Fungsi-fungsi Logika DASAR PEMOGRAMAN PLC

Rizal Pinem : Pengaturan Motor Induksi Satu Fasa Berbasis PLC, Aplikasi Pada pada Laboratorium Konversi Energi Teknik Elektro USU, 2011 untuk tujuan control proses yang melibatkan akuisisi data analog dan perhitungan-perhitungan yang lebih kompleks. 4. Diagram Skuensial Sequential Function Chart, merupakan pemograman terstruktur yang banyak menggunakan langkah-langkah rumit. 5. Teks Struktur Structur Text, merupakan pemograman yang menggunakan statement-statement yang umum dijumpai dalam bahasa level tingkat tinggi. Walaupun kebanyakan PLC telah mampu menggunakan kelima model pemograman tersebut diatas, tetapi sampai pada saat ini pemograman dengan menggunakan ladder diagram lebih banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena ladder diagram lebih mudah dipahami dan tampilannya mirip dengan wiring diagram. Alurnya dapat dilihat secara langsung, tanpa harus memahami banyak kode program seperti kode mnemonic. Selain itu dengan menggunakan ladder diagram juga bias menambahkan keterangan pada masing-masing alamat di ladder diagram, sehingga dapat langsung memahami fungsi dari masing-masing alamat pada PLC.

3.2 Fungsi-fungsi Logika

Banyak situasi control yang mengharuskan dilakukannya kombinasi tindakan-tindakan pengontrol agar kondisi-kondisi tertentu terpenuhi. Kombinasi-kombinasi logika dari pengontrolan tersebut diharapkan akan membentuk suatu rangkaian proses control yang diharapkan. Dalam kombinasi logika, hanya dikenal dua logika keadaan, yaitu situasi ON atau situasi OFF atau bias juga diandaikan dengan situsai saklar terbuka dan saklar tertutup. Dua Rizal Pinem : Pengaturan Motor Induksi Satu Fasa Berbasis PLC, Aplikasi Pada pada Laboratorium Konversi Energi Teknik Elektro USU, 2011 kondisi ini juga dapat disebut sebagai konsep bilangan biner atau konsep Boolean. Bilangan biner 1 merepresentasikan adanya sinyal, sedangkan bilangan biner 0 merepresentasikan tidak adanya sinyal. Pada system digital kondisi ini direpresentasikan oleh level tegangan yang berbeda yaitu +1V dan -0V. Tabel 3.1 Contoh Konsep Bilangan Biner 3.2.1 Gerbang Logika AND Gerbang AND dapat memiliki dua masukan atau lebih. Gerbang ini akan menghasilkan keluaran 1 hanya apabila semua masukannya sebesar 1. Dengan kata lain apabila salah satu masukannya 0 maka keluarannya pasti 0. Penjabaran dapat lebih disederhanakan lagi dengan mempergunakan tabel yang bernama Tabel Kebenaran. Bentuk tabel kebenaran dalam kasus ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.2 a. Logika AND Dalam Hubungan Listrik +1V 0V Contoh Beroperasi Tidak beroperasi Limit switch Tertutup Terbuka Valve ON OFF Lampu Berjalan Berhenti Motor Berbunyi Diam Alarm Rizal Pinem : Pengaturan Motor Induksi Satu Fasa Berbasis PLC, Aplikasi Pada pada Laboratorium Konversi Energi Teknik Elektro USU, 2011 = A.B Gambar 3.2.b. Gerbang Logika AND Tabel 3.2 Tabel Kebenaran Logika AND 3.2.2 Gerbang Logika NAND Berlawanan dengan gerbang AND, pada gerbang NAND keluaran akan selalu 1 apabila salah satu masukannya 0. Dan keluaran akan sebesar 0 hanya apabila semua masukannya 1. Gerbang NAND ekuivalen dengan NOT AND. Tabel kebenaran gerbang NAND adalah sebagai berikut. Gambar 3.3 Gerbang Logika NAND Masukan Keluaran A B Q 1 1 1 1 1 A B Q A B Q Rizal Pinem : Pengaturan Motor Induksi Satu Fasa Berbasis PLC, Aplikasi Pada pada Laboratorium Konversi Energi Teknik Elektro USU, 2011 Tabel 3.3 Tabel Kebenaran Logika NAND 3.2.3 Gerbang Logika OR Keluaran gerbang OR akan sebesar 0 hanya apabila semua masukannya 0. Dan keluarannya akan sebesar 1 apabila saling tidak ada salah satu masukannya yang bernilai 1. a b Gambar 3.4 a. Logika OR dalam hubungan listrik,b. Gerbang Logika OR Tabel 3.4 Tabel Kebenaran Gerbang OR Masukan Keluaran A B Q 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 Masukan Keluaran A B Q 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 A B Q Rizal Pinem : Pengaturan Motor Induksi Satu Fasa Berbasis PLC, Aplikasi Pada pada Laboratorium Konversi Energi Teknik Elektro USU, 2011 3.2.4 Gerbang Logika NOR Gerbang NOR berlawanan dengan gerbang OR, keluaran sebesar 1 hanya akan terjadi apabila semua masukannya sebesar 0. Gambar 3.5 Gerbang Logika NOR Tabel 3.5 Tabel Kebenaran Gerbang NOR 3.2.5 Gerbang NOT Pada gerbang ini nilai keluarannya selalu berlawanan dengan nilai masukannya. Apabila masukannya sebesar 0 maka keluarannya akan sebesar 1 dan sebaliknya apabila masukannya sebesar 1 maka keluarannya akan sebesar 0. Pada tabel kebenaran gerbang NOT berikut, yaitu tabel yang menggambarkan hubungan antara masukan A dan keluaran B perangkat digit gerbang NOT . Masukan Keluaran A B Q 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 A B Q Rizal Pinem : Pengaturan Motor Induksi Satu Fasa Berbasis PLC, Aplikasi Pada pada Laboratorium Konversi Energi Teknik Elektro USU, 2011 Gambar 3.6. a. Gerbang Logika NOT Dalam Hubungan Listrik Gambar 3.6. b. Gerbang Logika NOT Tabel 3.6 Tabel Kebenaran Gerbang NOT 3.2.6 Gerbang Ex-OR Apabila input A dan B ada dalam keadaan logika yang sama, maka output Q akan menghasilkan logika 0, sedangkan bila input A dan B ada dalam keadaan logika yang berbeda, maka output akan menjadi logika 1. Ex-OR sebetulnya merupakan variasi dari cara kerja logika OR Masukan Keluaran A B 0 1 1 0 A B Rizal Pinem : Pengaturan Motor Induksi Satu Fasa Berbasis PLC, Aplikasi Pada pada Laboratorium Konversi Energi Teknik Elektro USU, 2011 Gambar 3.7 Gerbang Logika Ex-OR Tabel 3.7 Tabel Kebenaran Gerbang Ex-OR 3.2.7 Gerbang Ex-NOR Exclusive NOR Apabila input A dan B ada dalam keadaan logika yang sama, maka output Q akan menghasilkan logika 1, sedangkan bila input A dan B ada dalam keadaan logika yang berbeda, maka output akan menjadi logika 0. Ex-NOR bisa juga dikatakan memiliki sifat dari kebalikan Ex-OR. Ex-NOR dan NOR hanyalah berbeda pada langkah ke-empat yaitu apabila A dan B pada logika 1 maka output Q juga 1, bukan 0 seperti pada logika NOR Masukan Keluaran A B Q 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 A B Q A B Q Rizal Pinem : Pengaturan Motor Induksi Satu Fasa Berbasis PLC, Aplikasi Pada pada Laboratorium Konversi Energi Teknik Elektro USU, 2011 L 1 L 2 Gambar 3.8 Gerbang Logika Ex-NOR Tabel 3.8 Gerbang Logika Ex-NOR

3.3 Diagram Tangga Ladder Diagram