal, maupun kekerasan dan ketidakefektifan
suasana maupun hubungan pada lingkungan sekolah. Farrington dan Catalano (dalam
Schwart, 1995) menyebutkan tanda-tanda awal masalah sosial yang bisa diamati pada
anak, antara lain : menarik diri, perasaan ditolak, menjadi korban anak lain, rendahnya
prestasi sekolah, ekspresi kekerasan, kemarahan dan agresi yang tidak terkontrol,
menyakiti orang lain serta kurang mempunyai toleransi terhadap perbedaan yang ada.
Berdasarkan berbagai pandangan, terdapat lima aspek utama untuk mengembangkan

kompetensi sosial pada anak. Kelima aspek tersebut adalah konsep diri, tanggung jawab,
ekspresi emosi, interaksi sosial dan kemampuan pemecahan masalah. Orangtua memiliki
tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kompetensi anak. Pola asuh yang
diterapkan akan mempengaruhi kesiapan anak dalam menghadapi situasi sosial. Selain itu,
faktor budaya juga akan mempengaruhi bagaimana prinsip orangtua dalam mendidik anakanaknya.

2

B. Perumusan Masalah
Indonesia merupakan negara yang tergolong multikultural, dimana berpengaruh
terhadap kebiasaan dan perilaku masyarakatnya. Berbagai studi menunjukkan adanya
perbedaan pandangan dan pola asuh orangtua terhadap anak dari berbagai latar budaya
yang ada. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana peran mereka dalam mengembangkan
konsep diri anak yang berpengaruh terhadap kompetensi sosial mereka. Tanpa memahami
latar belakang budaya yang ada, ada kecenderungan memberi perlakuan yang sama pada
anak didik, dimana hal tersebut bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.

3

DAFTAR PUSTAKA

Berk, L.E. (2005). Infants, Children, and Adolescence. 5th Ed. America : Pearson
Education, Inc.
Cartledge & Milburn. (1995). Teaching Social Skills to Children and Youth. Massachusets
: Allyn & Bacon.
Cornelia, Gressy S. (2001). Kompetensi Sosial yang Buruk pada Anak Taman Kanakkanak dan Kaitannya dengan Gaya Pengasuhan Ibu. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia.
Diknas. (2004). Kurikulum : Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini.
Hurlock, E.B. (1980). Developmental Psycology : A Life Span Approach, fifth edition. Mc
Graw Hill.
Kent, M.W & Rolfs, J.E. (1979). Social Competence in Children. London : University
Press of New England.
Mclelland, Kant, Lunt. 1992. Assesing Young Children’s Social Competence.
www.athealth.com.
Mulyani, Sri. 2006. Hubungan antara Konsep Diri dengan Motivasi Belajar pada Siswa
Program Akselerasi. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Ormrod, J.E. 2003. Educational Psychology. Developing Learners. New Jersey: Pearson
Education
Papalia, D.E. (2003). A Child’s World : Infancy through Adollesence 9th. America :
McGrawHill.

Parke & Lad (1992). Taking a Closer look at Promoting Social Competence
Reinchbach
&
Master.
(1983).
Http://epm.sagepub.com.

Children

Understanding

of

Emotion.

Santrock, John W. 2004. Educational Education. 2th.ed.USA: Mc Graw Hill.
Schwart, Z. (1995). Developing Social Competence In Children. Http://epm.sagepub.com.
Slavin, Robert. 2006. Educational Psychology: Theory and Practices. Boston: Allyn and
Bacon
Sroufe, Cooper, Dehart. (1996). Child Development: Its Nature and Course 3th Ed.

America : Mc Graw Hill.
47

Sylva, K & Lunt, I. (1994). Child Development A First Course. Britain : TJ Press LTD.
Yin, Ping and Fan, Xitao. 2002. Journal of Educational and Measurement, Vol.63 No2.
William, B.K; Sawyer, S.C & Wahlstrom, C.M. 2006. Marriages, Families and Intimate
Relationship: a practical Introduction. USA: Pearson Education
Worrel, Frank.C. 2002. Gifted Child Quarterly. Http://epm.sagepub.com.

48

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

PENGEMBANGAN KONSEP DIRI
PADA ETNIS JAWA-CINA ARAB:
ASPEK KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK

Oleh :
Rosana Dewi Yunita, M.Si, Psikolog
Miwa Patnani, M.Si, Psikolog

Lisnawati R Purtojo, M.Si, Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2009

Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian

Dr. Markhamah,M.Hum
NIP.131 683 025

RINGKASAN PENELITIAN
PENGEMBANGAN KONSEP DIRI PADA ETNIS JAWA-CHINA-ARAB:
ASPEK KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK
Oleh:
Rosana Dewi Yunita
Miwa Patnani
Lisnawati Ruhaena
Usia kanak-kanak awal merupakan masa peka bagi seorang anak di dalam

mengembangkan berbagai kemampuannya. Pada masa peka terdapat pematangan fungsi-fungsi
psikis yang siap untuk merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan
masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif,
Konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama serta sosial dan emosional
(Diknas, 2004). Pada dasarnya setiap anak berbeda, mereka berbeda dalam tingkat kinerja,
kecepatan belajar, dan gaya belajar. Anak-anak berada dalam kesukuan, budaya, kelas sosial, dan
bahasa dalam keluarga. (Slavin, 2008). Slavin juga menjelaskan bahwa pada saat anak-anak
memasuki sekolah, mereka telah menyerap banyak aspek budaya di tempat mereka dibesarkan,
seperti bahasa. Berk dan Winshler (dalam McClelland, Kant, & Lunt, 1992) mengemukakan
bahwa perkembangan sosial yang dimulai sejak lahir akan berkembang pesat selama masa
kanak-kanak awal.
Ladd (dalam McClelland, dkk, 1992) menyebutkan adanya beberapa penelitian tentang
anak-anak yang kurang mempunyai kompetensi sosial sampai dengan usia enam tahun. Anakanak ini kemungkinan akan menjadi orang dewasa yang mempunyai risiko tinggi mengalami
gangguan dalam beberapa hal, misalnya gangguan perilaku dan kurangnya motivasi berprestasi.
Indonesia merupakan negara yang tergolong multikultural, dimana berpengaruh terhadap
kebiasaan dan perilaku masyarakatnya. Berbagai studi menunjukkan adanya perbedaan
pandangan dan pola asuh orangtua terhadap anak dari berbagai latar budaya yang ada. Hal ini
akan mempengaruhi bagaimana peran mereka dalam mengembangkan konsep diri anak yang
berpengaruh terhadap kompetensi sosial mereka. Tanpa memahami latar belakang budaya yang
ada, ada kecenderungan memberi perlakuan yang sama pada anak didik, dimana hal tersebut bisa

menimbulkan masalah di kemudian hari.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran orangtua dalam mengembangkan
kompetensi sosial anak. Fokus penelitian ini lebih pada meneliti peran orangtua dari berbagai

golongan etnis dalam mengembangkan salah satu aspek dari kompetensi sosial, yaitu aspek
konsep diri. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif.
Berdasar hasil analisa data, nampak bahwa kemampuan anak telah sesuai dengan taraf
perkembangannya. Pencapaian kemampuan itu tampaknya tidak lepas dari pengaruh keluarga.
Dari hasil observasi dan wawancara, nampak bahwa pola asuh orangtua menjadi faktor utama
bagaimana pola perilaku anak. Tujuan awal dari penelitian ini untuk melihat kompetensi anak
dan konsep diri anak berdasarkan keturunan/etnis, belum terlihat dengan jelas. Konsep diri pada
subjek penelitian sudah berkembang dengan cukup baik, hanya saja rasa percaya diri yang masih
perlu dikembangkan. Dari hasil penelitian, nampak bahwa tidak ada perbedaan konsep diri atau
kompetensi pada subjek penelitian.
Pada peneliti selanjutnya dapat berupaya lebih dalam mengetahui perbedaan etnis dengan
aneka ragam latar belakang budaya dan pengaruhnya terhadap pengasuhan maupun konsep diri
anak dengan memilih lokasi penelitian yang lebih spesifik.

Prakata
Alhamdulillah, Syukur kepada Allah, SWT yang telah memberikan kelancaran bagi

peneliti untuk melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini masih banyak kekurangan, namun
diharapkan akan tetap dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk meningkatkan kualitas
bangsa pada umumnya dan perkembangan anak pada khususnya.
Peneliti menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:


Bapak Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si, Psikolog sebagai Dekan Fakultas Psikologi UMS



yang telah memberi kesempatan dan mendukung peneliti dalam melakukan penelitian



banyak membantu penelitian ini hingga dapat berjalan dengan lancar



berarti.




Miwa Patnani, MSi, Psikolog dan Mbak Lisnawati, S.Psi, MSi, Psikolog yang telah

Setya Asyanti, MSi, Psikolog yang banyak mendukung dan memberi masukan yang

Pak Nafi, yang banyak membantu sehingga penelitian ini dapat selesai dengan lancar
Seluruh mahasiswa asisten peneliti yang telah berusaha untuk mendapatkan data yang



berguna bagi penelitian ini



Ayah-Ibu dan Adik peneliti atas segala doa dan dukungannya



dukungannya




Ibu Dra. Partini, M.Si, atas bantuannya dalam mencarikan subjek penelitian

Suami serta anak-anakku atas begitu besarnya perhatian, pengertian serta segala bentuk

Mbak Lusi Nuryanti, Mbak Usmi, Mbak Tari, Bu Nanik, Mbak Eny, Mbak Hertin dan
semua teman-teman di Fakultas Psikolog UMS atas kebersamaan serta diskusi yang



sangat bermanfaat.
Peneliti juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya

Surakarta, Oktober 2009

RINGKASAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN KONSEP DIRI PADA ETNIS JAWA-CHINA-ARAB:
ASPEK KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK
Oleh:
Rosana Dewi Yunita
Miwa Patnani
Lisnawati Ruhaena

Usia kanak-kanak awal merupakan masa peka bagi seorang anak di dalam
mengembangkan berbagai kemampuannya. Pada masa peka terdapat pematangan fungsi-fungsi
psikis yang siap untuk merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan
masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif,
Konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama serta sosial dan emosional
(Diknas, 2004). Pada dasarnya setiap anak berbeda, mereka berbeda dalam tingkat kinerja,
kecepatan belajar, dan gaya belajar. Anak-anak berada dalam kesukuan, budaya, kelas sosial, dan
bahasa dalam keluarga. (Slavin, 2008). Slavin juga menjelaskan bahwa pada saat anak-anak
memasuki sekolah, mereka telah menyerap banyak aspek budaya di tempat mereka dibesarkan,
seperti bahasa. Berk dan Winshler (dalam McClelland, Kant, & Lunt, 1992) mengemukakan
bahwa perkembangan sosial yang dimulai sejak lahir akan berkembang pesat selama masa
kanak-kanak awal.
Ladd (dalam McClelland, dkk, 1992) menyebutkan adanya beberapa penelitian tentang
anak-anak yang kurang mempunyai kompetensi sosial sampai dengan usia enam tahun. Anakanak ini kemungkinan akan menjadi orang dewasa yang mempunyai risiko tinggi mengalami
gangguan dalam beberapa hal, misalnya gangguan perilaku dan kurangnya motivasi berprestasi.
Indonesia merupakan negara yang tergolong multikultural, dimana berpengaruh terhadap
kebiasaan dan perilaku masyarakatnya. Berbagai studi menunjukkan adanya perbedaan
pandangan dan pola asuh orangtua terhadap anak dari berbagai latar budaya yang ada. Hal ini
akan mempengaruhi bagaimana peran mereka dalam mengembangkan konsep diri anak yang
berpengaruh terhadap kompetensi sosial mereka. Tanpa memahami latar belakang budaya yang

ii

ada, ada kecenderungan memberi perlakuan yang sama pada anak didik, dimana hal tersebut bisa
menimbulkan masalah di kemudian hari.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran orangtua dalam mengembangkan
kompetensi sosial anak. Fokus penelitian ini lebih pada meneliti peran orangtua dari berbagai
golongan etnis dalam mengembangkan salah satu aspek dari kompetensi sosial, yaitu aspek
konsep diri. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif.
Berdasar hasil analisa data, nampak bahwa kemampuan anak telah sesuai dengan taraf
perkembangannya. Pencapaian kemampuan itu tampaknya tidak lepas dari pengaruh keluarga.
Dari hasil observasi dan wawancara, nampak bahwa pola asuh orangtua menjadi faktor utama
bagaimana pola perilaku anak. Tujuan awal dari penelitian ini untuk melihat kompetensi anak
dan konsep diri anak berdasarkan keturunan/etnis, belum terlihat dengan jelas. Konsep diri pada
subjek penelitian sudah berkembang dengan cukup baik, hanya saja rasa percaya diri yang masih
perlu dikembangkan. Dari hasil penelitian, nampak bahwa tidak ada perbedaan konsep diri atau
kompetensi pada subjek penelitian.
Pada peneliti selanjutnya dapat berupaya lebih dalam mengetahui perbedaan etnis dengan
aneka ragam latar belakang budaya dan pengaruhnya terhadap pengasuhan maupun konsep diri
anak dengan memilih lokasi penelitian yang lebih spesifik.

iii

iv

RINGKASAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN KONSEP DIRI PADA ETNIS JAWA-CHINA-ARAB:
ASPEK KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK
Oleh:
Rosana Dewi Yunita
Miwa Patnani
Lisnawati Ruhaena

Usia kanak-kanak awal merupakan masa peka bagi seorang anak di dalam
mengembangkan berbagai kemampuannya. Pada masa peka terdapat pematangan fungsi-fungsi
psikis yang siap untuk merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan
masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif,
Konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama serta sosial dan emosional
(Diknas, 2004). Pada dasarnya setiap anak berbeda, mereka berbeda dalam tingkat kinerja,
kecepatan belajar, dan gaya belajar. Anak-anak berada dalam kesukuan, budaya, kelas sosial, dan
bahasa dalam keluarga. (Slavin, 2008). Slavin juga menjelaskan bahwa pada saat anak-anak
memasuki sekolah, mereka telah menyerap banyak aspek budaya di tempat mereka dibesarkan,
seperti bahasa. Berk dan Winshler (dalam McClelland, Kant, & Lunt, 1992) mengemukakan
bahwa perkembangan sosial yang dimulai sejak lahir akan berkembang pesat selama masa
kanak-kanak awal.
Ladd (dalam McClelland, dkk, 1992) menyebutkan adanya beberapa penelitian tentang
anak-anak yang kurang mempunyai kompetensi sosial sampai dengan usia enam tahun. Anakanak ini kemungkinan akan menjadi orang dewasa yang mempunyai risiko tinggi mengalami
gangguan dalam beberapa hal, misalnya gangguan perilaku dan kurangnya motivasi berprestasi.
Indonesia merupakan negara yang tergolong multikultural, dimana berpengaruh terhadap
kebiasaan dan perilaku masyarakatnya. Berbagai studi menunjukkan adanya perbedaan
pandangan dan pola asuh orangtua terhadap anak dari berbagai latar budaya yang ada. Hal ini
akan mempengaruhi bagaimana peran mereka dalam mengembangkan konsep diri anak yang
berpengaruh terhadap kompetensi sosial mereka. Tanpa memahami latar belakang budaya yang

ii 
 

ada, ada kecenderungan memberi perlakuan yang sama pada anak didik, dimana hal tersebut bisa
menimbulkan masalah di kemudian hari.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran orangtua dalam mengembangkan
kompetensi sosial anak. Fokus penelitian ini lebih pada meneliti peran orangtua dari berbagai
golongan etnis dalam mengembangkan salah satu aspek dari kompetensi sosial, yaitu aspek
konsep diri. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif.
Berdasar hasil analisa data, nampak bahwa kemampuan anak telah sesuai dengan taraf
perkembangannya. Pencapaian kemampuan itu tampaknya tidak lepas dari pengaruh keluarga.
Dari hasil observasi dan wawancara, nampak bahwa pola asuh orangtua menjadi faktor utama
bagaimana pola perilaku anak. Tujuan awal dari penelitian ini untuk melihat kompetensi anak
dan konsep diri anak berdasarkan keturunan/etnis, belum terlihat dengan jelas. Konsep diri pada
subjek penelitian sudah berkembang dengan cukup baik, hanya saja rasa percaya diri yang masih
perlu dikembangkan. Dari hasil penelitian, nampak bahwa tidak ada perbedaan konsep diri atau
kompetensi pada subjek penelitian.
Pada peneliti selanjutnya dapat berupaya lebih dalam mengetahui perbedaan etnis dengan
aneka ragam latar belakang budaya dan pengaruhnya terhadap pengasuhan maupun konsep diri
anak dengan memilih lokasi penelitian yang lebih spesifik.

iii 
 

iv 
 

DAFTAR PUSTAKA
Berk, L.E. (2005). Infants, Children, and Adolescence. 5th Ed. America : Pearson
Education, Inc.
Cartledge & Milburn. (1995). Teaching Social Skills to Children and Youth. Massachusets
: Allyn & Bacon.
Cornelia, Gressy S. (2001). Kompetensi Sosial yang Buruk pada Anak Taman Kanakkanak dan Kaitannya dengan Gaya Pengasuhan Ibu. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia.
Diknas. (2004). Kurikulum : Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini.
Hurlock, E.B. (1980). Developmental Psycology : A Life Span Approach, fifth edition. Mc
Graw Hill.
Kent, M.W & Rolfs, J.E. (1979). Social Competence in Children. London : University
Press of New England.
Mclelland, Kant, Lunt. 1992. Assesing Young Children’s Social Competence.
www.athealth.com.
Mulyani, Sri. 2006. Hubungan antara Konsep Diri dengan Motivasi Belajar pada Siswa
Program Akselerasi. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Ormrod, J.E. 2003. Educational Psychology. Developing Learners. New Jersey: Pearson
Education
Papalia, D.E. (2003). A Child’s World : Infancy through Adollesence 9th. America :
McGrawHill.
Parke & Lad (1992). Taking a Closer look at Promoting Social Competence
Reinchbach
&
Master.
(1983).
Http://epm.sagepub.com.

Children

Understanding

of

Emotion.

Santrock, John W. 2004. Educational Education. 2th.ed.USA: Mc Graw Hill.
Schwart, Z. (1995). Developing Social Competence In Children. Http://epm.sagepub.com.
Slavin, Robert. 2006. Educational Psychology: Theory and Practices. Boston: Allyn and
Bacon
Sroufe, Cooper, Dehart. (1996). Child Development: Its Nature and Course 3th Ed.
America : Mc Graw Hill.
47

Sylva, K & Lunt, I. (1994). Child Development A First Course. Britain : TJ Press LTD.
Yin, Ping and Fan, Xitao. 2002. Journal of Educational and Measurement, Vol.63 No2.
William, B.K; Sawyer, S.C & Wahlstrom, C.M. 2006. Marriages, Families and Intimate
Relationship: a practical Introduction. USA: Pearson Education
Worrel, Frank.C. 2002. Gifted Child Quarterly. Http://epm.sagepub.com.

48