Efek Aktivitas Masyarakat terhadap Kelimpahan Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus) di Sungai Sibiru-biru Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 1. Bagan Kerja BOD5

Sampel Air

Sampel Air I

Sampel Air II

Diinkubasi selama 5 hari pada temperatur
200C
Dihitung DO Awal
DO Akhir
DO Awal
Perhitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan perhitungan nilai DO.
Nilai BOD = Nilai DO Awal – DO Akhir

Lampiran 2. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen
(Suin, 2002).

(DO)


Sampel
SampelAir
Air
1 ml MnSO4
1 ml KOH-KI
Dikocok
Didiamkan
Sampel dengan endapan
putih coklat
1 ml H2SO4
Dikocok
Didiamkan
Larutan Sampel
Berwarna Coklat
Diambil sebanyak 100 ml
Ditetesi Na2S2O3 0,0125 N
Larutan Sampel
Berwarna Kuning Pucat

Ditambahkan 5 tetes amilum


Larutan Sampel Berwarna Biru
Ditetesi Na2S2O3 0,0125 N
Sampel Bening
Dihitung volume Na2S2O3 0,0125 N yang
terpakai (= nilai DO akhir)
Hasil

Lampiran 3. Data Hasil Penagkapan Ikan cencen ( M. marginatus)
pengambilan

1

2

3

4

5


6

Stasiun
St 1
St 2
St 3
St 4
St 1
St 2
St 3
St 4
St 1
St 2
St 3
St 4
St 1
St 2
St 3
St 4

St 1
St 2
St 3
St 4
St 1
St 2
St 3
St 4
n

Jumlah Ikan
9
9
6
3
4
5
4
2
3

1
4
4
3
1
8
10
2
1
5
5
2
1
92

Lampiran 4. Data Perhitungan Kepadatan Populasi Ikan cencen ( M. Marginatus) setiap
Stasiun Penelitian
Kepadatan Ikan Cencen (M. marginatus) Perairan Sibiru-Biru Kabupaten Deli
Serdang
Diameter Jala = 4 m

Luas Jala = πr2
= 3,14 x 2 x 2
= 12,56 m2
Sampling 1
St 1 =
St 2 =
St 3 =
St 4 =

Sampling 4

9

= 0,71 ind/m2

St 1 =

9

= 0,71 ind/m2


St 2 =

6

= 0,47 ind/m2

St 3 =

0

= 0 ind/m2

St 4 =

3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2


Lampiran 6. Lanjutan
Sampling 2
St 1 =
St 2 =
St 3 =
St 4 =

= 0,23 ind/m2

St 1 =

4

= 0,31 ind/m2

St 2 =

5

= 0,39 ind/m2


St 3 =

4

= 0,71 ind/m2

St 4 =

3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2

Sampling 3
St 1 =

2

3,14 x 2 x 2


= 0,31 ind/m2

4

= 0,31 ind/m2

3

= 0,23 ind/m2

1

= 0,07 ind/m2

3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2

Sampling 5


3

3,14 x 2 x 2

4

8

= 0,63 ind/m2

10

= 0,79 ind/m2

2

= 0,15 ind/m2

1

= 0,07 ind/m2

3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2

Sampling 6

= 0,15 ind/m2

St 1 =

5

3,14 x 2 x 2

= 0,39 ind/m2

St 2 =
St 3 =
St 4 =

3

= 0,23 ind/m2

St 2 =

1

= 0,07 ind/m2

St 3 =

0

= 0 ind/m2

St 4 =

3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2

Kepadatan Ikan tiap Stasiun :

5

= 0,39 ind/m2

2

= 0,15 ind/m2

1

= 0,07 ind/m2

3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2
3,14 x 2 x 2

Kepadatan St 1
Kepadatan St 1 =

0,71+0,23+0,15+0,31+0,63+0,39

= 0,40 ind/m2

0,71+0,31+0,23+0,31+0,79+0,39

= 0,45 ind/m2

0,47+0,39+0,07+0,23+0,15+0,15

= 0,24 ind/m2

0+0,31+0+0,07+0,07+0,07

= 0,08 ind/m2

6

Kepadatan St 2
Kepadatan St 2 =

6

Kepadatan St 3
Kepadatan St 3 =

6

Kepadatan St 4
Kepadatan St 4 =

6

Lampiran 5. Karakter Morfologi yang Diukur
Panjang Total Ikan (mm)
St 1
St 2
St 3
St 4
Panjang Kepala (mm)
St 1
St 2
St 3
St 4
Tinggi Kepala (mm)
St 1
St 2
St 3
St 4
Panjang Operculum (mm)
St 1
St 2
St 3
St 4
Panjang Rahang Atas
(mm)
St 1
St 2

125 120 130 125 110 120 90 70 70 110 120 110 170 180 125 110 90 90 110 100 85 85 100
120 110 130 130 140 160 130 70 100 95 115 120 110 105 95 80 120 130 70 100 120 110 120
140 120 100 120 70 70 135 120 140 100 80 120 135 120 140 100 90 80 70
160 90 90 105 140 140 130
25
25
25
30

20
20
20
10

25
25
20
10

25
25
20
19

15
25
10
27

20
25
10
27

12
25
22
25

10
20
20

10
20
23

18
15
15

20
20
12

15
20
23

23
15
26

32
15
25

25
10
27

20
10
16

12
25
14

12
25
20

17
20
20

16
20

10
20

10
17

16
20

20
20
20
24

18
15
20
8

20
20
18
10

20
20
18
14

14
20
10
10

15
20
10
10

10
20
20
9

8
15
17

8
15
20

14
15
12

15
15
10

10
17
17

25
14
23

25
14
20

10
10
25

15
10
10

10
20
9

10
20
20

13
15
25

10
15

9
15

9
13

10
15

20
20
18
20

20
20
18
6

20
20
15
8

20
25
18
10

10
25
8
17

12
25
8
17

10
25
17
25

5
25
12

5
20
17

12
20
11

15
10
9

11
13
15

20
15
17

20
11
12

20
10
17

10
9
8

11
8
5

11
20
20

10
25
25

8
20

5
20

5
10

8
10

10
10

6
5

5
10

5
10

4
10

5
10

4
10

3
5

3
5

4
5

5
5

5
6

10
4

10
7

10
6

5
5

4
10

4
10

8
5

5
5

4
10

4
8

5
10

St 3
St 4
Panjang Rhang Bawah
(mm)
St 1
St 2
St 3
St 4
Diameter Mata (mm)
St 1
St 2
St 3
St 4

8
6

4
5

7
5

6
5

3
6

3
6

6
10

5

6

4

4

5

6

5

6

5

3

11

11

5
5
7
5

5
10
4
4

4
10
6
3

3
10
5
4

3
10
2
5

4
10
2
8

3
10
5
10

2
5
3

2
5
5

3
5
3

4
4
3

4
5
4

10
3
5

10
6
3

10
5
5

5
4
3

3
5
2

3
10
5

3
5
10

3
5

2
5

2
3

3
5

7
8
9
12

6
5
8
5

8
8
5
5

8
8
6
6

6
8
4
8

6
8
4
8

5
8
8
8

3
5
7

3
5
8

6
13
6

7
11
5

5
12
7

10
5
8

10
10
7

7
9
8

6
8
3

5
8
4

5
8
5

3
5
5

3
5

1
5

1
3

3
5

Lampiran 6. Ikan cencen ( Mistacoleucus Marginatus)

Lampiran 7. Pengukuran Parameter Kualitas Air

Pengukuran Kedalaman

Pengukuran pH

Pengambilan Sampel

Pengukuran Suhu

Pengukuran Kecerahan

Pengukuran DO

Lampiran 8. Kegiatan Penangkapan Ikan cencen ( M. Marginatus)

DAFTAR PUSTAKA

Adji, S. 2009. Hasil Tangkapan Ikan dari beberapa Alat Tangkap di Sungai Bengawan
Solo.Bali Riset Perikanan Perairan Umum. Palembang.
Afianto, E. dan Evi, L., 1993.Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Lemunde
Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.Jurnal Perikanan dan
Kelautan.01(01):23-37.
Barus ,T. A. 2001. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Sungai.FMIPA USU.
Medan.
Barus ,T. A. 2004. Pengantar Limnologi. USU Press. Medan.
Cardova, M. R. 2008. Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang Kota
Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung.Skripsi. Jurusan Manajamen
Sumberdaya Perairan IPB. Bogor.
Delgado, G.A., Glazer, R.A., and McCarthg, K. 2007. Translocation as Strategy to
Rehabilitate The Queen Conch (Strombus gigas) Population In The Florida
Keys. Journal Of National Marine Fisheries Service. Academy Of Florida
Fish and Wild Life Conservation Commission. Mrine Research Institute.
Miami.
Departemen Kehutanan RI. 1996. Pedoman Identifikasi Karakteristik DAS. Direktorat
Jenderal Reboisasi dan Rehabilitas Lahan. Jakarta.
Dian, O dan Syahroma, H. N. 2008.Komunitas Ikan dan Faktor Kondisi Beberapa Ikan
Putihan di Sungai Muara Kaman dan Danau Semayang.LIMNOTEK.No.1. P.
10-21.
Dini S. 2011. Evaluasi Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Provinsi Daerah Khusus I
bukota Jakarta Tahun 200-2010. [Skripsi] Kesehatan Masyarakat UI, Depok.
Dyahwanti, I. N. 2007. Kajian Dampak Lingkungan Kegiatan Penambangan Pasir pada
Daerah Sabuk Hijau Gunung Sumbing di Kabupaten Temenggung. [Tesis]
Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Erlangga.2007. Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar di Provinsi Riau terhadap
Ikan Baung (Hemibagrus nemurus).Tesis.IPB. Bogor.
Ginting, E. H. 2006. Kualitas Perairan Hulu Sungai Ciliwung. [Skripsi] Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Heltonika, B. 2009.Kajian Makanan dan dengan Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus
nigriceps) di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah. IPB. Bogor.
Iskandar, T. 2011. Dampak Penambangan Emas terhadap Kualitas Air Sungai Singingi
di Kabupaten Kuanbtan Singingi Riau.UIR.Riau.
Kamri, S., Muhammad, J., Emiyarti.2013.Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai
Lamunde Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi
Tenggara.Jurnal Penelitian Sains.01 No. 01. Hal 23-27.
Kordi, M. G. H. 2009. Budidaya Perairan Buku Kedua. PT Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Kottelat, M, A. J., Whitten, S. N., Kartika, dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Edition (HK)
Ltd.
Lilik, B. P. B., Ratna, S., Andry, I. 2011. Kualitas Air Sungai Cisadane, Jawa BaratBanten. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lutfi, A. S. 2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk di Sekitar Sungai Tuk
terhadap Kualitas Air Sungai Kaligara serta Upaya Penanganannya. UNDIP.
Semarang.
Manik, N. 2009.Hubungan Panjang-Berat dan Faktor Kondisi Ikan Layang (Decapterus
Ruselli) Sulawesi Utara.Jurnal Oseanologi dan Limnologi Indonesia. 35
(1):65-74.
Marsaulina, I., Wini, R.E.T., Surya, D. 2012. Analisis Kandungan Pb pada Air Sumur
Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Penimbunan Limbah Padat Industri Timah
dari Daur Ulang Aki Bekas Desa Sei Rotan Kecamatan Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat. USU Repository
Medan.
Mugirosani, T. 2011. Uji Toksisitas Air Limbah Laundry Ikan Nila (Oreochromis
niloticus).Skripsi. Prodi Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”. Jawa Timur.
Mulya, M. B. 2004. Keanekaragaman Ikan di Sungai Deli Provinsi Sumatera Utara serta
Keterkaitannya dengan Faktor Fisika Kimia Perairan. FMIPA USU. Medan
Murijal A. 2012. Penilaian Kualitas Sungai Pesanggrahan Dari Bagian Hulu (Bogor,
Jawa Barat) Hingga Bagian Hilir (Kembangan, DKI Jakarta) Berdasarkan
indeks biotik. [Skripsi] Biologi UI, Jakarta.

Novita, B. 2013.Studi Kebiasaan Makanan Ikan Cencen (Mysacoleucus marginatus) di
Sungai Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan.Skripsi. Biologi USU,
Medan.
Nurudin, F, A. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Sekonyer Taman Nasional
Tanjung Putting KalimantanTengah.WIPTEK : 35.
Pemerintah Republik Indonesia.2001.Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001.Tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air,
Jakarta.
Rahayu, S. W. 2004. Struktur Komunitas Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis
Kuditas Lingkungan Perairan di Situ Burung Kabupaten Bogor.Skripsi.
Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rifqie, G. L. 2007. Analisis Frekuensi Panjang dan Hubungan Panjang berat Ikan
Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Teluk Jakarta. Manajemen
Sumberdaya Peraiaran IPB. Bogor.
Santoso, S. 2014. Limbah Cair Domestik, Permasalahan dan Dampaknya terhadap
Lingkungan. Fakultas Biologi UNSOED.
Sianturi. A. P. 2014. Pertumbuhan Ikan Bilih (Mystacoleucuc padangensis) di Perairan
Sungai Aek Alian Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Sumatera
Utara.Manajemen Sumberdaya Perairan USU. Medan.
Sitorus E. Yandi A. Y dan Paramita A. 2009.Pengelolaan Lingkungan Dan Kondisi
MasyarakatPada Wilayah Hilir Sungai. Jurnal Arsitektur UI. 13(2): 143-153.
Sulistiono., Arwani, M dan Aziz, K. A. 2001. Pertumbuhan Ikan Belanak (Mugil
dussuimeri) di Perairan Ujung Pangkah.IPB Press. Bogor. Vol 1 No. 2:39-47.
Sudarso, Y., G. P. Yoga., T. Suryono., M.S. Syawal dan Yustiawati. 2009. Pengaruh
Aktifitas Tropogenik di Sungai Akaniki (Jawa Barat) terhadap Komunitas
Fauna Makrobentik.LIMNOTEK. 15(2):153-166.
Supartiwi E. N. 2000. Karakteristik Komunitas Fitoplankton dan Perifiton Sebagai
Indikator Kualitas Lingkungan Sungai Ciujung, Jawa Barat. [Skripsi]
Perikanan dan Kelautan IPB, Bogor.
Taqwa M. 2010. Analisis Produktivitas Primer Fitoplankton Dan Struktur Komunitas
Fauna Makrobenthos Berdasarkan Kerapatan Mangrove Di Kawasan
Konservasi Mangrove Dan Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan Timur.
[Tesis] Manajemen Sumberdaya Pantai UNDIP, Semarang.
Taufieq, N.A.S. 2009.Analisis Tingkat Kekeruhan Air DAS Jeneberang Sebagai
Sumber Air Baku.LIMNOTEK.10 (1):44-49.

Tumanggor, D. 2012. Pengaruh Pengerukan Pasir terhadap Kualitas Perairan di Sungai
Tanjung Kabupaten Batubara.USU Press. Medan. Vol 1 No.2:23-37.
Veronica. E., Diana. A., Soemarno., Amin. L. 2012. Komunitas Fitoplankton dan Faktor
Lingkungan yang mempengaruhi Kelimpahannya di Sungai Hampalam
Kabupaten Kapuas.Jurnal Perikanan dan Kelautan.1(1): 69-83.
Walpole R. E. 1992. Probabality and Statistics for Engineers and Scientists. ISBN
978.University of Texas at San Antonio.
Zaenudin, A. 2013.Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan di Daerah Hulu dan Tengah
Sungai Gajah Wong Yogyakarta.[Skripsi]. Biologi Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2015 di sepanjang hulu
sungai Sibiru-biru yaitu di Desa Namo Suro Lama Kecamatan Sibiru-biru dan Desa
Sigara-gara Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Pengukuran sampel
parameter Kualitas Air dilakukan di Laboratorium Kementrian Kesehatan RI Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan. Sedangkan identifikasi
ikan M. marginatus dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.Lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Lokasi Tempat Penelitian

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jala dengan ukuran mesh
size 0,2-1 Inch, tool box, lakban, DO Meter, botol zat, alat tulis, kertas millimeter blok,
turbidity meter, meteran GPS (Global Positioning System), meteran, Kamera Digital,
kertas label, buku identifikasi ikan Kottelat (1993), termometer, pH Meter dan ember.
Bahan yang digunakan adalah Aquadest, Alkohol 70 %, Amilum, MnSO4, KOH-KI,
H2SO4, NA2S2O3.

Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun untuk pengambilan sampel
ikan adalah “Purposive Sampling”. Ada 4 stasiun, Stasiun I berada di Desa Namo Suro
Lama, Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten Deli Serdang. Stasiun II berada di Pemandian
Alam Casanova Indah Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deli Serdang. Stasiun III
berada di Desa Sigara-gara Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Stasiun IV
yaitu di Desa Sigara-gara Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
Penangkapan ikan M.marginatus dilakukan pada pagi hari, karena ikan cencen
banyak di pagi hari.Setelah ikan tertangkap langsung diamati di lapangan dengan
mengukur panjang dan bobot, untuk identifikasi lanjut ikan dimasukkan ke dalam botol
sampel. Buku yang digunakan untuk identifikasi ikan mengacu pada buku Kottelat dkk.,
(1993).
Ikan cencen diamati karakter morfologinya, yaitu bobot, panjang, morfometri
dan rasio kelaminnya. Ikan cencen yang didapat tiap stasiun ditimbang, lalu dicatat dan
diamati perbedaan bobot ikan tiap stasiun. Panjang ikan diukur tiap spesies lalu

dicatat.Ikan cencen yang didapat tiap stasiun dilihat ciri-ciri yang berkaitan dengan
ukuran tubuh (morfometri) atau bagian tubuh ikan yaitu panjang total, panjang kepala,
tinggi kepala, lebar kepala, panjang operculum, panjang rahang atas, panjang rahang
bawah, tinggi badan, dan diameter mata. Ikan sampel dibedah dengan menggunakan
gunting, dimulai dari anus menuju bagian atas perut dan menyusuri garis sisi sampai
kebagian belakang operkulum dilanjutkan sampai ke arah ventral hingga ke dasar perut.
Daging dibuka sehingga organ dalam dapat dilihat. Jenis kelamin dilakukan dengan cara
mengamati gonadnya. Pola pertumbuhannya menggunakan Microsoft exel.
Tabel 1. Karakter morfometrik yang diukur

No
1. Panjang total

Karakter Morfometrik
Jarak antara ujung bagian kepala terdepan
dengan ujung sirip caudal yang paling belakang

2. Panjang kepala

Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan
ujung terbelakang dari keping tutup insang
(operculum)

3. Tinggi kepala

Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian
atas dengan pangkal kepala bagian bawah

4. Panjang operculum

Jarak antara tulang operculum terdepan dengan
ujung terbelakang dari keping tutup insang
(operculum)

5. Panjang rahang atas

Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan
ujung terbelakang tulang rahang atas

6. Panjang rahang bawah

Jarak dari ujung terdepan mulut bagian bawah
dengan ujung terbelakang tulang rahang bawah

7. Diameter mata

Panjang garis tengah rongga mata

Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :
a.

Stasiun 1
Stasiun ini berada di Desa Namo Suro Lama, Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten

Deli Serdang. Letak geografis stasiun I ini berada pada 1103,42΄11,1΄΄ LU dan 100
98,69΄11,64΄΄LS. Sekitar lokasi ini tidak ditemukan aktivitas manusia dan substratnya
berupa pasir dan batu dengan kedalamannya 0,5 meter dan merupakan lokasi tanpa
aktivitas manusia. Lokasi stasiun I dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Stasiun 1
b.

Stasiun II
Stasiun ini berada di Pemandian Alam Casanova Indah Kecamatan Sibiru-biru,

Kabupaten Deli Serdang. Secara geografis stasiun II ini berada pada 200 3,58΄20,1΄΄LU
dan 19098,69΄20,64΄΄LS. Pada daerah ini terdapat aktivitas masyarakat yaitu mandi,
cuci, dan kakus (MCK). Substrat dasar yaitu berupa pasir dan batu dengan kedalaman
1-1,5 meter. Lokasi stasiun II dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Lokasi Stasiun II

c.

Stasiun III
Stasiun ini berada di Desa Sigara-gara Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang.Secara geografis stasiun III berada pada 1603,49΄16,1΄΄LU dan 150
98,34΄16,63΄΄ LS. Daerah ini dijumpai aktivitas pertanian.Substratnya pasir
berbatu.Lokasi stasiun III dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Lokasi Stasiun III
d.

Stasiun IV
Pada lokasi stasiun IV yaitu di Desa Sigara-gara Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang terdapat aktivitas pengerukan pasir. Secara geografis stasiun

ini berada pada 703,53΄7,1΄΄ LU dan 6098,71΄7,6΄΄ LS. Substrat dasar yaitu pasir dan
batu dengan kedalaman 1-2 meter. Berikut gambar lokasi stasiun 5.

Gambar 5. Lokasi Stasiun IV
Parameter yang diamati
a. Sampel Ikan Mystacoleucus marginatus
Pengambilan sampel ikan M.marginatus dilakukan langsung di tempat
penelitiandengan menggunakan jala dengan ukuran 0.2-1 Inch.Kemudian ikan yang
tertangkap

dimasukkan

ke

dalam

toples

yang

berisi

alkohol

70

%

dan

diidentifikasi.Semua ikan M.marginatus atau ikan cencen yang tertangkap diukur
panjang, berat, morfometri, diketahui jenis kelaminnya, dan pola pertumbuhannya.
b. Pengukuran Faktor Fisika Kimia Perairan
Pengukuran faktor fisika kimia perairan sungai Sibiru-biru dilakukan di stasiun
yang sudah ditentukan dan dilakukan setiap pengambilan sampel ikan M.marginatus.
Suhu (oC)
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan alat termometer secara
langsung pada perairan kemudian masukkan sampel air ke dalam botol sampel, lalu
dibaca skala dari termometer tersebut dan kemudian dicatat.

Arus
Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan bola duga. Disediakan
beberapa buah bola duga, stopwatch, kemudian dilempar ke badan sungai dan dihitung
berapa keceptan arus perdetiknya kemudian dicatat.
Kedalaman
Pengukuran kedalaman yang dilakukan adalah dengan menggunakan kayu yang
sudah diberi ukuran. Dilakukan pengukuran kedalaman di beberapa tempat kemudian
dicatat.
Kecerahan
kecerahan dilakukan dengan menggunakan sechi disk yang diikat dengan
benang, dimasukkan ke badan sungai dan dilihat berapa kedalaman keping sechi yang
tidak nampak, ukur panjang yang tidak nampak kemudian diangkat perlahan sampai
keeping sechi nampak, ukur yang nampak lalu dijumlahkan dan dibagi dua lalu dicatat.
Kekeruhan
Kekeruhan diukur di Laboratorium Kementerian Kesehatan RI Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan.
pH (Potential Hydrogen)
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sebelumnya
dikalibrasikan dulu pH meter dengan aquades hingga netral (pH 7), dimasukkan pH
meter ke badan sungai, lalu dibaca nilainya dan kemudian dicatat.
DO (Disolved Oxygen) (mg/L)
Dissolved Oxygen (DO) diukur menggunakan metode Winkler.Pengukuran
Dissolved Oxygen (DO) dilakukan setiap pengambilan sampel di lapangan.Sampel air

diambil dari permukaan perairan dan dimasukkan ke dalam botol Winkler, kemudian
dilakukan pengukuran Dissolved Oxygen (DO). Bagan kerja pengukuran DO (Dissolved
Oxygen) dapat dilihat pada Lampiran 1.
BOD (Biochemical Oxygen Demand (mg/L)
Nilai BOD merupakan salah satu indikator dalam menentukan pencemaran suatu
perairan yang umumnya digunakan untuk menentukan kualitas perairan. Pengukuran
BOD5 dilakukan dengan menggunakan metode Winkler.Sampel air yang diambil dari
permukaan Sungai Sibiru-biru dimasukkan ke dalam botol Winkler.Kemudian
diinkubasi selama 5 hari dalam suhu 20oC. Kemudian pengukuran nilainya seperti yang
ditunjukkan pada bagan kerja pengukuran DO. Bagan kerja pengukuran BOD5 dapat
dilihat pada Lampiran 2.
TSS (Total Suspended Solid)
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak mengendap langsung. Cara
pengukurannya adalah disediakan alat yang akan digunakan yakni botol air mineral,
kemudian isi botol dengan sampel air secukupnya lalu bawa sampel air tersebut ke
Balai Standarisasi Industri Medan untuk diuji.

Analisis Data
Data ikan yang diperoleh dihitung nilai Kepadatan Jenis dan Indeks Pencemaran
dengan persamaan sebagai berikut :
Kepadatan Jenis (KJ)
Kepadatan Jenis dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Taqwa,
2010).

KJ =
Keterangan : KJ = Kepadatan Jenis

ni
A

Ni = Jumlah Individu Suatu Jenis
A = Luas Permukaan Pengambilan Sampel (m2) / alat

Pertumbuhan
Sebaran Frekuensi Panjang
Sebaran frekuensi panjang total dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Sturges (1926) diacu oleh Walpole (1992), yaitu sebagai berikut :
(1)

Menentukan nilai maksimun dan nilai minimum dari seluruh data panjang total
ikan cencen

(2)

Menghitung jumlah kelas ukuran dengan rumus :
K= 1 + (3.32 log n)
K = Jumlah kelas ukuran; n = jumlah data pengamatan.

(3)

Menghitung rentang data/wilayah :
Wilayah = Data terbesar – data terkecil

(4)

Menghitung lebar kelas :
Lebar Kelas =

(5)

Wilayah
Kelas

Menentukan limit bawah kelas yang pertama dan limit atas kelasnya. Limit atas
kelas diperoleh dengan menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas.

(6)

Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas.

(7)

Menentukan nilai tengah bagi masing-masing selang, merataratakan limit kelas

(8)

Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas

(9)

Menjumlahkan frekuensi dan memeriksa apakah hasilnya sama dengan banyak
total pengamatan.

Pola Pertumbuhan
Untuk menganalisis hubungan panjang-berat masing-masing spesies ikan
layur digunakan rumus sebagai berikut Effendie (1997) :
W=aLb
Keterangan :
W = Berat
L = Panjang
a = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjangberat dengan sumbu y)
b = Penduga pola pertumbuhan panjang-berat
Untuk mendapatkan persamaan linier atau garis lurus digunakan persamaan
sebagai berikut :
Log W = Log a + b Log L
Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi denganlog W sebagai
‘y’ dan Log L sebagai ‘x’, maka didapatkan persamaanregresi :
y = a + bx
Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 dilakukan uji-t (uji parsial), dengan hipotesis:
H0 : b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik.
H1 : b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik, yaitu :



Allometrik

positif,

jika

b>3

(pertambahan

berat

lebih

cepatdaripada

pertambahan panjang) dan,


Allometrik

negatif,

jika

b 10

= tercemar berat

Pengelolaan sumberdaya air mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air. Sedangkan
Pengelolaan Kulaitas Air berpacu pada PP. No. 82 Tahun 2001. Berikut tabel faktor
fisika kimia pada PP. No. 82 Tahun 2001 dengan ketetapan angka yang telah ditetapkan
:
Tabel 2. Faktor Fisika Kimia PP. No. 82 Tahun 2001
Parameter

Satuan
I

Fisika
Suhu
TSS
Kimia
DO
PH
BOD5

0

C

II

deviasi 3 deviasi 3
mg/l
50
50

mg/l
mg/l

Sumber : PP. No. 82 Tahun 2001

6
6-9
2

4
6-9
3

III

IV

deviasi 3
deviasi 5
400
400

3
6-9
6

0
5-9
12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kepadatan Populasi Ikan Mystacoleucus marginatus
Dari penelitian yang telah dilakukan di perairan Sungai Biru-Biru Kabupaten
Deli Serdang diperoleh hasil sebanyak 92 ekor ikan M. marginatus, dapt dilihat pada
Lampiran 3. Data Perhitungan Kepadatan ikan cencen dapat dilihat pada Lampiran 4.
Ikan cencen yang diamati juga diukur beberapa karakter morfologinya yaitu panjang
total, panjang kepala, tinggi kepala, panjang operculum, panjang rahang atas, panjang
rahang bawah, dan diameter mata, dapat dilihat pada Lampiran 5.
Berdasarkan hasil analisis data lapangan Kepadatan Populasi ikan M.
marginatusdiperoleh total rata-rata Kepadatan Populasi (KP)(Gambar 6).

0,5
0,45 0.40 ind/m2
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
1

0.45 ind/m²

0.24 ind/m²

0.08 ind/m²

2

3

4

Gambar 6.Kepadatan Populasi (KP) Ikan M. marginatus setiap stasiun penelitian
Berdasarkan Gambar 6 di atas dapat diperoleh bahwa rata-rata Kepadatan
Populasi (KP) tertinggi dari setiap stasiun penelitian terdapat pada stasiun II sebesar

0,45 ind/m². sedangkan rata-rata Kepadatan Populasi yang terendah terdapat pada
stasiun IV sebesar 0,08 ind/m².

Pertumbuhan
Sebaran Frekuensi Panjang
Sebaran frekuensi panjang total ikan M. marginatus dengan menggunakan
rumus Sturges (1926) dalam Walpole (1992). Sebaran frekuensi panjang total ikan M.
marginatus dibedakan menjadi 2 yaitu frekuensi panjang ikan jantan dan frekuensi
panjang ikan betina. Jumlah ikan cencen yang diamati selama dilakukan penelitian
sebanyak 92 ekor dengan panjang total antara 70 mm-160 mm, ikan cencen dapat dilihat
pada Lampiran 6. Berdasarkan hasil pengelompokan ke dalam panjang didapatkan 7
kelas panjang dengan frekuensi yang berbeda-beda untuk setiap kelas panjang tersebut.
Berdasarkan pengelompokan panjang kelas tersebut maka kelompok ikan frekuensi
terbesar terdapat pada kisaran panjang 98 mm – 111 mm dan 119 mm - 134 mm
sebanyak 27 ekor. Sebaran frekuensi panjang total ikan M. marginatus, dapat dilihat

Frekuensi (ekor)

pada Gambar 7 dan Gambar 8.
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Selang Kelas Atas (mm)

Gambar 7. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Jantan

Frekuensi (ekor)

14
12
10
8
6
4
2
0

Selang Kelas Atas (mm)

Gambar 8. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Betina

Hubungan Panjang dan Bobot Ikan M. marginatus
Hubungan panjang-berat digunakan untuk menduga pertumbuhan dari
sumberdaya ikan cencen.Berdasarkan jumlah ikan contoh yang diperoleh selama
penelitian dilakukan analisis dengan 92 ekor ikan.Grafik analisis hubungan panjangberat

ikan

cencen

di

Sungai

80

dapat

dilihat

pada

Gambar

W = 0.00002L2.90
R² = 0.89

70
60
Berat (gram)

Sibiru-Biru

n=92

50
40
30
20
10
0
0

50

100

150

Panjang (mm)

Gambar 9. Hubungan Panjang Berat Ikan Cencen

200

9.

Hubungan panjang berat ikan cencen adalah W = 0.00002L2.90. Dengan nilai b
sebesar 2,90 setelah dilakukan uji t (α = 0,05) terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa
ikan cencen memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif. Pola pertumbuhan
allometrik negatif menyatakan bahwa pertumbuhan panjang ikan cencen lebih dominan
dibandingkan pertumbuhan beratnya. Hal tersebut dikuatkan olleh nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,89 yang berarti bahwa model dugaan mampu menjelaskan
moodel sebenarnya sebesar 89 %.

Faktor Fisik-Kimia Perairan Sungai Sibiru-Biru
Parameter yang diukur pada saat pengamatan meliputi suhu, pH, DO, BOD5,
kecerahan, kecepatan arus, TSS, kekeruhan, dan kedalaman. Pengukuran parameter
kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan
kondisi perairan Sungai Sibiru-Biru diperoleh nilai faktor fisika-kimia dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Parameter Fisika-Kimia Perairan
Parameter

Stasiun
Baku
Mutu Air
Kelas II
Deviasi 3

Fisika-Kimia

Satuan

I

II

III

IV

Suhu
Arus

°C
cm/s

19-20
67

23-25
50

25-26
44

27-28
33

Kedalaman

Cm

45-50

60-90

77-90

75-95

Kecerahan

Cm

60

52,5

42,5

-

Kekeruhan

NTU

2,56-3,54

2,94-7,76

5,34-9,34

35
9,7614,21

7,6-7,8

7,6-7,7

7,5-7,7

7,1-7,4

6,0-9,0

6,04
1,7-2,09

5,04
2,5-2,7

5,04
3,5-3,6

3,03
3,8-4,0

4

11-13

11-14

15-18

17-67

pH
DO
BOD5

mg/L
mg/L

TSS
mg/L
PP. Nomor 82 tahun 2001

-

3
50

Pembahasan
Kepadatan Populasi Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus)
Berdasarkan hasil perhitungan ikan cencen pada empat stasiun di Sungai SibiruBiru Kabupaten Deli Serdang diperoleh ikan cencen sebanyak 92 ekor.Ikan ini
merupakan ikan dari genus Mystacoleucus, selain ikan cencen ikan yang termasuk
dalam genus ini adalah ikan bilih.Ikan cencen sudah sangat sulit didapatkan, karena
masyarakat di sekitar perairan Sungai Sibiru-Biru masih sangat awam dan tidak
mengerti dengan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi ini sehingga tidak ada
kepedulian terhadap kelestarian ikan cencen ataupun ikan lainnya.Ikan cencen yang
diamati juga diukur beberapa karakter morfologinya yaitu panjang total, panjang kepala,
tinggi kepala, panjang operculum, panjang rahang atas, panjang rahang bawah, dan
diameter mata.
Ikan cencen memiliki panjang ±70-180 mm dan beratnya mencapai 65 g,
terdapat duri mendatar di depan sirip punggung, mempunyai sungut (2 atau lebih), dan
memiliki tekstur lembut dengan daging yang enak. Apabila suhu air dingin maka ikan
cencen akan menghindar dan sangat sulit ditemukan. Menurut Kottelat dkk (1993) Ikan
cencen memiliki sifat biologis yang membutuhkan banyak oksigen dan hidup di
perairan tawar dengan suhu tropis 22-28 0C, serta pH ±7.
Ikan cencen merupakan ikan yang dapat ditemukan hidup pada perairan yang
berarus.Ikan cencen termasuk dalam famili cyprinidae memiliki ciri-ciri yaitu bentuk
tubuh pipih dan panjang dengan punggung meninggi, kepala kecil moncong meruncing,
mulut kecil terletak pada ujung hidung dan sungut sangat kecil atau rudimenter.Ikan ini
dalam habitat aslinya adalah ikan yang berkembang biak di Sungai dengan lokasi yang
disukainya adalah terdapat aliran air. Ikan M. marginatus memiliki duri mendatar di

depan sirip punggung, tidak ada tonjolan di ujung rahang bawah, bagian perut di depan
sirip perut datar atau membulat, tidak memipih membentuk geligir tajam kalau terdapat
geligir hanya terbatas di bagian belakang sirip perut. Ikan M. marginatusmemiliki bibir
bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yang jelas. Ikan M.
marginatus memiliki sungut 2 atau lebih, sirip punggung dan sirip ekor warna abu-abu
atau kekuningan, sirip dubur berwarna orange, dan terdapat duri di depan sirip
punggu4ng.
Ikan cencen merupakan ikan air tawar yang pergerakannya cepat sehingga
dibutuhkan orang yang pandai menangkap ikan cencen di Sungai Sibiru-Biru karena
sungai ini merupakan sungai yang sangat panjang, dan sebagian besar ikan berenang
mencari tempat yang aman dan air yang jernih, seperti ke bawah batuan yang besar, di
pinggir-pinggir sungai.
Ikan cencen ditangkap biasanya menggunakan jala dengan luas 12,56 m2 dengan
ukuran mata jala 0,2-1 inch atau sekitar 0,5-2,54 cm, dapat dilihat pada Lampiran 8.
Ikan cencen yang termasuk dalam famili cyprinidae ini sudah mulai sangat sulit
ditangkap, hal ini karena berbagai aktivitas masyarakat yang sudah dilakukan di Sungai
Sibiru-Biru. Saat hujan datang sering ada ikan mabuk yang datangnya dari arah hulu.
Menurut Adji (2009) hal yang menyebabkan ikan mabuk atau pingsan yang datang dari
hulu adalah karena adanya pencemaran di perairan dan untuk menangkap ikan yang
sedang mabuk atau pingsan tersebut sering menggunakan alat tangkap jala. Pada saat
musim hujan ikan lebih banyak tertangkap dibandingkan pada saat musim kemarau. Di
alam ikan cencen ditemukan hidup di sungai dan anak-anak sungai. Distribusi ikan ini

tidak terlalu jauh, yakni dari sungai besar ke anak-anak sungai, dan dataran banjir
khususnya musim hujan.
Kepadatan Populasi (KP) pada stasiun I sebanyak 0,40 ind/m2 dari jumlah ikan
cencen sebanyak 31 individu. Kepadatan Populasi (KP) pada stasiun I bukan merupakan
Kepadatan Populasi tertinggi hal ini karena pada stasiun ini merupakan daerah tanpa
aktivitas masyarakat dan kondisi habitat dan lingkungannya dingin sehingga ikan pada
stasiun ini tidak terlalu banyak.
Stasiun II memiliki Kepadatan Populasi (KP) tertinggi yaitu sebesar 0,45
ind/m2dengan jumlah ikan cencen sebanyak 35 individu. Stasiun II merupakan stasiun
tempat masyarakat melakukan aktivitas sehari-hari seperti MCK (mandi, cuci, kakus).
Kegiatan masyarakat yang dilakukan setiap harinya pada stasiun II ini adalah
membuang makanan sisa ke sungai yang lama-kelamaan halus di dalam air dan
merupakan makanan bagi ikan cencen.
Adanya kegiatan masyarakat di stasiun ini yang menggunakan deterjen sabun
dan kakus di sungai langsung mempengaruhi terhadap kualitas air pada stasiun ini dan
kehidupan ikan. Menurut Mugirosani (2011) menyatakan bahwa deterjen merupakan
bahan pembersih yang semakin meningkat penggunaannya di masyarakat luas, usaha
laundry merupakan salah satu usaha yang menghasilkan air limbah deterjen dimana
pengguna deterjen yang semakin meningkat ini, berdampak pada naiknya tingkat
pencemaran lingkungan perairan di sekitar pemukiman penduduk dan juga khususnya
ikan yang hidup pada badan air tersebut.
Sumber limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari perumahan
dan daerah rekreasi. Banyak masyarakat melakukan rekreasi di sungai Sibiru-Biru

khususnya mandi. Mereka menggunakan sabun dan shampoo. Menurut Santoso (2014)
buangan rumah tangga, baik berupa sampah padat maupun air cucian kamar mandi serta
sabun yang dibuang ke badan air akan mempengaruhi kondisi badan air tersebut,
semakin padat penduduk yang berada di suatu permukiman akan semakin banyak
limbah yang harus dikendalikan.
Cardova (2008) juga menyatakan bahwapenggunaan air untuk kegiatan pada
perumahan akan mengubah komposisi air. Air yang telah digunakan tersebut
mengandung ekskresi manusia dalam bentuk solid maupun cairan, sisa makanan, air
cucian, sisa kertas, rambut, potongan kain dan sampah. Unsur-unsur tersebut akan
mencerminkan kualitas air buangan dalam sifat fisik, kimiawi maupun biologi.
Dampak pembuangan deterjen dapat menimbulkan eutrofikasi (pengayaan zat
hara), dan ini akan merangsang pertumbuhan biota nabati air yang tidak diinginkan.
Meningkatnya kandungan nitrogen dan fosfor akibat eutrofikasi akan menentukan
keberadaan fitoplankton di dalam air yang merupakan makanan bagi ikan. Menurut
Erlangga (2007) menyatakan bahwa sumber nitrogen yang dimanfaatkan oleh tumbuhan
adalah nitrat dan ammonia yang merupakan sumber utama nitrogen di perairan dan jika
fosfor yang tersedia cukup, kandungan nitrogen yang tinggi akan menentukan produksi
fitoplankton.
Adanya kakus yang langsung ke sungai sangat merusak pemandangan terutama
untuk kehidupan ikan cencen yang berada di dalamnya dan juga terhadap kualitas air.
Sesuai dengan pernyataan Lutfi (2006) menyatakan bahwa limbah cair terdiri atas 99,9
% bentuk cair yang meliputi bahan organik, anorganik, padatan tersuspensi, koloid,
padatan terlarut dan mikroorganisme. Bahan organik meliputi kertas, tinja, urin, sabun,

lemak, deterjen dan sisa makanan, sedangkan bahan anorganik meliputi ammonia dan
garam-garam amonium yang antara lain merupakan dekomposisi tinja, urin dan nitrat.
Pada stasiun III memiliki Kepadatan Populasi (KP) 0,24 ind/m2 dengan jumlah
ikan cencen yang tertangkap 19 individu. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas
MCK (Mandi, Cuci, Kakus) dan aktivitas pertanian yang cukup berlebihan
menyebabkan terjadinya sungai semakin keruh. Dahulunya stasiun III ini memiliki ikan
cencen yang banyak. Setelah adanya aktivitas pertanian yang dilakukan secara terusmenerus memberikan perubahan yang sangat drastis terutama terhadap perubahan
kualitas air yang menyebabkan kekeruhan. Meningkatnya aktivitas manusia untuk
memanfaatkan potensi yang ada di Sungai Sibiru-Biru ini seperti pertanian
menyebabkan terganggunya daur hidup dari organisme yang ada di perairan tersebut.
Di samping itu, masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Sibiru-Biru
ini sulit untuk mendapatkan ikan cencen. Kekeruhan akibat aktivitas pertanian yang
dilakukan setiap hari menyebabkan terganggunya habitat ikan cencen, ada juga
ditemukan berbagai keluhan masyarakat yang menggunakan stasiun III ini yaitu adanya
ditemukan penyakit gatal-gatal pada anak-anak.
Stasiun IV memiliki Kepadatan Populasi (KP) 0,08 ind/m2 dengan jumlah ikan
yang didapat 7 individu. Stasiun IV merupakan stasiun yang paling sedikit Kepadatan
Populasinya (KP). Aktivitas masyarakat yang dilakukan pada stasiun ini adalah aktivitas
pengerukan pasir. Pengerukan pasir yang dilakukan setiap hari menyebabkan sungai
semakin keruh dan dalam. Penangkapan dilakukan hanya disekitar area yang mendekati
pengerukan pasir,

karena

kedalamannya pada area pengerukan pasir tidak

memungkinkan menangkap ikan. Setelah adanya aktivitas pengerukan pasir ini yang

dilakukan secara terus-menerus memberikan perubahan yang sangat drastis pada
kualitas air sungai dan biota yang ada di sungai.
Keberadaan ikan cencen sangat sulit didapatkan pada stasiun ini karena arusnya
yang tinggi. Stasiun IV ini merupakan daerah tengah Sungai Sibiru-Biru. Substratnya
berupa pasir dan ada sebagian kecil lumpur. Ikan cencen yang ada pada stasiun ini
berbeda, ukuran tubuhnya besar, karena hanya ikan cencen yang ukuran dewasa yang
ditemukan. Karena kalau ikan cencen ukuran kecil tidak akan mampu bertahan pada
sungai yang sangat keruh, dalam, dan pergerakan airnya yang lambat. Selain itu
banyaknya limbah penduduk terutama MCK (Mandi,Cuci, kakus), pertanian, rekreasi
menyebabkan kualitas airnya menurun.
Sesuai dengan pernyataan Mulya (2004) juga menyatakan bahwa kedalaman dan
kecepatan arus bervariasi menurut panjang dan lebar sungai. Semakin ke hilir
kedalaman air biasanya semakin tinggi dan hal ini sangat mempengaruhi kehidupan
ikan di perairan tersebut.
Arus sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan cencen, arus pada stasiun IV
ini lambat dan pergerakan airnya juga lambat sehingga ikan cencen yang terdapat pada
stasiun IV ini sangat sedikit, karena ketahanan hidup ikan cencen sangat berpengaruh
terhadap arus, di samping itu kedalaman juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan
ikan cencen. Semakin dalam dasar bendungan sungai Sibiru-Biru menyebabkan ikan
cencen sulit bertahan hidup dan ikan cencen justru akan berenang ke tempat yang
memiliki arus yang deras.
Usaha di bidang penambangan adakalanya menimbulkan masalah yang serius.
Masalah yang timbul bukan hanya mengenai sumberdaya tambangnya, akan tetapi juga

masalah menyangkut lingkungan hidup. Adanya beberapa jenis bahan galian, paling
banyak penambangan yang dilakukan di sungai adalah penambangan pasir. Menurut
Tumanggor (2012) pengerukan pasir memberikan andil yang sangat besar bagi
kelestarian lingkungan. Hal ini akan memberikan dampak kualitas fisik, kimia maupun
biologi perairan. Kerusakan sumberdaya alam terus mengalami peningkatan, baik dalam
jumlah maupun sebaran wilayah. Kerusakan tersebut disebabkan oleh tingginya
eksploitasi yang dilakukan oleh usaha-usaha komersil yang secara sah mendapat izin
maupun oleh individu-individu yang tidak mendapat izin.

Pertumbuhan
Frekuensi Panjang Ikan M. marginatus
Sebaran frekuensi panjang total ikan M. marginatus dengan menggunakan
rumus Sturges (1926) diacu oleh Walpole (1992). Sebaran frekuensi panjang total ikan
M. marginatus dibedakan menjadi 2 yaitu frekuensi panjang ikan jantan dan frekuensi
panjang ikan betina.
Menurut Rifqie (2007) metode pendugaan pertumbuhan berdasarkan data
frekuensi panjang telah digunakan secara luas di bidang perikanan, biasanya digunakan
jika metode lain seperti pembacaan umur tidak dapat dilakukan. Data frekuensi panjang
yang dijadikan contoh dan dianalisa dengan benar dapat memperkirakan parameter
pertumbuhan yang digunakan dalam pendugaan stok. Analisa frekuensi panjang
digunakan untuk menentukan kelompok ukuran ikan. Ikan yang paling panjang pada
ukuran 180 mm yaitu ikan betina dan ikan yang paling pendek diperoleh pada ukuran
70 mm ada pada ikan jantan dan ikan betina.

Hubungan Panjang dan Bobot Ikan M. marginatus
Hubungan panjang berat ikan cencen adalah W = 0.00002L2.90. Dengan nilai b
sebesar 2,90 setelah dilakukan uji t (α = 0,05) terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa
ikan cencen memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif. Pola pertumbuhan
allometrik negatif menyatakan bahwa pertumbuhan panjang ikan cencen lebih dominan
dibandingkan pertumbuhan beratnya. Hal tersebut dikuatkan olleh nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,89 yang berarti bahwa model dugaan mampu menjelaskan
moodel sebenarnya sebesar 89 %. Hasil pengamatan hubungan panjang dan bobot ikan
bernilai determinasi (R2) 0,91 pada ikan jantan dan 0,86 pada ikan betina. Nilai (R2) dari
hubungan panjang dan bobot yang didapatkan ini dinyatakan cukup besar. Nilai (R2)
yang mendekati 1, dapat dikatakan keragaman yang dipengaruhi oleh faktor lain cukup
kecil dan hubungan antara panjang total dan bobot ikan erat kaitannya. Berdasarkan
hasil pengukuran menunjukkan diperoleh nilai b ikan cencen betina adalah 2,87 nilai b
ikan jantan 2,91. Hasil menunjukkan nilai b lebih kecil dari 3, setelah uji t dan α=0,05
hasilnya adalah allometrik negatif, artinya pertambahan panjang ikan tidak seimbang
pertambahan bobotnya. Sesuai dengan Effendie (1997) nilai kisaran b adalah 1,2-5,1
dan umummnya berkisar pada 3, bila harga b berada di luar kisaran 2,5-3,5 ikan itu
mempunyai bentuk tubuh yang di luar batas kebiasaan bentuk ikan yang umum.
Namun pada ikan betina terjadi perbedaan nilai b yang cukup signifikan, ini
diduga jumlah ikan betina yang sedikit dibandingkan ikan jantan.Sulistiono., dkk (2001)
menyatakan bahwa hubungan panjang berat yang bersifat relatif artinya dapat berubah
menurut waktu. Apabila terjadi perubahan terhadap lingkungan dan ketersediaan
makanan diperkirakan nilai ini juga akan berubah. Faktor makanan memegang peranan
penting, semakin banyak mendapatkan makanan, maka pertumbuhan beratnya semakin

tinggi (Kordi, 2009). Heltonika (2009) menambahakan, adanya perbedaan nilai b pada
ikan karena perbedaan musim dan kesuburan perairan.
Penelitian pola pertumbuhan untuk ikan cencen belum pernah dilakukan.Tetapi,
pada ikan yang satu genus dengan ikan cencen sudah ada yaitu ikan bilih
(Mystacoleucuc padangensis). Sianturi (2014) Keseluruhan ikan bilih jantan dan ikan
bilih betina di Sungai Aek Alian Kabupaten Toba Samosir memiliki nilai b < 3,
kemudian melalui proses uji lanjutan dapat disimpulkan bahwa pola pertumbuhan ikan
bilih di Sungai Aek Alian adalah allometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih
cepat dibandingkan dengan pertumbuhan berat.

Faktor Fisik-Kimia Perairan Sungai Sibiru-Biru
Suhu (oC)
Hasil pengamatan kualitas air yang diperoleh secara umum masih mendukung
kehidupan ikan cencen dan dapat diketahui dari beberapa parameter dari kualitas air dari
setiap stasiun. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh suhu dari masing-masing stasiun
diperairan Sungai Sibiru-Biru berkisar 19-28 oC. Suhu terendah pada stasiun I yaitu 19
o

C dan suhu tertinggi pada stasiun IV Sebesar 28 oC karena letak daerah yang rendah.

Menurut Nurudin (2013) organisme perairan seperti ikan mampu hidup baik pada
kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan
ikan mengalami stress yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna.
Menurut Ginting (2006), suhu perairan dapat dipengaruhi oleh letak lintang
perairan tersebut, musim, ketinggian diatas permukaan laut, penutupan awan, penutupan

vegetasi, luas permukaan perairan yang langsung terkena sinar matahari serta
kedalaman badan air.

Arus
Arus sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan cencen, arus pada stasiun IV
ini lambat dan pergerakan airnya juga lambat sehingga ikan cencen yang terdapat pada
stasiun IV ini sangat sedikit, karena ketahanan hidup ikan cencen sangat berpengaruh
terhadap arus, di samping itu kedalaman juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan
ikan cencen. Semakin dalam dasar bendungan sungai Sibiru-Biru menyebabkan ikan
cencen sulit bertahan hidup dan ikan cencen justru akan berenang ke tempat yang
memiliki arus yang deras.
Sungai Sibiru-Biru memiliki kecepatan arus berkisar antara 30-67 cm/s yaitu
kategori cepat dan sedang. Kecepatan arus pada sungai Sibiru-Biru sangat berpengaruh
terhadap kehidupan ikan cencen. Menurut Supartiwi (2000) mengklasifikasikan sungai
berdasarkan kecepatan arusnya yaitu berarus sangat cepat (>100 cm/detik), berarus
cepat (50-100 cm/detik), berarus sedang (25-50cm/ detik), berarus lambat (10-25
cm/detik) dan berarus sangat lambat (