Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata Alam Air Terjun Silimalima di Kabupaten Tapanuli Selatan

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, O., dan Patana, P. 2002. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil
Hutan Non-marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan Studi Kasus
Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan).
Laporan Penelitian. Program Ilmu Kehutanan – Universitas Sumatera
Utara. Tidak diterbitkan.
Fandeli, C. 2000. Konsep dan Pengertian Ekowisata Fandeli C dan Mukhlison
[editor]. Pengusahaan Ekowisata . Yogyakarta. Fakultas Kehutanan UGM.
UKSDA Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Fandeli, C., dan Mukhlison, 2000. Pengusahaan Ekowisata. Universitas Gadjah
Mada Press. Yogyakarta.
Ginting, I. A. 2012. Penilaian dan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata
Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit. USU: Skripsi. Medan.
Hakim, L. 2004. Dasar-dasar Ekowisata. Bayumedia Publishing. Malang, Jawa
Timur.
Hisyam, M.S. 1998. Analisa SWOT Sebagai Langkah Awal Perencanaan Usaha.
Makalah. Jakarta: SEM Institute.
Karisma, B. M. 2010. Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat
Desa Sekitar Hutan dan Tata Kelolanya (Kasus di Desa Malasari
Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat).

IPB: Skripsi. Bogor.
Karsudi, R., Soekmadi, dan H. Kartodiharjo. 2010. Strategi Pengembangan
Ekowisata di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. JMHT
Vol.XVI, (3): 148-154.
Kementrian Dalam Negeri. 2014. Data Penduduk Kecamatan Marancar Tahun
2014 Per Desa/Kelurahan Berdasarkan Pendidikan. Republik Indonesia.
Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
Merryna, A. 2009. Analisis Willingness to Pay Masyarakat Terhadap
Pembayaran. Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong,
Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). IPB: Skripsi. Bogor
Nurrochmat, D. R. 2005. Strategi Pengelolaan Hutan: Upaya Menyelamatkan
Rimba yang Tersisa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. 2015. Republik Indonesia.

43
Universitas Sumatera Utara

Pemerintah Kecamatan Marancar. 2015. Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2000
Tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup Kegiatan Pembangunan Pemukiman Terpadu Tahun 2000. KNLH.
Jakarta.
Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2012 tentang Perubahan PP No 24 tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan. Lembaran Negara RI Tahun 2012
No 140. Sekretariat Negara. Jakarta.
Rahmawati, D. 2005. Ekowisata di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap
(Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular) [diakses dari:
www.eprints.undip.ac.id pada tanggal 21 Desember 2014 pukul 14:29
WIB].
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
_________. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus - Integrated
Marketing Communications . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 1997 No. 68.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Simon, H. 2008. Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat (Cooperative Forest
Management). Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Suharsimi, A. 2010. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi). Rineka Cipta. Jakarta.
Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas

Kehutanan IPB. Bogor.
Sujatmiko, E. 2014. Kamus IPS: Cetakan I. Aksara Sinergi Media. Surakarta.
Wood, M. E. 2002. Ecotourism: Principles, Practices and Policies for
Sustainability. United Nation Publication.
Wollenberg, E, Brian B., Douglas S., Sonya D. dan Moira . Mengapa Kawasan
Hutan Penting bagi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia? [pdf],
(http://www.pustaka.ut.ac.id, diakses tanggal 20 November 2015)
Yuniandra, F. 2007. Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan,
Provinsi Jawa Barat. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

44
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan
Juni 2015. Lokasi kegiatan penelitian adalah air terjun Silimalima Kecamatan

Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
Variabel Penelitian
Penelitian

ini

menggunakan

variabel

pengembangan

ekowisata

(ecotourism). Dalam penelitian diteliti ini akan dianalisa bagaimana variabel
pengembangan dapat mendukung pengembangan objek wisata air terjun
Silimalima.
Pengembangan objek wisata air terjun Silimalima di Desa Simaninggir,
Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan diharapkan dapat memberikan
Gambaran tantangan bagaimana sektor pariwisata dapat berkontribusi secara

nyata terhadap kelestarian fungsi utama hutan sebagai salah satu kawasan
penyedia sumberdaya air dan memberdayakan kesejahteraan masyarakat lokal di
Desa Simaninggir, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan..
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Peta wilayah administrasi kabupaten, kecamatan, data primer dan data
sekunder yang berkaitan dengan lokasi penelitian.
2. Kuisioner penelitian yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian.

11
Universitas Sumatera Utara

3. Laporan dan tesis hasil penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dan
berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk membantu
melengkapi pengamatan langsung di lapangan.
4. Kamera untuk dokumentasi lahan dan panorama yang disajikan obyek wisata.
Obyek dan Data Penelitian
1.

Obyek Penelitian

Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dalam pengelolaan obyek

wisata, masyarakat setempat, serta kalangan lain yang ada di wilayah studi,
dengan obyek penelitian :
a. Aparat desa, tokoh masyarakat, petani dan masyarakat setempat yang
berada disekitar hutan.
b. Kawasan hutan dan kawasan obyek wisata.
2.

Data Penelitian
Data penelitian yang diambil adalah data sekunder dan data primer. Data

sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian
atau data umum yang ada dari instansi pemerintahan desa dan kecamatan.
Sedangkan data primer yang dikumpulkan antara lain adalah data sosial ekonomi
masyarakat, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Metode Pengumpulan Data
1. Pengambilan Sampel
1.1. Sampel Desa
Pendekatan yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah

metode purposive sampling (pengambilan sampel bertujuan). Desa yang diteliti
adalah Desa Simaninggir, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan

12
Universitas Sumatera Utara

yang memiliki potensi wisata alam dan merupakan desa yang memiliki pengaruh
langsung oleh adanya tujuan wisata air terjun Silimalima.
1.2. Sampel Responden
Penelitian dilakukan dengan metode wawancara. Responden dalam
penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap mengetahui dengan baik tentang
potensi pengembangan ekowisata tersebut. Pemilihan responden dilakukan
dengan metode purposive sampling. Responden harus berusia minimal 18 tahun,
pendidikan minimal SMP dan telah mengunjungi sedikitnya 3 tempat ekowisata.
Jumlah sampel pengunjung yang diambil merupakan 15% dari jumlah
total

pengunjung

bulanan


yang

biasanya

mencapai

240

pengunjung

(Pemerintah Kecamatan Marancar), yaitu 36 sampel. Untuk responden dari
masyarakat diambil 10% dari jumlah penduduk Desa Simaninggir yang berjumlah
950 orang (Badan Pusat Statistik, 2014), yaitu 95 orang. Untuk responden dari
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Tapanuli Selatan diambil sebanyak 63%
dari jumlah total pegawai yang berjumlah 30 orang yaitu 19 orang sehingga total
seluruh responden adalah 150 orang. Menurut Suharsimi (2010), apabila
subyeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan populasi. Tetapi jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15%
atau 15-25% atau lebih.

2. Teknik dan Tahapan Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan sebagai berikut :
a. Identifikasi jenis dan inventarisasi obyek wisata (obyek wisata dan
pemanfaatan jasa lingkungan) di wilayah studi.

13
Universitas Sumatera Utara

b. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan obyek wisata untuk memperoleh
informasi mengenai potensi obyek wisata.
c. Wawancara dan diskusi terhadap para responden yang mewakili dan para pihak
pemangku kepentingan dalam pengelolaan obyek wisata.
d. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya diedit dan
ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan
analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif
sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk
mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan obyek wisata.
Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Pengembangan kepariwisataan tak bisa lepas dari faktor-faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhinya. Untuk dapat memahami faktor-faktor

internal dan eksternal tersebut dengan lebih detail, maka dilakukan klasifikasi
faktor internal ke dalam faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness),
sedangkan faktor eksternal dikelompokkan ke dalam faktor peluang (opportunity)
dan ancaman (threat). Analisis faktor internal-eksternal ini sangat bermanfaat
untuk dipergunakan dalam perumusan strategi dan program pengembangan
kepariwisataan (Rangkuti, 2005).
Analisis Data
Obyek dan daya tarik (flora, fauna dan obyek lainnya) yang telah
diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria penskoringan pada Pedoman
Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun
2003 sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria.

14
Universitas Sumatera Utara

Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
S=NxB
Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria
N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria

B = bobot nilai
Kriteria daya tarik diberi 6 karena daya tarik merupakan faktor utama
alasan seseorang melakukan perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena
merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan
wisata. Untuk akomodasi serta sarana dan prasarana diberi bobot 3 karena hanya
bersifat sebagai penunjang dalam kegiatan wisata. Hasil pengolahan data tersebut
kemudian diuraikan secara deskriptif.
Kriteria penilaian obyek dan daya tarik wisata alam (modifikasi Pedoman
Analisis Daerah Operasi dan Daya Tarik Wisata, Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam Tahun 2003):
Tabel 1. Kriteria Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata (bobot 6)

No

Unsur/Sub Unsur

Nilai

1.

Keunikan sumber daya alam:

2.

5
4
3
a. Air Terjun
b. Flora
30
25
20
c. Fauna
d. Adat istiadat/kebudayaan
e. Sungai
Banyaknya sumberdaya alam yang Ada Ada Ada

Ada Ada Ada

Ada

Ada

2

1

15

10

Ada

Ada

menonjol:

5

4

3

2

1

a.
b.
c.
d.
e.

30

25

20

15

10

Batuan
Flora
Fauna
Air
Gejala alam

15
Universitas Sumatera Utara

3.

Kegiatan wisata alam yang dapat

≥5

dilakukan:

Ada Ada
4

3

Ada

Ada

2

1

30
25
20
a. Menikmati keindahan alam
b. Melihat flora dan fauna
c. Trekking
d. Penelitian/pendidikan
e. Berkemah
f. Kegiatan olahraga
g. Mandi
h. Bermain Air
Kebersihan lokasi obyek wisata, tidak Ada Ada Ada

15

10

Ada

Tidak

ada pengaruh dari:

6

5

3-4

1-2

ada

30

25

20

15

10

5.

a. Industri
b. Jalan ramai
c. Pemukiman penduduk
d. Sampah
e. Vandalisme (coret-coret)
f. Pencemar lainnya
Keamanan kawasan:

Ada

Ada

6.

a. Tidak ada arus berbahaya
b. Tidak
ada
perambahan
dan
penebangan liar
c. Tidak ada pencurian
d. Tidak ada penyakit berbahaya
seperti malaria
e. Tidak ada kepercayaan yang
mengganggu
f. Tidak ada tanah longsor
Kenyamanan:

4.

≥5

a.
b.
c.
d.

Udara yang bersih dan sejuk
Bebas dari bau yang mengganggu
Bebas dari kebisingan
Tidak ada lalu lintas yang
mengganggu
e. Pelayanan terhadap pengunjung
yang baik
f. Tersedianya sarana dan prasarana

30

≥5

30

Ada Ada
4

3

2

1

25

20

15

10

Ada

Ada

Ada Ada
4

3

2

1

25

20

15

10

Ket : Skor total maksimum = bobot daya tarik x nilai unsur = 1080

16
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Kriteria Penilaian Aksesibilitas (bobot 5)

No

Unsur/Sub
Unsur

1.

Kondisi jalan

2.

3.

4.

Nilai

Jarak

Tipe jalan

Waktu tempuh
dari pusat kota

Baik

Cukup

Sedang

Buruk

30

25

20

15

15 km

30

25

20

10

Jalan aspal
lebar >3m

Jalan aspal
Jalan
lebar 100

75-100

30-75

66,6%

: layak dikembangkan

-

Tingkat kelayakan 33,3% - 66,6%

: belum layak dikembangkan

-

Tingkat kelayakan < 33,3%

: tidak layak dikembangkan

Analisis Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
(sampel bertujuan). Sampel purposive adalah sampel yang didasarkan atas adanya
tujuan tertentu. Jumlah responden untuk pengunjung ditetapkan sebesar 150
responden baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara serta
masyarakat sekitar.
Hasil kuisioner kemudian dianalisis dengan memberikan bobot dan rating
terhadap masing-masing kriteria. Bobot diberi nilai mulai dari 1 (sangat penting)
sampai dengan 0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis ini harus

18
Universitas Sumatera Utara

berjumlah 1. Kemudian untuk menghitung rating, untuk masing-masing faktor
(peluang dan kekuatan) diberi skala mulai dari 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (tidak
baik), dan 1 (sangat baik) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
organisasi. Sementara untuk rating ancaman dan kelemahan diberi nilai -4 sampai
dengan -1. Bentuk skoring dan pembobotan faktor internal dan eksternal dapat
dilihat pada Tabel 5 dan 6.
Tabel 5. Skoring dan pembobotan faktor internal

No
1
2
Dst
No
1
2
Dst

Kekuatan (strength)

Bobot

Rating

Skor

Total Kekuatan (strength)
Kelemahan (weakness)

Bobot

Rating

Skor

Total Kelemahan (weakness)
Total kekuatan – total kelemahan = S – W
Tabel 6. Skoring dan pembobotan faktor eksternal

No
1
2
Dst
No
1
2
Dst

Peluang (opportunity)

Bobot

Rating

Skor

Total peluang (opportunity)
Ancaman (threat)

Bobot

Rating

Skor

Total ancaman (threat)
Total peluang – total ancaman = O – T
Skoring dan pembobotan ini dilakukan untuk mendapatkan posisi Air
Terjun Silima-lima dalam diagram analisis SWOT. Diagram SWOT dapat dilihat
pada bagan yang ada pada Gambar 1.

19
Universitas Sumatera Utara

Peluang
Eksternal
Kelemahan
Internal

III

I

IV

II

Kekuatan
Internal

Ancaman
Eksternal
Gambar 1. Bagan Analisis SWOT

Keterangan gambar :
1.

Kuadran I : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha memiliki
peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

2.

Kuadran II : meskipun menghadapi berbagai ancaman, usaha masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan
cara strategi diversifikasi usaha (produk pasar).

3.

Kuadran III : usaha menghadapi peluang pasar yang sangat besar, akan tetapi
di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Strategi yang
harus diterapkan adalah meminimalkan masalah internal sehingga dapat
merebut peluang yang lebih baik.

4.

Kuadran IV : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, usaha
tersebut mengahadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

20
Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Matriks SWOT

Internal
Eksternal
Oppurtunities
Susunan Daftar
Peluang

Strengths
Susunan Daftar Kekuatan

Weakness
Susunan Daftar Kelemahan

Strategi SO

Strategi WO

Menggunaan
kekuatan Mengurangi
untuk
memanfaatkan dengan
peluang
peluang

kelemahan
memanfaatkan

Strategi ST
Strategi WT
Menggunakan
kekuatan
Memperkecil
kelemahan
untuk
menghindari
untuk menghindari ancaman
ancaman
(Sumber: Hisyam, 1998)
Threats
Susunan Daftar
Ancaman

Penentuan empat macam strategi pengembangan berdasarkan faktor
internal dan faktor eksternal dilakukan dengan model sebagai berikut:
1.

Strategi S – O, dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2.

Strategi S – T, dibuat dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk
mengatasi segala ancaman yang ada.

3.

Strategi W – O, dibuat dengan memanfaatkan peluang dan meminimalkan
kelemahan yang ada.

4.

Strategi W – T, dibuat untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman.

(Yuniandra, 2007)

21
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Air Terjun Silimalima
Air terjun Silimalima merupakan air terjun dengan ketinggian + 80 meter
yang kawasannya berada di Areal Penggunaan Lain (APL) (peta pada Lamiran 6)
yang pengawasan dan perlindungannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Tapanuli Selatan. Secara administratif, air terjun Silimalima terletak di Kecamatan
Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan
Marancar sendiri merupakan bagian dari Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Wilayah
III (Batangtoru) bersamaan dengan Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan
Batangtoru, Kecamatan Muara Batangtoru dan Kecamatan Angkola Sangkul
(Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2015).

Karakteristik Kawasan Air Terjun Silimalima
Air terjun Silimalima berada diantara lembah- lembah tebing yang curam
dengan batuan besar di sekelilingnya. Kawasan air terjun ini dikelilingi oleh hutan
sekunder dan perkebunan masyarakat sekitar. Lokasi wisata air terjun Silimalima
dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan acara lomba lintas alam karena memiliki
jalur-jalur trekking yang cukup menantang namun tidak begitu ekstrim. Menurut
Dinas Pemuda dan Pariwisata Tapanuli Selatan kawasan air terjun Silimalima ini
juga cocok dimanfaatkan dalam event-event olahraga outdoor. Promosi wisata
yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan menggunakan brosur,
kalender dan juga penyiaran di radio-radio. Selain itu tengah disiapkan pula
cinderamata bernama ucok-butet sebagai kenang-kenangan yang akan dijadikan
ciri khas Tapanuli Selatan (Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2015).

22
Universitas Sumatera Utara

Analisis Faktor Internal dan Eksternal
A. Daya Tarik
Daya tarik wisata merupakan tujuan utama wisatawan untuk datang
mengunjungi suatu tempat wisata. Daya tarik yang dimiliki oleh Air Terjun
Silimalima dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Penilaian Daya Tarik Air Terjun Silimalima

Unsur
Keunikan sumber daya Alam
-

Uraian
Air Terjun
Sungai

Bobot
6

Nilai Skor
15
90

Banyaknya
sumber daya alam yang menonjol

Batuan
Air

6

15

90

Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan
-

Menikmati keindahan alam
Trekking,
Penelitian/pendidikan
Kegiatan olahraga
Mandi
Bermain air

6

30

180

Kebersihan lokasi objek wisata
-

Tidak adanya industri
Tidak ada jalan ramai
Tidak ada pemukiman
Tidak ada pencemar

6

20

120

Keamanan
kawasan

Tidak ada perambahan dan
penebangan liar
Tidak ada pencurian
Tidak ada kepercayaan yang
mengganggu

6

25

150

6

25

150

130

780

-

Kenyamanan

-

Tidak ada tanah longsor
Udara yang bersih dan sejuk
Bebas dari bau mengganggu
Bebas dari kebisingan
Tidak ada lalu lintas yang
mengganggu

Skor Total

Kawasan wisata alam Air Terjun Silimalima memiliki keunikan
sumberdaya alam berupa air terjun dengan jatuhan air setinggi + 80 meter dan

23
Universitas Sumatera Utara

juga adanya aliran sungai seperti yang tampak pada Gambar 2. Sumberdaya alam
yang menonjol di kawasan ini adalah adanya batuan besar dan aliran air Sungai
Aek Sirabun yang merupakan aliran sub DAS Aek Sirabun dari DAS Batangtoru
(Gambar 3) (Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan, 2015). Kegiatan wisata yang
dapat dilakukan antara lain menikmati keindahan alam, mandi, bermain air,
trekking, penelitian/pendidikan dan kegiatan olahraga seperti lintas alam. Gambar
4 menunjukkan bagaiman pengunjung dapat menikmati panorama yang ada di
sekitar Air Terjun Silimalima. Pengunjung juga dapat bermain air ataupun mandi
di sungai yang memiliki arus yang tenang dengan kedalaman 1-1,5 meter
(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

Gambar 2. Keunikan Sumberdaya Alam Berupa
Air Terjun Silimalima dan Batuan Besar

Gambar 3. Sumberdaya Alam yang Menonjol
Berupa Batuan Besar pada Aliran Sungai

24
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. Pengunjung Menikmati Air Terjun

Kawasan Air Terjun Silimalima merupakan kawasan yang terbebas dari
pemukiman penduduk. Di kawasan ini tidak ditemukan adanya industri ataupun
pencemar lainnya karena untuk memasuki kawasan wisata Air Terjun Silimalima
harus dilakukan dengan berjalan kaki sejauh +800 meter melewati jalan setapak
yang dikelilingi perkebunan warga dan sawah. Pada beberapa tempat terdapat
sungai ataupun aliran air persawahan yang harus diseberangi dengan lebar 15 km
Jalan Aspal Lebar 4
Tidak Ada

Nilai
30
10
40

Skor
90
30
120

Gambar 11. Angkutan untuk Menuju Desa Simaninggir
Akomodsi dari Kota Padang Sidimpuan ke Desa Simaninggir hanya ada
satu trayek angkutan umum dengan jumlah angkutan 8 unit. Angkutan kota
yang ada berupa mobil jenis carry berwarna biru. Saat ini masih belum
ada

penginapan

(homestay)

yang

tersedia

di

Desa

Simaninggir

bagi

30
Universitas Sumatera Utara

pengunjung yang ingin menghabiskan waktu lebih lama di lokasi wisata ini
(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

D. Sarana dan Prasarana Penunjang
Sarana dan prasarana penunjang yang ada sudah cukup lengkap karena
letak Desa Simaninggir tidak terlalu jauh dari Kota Padang Sidimpuan maupun
Kecamatan Batangtoru yang sarana dan prasarananya cukup lengkap. Hasil
pengamatan mengenai sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Penilaian Sarana dan Prasarana Penunjang
Unsur/Sub Unsur
Jumlah
Nilai
Sarana penunjang
3
40
Prasarana penunjang
3
40
Skor Total Aksesibilitas
80

Skor
120
120
240

Sarana penunjang yang dapat ditemui dalam radius 15 km adalah rumah
makan, pasar (Gambar 12) dan tansportasi. Sedangkan prasarana penunjang
antara lain puskesmas (Gambar 13), mesjid dan jaringan listrik (Gambar 14)
(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

Gambar 12. Pasar Kecamatan Marancar

31
Universitas Sumatera Utara

Gambar 13. Puskesmas Kecamatan Marancar

Gambar 14. Mesjid Desa Simaninggir yang Telah
Dimasuki Jaringan Listrik

Tabel 12. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Air Terjun Silimalima
No Kriteria
Bobot Nilai Skor Skor max
Indeks (%)
Ket
(B)
(N)
(S)
(Sm)
(I)
1
Daya tarik
6
130
780
1080
72,22
Layak
2
Aksesibilitas
5
90
450
625
72
Layak
3
Akomodasi
3
40
120
180
66,67
Layak
4
Sarana dan
3
80
240
300
80
Layak
Prasarana
Tingkat Kelayakan
72,72
Layak
Hasil penilaian objek dan daya tarik wisata alam yang telah dilakukan
dapat dilihat pada Tabel 12. Tingkat kelayakan rata-rata dari semua faktor yang
telah diberikan penilaian adalah 72,72%. Berdasarkan data tersebut, jika
dibandingkan dengan Taman Wisata Alam Sibolangit yang memiliki nilai
kelayakan 93,40% (Ginting, 2012) Air Terjun Silimalima memiliki nilai
kelayakan yang lebih rendah di semua aspek. Daya tarik Air Terjun Silimalima
bernilai 72,22%, sedangkan daya tarik Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki

32
Universitas Sumatera Utara

nilai kelayakan daya tarik sebesar 86,11%. Aksesibilitas Air Terjun Silimalima
memiliki nilai kelayakan 72% sedangkan Taman Wisata Alam Sibolangit
memiliki nilai kelayakan aksesibilitas

87,5%. Hasil penilaian kelayakan

pengembangan akomodasi Air Terjun Silimalima adalah 66,67%, sedangkan
akomodasi Taman Wisata Alam Sibolangit bernilai kelayakan sebsar 100%.
Begitu juga dengan sarana dan prasarana penunjang dimana Air Terjun
Silimalima memiliki nilai kelayakan pengembangan 90% sedangkan Taman
Wisata Alam Sibolangit memiliki nilai 100%. Hal ini dikarenakan lokasi Taman
Wisata Alam Sibolangit yang berada di Jalur Lintas Sumatera Utara, sedangkan
Air Terjun Silimalima berada di Desa Simaninggir yang letaknya sedikit
terpelosok. Perbandingan ini dapat dilihat pada Tabel 13a dan Tabel 13b.
Tabel 13a. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Air Terjun Silimalima
No Kriteria
Bobot Nilai Skor Skor max
Indeks (%)
Ket
(B)
(N)
(S)
(Sm)
(I)
1
Daya tarik
6
125
750
1080
72,22
Layak
2
Aksesibilitas
5
90
450
625
72
Layak
66,67
3
Akomodasi
3
40
120
180
Layak
80
4
Sarana dan
3
80
240
300
Layak
Prasarana
Tingkat Kelayakan
72,72
Layak
Tabel 13b. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Alam TWA Sibolangit
No Kriteria
Bobot Nilai Skor Skor max
Indeks (%)
Ket
(B)
(N)
(S)
(Sm)
(I)
1
Daya tarik
6
155
930
1080
86,11
Layak
2
Aksesibilitas
5
105
525
625
87,5
Layak
3
Akomodasi
3
60
180
180
100
Layak
4
Sarana dan
3
100
300
300
100
Layak
Prasarana
Tingkat Kelayakan
93,40
Layak
(Sumber: Ginting, 2012)

Meskipun memiliki nilai kelayakan yang lebih rendah, Air Terjun
Silimalima masih tetap layak untuk dikembangkan. Pembenahan pada berbagai
aspek seperti aksesibilitas, akomodasi serta sarana dan prasarana sangat perlu

33
Universitas Sumatera Utara

dilakukan agar keberadaan Air Terjun Silimalima sebagai destinasi wisata alam
tidak kalah ataupun tertinggal dari wisata alam lainnya sehingga wisatawan pun
tetap tertarik untuk mengunjungi Air Terjun Silimalima. Kerjasama pemerintah
dengan masyarakat sekitar akan sangat diperlukan dalam hal ini.

Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan 13 poin kekuatan,
8 poin kelemahan, 5 poin peluang serta 4 poin ancaman. Hasil yang didapatkan
dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Analisis Faktor Internal dan Eksternal Air Terjun Silimalima
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
No
1
2
3
4
5

Kekuatan (strength)
No Kelemahan (weakness)
Panorama alam yang indah
1 Tidak adanya lokasi berkemah
Lokasi wisata nyaman dan asri
2 Kurangnya sarana dan prasarana
Adanya flora dan fauna yang
3 Kurangnya pemasaran wisata
menarik
4 Pengelolaan yang belum profesional
Udara yang bersih dan sejuk
5 Adanya sampah yang berserakan
Lokasi yang strategis
6 Adanya coretan-coretan yang
mengurangi keindahan
Aman untuk dikunjungi
7 Tidak cocok untuk wisata keluarga
Air terjun terbesar di Tapsel
8 Kurangnya penyuluhan kepada
Air terjun terindah di Tapsel
masyarakat
Kondisi jalan yang baik
Masyarakat cukup ramah
Tidak adanya peburuan liar
Transportasi yang memadai
Biaya yang relatif murah
Peluang (opportunity)
No Ancaman (threat)
Lokasi penelitian flora dan fauna
1 Adanya kemungkinan longsor
Lokasi wisata pelajar
2 Adanya tempat wisata yang lebih
Potensi pengadaan cinderamata
menarik
Lokasi lintas alam/camping
3 Kurangnya minat pengunjung
Pengadaan tiket masuk
4 Cuaca yang sulit diprediksi

Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan melakukan perhitungan bobot
dan rating terhadap setiap kriteria yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman yang ada dan dijumlahkan sesuai kategori masing-masing yaitu

34
Universitas Sumatera Utara

kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal serta peluang dan ancaman
sebagai faktor eksernal.
Tabel 15. Evaluasi Kualitatif Faktor Internal
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kekuatan (strength)
Panorama alam yang indah
Lokasi wisata yang nyaman dan asri
Adanya flora dan fauna yang menarik
Udara yang bersih dan sejuk
Aman untuk dikunjungi
Air terjun terbesar di Tapanuli Selatan
Air terjun terindah di Tapanuli Selatan
Kondisi Jalan yang baik
Masyarakat sekitar yang ramah
Tidak adanya perburuan liar
Lokasi yang strategis
Transportasi yang memadai
Biaya yang relatif murah
Total Kekuatan (strength)
Kelemahan (weakness)
Tidak adanya lokasi berkemah
Kurangnya sarana dan prasarana
Kurangnya pemasaran wisata
Pengelolaan yang belum profesional
Adanya sampah yang berserakan
Adanya coretan-coretan yang mengurangi
keindahan
Kurang cocok untuk wisata keluarga
Kurangnya penyuluhan kepada masyarakat
Total Kelemahan (weakness)
S + W = 3,32 + (-2,70) = +0,62

Bobot
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,07
0,08
0,08
0,07
0,06
0,08
1
Bobot
0,10
0,10
0,10
0,10
0,20
0,20

Rating
+4
+4
+3
+4
+4
+2
+2
+3
+4
+4
+3
+3
+3
43
Rating
-1
-2
-2
-4
-4
-3

Skor
0,32
0,32
0,24
0,32
0,32
0,16
0,16
0,21
0,32
0,32
0,21
0,18
0,24
3,32
Skor
-0,10
-0,20
-0,20
-0,40
-0,80
-0,60

0,10
0,10
1

-1
-3
-20

-0,10
-0,30
-2,70

Tabel 16. Evaluasi Kualitatif Faktor Eksternal
No
1
2
3
4
5
No
1
2
3
4

Peluang (opportunities)
Lokasi penelitian flora dan fauna
Lokasi wisata pelajar
Potensi pengadaan cinderamata
Lokasi lintas alam
Pengadaan tiket masuk
Total Peluang (opportunities)
Ancaman (thread)
Kemungkinan longsor
Adanya beberapa tempat wisata yang lebih
menarik
Kurangnya minat pengunjung
Cuaca yang sulit diprediksi
Total Ancaman (thread)
P + T = 3,60 + (-3,10) = +0,50

Bobot
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
1
Bobot
0,30
0,20

Rating
+4
+4
+4
+3
+3
+18
Rating
-3
-4

Skor
0,80
0,80
0,80
0,60
0,60
+3,60
Skor
-0,90
-0,80

0,30
0,20
1

-2
-4
-13

-0,60
-0,80
-3,10

35
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal pada Tabel 14, dapat dilihat
bahwa nilai eveluasi faktor internal (sumbu X ) adalah 0,62. Hasil evaluasi faktor
eksternal (sumbu Y) pada Tabel 15 adalah 0,50. Nilai ini kemudian disajikan
dalam diagram SWOT sperti yang tertera pada Gambar 12.
Y

0,50
0,62

X

Gambar 15. Posisi Air Terjun Silimalima pada Kuadran Analisis SWOT
Gambar 12 menunjukkan bahwa posisi kawasan Air Terjun Silimalima
berada pada kuadran 1, hal ini mengindikasikan bahwa Air Terjun Silimalima
berada pada posisi yang menguntungkan dimana kekuatan yang dimiliki oleh Air
Terjun Silimalima dapat menutupi kelemahan dan ancamannya. Posisi ini juga
membuat Air Terjun Silimalima dapat mengambil semua peluang yang ada.
Situmorang (2007) menyatakan bahwa hasil analisis yang berada pada Kuadran 1
Matriks Posisi Organisasi:
a. Merupakan posisi yang sangat menguntungkan.
b. Subjek mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan
peluang yang ada secara maksimal.
c. Seyogianya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif.

36
Universitas Sumatera Utara

Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
1. Strategi S-O
Stragtegi S-O merupakan srategi yang dilakukan dengan memanfaatkan
kekuatan sebaik mungkin untuk dapat mengambil peluang yang ada, adapun
strategi yang dapat dilakukan adalah:
a. Memberlakukan pembayaran tiket masuk untuk menambah daerah dan
untuk mengontrol jumlah pengunjung yang masuk ke kawasan Air Terjun
agar kerusakan tanaman dan tanah akibat kelebihan pengunjung dapat
dihindari.
b. Menarik peneliti untuk meneliti flora dan fauna yang ada di Air Terjun
Silimalima lalu memanfaatkan hasil penelitian untuk memberi paket
wisata edukatif kepada pengunjung.
c. Membuat dan menawarkan paket wisata lintas alam edukatif dimana para
pengunjung diajak melakukan lintas alam dengan didampingi interpreter
yang merupakan masyarakat sekitar untuk memberikan penjelasanpenjelasan mengenai flora dan fauna yang ada di kawasan wisata Air
Terjun Silimalima.
d. Membuat dan menawarkan paket wisata pelajar untuk melakukan kegiatan
di alam terbuka.
e. Memberi cinderamata yang menjadi cirri khas kepada pengunjung sebagai
bagian dari paket wisata.
f. Membuat event tahunan seperti lomba lintas alam di lokasi wisata Air
Terjun Silimalima.

37
Universitas Sumatera Utara

2.

Strategi S-T
Strategi S-T merupakan strategi yang dilakukan dengan memanfaatkan

kekuatan sebaik mungkin untuk dapat mengantisipasi ancaman yang ada, strategi
yang dapat dilakukan adalah:
a. Melakukan penanaman di sekitar lokasi yang memiliki kemungkinan
terjadi longsor dengan tanaman-tanaman yang menarik dan memperindah
kawasan wisata.
b. Menawarkan kenyamanan kepada pengunjung seperti guide, asuransi,
tempat-tempat indah untuk pengambilan Gambar, penitipan barang dan
sebagainya.
c. Menarik pengunjung dengan menawarkan keamanan dan kenyamanan
wisata.
d. Memberikan tanda-tanda berbahaya agar tidak didekati oleh pengunjung
untuk menghindari terjadinya kecelakaan seperti longsor.
e. Melakukan pengelolaan yang lebih baik untuk menambah daya tarik Air
Terjun Silimalima.
3. Strategi W-O
Strategi W-O didapatkan dengan menghilangkan kelemahan yang ada
untuk dapat memanfaatkan semua peluang yang ada. Strategi yang dilakukan
adalah:
a. Menyediakan camping ground untuk pengunjung yang ingin melakukan
kegiatan berkemah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana yang umum seperti toilet, ruang ganti,
pondok peristirahatan serta menyediakan jalur alternatif untuk pengunjung

38
Universitas Sumatera Utara

yang tidak ingin melewati jalur trekking agar dapat menarik pengunjung
yang ingin melakukan wisata keluarga
c. Melakukan pemasaran wisata yang dapat menarik pengunjung lebih
banyak dan memberikan penawaran-penawaran yang menarik untuk
pengunjung yang datang bukan di akhir pekan agar kunjungan merata
setiap harinya.
d. Melakukan pengelolaan secara profesional sehingga dapat membuat Air
Terjun Silimalima lebih menarik dan juga lebih sesuai bagi pengunjung
yang datang bersama keluarga.
e. Melakukan

pembersihan

terhadap

sampah-sampah

dan

juga

menghilangkan coretan-coretan yang mengganggu serta membuat papan
himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan ataupun membuat
coretan-coretan yang mengganggu. Jika perlu dilakukan pengadaan
petugas pengawas untuk mengawasi kebersihan dan keindahan kawasan
wisata.
f. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar
mengenai pengelolaan wisata alam sehingga dapat menguntungkan bagi
masyarakat.
4. Strategi W-T
Strategi

ini

didapat

dengan

meminimalkan

kelemahan

untuk

mengantisipasi ancaman yang ada, strategi yang dilakukan adalah:
a. Menambah minat pengunjung dan daya tarik wisata dengan melakukan
penyesuaian tempat wisata agar sesuai untuk diajdikan wisata keluarga.

39
Universitas Sumatera Utara

b. Pembuatan lokasi berkemah hanya di tempat yang memungkinkan dan
jauh dari lokasi yang memiliki kemungkinan terjadi longsor
c. Melakukan pengelolaan yang profesional sehingga pengunjung lebih
berminat dan tertarik untuk berkunjung.
d. Memberikan arahan waktu yang tepat untuk berkunjung agar pengunjung
tidak terkena hujan saat akan menuju air terjun.
Strategi yang paling sesuai dengan keadaan Air Terjun Silimalima
sekarang adalah dengan menggunakan strategi S-O, yaitu memanfaatkan semua
kekuatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk mengambil semua peluang yang
ada.
Air Terjun Silimalima yang terletak di Desa Simaninggir dapat ditawarkan
sebagai salah satu tujuan wisata alternatif bagi wisatawan yang menginginkan
tempat wisata baru yang masih sangat terjaga kealamiannya. Selain itu Air Terjun
Silimalima juga dapat dijadikan tujuan wisata bagi sekolah-sekolah yang ada di
Kota Padang Sidimpuan, Kecamatan Marancar dan Kecamatan Batangtoru yang
ingin melakukan kegiatan di alam terbuka. Pemerintah juga dapat membuat event
perlombaan lintas alam di Air Terjun Silimalima untuk menarik antusias
masyarakat dan sekaligus menggalakkan program peduli lingkungan. Kawasan air
terjun Silimalima juga dapat ditawarkan sebagai lokasi penelitian flora dan fauna
bagi sekolah-sekolah ataupun universitas dan institusi yang ada di sekitar
kawasan.
Penerapan strategi ini akan berdampak baik bagi perkembangan Air
Terjun Silimalima sebagai destinasi wisata minat khusus dan juga akan membantu
memperbaiki

perekonomian masyarakat

sekitar karena dengan semakin

40
Universitas Sumatera Utara

banyaknya pengunjung maka akan menciptakan sebuah pasar yang baru yang
akan mendorong perekonomian masyarakat sekitar. Dengan meningkatnya
perekonomian masyarakat yang disebabkan keberadaan Air Terjun Silimalima
maka keperluan sehari-hari masyarakat pun tidak lagi bergantung dengan hasil
hutan sehingga kelestarian hutan di sekitar daerah tersebut akan terjaga.
Wollenberg et al. (2004) menyatakan bahwa saat ini Indonesia berpeluang
besar untuk dapat menanggulangi kemiskinan dengn memperhatikan bentuk
permasalahan kemiskinan di kawasan hutan, bagaimana intervensi pemerintah
yang dapat mengatasi permasalahan tersebut secara lintas sektoral, dan memantau
perubahan yang terjadi. Memberi perhatian pada hutan dan masyarakat di
kawasan hutan mutlak diperlukan dalam penanggulangan kemiskinan di
Indonesia.
Keberadaan tren kembali ke alam yang menggairahkan investasi wisata
alam akhir-akhir ini perlu disikapi dengan arahan yang tegas dan bijaksana dari
para pengambil keputusan (pemerintah) dan kesadaran yang tinggi dari pengelola
agar fungsi ekologis dan ekonomis tetap terjamin. Penetapan harga harus
melibatkan pemerintah karena hal ini berdampak luas terhadap kelestarian
lingkungan dan masyarakat banyak. Subsidi masih sangat diperlukan untuk
menarik investasi di wisata alam Indonesia. Dan yang terpentin pengembangan
wisata alam harus mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat sekitar
(Nurrochmat, 2005).

41
Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:
Kesimpulan yang didapatkan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kelayakan untuk pengembangan Air Terjun Silimalima adalah senilai
72,72%. Air terjun Silimalima memiliki daya tarik, aksesibilitas, akomodasi,
serta sarana dan prasarana penunjang yang cukup baik dan lengkap sehingga
lebih memungkinkan untuk dilakukannya pengembangan wisata.
2. Berdasarkan hasil analisis SWOT, Air Terjun Silimalima berada pada
Kuadran

1

matriks

SWOT

yang

merupakan

posisi

yang

sangat

menguntungkan dimana Air Terjun Silimalima memiliki peluang dan
kekuatan sehingga peluang yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Posisi ini juga memungkinkan untuk diterapkannya strategi yang mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Saran
Saran untuk pengembangan Air Terjun Silimalima yaitu:
1. Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan Air Terjun Silimalima untuk
dikelola dan dijadikan salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan
melakukan pengembangan dan sosialisasi kepada masyarakat yang berada di
sekitar lokasi wisata sehingga masyarakat sekitar juga memiliki kesejahteraan
yang lebih baik tanpa merusak hutan yang ada di kawasan wisata tersebut.
2. Air Terjun Silimalima sebaiknya ditawarkan sebagai tujuan wisata alternatif
bagi masyarakat dari luar Desa Simaninggir dan juga dijadikan tempat
penelitian dan wisata pelajar bagi sekolah-sekolah maupun universitas yang
ada di sekitarnya untuk menambah jumlah pengunjung pada hari-hari tertentu.

42
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Sumberdaya Hutan
Purnawan (2006) dalam Karisma (2010) menyatakan bahwa hutan dengan
segala ekosistem yang terkandung didalamnya merupakan cerminan keunikan
alam raya secara universal. Hutan yang merupakan tempat berkembangbiak flora
dan fauna serta organisme lain yang memiliki keterkaitan sebagai simbiosis
mutualisme adalah suatu kekayaan alam dan keniscayaan yang tidak bisa
diabaikan. Eksistensi hutan memegang peranan penting dalam menjaga proses
kehidupan, dimana tanah yang subur, mata air yang jernih, udara yang bersih dan
sejuk serta bebas dari pencemaran adalah Gambaran nyata tentang arti pentingnya
hutan bagi makhluk hidup dalam tatanan ruang lingkup yang dinamis dan
berkelanjutan
Keseluruhan manfaat yang dapat diperoleh dari hutan berdasarkan
wujudnya dapat dikelompokkan kedalam barang dan jasa. Keluaran hutan yang
berbentuk barang menyatakan keluaran yang dapat dilihat, dirasakan, diraba, dan
diukur secara langsung, antara lain kayu, rotan, getah, buah, kayu bakar, satwa liar
dan air. Keluaran hutan berupa jasa menyatakan keluaran yang dapat diperoleh
dari hutan yang bersifat maya, antara lain kemampuan hutan untuk memberikan
pemandangan alam, menyerap, dan menyimpan karbon (Suhendang, 2002).
Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang
meliputi antara lain jasa wisata alam (rekreasi), jasa perlindungan tata air

3
Universitas Sumatera Utara

(hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan,
keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon. Jasa lingkungan
yang ada saat ini suatu saat akan mengalami penurunan kualitas. Salah satu
instrumen ekonomi yang dapat mengatasi penurunan kualitas lingkungan adalah
pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi
sukarela yang mengGambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan
dengan cara memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat
jasa lingkungan (Merryna, 2009).
Menurut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (2005) beberapa peluang
pengembangan jasa lingkungan antara lain:
1. Carbon offset; merupakan jasa lingkungan yang memberikan kontribusi dalam
upaya mencegah dampak negatif perubahan iklim, dimana pemanfaatan jasa
lingkungan ini nantinya diatur melalui Mekanisme Pembangunan Bersih
(Clean Development Mechanism) di bawah Protokol Kyoto.
2. Pemanfaatan air; dengan adanya indikasi menyusutnya suplai air di bumi,
maka air merupakan jasa lingkungan yang berpeluang untuk dikembangkan.

3. Eco-tourism; potensi fenomena /keindahan/keunikan alam, keanekaragaman
hayati dan budaya memberikan peluang usaha di bidang wisata alam.
Pengertian Ekowisata
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke

waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata
yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi
manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat
setempat (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

4
Universitas Sumatera Utara

Ciri Ekowisata
Ada beberapa karakteristik dari ekowisata, yakni sebagai berikut
(Wood, 2002):
1. Bentang alam alaminya masih terpelihara dengan sebuah pemanfaatan yang
terjaga
2. Pembangunan lanskap artifisial/buatan tidak mendominasi
3. Adanya aktifitas perekonomian lokal dalam skala kecil, termasuk warung
makanan dan toko cinderamata
4. Pembuatan zonasi untuk kegiatan rekreasi, seperti lintasan untuk sepeda dan
pejalan kaki
5. Pengembangan beberapa even dan atraksi yang menampilkan budaya lokal
6. Pembangunan fasilitas publik yang bersih dan terjaga, yang dapat
dimanfaatkan oleh wisatawan dan penduduk lokal.
7. Interaksi yang bersahabat antara penduduk lokal dan wisatawan.
Air Terjun
Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu
formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air
terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman. Beberapa air terjun
terbentuk di lingkungan pegunungan dimana erosi kerap terjadi. Menurut
Sujatmiko (2014), air terjun adalah aliran air yang terbentuk ketika aliran air jatuh
dari tempat yang tinggi. Air yang jatuh akan menggerus dasar sungai hingga
terbentuk cekungan menyerupai kolam. Air terjun dapat juga terjadi karena
adanya patahan yang diatasnya terdapat aliran sungai.

5
Universitas Sumatera Utara

Ekowisata Kawasan Hutan
Sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kehutanan dan UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya serta UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
agar diperoleh manfaat yang optimal dari potensi sumber daya alam tersebut.
Kebijaksanaan pembangunan bidang kehutanan didasarkan ata