ANALISIS KEBERHASILAN SISKOHAT KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI DIY

(1)

ANALISIS KEBERHASILAN SISKOHAT

KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI DIY

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

ABDUL LATIF

NIM: S4307041

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

ANALISIS KEBERHASILAN SISKOHAT

KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROPINSI DIY

Disusun oleh:

ABDUL LATIF NIM: S 4307041

Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal, 05 Mei 2010


(3)

ANALISIS KEBERHASILAN SISKOHAT KANWIL

KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI DIY

Disusun oleh:

ABDUL LATIF


(4)

PERNYATAAN

Nama : Abdul Latif

NIM : S4307041

Program Studi : Magister Akuntansi Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “ANALISIS KEBERHASILAN SISKOHAT KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI DIY.” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citiasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tetesan keringat dan airmata ini adalah merupakan wujud kasih

sayang ibu yang tulus kepada ananda. Keeratan keluarga kami

telah melimpahkan,

kasih sayang dan semangat yang tak terperi.

Goresan kata dalam setiap bab di karya ini merupakan hasil

Saran dan bimbingan dari pembimbingku. Dan sahabat-sahabat


(6)

HALAMAN MOTTO

Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah selalu bersama

kita.

(QS.At-Taubah:

40)

Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku

besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.

(QS.

Asy-Syu’ara: 62)

Tidaklah beriman (dengan iman yang sempurna), salah seorang

dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia

mencintai dirinya sendiri.

(HR.Bukhari dan

Muslim)

Sikap mental cendekia adalah percaya diri sendiri, optimis

dengan semua harapan, tidak ragu dalam bertindak, berani

menghadapi tantangan, tabah dan tidak cepat putus asa.

Merebut kesempatan sedini mungkin, mengerjakan apa yang

dapat dikerjakan, memanfaatkan waktu belajar sebaik-baiknya,

belajar sambil berdoa dan tidak cepat merasa puas atas hasil

yang dicapai.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul “ANALISIS KEBERHASILAN SISKOHAT KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI DIY’’ ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini bukan hasil dari jerih payah sendiri, akan tetapi banyak pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya Tesis ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada peneliti berupa Beasiswa Unggulan Diknas dalam menyelesaikan studi di program studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof.Dr.dr Syamsul Hadi, Sp.Kj, Selaku rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi di institusi ini.

3. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.


(8)

4. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

5. Drs. Bandi, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

6. Bapak Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com(Hons)., Ph.D., Ak., selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran,serta memotivasi penulis dalam penyusunan tesis.

7. Bapak Anas Wibawa, SE, M.Si.,Ak, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu dan segala kemudahan serta kesabaran mengarahkan dalam penyusunan tesis.

8. Bapak Ibu Dosen beserta staf di Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bimbingan keilmuan, khususnya dalam disiplin Ilmu Akuntansi.

9. Ibunda tercinta, terima kasih atas segala kasih sayang, bimbingan dan doamu yang selalu menyertaiku dalam menggapai asaku. Mas Syam dan mbak Imung, Takin dan Kamal, dik Ma’in terima kasih atas dukungan dan doa yang selalu menyertaiku. Nadia, Adil, Alim, Adibah. Keluarga Mbah Sulyoto, Keluarga Mbah Tomo.

10.Budiyanto dan Bayu Tri Cahya yang sangat berjasa dalam memberikan bantuan di penghujung tesis kepada penulis.Teman-teman kelas A’ Maksi angkatan 2007, terima kasih telah banyak memberikan kegembiraan dan keceriaan kepada penulis selama ini.


(9)

Kiranya Allah SWT yang akan memberikan balasan atas segala kebaikan dan kemurahan hati semuanya. Seperti peribahasa ”tiada gading yang tak retak”, maknanya tesis inipun masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat terutama bagi Kanwil Kemenag Provinsi DIY.

Surakarta, Juni 2010


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAAN ... ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ... v

HALAMAN MOTTO ... ... vi

KATA PENGANTAR ... ... vii

DAFTAR ISI ... ... ix

DAFTAR TABEL... ... xii

DAFTAR GAMBAR ... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... ... xiv

ABSTRACT... ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang Masalah... ……. 1

B. Perumusan masalah ... ……. 7

C. Tujuan Penelitian ... ……. 8

D. Manfaat Penelitian ... ……. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS .... ... 11

A. Landasan Teori... ... 11

A.1 Penelitian Terdahulu………... 12


(11)

A.3 Model Kesuksesan Delone dan

Mclean………... 31

B. Pengembangan Hipotesis... 33

C. Kerangka Berfikir ... ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Metode Penelitian ... ... 39

B. Pengumpulan data dan pemilihan sampel... ... 39

C. Variabel penelitian ... ... 42

C.1. Kualitas sistem... 43

C.2. Kualitas Informasi... 43

C.3. Penggunaan……... 44

C.4. Kepuasan pengguna………... ... 45

C.5. Dampak Individual………... ... 45

C.6. Dampak Organisasi………... ... 45

D. Analisis Data... 47

BAB IV ANALISIS DATA ... ... 53

A. Statistik Deskriptif ... ... 53

A.1 Jenis Kelamin ... ... 54


(12)

A.3 Pendidikan... ... 55

A.4 Masa kerja... 56

B. Analisis data... ... 57

B.1. Evaluasi model pengukur/measurement (outer) model... 58

B.1.1 Validitas konvergen... 58

B.1.2 Validitas dikriminan ... 41

B.1.3 Composite realibility... 68

B.2. Evaluasi model struktural/ structural (inner) model... ...69

C. Pengujian Hipotesis... 74

D. Pembahasan ... 77

BAB V PENUTUP... ... 81

A...Kesi mpulan ... ... 81

B...Keter batasan ... ... 82

C...Saran ... 83

D...Impli kasi... ... 84 DAFTAR PUSTAKA


(13)

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ringkasan Penelitian-penelitian Terdahulu

... .

...2 2

Tabel 2 Variabel Konstruk dan Indikator

... .

...4 6

Tabel 3 Kriteria penilaian PLS

... .

...5 2

Tabel 4 Profil responden berdasarkan jenis kelamin

... .

...5 4


(15)

Tabel 5 Profil responden berdasarkan usia... 55

Tabel 6 Profil responden berdasarkan

pendidikan... 56 Tabel 7 Profil responden berdasarkan massa

kerja... 57 Tabel 8 Nilai loading

indikator... ...59

Tabel 9 Nilai crossloading model 1 ...

... ...62 Tabel 10 Nilai crossloading model 2...

... 64

Tabel 11 AVE dan akar AVE ...

... 66

Tabel 12 Korelasi antar konstruk dengan akar kuadrat AVE (Model 1)... 67 Tabel 13 Korelasi antar konstruk dengan akar kuadrat AVE (Model

2)... 67

Tabel 14 Composite Realibility dan Cronchbach alpa ...

... 68

Tabel 15 Koefisien jalur dan T Statistik (model 1)...


(16)

Tabel 16 Koefisien jalur dan T Statistik (model 2)...

... 70

Tabel 17 R-Square

... 72

Tabel 18 Rekapitulasi Pengujian

Hipotesis... 76


(17)

DAFTAR GAMBAR

1. Model kesuksesan SI 3 D

... 13

2. Model Penelitian Hussen et al

... 16

3. Model kesuksesan KMS

... 17

4. Variabel kesuksesan SI di sektor publik

... 18

5. Unsur-unsur penyelenggaraan Haji

... 29

6. Model dasar yang dikembangkan oleh Delone dan Mclean

... 32

7. Kerangka Berfikir dan Hipotesis

... 36

8. Model 1 ... ....

37 9. Model 2

... 38


(18)

10.Hasil pengujian Model 1

... 72

11.Hasil pengujian model 2


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ijin penelitian

... 89

Lampiran 2 Kuisioner penelitian

... 91

Lampiran 3 Hasil output (Gambar) SmartPLS untuk model 1... 98

Lampiran 4 Hasil output (Gambar) SmartPLS untuk model 2... 100

Lampiran 5 Hasil output (report) SmartPLS untuk model 1

... 102

Lampiran 5 Hasil output (report) SmartPLS untuk model 2


(20)

ABSTRAKSI

ANALISIS KEBERHASILAN SISKOHAT KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI DIY

Abdul Latif NIM : S4307041

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem teknologi informasi (STI) yang telah digunakan dalam model Delone Mclean yang terdiri dari 6 konstruk yang telah diujikan. Sampel penelitian terdiri dari Kementerian Agama di tingkat kabupaten/kota di bawah Kanwil Kementerian agama Propinsi DIY. Data diambil dari kuisioner yang dibagikan kepada responden yang merupakan operator SISKOHAT dan pegawai dibidang Hazawa (Haji,Zakat, Infaq) yang semuanya berjumlah 30 orang.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 6 konstruk: Kualitas Sistem (KS), Kualitas Informasi (KI), Penggunaan (P), Kepuasan Pengguna (KP), Dampak Organisasi (DO), Dampak Individual (DI). Penelitian ini diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Livari (2005) dengan menambahkan konstruk sampai ke dampak organisasional tetapi tidak mengukur kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna dan kualitas sistem terhadap penggunaan.Model dapat dimodifikasi sesuai dengan produk STInya. Analisis data menggunakan Smart PLS 2.0 dibawah lisensi Imam Ghozali.

Hasil dari unsur-unsur yang diujikan dalam penelitian ini telah menunjukkan bahwa 5 hipotesis didukung dan 1 hipotesis tidak didukung.

Kualitas informasi (information quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan penggunanya (user satisfaction). Kualitas system (system quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan penggunanya (user satisfaction). Kepuasan pengguna sistem infomasi (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap penggunaannya (use). Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction). Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction). Kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap dampak individu (individual impact), Dampak individu (individual Impact) berpengaruh positif terhadap dampak organisasional (organizational impact. Antara Penggunaan (use) tidak berpengaruh positif terhadap dampak individu (individual impact).

Keywords: Kualitas Sistem (KS), Kualitas Informasi (KI), Penggunaan (P), Kepuasan Pengguna (KP), Dampak Organisasi (DO), Dampak Individual (DI), Smart PLS 2.0


(21)

ABSTRACT

ANALISIS KEBERHASILAN SISKOHAT KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI DIY

Abdul Latif NIM : S4307041

The objectives of this research is to know the influence of information system (IS) used by Delone Mclean six construct that tested.In this research, the samples derived from the Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY which concluded up to 5 Kementerian Agama at The Residences Districted above. The data is taking by quisionaire that distributed to the responden allotted to 30 that are the operator of SISKOHAT and HAZAWA (Haji,Zakat, Infaq) employees.

The Variabeltested in these research are adapted from Livari (2005) and increasing up to organizational impact but not tested the influences of information quality to user satisfaction and system quality to use. These model modificated as a product of SI . Data was analyzed Smart PLS 2.0 licenced by Imam Ghozali.

The variables tested in this research consist of 6 construct: System Quality (SQ), Information System (IS),Usage (U), User Satisfaction (US), Organization Impact (OI), Individual Impact (II). Data analysis flavored Smart PLS 2.0 under licenced Imam Ghozali.The results of these research appeared that the 5 hypothesis supported and 1 hyphothesis unsupported.Information quality has positive significant influences to user satisfaction.System quality has positive significant influences to user satisfaction.User satisfaction has positive significant influences to use. Use has positive significant influences to user satisfaction. Use has positive significant influences to user satisfaction. User satisfaction has positive significant influences to individual impact, Individual Impact has positive significant influences to organizational impact. Use has not positive significant influences to individual impact.

Keywords: System Quality (SQ), Information System (IS),Usage (U), User Satisfaction (US), Organization Impact (OI), Individual Impact (II), Smart PLS 2.0


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penerapan STI telah berkembang dengan sangat pesat. Jika diamati, setiap satu dekade, terjadi perkembangan yang cukup signifikan dari STI. Dimulai dari era akuntansi pada tahun 1950, beranjak ke era operasional mulai tahun 1960, ke era informasi mulai tahun 1970, menuju ke era jejaring dimulai tahun 1980 sampai ke era jejaring global dimulai tahun 1990, STI telah banyak sekali mengalami perubahan-perubahan (Jogiyanto, 2005). Pengelolaan STI secara efektif di dalam perusahaan sangat penting karena dapat menjadi dasar untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Oleh karenanya, banyak perusahaan yang mulai mengembangkan dan memberikan perhatian khusus pada STI sebagai sumber yang memfasilitasi pengumpulan dan penggunaan informasi secara efektif. Salah satu bentuk perhatian ini adalah penggunaan STI berbasis komputer untuk memperlancar arus informasi keluar untuk pelanggan, maupun ke dalam untuk kebutuhan internal organisasi. Istilah Sistem Teknologi (STI) atau Sistem Informasi (SI) atau Teknologi Informasi (TI) menunjukkan maksud yang sama (Jogiyanto, 2007). STI dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi (O’Brien; 2005). Orang bergantung pada STI untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan


(23)

prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data) sejak permulaan peradaban (O’Brien; 2005).

STI adalah sebuah produk yang kompleks. Didalamnya terdiri dari data, proses dan mengembangkan teknologi yang dipadukan dengan komunikasi yang harus melayani beragam kebutuhan stakeholder. STI lebih dari sekedar teknologi karena STI sebagai sarana utama untuk mencapai tujuan organisasi (Bentley and whitten, 2007). STI menyebabkan juga perubahan-perubahan peran dari STI itu sendiri, mulai dari perannya membantu operasi organisasi menjadi lebih efisien sampai ke perannya sebagai alat memenangkan kompetisi (Jogiyanto, 2005).

STI digunakan oleh organisasi untuk membantu operasi organisasi menjadi lebih efisien sampai dengan perannya sebagai alat untuk memenangkan kompetisi. Selain untuk membantu operasi rutin organisasi agar menjadi lebih efisien, STI juga merupakan faktor pembeda kompetitif yang utama (O’Brien 2006). Organisasi akan menggunakan STI untuk mengembangkan produk, jasa, dan kemampuan yang akan memberikan keunggulan dalam pasar persaingan. Pengadopsian dan pengembangan STI merupakan investasi yang mahal. Meskipun demikian, investasi yang mahal belum tentu mendapatkan STI yang berkualitas dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh organisasi. Keberhasilan implementasi STI dipengaruhi oleh berbagai faktor yang komplek. Sedangkan kegagalan implementasi STI, biasanya terjadi karena tidak kompatibelnya STI dengan proses bisnis dan informasi yang diperlukan organisasi (Janson dan Subramanian 1996; Lucas et al. 1988 dalam Budianto 2010). Robbins dalam


(24)

Wiyono dkk. (2008) menyatakan bahwa hasil survei yang dilakukan sebuah lembaga penelitian terhadap 232 responden di AS atas implementasi Enterprise Resource Planning (ERP) pada tempat mereka bekerja, menunjukkan bahwa 51% melihat implementasi ERP tidak berhasil dan 46% lainnya merasa organisasi mereka tidak memahami bagaimana menggunakan STI untuk mengembangkan diri dalam menjalankan bisnis.

Kegagalan-kegagalan dalam implementasi sebuah STI oleh Jogiyanto (2007) dibedakan menjadi 2 aspek. Yang pertama adalah aspek teknis, yakni aspek yang menyangkut sistem itu sendiri yang merupakan kualitas teknis sistem informasi. Kualitas teknis yang buruk menyangkut masih banyaknya kesalahan-kesalahan sintak, kesalahan-kesalahan-kesalahan-kesalahan logik, dan bahkan kesalahan-kesalahan-kesalahan-kesalahan informasi. Sedangkan aspek yang kedua adalah aspek teknis. Kegagalan non-teknis berkaitan dengan persepsi pengguna sistem informasi yang menyebabkan pengguna mau atau enggan menggunakan sistem informasi yang telah dikembangkan.

Pengukuran kegagalan yang ditentukan berdasarkan persepsi dari penggunanya memiliki kelebihan, yaitu secara alami mengintegrasikan berbagai aspek. Hal ini menunjukkan bahwa masalah yang terjadi adalah lebih pada aspek sumber daya manusia pengguna yang tidak bisa menerima implementasi STI. Aspek ini lebih menyangkut kepada perilaku para pemakai sistem informasi tersebut.


(25)

mempelajari perilaku individual dalam organisasi dalam menggunakan sistem informasi. Jogiyanto (2007) mengelompokan penelitian-penelitian itu kedalam 2 aliran. Aliran yang pertama adalah aliran yang memfokuskan penelitian pada penerimaan, adopsi, dan penggunaan dari sistem informasi. Aliran ini juga memfokuskan pada anteseden-anteseden atau penyebab-penyebab perilaku. Sedangkan aliran yang kedua memfokuskan pada kesuksesan implementasi di tingkat organisasi.

Aliran pertama dikelompokan lagi ke dalam 2 kelompok, yakni kelompok yang anteseden-anteseden perilaku berupa suatu perasaan (affect) dan kognitif (cognitive), misalnya: sikap, norma-norma, persepsi terhadap penggunaan. Beberapa teori dan model dari penelitian-penelitian dalam kelompok yang anteseden-antesedennya berupa suatu perasaan dan kognitif antara lain : TRA (Theory Reasoned Action) oleh Fishben dan Ajzen (1975), TAM (Technology Acceptance Model) oleh Davis (1989), TPB (Theory of Planned Behaviour) oleh Ajzen (1991).

Kelompok yang kedua adalah kelompok yang anteseden-anteseden perilaku lebih berupa suatu proses, misalnya proses penilaian, proses partisipasi dan keterlibatan serta proses mencocokan teknologi dengan tugasnya. Beberapa teori dan model dari penelitian-penelitian dalam kelompok yang anteseden-antesedennya berupa suatu proses antara lain: model penyelesaian adaptasi pemakai (coping model of user adaptation) oleh Beaudry dan Pinsioneault (2005), partisipasi dan keterlibatan pemakai oleh Barki dan Hartwick (1994), model


(26)

kesesuaian tugas-teknologi (task-technology fit) oleh Goodhue dan Thompson (1995).

Salah satu model yang populer pada aliran yang kedua, yakni aliran yang memfokuskan pada kesuksesan implementasi di tingkat organisasi adalah model yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean (1992) yang dikenal dengan Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean. Model ini merefleksi ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan sistem informasi, yakni: kualitas sistem (system quality), kualitas informasi (information quality), kepuasan pemakai (user statisfaction), penggunaan (use), dampak individu (individual impact), dan dampak organisasi (organizational impact). Untuk menguji model yang dikembangkan oleh Delone dan McLean (1992) tersebut. Penelitian-penelitian tersebut sepertinya memperlihatkan ketidakkonsistennya hasil empiris yang diperoleh antara satu dengan lainnya.

Dengan melakukan pengujian sampai pada dampak organisasi, penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Livari (2005) pada dewan kota (city council) di Oulu, Finlandia. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bukti empiris apakah dengan teori yang sama tetapi obyek, waktu, dan tempat yang berbeda akan menunjukkan hasil yang sama dengan melakukan studi kasus pada implementasi sistem informasi mandatory yang diterapkan di Kanwil kementerian Agama Provinsi DIY yang berwawasan progressif dalam mengembangkan organisasi sektor publik. Sejarah telah membuktikan, bahwa sejak zaman dahulu jauh sebelum kemerdekaan jumlah jamaah haji Indonesia dan sampai sekarang (tahun 2000an) masih tetap menempati jumlah yang terbesar bila dibandingkan


(27)

dengan Negara manapun yaitu selalu berada pada kisaran 15% sampai 20% bahkan seringkali mencapai 25% dari seluruh jumlah jamaah haji di Arab Saudi. Ketika pemerintah kolonial masih menjajah negeri ini kondisi seperti itu mendorong pemerintah kolonial menerbitkan Ordonasi Haji tahun 1922 (Dirjen BiMas dan penyelenggaraan Haji Depag, 2004). Sejak tahun 1971 mulailah diatur sistem pendaftaran calon jamaah haji disetiap daerah, yaitu pembayaranya hanya bisa dilakukan melalui Bank pemerintah. Kemudian pembuatan dan penyelesaian administrasi dan dokumen calon jamaah haji sampai proses pemvisaannya dari seluruh daerah dipusatkan di Depag RI Jakarta. Selanjutnya mulai dilakukan pembangunan asrama haji embarkasi sebagai tempat pelayanan pada masa pemberangkatan jamaah dari tanah air. Selain dari itu dilakukan koordinasi pelaksanaan operasional secara inter departemen yang antara lain melibatkan instansi terkait meliputi: (1)Departemen kesehatan RI, dari tingkat provinsi sampai Puskesmas di Kecamatan untuk melayani kesehatan jamaah haji sejak persiapan sampai operasional di tanah suci, (2)Departemen dalam negeri RI, untuk mempersiapkan administrasi dan dokumen dimasing-masing daerah seluruh wilayah Indonesia, (3)Departemen perhubungan termasuk BUMN (PT Garuda) untuk menyediakan angkutan penerbangan jamaah haji ke luar negeri dan angkutan domestik dalam negeri, (4)Departemen Kehakiman dan HAM mengenai masalah keimigrasian, (5)Departemen luar negeri untuk menangani hubungan antar negara (Dirjen BiMas dan penyelenggaraan Haji Depag, 2004). Pengadaan sebuah sistem teknologi informasi untuk mengkoordinasikan semua aktivitas menjadi sebuah kebutuhan.


(28)

B. PERMASALAHAN

Penelitian ini menggunakan objek penelitian SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu). SISKOHAT juga merupakan sebuah aplikasi pembayaran beaya penyelenggaraan ibadah haji dan operasional haji terkomputerisasi.

Penelitian ini berusaha meneliti keberhasilan implementasi SISKOHAT di Kanwil Kementerian Agama provinsi DIY dengan Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean. Beberapa penelitian memberikan hasil bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi merupakan prediktor yang signifikan terhadap kepuasan pemakai, penggunaan, dan dampak individu (Roldan dan Leal 2003; McGill et al. 2003; Hussein et al. 2005), beberapa yang lain menunjukan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi merupakan prediktor yang signifikan terhadap penggunaan akan tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan pemakai (Rai 2002; Hanmer 2004; Livari 2005; Radityo dan Zulaikha, 2007; Purwanto 2007). Dengan tidak konsistennya pengujian model yang dilakukan dibeberapa bidang penelitian tersebut, membuka peluang untuk mengembangkan model pada objek penelitian ini.

Secara lebih rinci berdasarkan latar belakang yang ada, rumusan masalah penelitian dituliskan dalam pertanyaan penelitian dengan mendasarkan pada 6 pengukuran yang digunakan dalam Model DeLone dan McLean (1992) sebagai berikut:

1. Apakah kualitas informasi (information quality) berpengaruh positif terhadap pengguna (use) ?


(29)

2. Apakah kualitas sistem (system quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction) ?

3. Apakah penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction) ?

4. Apakah kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap penggunaan (use) ?

5. Apakah Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap Dampak individu (individual impact) ?

6. Apakah Kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap Dampak individual (individual impact) ?

7. Apakah Dampak individual (individual impact) berpengaruh positif terhadap Dampak organisasi (organizational impact) ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) di Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY. Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk menguji pengaruh kualitas informasi (information quality) terhadap pengguna (use).

2. Untuk menguji pengaruh kualitas sistem (system quality) terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction).

3. Untuk menguji pengaruh penggunaan (use) terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction).


(30)

4. Untuk menguji pengaruh kepuasan pengguna (user satisfaction) terhadap penggunaan (use).

5. Untuk menguji pengaruh Penggunaan (use) terhadap Dampak individu (individual impact).

6. Untuk menguji pengaruh Kepuasan pengguna (user satisfaction) terhadap Dampak individual (individual impact).

7. Untuk menguji pengaruh Dampak individual (individual impact) terhadap Dampak organisasi (organizational impact).

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:

1. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi penelitian dalam bidang sistem informasi khususnya dalam pengembangan model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean, sehingga dapat digunakan sebagai bahan penelitian berikutnya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pelayanan Haji di Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY sebagai institusi pengguna sistem informasi. Dengan penelitian ini juga diharapkan dapat diketahui faktor-faktor yang menjadi penyebab berhasil tidaknya implementasi sebuah sistem informasi, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pengembangan sistem informasi di institusi lain dan untuk pengembangan sistem informasi yang baru.


(31)

3. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dalam upaya pengembangan penelitian yang berkaitan dengan masalah ini pada organisasi sektor publik untuk masa akan datang.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

Berdasarkan literatur dan penelitiannya sebelumnya penelitian ini akan mengembangkan model Delone dan McLean (1992) yang mengajukan suatu model kesuksesan sistem informasi, terdiri atas enam kategori, yaitu: kualitas informasi (KI), kualitas sistem (KS), Penggunaan(P), kepuasan pengguna (KP), Dampak individual (DI), dan Dampak organisasi (DO) yang dimodifikasikan dengan Livari (2005). Berdasarkan model Delone and Mclean, model dapat dimodifikasi berdasarkan aspek: sasaran penelitian, konteks organisasi yang menggunakan dan aspek dari STInya, Model disesuaikan dengan produk STInya (Jogiyanto,2007). Livari (2005) juga tidak mengukur hingga ke dampak organisasi khusus dampak organisas diadopsi dari Roldan dan Leal (2003). WU dan Wang (2006), Ballantine et al (1996), Mcgill (2003) memodifikasi model mereka karena apabila kompleksitas variabel-variabel yang terlibat maka perlu ditambah atau dikurangi unntuk membentuk suatu model yang mudah diterapkan. Seddon dan Kiew (1994) menghapus Penggunaan (P) dan menambahkan Kepuasan Pengguna (KP) karena kepuasan pengguna merefleksikan lebih dari dampak individual (Rai et al, 2002). Kishor Vaidya (2007) juga mengembangkan model berbeda dalam evaluasi kesuksesan e-procurement meskipun mengaplikasi model Delone dan Mclean dalam mengukur kesuksesan e-procurement. Oleh karena itu mengikuti Delone dan Mclean (1992) dan Rai et al (2002) penelitian ini memfokuskan pada dampak dari sistem informasi pada kinerja individual yang diukur oleh penggunaan dan kepuasan pengguna terhadap dampak individu.


(33)

Penelitian ini memfokuskan pada kesuksesan STI pada konstruk Penggunaan (P), Dampak individual (DI) yang pada akhirnya berpengaruh pada Dampak organisasi (DO) sebagai sebuah aplikasi sistem informasi. Sedangkan Livari (2005) berfokus pada aplikasi sistem informasi individual.

A.1. PENELITIAN TERDAHULU

Sampai saat ini, telah banyak penelitian empiris yang dilakukan di berbagai bidang dan objek penelitian untuk menguji model kesuksesan sistem informasi yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean (1992). Ballantine et al. (1996) melakukan pengujian lebih lanjut atas model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean (1992). Penelitian Ballantine et al. (1996) merupakan studi literatur. Mereka memberikan kritik atas model DeLone dan McLean (1992) yang dianggap belum lengkap karena pengukur kesuksesan STI seharusnya juga mempertimbangkan variabel kontijensi sebagai variabel independen seperti: strategi organisasi, struktur, ukuran dan lingkungan organisasi yang diteliti. Nama model kesuksesan sistem informasi 3-D berasal dari 3 dimensi yang digunakan dalam model: pengembangan (development), penyebaran (deployment), dan penghantaran (delivery). Ballantine et al. (1996) mengidentifikasi tiga tingkatan dalam model yang menjelaskan tentang kualitas dari sistem informasi. Tiga tingkatan dalam dimensi kesuksesan sistem informasi dipengaruhi oleh faktor endogen dan exogen. Faktor endogen adalah faktor yang dapat diprediksi seperti keahlian pemakai, proses pengembangan sistem informasi, dan metodologi yang diadopsi. Sedangkan faktor exogen adalah faktor yang tidak bisa diprediksi, seperti faktor ekonomi dan politik.


(34)

Ballantine et al. (1996) mengembangkan model baru yang menurutnya lebih lengkap dan menyebutnya sebagai model kesuksesan sistem informasi 3-D yang digambarkan seperti tampak pada gambar berikut:

Gambar 1

Model Kesuksesan Sistem Informasi 3-D

(Sumber: Ballantine et al. 1996)

Rai et al. (2002) melakukan penelitian untuk menguji model DeLone dan McLean (1992) dalam konteks penggunaan sistem informasi sukarela (voluntary). Data dikumpulkan dari 274 mahasiswa pengguna sistem infomasi mahasiswa terintegrasi (integrated student information system) di Universitas Midwestern. Data dianalisa dengan pemodelan struktural (SEM). Hasil uji empiris mendukung model DeLone dan McLean (1992) yakni, kualitas informasi berpengaruh signifikan terhadap penggunaan dan kepuasan pengguna, kepuasan pengguna berpengaruh signifikan terhadap penggunaan tapi tidak sebaliknya. Rai et al. (2002) tidak menguji model sampai ke dampak organisasi.

McGill et al. (2003) melakukan penelitian pada User Deplopped Exogenous factor

Success

Environmental filter

Delivery

learning Intregation filter

Deployment

Implementation filter

Development


(35)

sedangkan 5 lainnya tidak signifikan. Dari penelitian itu terbukti secara empiris bahwa perceived system quality dan information quality merupakan prediktor yang signifikan terhadap kepuasan pemakai, tetapi tidak signifikan terhadap penggunaan. Kepuasan pemakai berpengaruh terhadap penggunaan dan dampak individual. Penggunaan tidak berpengaruh terhadap dampak individual, dan dampak individual juga tidak berpengaruh terhadap dampak organisasi.

Roldan dan Leal (2003) melakukan penelitian atas model DeLone dan McLean (1992) pada bidang Executive Information System (EIS) di Spanyol. Penelitian ini mengambil sampel 100 pemakai sistem (user) di 55 perusahaan yang telah mengaplikasikan EIS. Penelitian ini menggunakan 3 variabel untuk menganalisis pengaruh EIS ke dampak individu, yaitu: kecepatan dari identifikasi masalah, kecepatan dari pengambilan keputusan, dan perpanjangan dari analisis. Sedangkan variabel yang digunakan sebagai pengukur dampak organisasi adalah: visi organisasi yang disebarkan, efektifitas pengambilan keputusan organisasional, dan kinerja organisasi persepsian. Dari hasil empiris dibuktikan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pemakai EIS, akan tetapi tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kualitas sistem maupun kualitas informasi dengan penggunaan.

Hanmer (2004) melakukan penelitian pada implementasi sistem informasi rumah sakit terkomputerisasi (computerissed hospital information system) di Afrika Selatan pada rumah sakit publik milik pemerintah. Hasil uji empiris menunjukan bahwa kualitas sistem berpengaruh terhadap penggunaan, sedangkan kualitas informasi memberikan pengaruh yang lemah terhadap kepuasan pemakai.


(36)

Livari (2005) melakukan penelitian untuk menguji model DeLone dan McLean (1992) pada sistem informasi akuntansi di Dewan Kota (City Council) Oulu, Finlandia. Studi lapangan dilakukan dengan menggunakan data longitudinal dengan mengambil 78 orang sampel yang merupakan pemakai utama dari sistem. Konsisten dengan penelitian Roldan dan Leal (2003), pada penelitian ini dibuktikan bahwa kualitas sistem persepsian (perceived system quality) merupakan prediktor yang signifikan terhadap penggunaan dan kepuasan pemakai. Sedangkan kualitas informasi persepsian (perceived information quality) berpengaruh terhadap kepuasan pemakai tetapi tidak berpengaruh terhadap penggunaan. Antara penggunaan dengan kepuasan pemakai tidak terbukti saling mempengaruhi satu sama lain (reciprocaly). Dampak individu secara signifikan dipengaruhi oleh kepuasan pemakai, tetapi tidak oleh penggunaan.

Hussein et al. (2005) melakukan penelitian untuk meneliti pengaruh faktor teknologi dalam dimensi model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean (1992). Data dikumpulkan dari 201 pengguna e-goverment pada 4 agensi di Pemerintah Malaysia. Faktor teknologi direpresentasikan oleh 6 dimensi: IS competency, IS facilities, IS integration, IS structure and user support. Sedangkan dimensi kesuksesan sistem informasi digunakan: system quality, information quality, perceived usefulness, and user satisfaction. Model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(37)

Gambar 2

Model Penelitian Hussein et al. (2005)

(Sumber: Hussein et al. 2005)

Dari hasil uji empiris diketahui bahwa semua faktor teknologi berpengaruh signifikan terhadap dimensi kesuksesan sistem informasi. Dari penelitian tersebut, Hussein et al. (2005) menyimpulkan bahwa faktor-faktor teknologi memiliki peran penting dalam menjamin kesuksesan implementasi sistem informasi pada organisasi pemerintah.

Wu dan Wang (2006) melakukan penelitian untuk mengukur kesuksesan sistem informasi manajemen ilmu pengetahuan yang disebut sebagai Knowledge Management System (KMS) pada perusahan dengan pendekatan model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean yang dikembangkan pada tahun 1992 dan diperbaruhi pada tahun 2003. Dari model tersebut, dikembangkan konstruk untuk mengukur kesuksesan KMS dengan variabel kepuasan pemakai (user statisfaction), manfaat KMS persepsian (perceived KMS benefits), dan penggunaan KMS (KMS use) yang digambarkan sebagai berikut:

IS facilities IS competenc IS integration User support IS structure

System Quality

Information Quality

Perceived Usefulness


(38)

Gambar 3

Model Kesuksesan KMS

(Sumber: Wu dan Wang 2006)

Penelitian dilakukan pada 50 perusahaan di Taiwan yang telah mengimplementasikan KMS pada perusahaan mereka. Analisa data dilakukan menggunakan SEM dengan bantuan program LISREL. Hasilnya, 5 dari 7 hipotesis dinyatakan diterima dan 2 hipotesis dinyatakan ditolak. Dengan demikian, penelitian ini secara empiris terbukti dan mendukung model DeLone dan McLean (1992). Adanya ketidakkonsistenan dengan penelitian sebelumnya menyangkut tidak signifikannya pengaruh kualitas sistem terhadap manfaat KMS persepsian dan penggunaan KMS terhadap manfaat KMS persepsian.

Elpez dan Fink (2006) melakukan analisis terhadap 3 studi kasus yang meneliti kesuksesan sistem informasi pada sektor publik di Australia Barat. Dari studi literatur tersebut ditemukan beberapa kunci terhadap variabel-variabel yang berperan penting dalam kesuksesan sistem informasi di sektor publik yang membedakan dengan sektor privat.

Dari hasil kajian didapatkan beberapa variabel dari sudut pemakai yang menurut mereka berperan penting dalam kesuksesan sistem informasi di sektor publik, yaitu: meeting user requirements, system usability and performance,

System Quality

Information Quality)

Perceived KMS Benefits

KMS Use

User Stastifaction


(39)

information quality and use, user acceptance and IS ownership, and interactions with the rest of IT infrastructure. Variabel-variabel tersebut kemudian dibentuk model awal kesuksesan sistem informasi di sektor publik yang digambarkan seperti pada gambar 4. Model ini menggambarkan kesuksesan sistem informasi dari sudut pandang pemakai sistem, dimana variabel dalam model merupakan variabel yang dirangking berdasarkan 3 penelitian yang telah dikaji.

Gambar 4

Variabel Kesuksesan Sistem Informasi di Sektor Publik

(Sumber: Elpez dan Fink 2006)

Radityo dan Zulaikha (2007) melakukan penelitian untuk menguji penggunaan aplikasi SIMAWEB (Sistem Informasi Akademik Berbasis Website) pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sampel diambil dari 200 orang yang terdiri dari mahasiswa dan dosen pada Fakultas Ekonomi Undip. Hasilnya, dari 8 hipotesis hanya 2 yang signifikan yakni penggunaan berpengaruh positif terhadap dampak individual dan dampak individual berpengaruh positif signifikan

meeting user requirements

use

expenditure control

accountability long system

perspective

interactions with IT infrastructure user acceptance

and IS ownership

information quality

system usability and performance


(40)

empiris yaitu: kualitas sistem tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penggunaan, kualitas sistem tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan pemakai, kualitas informasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penggunaan, kualitas informasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan pemakai, dan antara penggunaan dan kepuasan pemakai tidak terbukti saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Purwanto (2007) melakukan penelitian yang didasarkan pada model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean diperbaruhi (updated information system success model, DeLone dan McLean 2003). Tujuan penelitian adalah untuk menguji efektivitas aplikasi e-government di Pemerintah Kabupaten Sragen. Hasil uji model mengungkapkan bahwa kualitas informasi e-government dan kualitas pelayanan e-government mempengaruhi secara signifikan ke kepuasan pemakai e-government. Sebaliknya, hasil tersebut menunjukkan suatu hubungan yang lemah antara kualitas sistem e-government dan kepuasan pemakai e-government. Hasil tersebut tidak menunjukkan hubungan-hubungan yang signifikan antara pemakaian e-government dan variabel-variabel prediktor, seperti kualitas sistem e-government, kualitas informasi e-government, kualitas pelayanan e-government, dan kepuasan pemakai e-government. Kepuasan pemakai e-government secara dominan mempengaruhi ke manfaat-manfaat bersih e-government dibandingkan pemakaian e-government. Karena itu, kualitas e-government (seperti kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan) mempengaruhi ke manfaat-manfaat bersih e-government melalui kepuasan pemakai e-government.


(41)

Hussein et al. (2007) melakukan studi lanjutan atas penelitian sejenis yang pernah dilakukan pada tahun 2005. Pada penelitian ini, Hussein et al. (2007) menguji pengaruh faktor organisasi terhadap kesuksesan sistem informasi pada 4 agensi di Pemerintah Malaysia. Dimensi faktor organisasi diukur dengan 6 pengukuran yaitu: top management support, decision making structure, management style, managerial IT knowledge, goal alignment, dan resource allocation. Sedangkan dimensi kesuksesan sistem informasi yang digunakan adalah: system quality, information quality, perceive usefulness, dan user satisfaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua dimensi faktor organisasi berpengaruh signifikan terhadap dimensi kesuksesan sistem informasi. Dimensi faktor organisai yang memiliki pengaruh paling tinggi adalah goal alignment, dimana hal ini mirip dengan yang ada di sektor swasta (Hussein 2007).

Kishor Vaidya (2007) melakukan penelitian untuk menguji kesuksesan e-procurement sebagai bagian agenda e-government di Pemerintah Australia. Dimensi kesuksesan sistem informasi yang digunakan adalah: information quality, system quality, service quality, use, user satisfaction dan net benefits.

Hasil penelitian menunjukkan 6 konstruk yang diajukan dalam konteks e-procurement sangat perlu dan mungkin untuk diadaptasikan dalam penelitian-penelitian mendatang (Garrity dan Sanders, 1998; Molla dan Licker, 2001).

Budianto (2010) melakukan penelitian pada implementasi sistem informasi rumah sakit terkomputerisasi (computerissed hospital information system) di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sragen dengan mengambil objek biling sistem, sebuah aplikasi penagihan pembayaran terkomputerisasi yang


(42)

merupakan bagian dari Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Hasil uji empiris menunjukan bahwa kualitas sistem berpengaruh terhadap penggunaan, sedangkan kualitas informasi memberikan pengaruh yang lemah terhadap kepuasan pemakai.

Dari 8 hipotesis yang diajukan, 5 dinyatakan diterima dan 3 dinyatakan ditolak. Hasil uji empiris menunjukan bahwa kualitas sistem berpengaruh positif signifikan terhadap penggunaan dan kepuasan pemakai. Kualitas informasi berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pemakai tetapi berpengaruh negatif terhadap penggunaan. Antara penggunaan dan kepuasan pemakai tidak terbukti saling mempengaruhi. Dampak individu terbukti secara posistif signifikan dipengaruhi oleh kepuasan pemakai tetapi tidak oleh penggunaan. Dan dampak individu terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap dampak organisasi.

Ringkasan dari beberapa penelitian di atas dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:


(43)

(44)

(45)

(46)

Dari hasil empiris beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa konteks pemakaian sistem informasi voluntary dan mandatory memberikan hasil yang berbeda. Model DeLone dan McLean (1992) lebih sesuai diterapkan untuk pemakaian sistem informasi yang voluntary, hal ini terbukti dengan didukungnya model ini secara empiris oleh beberapa penelitian dalam sistem informasi voluntary (Rai et al. 2002; Hanmer 2004). Sedangkan beberapa penelitian yang lain (McGill et al. 2003; Roldan dan Leal 2003; Livari 2005; Radityo dan Zulaikha 2007) menunjukan ketidaktepatan pengukuran variabel penggunaan oleh variable yang lain dalam model. Hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh sifat pemakaian sistem informasi yang bersifat mandatory tersebut.

A.2.SISKOHAT

Kanwil Kementerian agama Propinsi DIY merupakan salah satu organisasi sektor publik yang menggunakan dana masyarakat dalam operasionalnya. Membawahi 5 Kementerian agama di 4 Kabupaten (Sleman, Bantul, Kulonprogo dan Gunung kidul) dan 1 kota (kota Yogyakarta).

Sorotan dan kritik terhadap Depag khususnya dalam penyelenggaraan ibadah haji, banyak kepentingan dari setiap warga yang mengambil manfaat dari penyelenggaraan ibadah haji, dan kurang mengedepankan perlindungan terhadap haji. (Said Agil Husin Al-Munawar,2004).Aspek perlindungan terhadap jamaah haji lebih jelas arah dan tujuannya sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan ibadah haji. Dalam UU.17/1999 yang menjadi pijakan policy nasional penyelenggaraan haji dinyatakan bahwa


(47)

manajemen penyelenggaraan yang baik agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar, dan nyaman sesuai dengan tuntutan agama serta jamaah haji dapat melaksanakan ibadah secara mandiri sehingga memperoleh haji mabrur. Sesuai dengan UU.17/1999, sistem penyelenggaraan haji terdiri dari sub-sub sistem yaitu Biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH), pendaftaran, pembinaan, kesehatan,keimigrasian, transportasi, akomodasi, penyelenggaraan ibadah haji khusus dan umrah. Penetapan besarnya biaya penyelenggaraan haji dilakukan berdasarkan keputusan presiden atas usulan Menteri agama, setelah melalui pembahasan dan mendapatkan persetujuan bersama DPR-RI.

Akuntabilitas ibadah haji, terutama pengelolaan keuangannya adalah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan selalu diawasi oleh unit pengawas intern, yaitu inspektorat jenderal Kemenag dan unit eksternal yaitu BPK. Sedangkan komponen biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) itu sendiri ditetapkan melalui Keppres setelah melalui pembahasan terbuka dan mendalam dengan komisi VI. Disamping itu, Komisi VI DPR–RI juga ikut memantau pelaksanaannya, termasuk penyewaan pemondokan dan operasional di Arab Saudi. Dengan demikian, pelaksanaan tugas Kemenag dalam menyelenggarakan ibadah haji dilandasi suatu sistem terbuka dan terawasi oleh sistem tersebut termasuk dilakukan audit kinerja dan audit keuangan (Al-Munawar,2004).

Dengan meningkatnya jumlah jama’ah haji hingga 200 ribuan, sejak pertengahan tahun 1990an yang berakibat kepada keterbatasan ketersediaan quota, maka pemerintah melakukan penyempurnaan pelayanan dengan menggunakan STI untuk proses penyelenggaraan haji mulai dari penanganan pendaftaran,


(48)

pembayaran BPIH, proses penyelesaian administrasi, dan dokumen, pengelompokan jamaah dalam kloter sampai pada layanan operasional di Arab Saudi. Perbaikan sistem pelayanan yang sangat menonjol adalah mengadopsi sistem reservasi pada layanan penerbangan internasional ke dalam model pendaftaran haji lima tahun (Sistem langsung lunas dan sistem tabungan) dengan sistem satu atap atau lebih dikenal dengan sistem ban berjalan (First input first out-FIFO). Hal ini, dilakukan sebagai upaya memberikan kepastian pemberangkatan dan percepatan layanan jamaah haji. Sistem dan prosedur pendaftaran haji erat kaitannya dengan setara BPIH dan ketersediaan quota (jumlah kuota dibagi propinsi berdasarkan 1/1000 penduduk). Prosedur pendaftaran haji dilakukan melalui kantor Kemenag kabupaten/kota yang pelaksanaannya dikoordinir oleh bupati/walikota setempat selaku koordinator harian penyelenggaraan haji. Sedangkan penyelenggaraan BPIH dilakukan melalui kerjasama dengan perbankkan dan BI, yang pelaksanaannya berada pada kantor cabang bank pemerintah dan swasta yang tersambung dengan sistem komputerisasi haji terpadu (SISKOHAT). Pemerintah memberikan kesempatan kepada lembaga sosial keagenan dan ormas-ormas Islam untuk ikut dan memberikan bimbingan terhadap calon jamaah haji melalui organisasi kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH). KBIH harus mendapatkan izin dari Kemenag, dan terlebih dulu mendapatkan rekomendasi dari Kemenag kelompok/kota setempat.

Tahun 90an dapat disebut pula sebagai era baru penyelenggaraan haji karena secara konsepsional menggunakan STI sebagai jawaban terhadap tuntutan membludaknnya jumlah jamaah haji yang membutuhkan pelayanan cepat, tepat dan berkualitas dan sekaligus sebagai upaya pemanfaatan kemajuan teknologi


(49)

guna peningkatan mutu pelayanan langsung kepada publik melalui Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT). Melalui sarana komputerisasi secara online ini, intervensi manusia semakin dibatasi dalam melakukan pelayanan secara adil dan proporsional, karena mekanisme kerja di lapangan lebih banyak di tentukan dan dikontrol langsung oleh STI terutama dalam proses pendaftaran, penyelesaian dokumen paspor dan visa serta monitoring secara terpusat melalui host dan jaringan komputer terhadap posisi dan status jamaah haji sejak dari tanah air sampai di Arab saudi dan pemulangannya kembali ke masing-masing dembarkasi. Perubahan mendasar dari pelaksanaan penyelenggaraan haji di era ini selain awal mula pemberlakuan Undang-undang Haji (1999), terutama pada pembaharuan pelaksanaan pendaftaran calon haji yang semakin membumbung tinggi peminatnya sehingga menimbulkan keresahan akibat terjadinya daftar tunggu (waiting list) pendaftar calon haji. Maka sejak tahu 1996 mulailah dilakukan cara-cara yang lebih terbuka dan transparan dalam pelayanan pendaftaran yang sangat jauh berbeda dari sebelumnya yaitu menggunakan pendaftaran dengan prinsip memberikan semacam ’kepastian’ kepada masyarakat untuk pergi haji dengan model pelayanan penyelenggaraan secara first input first output (FIFO) atau yang lebih dikenal dengan istilah sistem ban berjalan, siapa yang awal mendaftar dialah yang terlayani, petugas dan pelayanan pendaftar berada dalam satu atap dan melayani pendaftaran haji sepanjang masa (lima tahunan). Demikian juga dengan pelayanan pencepatan penyelesaian dokumen jamaah berupa paspor haji dan pemvisaannya dengan cara penyebaran lokasi pelayanan di tiga kota yaitu Makasar, Surabaya, dan Jakarta. Namun, demikian pada akhirnya penyelesaian visanya ditarik lagi ke pusat mengingat lebih efisien


(50)

dengan diberlakukannya sistem penyelesaian visa online (Dirjen BiMas dan penyelenggaraan Haji Depag, 2004).

Gambar 5.

Unsur-unsur penyelenggaraan haji

SISKOHAT memiliki peran yang vital dalam memberikan pelayanan haji kepada masyarakat. Semakin hari, tuntutan kualitas pelayanan oleh masyarakat semakin tinggi sehingga dituntut untuk semakin tanggap dan profesional dalam memberikan pelayanan yang semakin cepat, mudah, dan murah. Pengelolaan manajemen SISKOHAT merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam menata dan memperbaiki kinerja untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk mendukung hal tersebut, dipandang perlu mengembangkan sistem informasi pendukung efisiensi manajemen yang merupakan bagian utama dalam pencapaian efisiensi pengelolaan haji. Selain itu semangat untuk mengembangkan STI disektor publik di berbagai instansi tumbuh dan

Istitho’ah menurut agama NEGARA ARAB SAUDI Hubungan Bilateral Transportasi Peraturan Internasional Fasilitas Publik CALON HAJI Penyelenggara Perjalanan Haji Instansi Pelayanan Haji NEGARA ASAL Pembia -yaan Kelengkap-an adminis-trasi Sarana transportasi Penyediaan Akomodasi


(51)

berkembang salah satunya dengan ditandai pula lahirnya PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah. Sebagai salah satu bentuk tanggungjawab pemerintah menyediakan informasi yang komprehensif kepada masyarakat luas, termasuk informasi keuangan daerah. Dengan kemajuan STI yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, hal tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola dan mendayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk lebih mendorong terwujudnya pemerintah yang bersih, transparan, serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan STI untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah dan menyalurkan informasi keuangan daerah kepada pelayanan publik (Nordiawan, 2006).

Peran STI merupakan tuntutan kebutuhan masyarakat luas. Masa operasionalisasi 3 tahun dirasa cukup untuk mengevaluasi berhasil tidaknya implementasi sebuah sistem informasi. Evaluasi kesuksesan penerapan sistem informasi ini dilihat dengan pendekatan Model DeLone dan McLean (1992), yakni apakah SISKOHAT dapat meningkatkan produktivitas individu pemakainya dan juga produktivitas organisasi.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui faktor-faktor yang menjadi penyebab berhasil tidaknya implementasi sebuah sistem informasi, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pengembangan sistem informasi di institusi lain atau untuk pengembangan sistem informasi yang baru.


(52)

A.3.MODEL KESUKSESAN DELONE DAN MCLEAN

Model kesuksesan STI yang dikembangkan oleh Delone dan Mclean (1992) ini cepat mendapatkan tanggapan. Salah satu sebabnya adalah model mereka merupakan model yang sederhana tetapi dianggap cukup valid. Sebab yang lainnya adalah memang sedang dibutuhkan suatu model yang dapat menjadi acuan untuk membuat STI dapat diterapkan secara sukses di organisasi. Penggunaan dan kepuasan sistem merupakan sebuah sikap, sehingga hal ini dipengaruhi oleh persepsi dari objek yang mempengaruhi sikap tersebut (Fishbein dan Ajzen 1975; McGill et al. 2003; Livari 2005). Kualitas sistem berarti kualitas dari kombinasi hardware dan software dalam STI (DeLone dan McLean 1992). Semakin baik kualitas sistem dan kualitas output sistem yang diberikan, misalnya dengan cepatnya waktu untuk mengakses dan kegunaan dari output sistem akan menyebabkan pengguna tidak merasa enggan untuk melakukan pemakaian kembali (reuse), sehingga intensitas pemakaian sistem akan meningkat.

Pemakaian yang berulang-ulang ini dapat dimaknai bahwa pemakaian yang dilakukan bermanfaat bagi pemakai. Tingginya derajat manfaat yang diperoleh mengakibatkan pemakai akan lebih puas. DeLone dan McLean (1992) menyatakan bahwa hubungan antara penggunaan dan kepuasan pengguna merupakan hubungan yang timbal balik (reciprocally). Penggunaan STI yang telah dikembangkan mengacu pada seberapa sering pengguna memakai STI. Semakin sering pengguna memakai STI biasanya diikuti oleh semakin banyak tingkat pembelajaran (degree of learning) yang didapat pengguna mengenai STI (McGill et al. 2003). Peningkatan derajat pembelajaran ini merupakan salah satu


(53)

indikator bahwa terdapat pengaruh keberadaan STI terhadap kualitas pengguna (individual impact). Individual impact merupakan pengaruh dari keberadaan dan pemakaian STI terhadap kinerja, pengambilan keputusan, dan derajat pembelajaran individu dalam organisasi. Leavitt dalam Radityo dan Zulaikha (2007) mencermati bahwa penerapan STI yang baru akan berdampak pada reaksi yang ditunjukkan oleh perilaku individu dalam organisasi. Reaksi itu berupa munculnya motivasi baru untuk bersaing dan meningkatkan kinerja. Hubungan kausal disebut juga sebagai model variance (variance model) berusaha menjelaskan kovarian dari variabel-variabel model, yakni berusaha menjelaskan apakah variansi dari satu variabel dapat dijelaskan oleh variansi variabel lain.

Model awal dan model dasar yang dikembangkan oleh Delone dan Mclean (1992) sebagai berikut :

Gambar 6. Model dasar yang dikembangkan oleh Delone dan Mclean

(Sumber: diadaptasi dari Model DeLone dan McLean 1992). Kualitas

Informasi (Information

Quality) Dampak

Individual (Individual

Impact) Kualitas

system (System Quality

Dampak

Organisasional (Organization al Impact)

Penggunaan (Use)

Kepuasan Pemakai

(User Satisfaction


(54)

Model yang baik adalah yang lengkap tetapi sederhana. Model seperti ini disebut dengan model parsimoni. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dikaji Delone dan Mclean (1992) kemudian mengembangkan suatu model parsimoni yang mereka sebut Delone dan Mclean succes model seperti dalam gambar diatas.

Delone dan McLean (1992) mengajukan suatu model kesuksesan sistem informasi, terdiri atas enam kategori, yaitu: kualitas informasi (KI), kualitas sistem (KS), kegunaan(K), kepuasan pemakai (KP), Dampak individual (DI), dan Dampak organisasi (DO).

Adanya perluasan fungsi departemen STI seiring kemajuan dan perubahan lingkungan bisnis global menuntut diperbesarnya cakupan model kesuksesan sistem informasi yang diajukan Delone dan McLean (1992).

B. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Keberhasilan SISKOHAT sangat dipengaruhi kemampuan organisasi menyediakan sistem informasi tersebut dimulai dari inisiatif seorang topmanager. Menurut Jogiyanto, STI selalu diharapkan sukses dalam pelaksanannya pada organisasi-organisasi yang menerapkannya (Jogiyanto, 2007). Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan kesuksesan STI. Menurut Delon dan Mclean (1992), model yang diusulkan ini merefleksikan ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan STI. Keenam elemen atau faktor atau komponen atau pengukuran dari model ini adalah:

1. Kualitas sistem (system quality),


(55)

3. Penggunaan (use),

4. Kepuasan pengguna (user satisfaction), 5. Dampak individual (individual impact), 6. Dampak organisasi (organizational impact).

Model kesuksesan ini didasarkan pada proses hubungan kausal dari dimensi-dimensi di dalam model. Model ini tidak mengukur ke enam dimensi pengukuran kesuksesan STI secara independen tetapi mengukurnya secara keseluruhan satu mempengaruhi yang lainnya (Jogiyanto, 2007).

Kualitas sistem dan kualitas informasi yang baik direpresentasikan oleh usefulness dari output sistem yang diperoleh. Usefulness dari output dapat berpengaruh terhadap tingkat penggunaan STI yang bersangkutan dan kepuasan pengguna. Berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut, hubungan kualitas informasi, kualitas sistem dengan penggunaan dan kepuasan pengguna dengan demikian,

hipotesis 1 (H1), hipotesis 2 (H2), dihipotesakan berikut ini:

H1: Kualitas informasi ( information quality) berpengaruh positif terhadap penggunaan (use).

H2: Kualitas sistem (system quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction).

Dalam penelitian Delone dan Mclean (1992) ditemukan hubungan variabel penggunaan terhadap kepuasan pengguna yang mempunyai hubungan reciprocally. Semakin sering pengguna memakai STI biasanya diikuti oleh semakin banyak tingkat pembelajaran (degreeof learning) yang didapat pengguna mengenai STI (McGill et al 2003) sehingga diajukan hipotesis 3, H3a dan hipotesis H3 dihipotesakan berikut ini:


(56)

H3a: Kepuasan pengguna sistem infomasi (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap penggunaan (use).

H3b:Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna.

Rai et al (2002) menyatakan bahwa penggunaan lebih menunjukkan ke dampak individu sebagai contoh dampak sistem terhadap kinerja para pegawai. Penggunaan dapat mempengaruhi baik secara positif maupun negatif terhadap dampak individu dalam menunjukkan performa kerja mereka. Dengan demikian, hipotesis 4 (H4), hipotesis 5 (H5), dan dirumuskan sebagai berikut:

H4: Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap Dampak individu (individual impact).

H5: Kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap Dampak individu (individual impact).

Secara positif, keberadaan STI baru akan menjadi rangsangan (stimulus) dan tantangan bagi individu dalam organisasi untuk bekerja secara lebih baik, yang pada gilirannya berdampak pada kinerja organisasi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Markus dan Keil (1994) yang menyatakan bahwa sebuah kesuksesan sistem akan berdampak pada individu dan organisasi penggunanya, dan selanjutnya dampak individual tersebut berpengaruh terhadap kinerja organisasional. Organizational impact merupakan dampak dari sistem informasi terhadap kinerja organisasi dimana STI diterapkan. Hal ini merupakan alasan yang menguatkan bahwa keberadaan STI dapat meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut, hubungan dampak individu dan dampak organisasi dihipotesakan dalam hipotesis 6 (H6) sebagai berikut:


(57)

H6: Dampak individu (individual impact) berpengaruh positif terhadap dampak organisasi (organizational impact).

C. KERANGKA BERFIKIR

Model DeLone dan McLean (1992) didasarkan pada proses dan hubungan kausal dari dimensi-dimensi pada model (Jogiyanto, 2007). Model ini tidak saja mengukur secara keseluruhan satu mempengaruhi lainnya. Penggunaan dan kepuasan pengguna tersebut menyebabkan meningkatnya kinerja individual yang kemudian dapat meningkatkan kinerja organisasi.

Kerangka pikir dan hipotesis yang telah dirumuskan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 7. Kerangka Berfikir dan Hipotesis

(Sumber: diadaptasi dari Model DeLone dan McLean 1992)

Model proses dan hubungan kausal tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut: kualitas sistem (system quality) dan kualitas informasi (information quality) secara mandiri dan bersama-sama mempengaruhi baik penggunaan (use) maupun kepuasan pemakai (user satisfaction). Besarnya penggunaan dapat mempengaruhi kepuasan pengguna secara positif atau negatif. Penggunaan dan

H6 H5 H4 H3b H3a H1 Kualitas Informasi (Information Quality) Kualitas Sistem (System Quality) Penggunaan (use) Kepuasan Pemakai (user stastifaction) Dampak Individual (Individual Impact) Dampak Organisasi (Organizational Impact) H2


(58)

kepuasan pengguna mempengaruhi dampak individu (individual impact) dan selanjutnya mempengaruhi dampak organisasi (organizational impact) (Jogiyanto, 2007).

Model pada Gambar 6 di atas menunjukkan arah bolak-balik dari kepuasan pengguna dan penggunaan. Pengaruh mutual seperti ini tidak dapat diuji bersamaan (Livari 2005; Purwanto 2007; Jogiyanto 2007), sehingga harus diuji dua kali yaitu menjadi model 1 seperti pada Gambar 3 yang mengasumsikan pengaruh dari kepuasan pengguna ke penggunaan (H3a).

Gambar 8. Model 1

Dan model 2 seperti pada Gambar 8 yang mengasumsikan pengaruh dari penggunaan ke kepuasan pengguna (H3b).

H6

H5 H4

H3a

H1

Kualitas Informasi

(Information Quality)

Kualitas Sistem

(System Quality)

Penggunaan

(use)

Kepuasan Pemakai

(user stastifaction)

Dampak Individual

(Individual Impact)

Dampak Organisasi

(Organizational Impact)


(59)

Gambar 9. Model 2

H6

H5 H4

H3b

H1

Kualitas Informasi

(Information Quality)

Kualitas Sistem

( System Quality)

Penggunaan

(use)

Kepuasan Pemakai

(user stastifaction)

Dampak Individual

(Individual Impact)

Dampak Organisasi

(Organizational Impact)


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, yakni penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Nazir, 2003). Studi kasus meliputi analisis kontekstual dan mendalam terhadap hal yang berkaitan dengan situasi serupa dalam organisasi lain (Sekaran, 2006). Subyek penelitian pada studi kasus dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Pada penelitian ini, subyek penelitian adalah Kanwil Kementerian agama provinsi DIY. Studi kasus bertujuan meneliti secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dan unit-unit sosial yang menjadi subyek penelitian.

Dilihat dari permasalahan yang diteliti, penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yang bertujuan untuk menganalisis hubungan dan pengaruh (sebab-akibat) dari dua atau lebih fenomena melalui pengujian hipotesis (Sekaran, 2006). Penelitian ini juga dapat digolongkan sebagai penelitian eksplanatori, yakni penelitian yang mendasarkan pada teori atau hipotesis yang akan dipergunakan untuk menguji suatu fenomena yang terjadi.

B.PENGUMPULAN DATA DAN PEMILIHAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan SISKOHAT di Kanwil Kementerian agama provinsi DIY. Sedangkan sampel yang diambil


(61)

ditiap Kementerian Agama di Kodya Yogyakarta (5 responden), Kabupaten Sleman (5 responden), Kabupaten Gunung Kidul (5 responden), Kabupaten Bantul (5 responden), Kabupaten Kulonprogo (5 responden). Karyawan yang bertugas sebagai operator SISKOHAT berjumlah 2 responden dan bagian Hazawa 3 responden. Jumlah keseluruhan 30 responden.

Penerapan SISKOHAT melalui beberapa tahapan untuk diterapkan secara nasional diseluruh Kanwil Kementerian agama Indonesia dan didelegasikan ke tingkat Kementerian agama di Kabupaten/Kotamadya. Secara nasional pada tahun 1997 merupakan awal mula penerapan SISKOHAT di Kemenag pusat Jakarta. Pada mulanya dioperasional oleh PT.Garuda Indonesia pada tahun 1991. SISKOHAT merupakan SDLC orisinil dalam negeri. SISKOHAT merupakan rally nasional dengan sistem WAN. Namun demikian seluruh data base SISKOHAT dapat pula diakses KBRI Jeddah secara online. Tampilan online SISKOHAT Kemenag selaku penyelenggara Haji bekerjasama dengan 23 Bank penyelenggara BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji). Menu utama SISKOHAT terdiri dari 13 tampilan, menggunakan microccomputer IBM MC 5. STI ini dapat diakses di www.mochassoft.com dan www.depag-diy.net, secara keseluruhan SISKOHAT merupakan salah satu unsur pokok SPM Haji.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan non probabilitas atau pemilihan non random dengan mengunakan purposive sampling. Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang


(62)

digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgment) tertentu atau jatah (quota) (Jogiyanto 2007). Kriteria yang digunakan adalah pertimbangan (judgment

Kanwil Kemenag DIY merupakan kantor kementerian agama yang secara bersama-sama dengan Kanwil Kemenag DKI, Kanwil Kemenag Jawa Barat, dan Kanwil Kemenag Banten pada tahun 2007 mengawali penerapannya diseluruh Kantor Kementerian Kabupaten/Kota. Kanwil Kemenag Provinsi DIY sendiri terdiri dari 1 kotamadya dan 4 kabupaten.

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang dibagikan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dan disajikan oleh pihak-pihak lain, data penelitian terdahulu, dan lain sebagainya.

Kuisioner dibagikan kepada responden yang telah ditentukan. Untuk memberikan pemahaman terhadap item-item pertanyaan dalam kuisioner tersebut, peneliti memberikan penjelasan cara pengisiannya satu-persatu. Jawaban responden atas kuisioner dikumpulkan 2 hari kemudian. Data yang belum lengkap dikembalikan untuk dijelasakan kembali perihal ketidakpahaman responden terhadap pertanyaan dalam kuisioner yang belum lengkap di isi. Dengan demikian dari 30 kuisioner yang dibagikan, semuanya kembali dan dapat diolah.

Kuisioner dibagikan kepada responden yang telah ditentukan, yakni pegawai yang bertugas sebagai operator SISKOHAT Kanwil Kemenag DIY dan pegawai di bidang Hazawa. Untuk memberikan pemahaman terhadap item-item pertanyaan dalam kuisioner tersebut, peneliti memberikan penjelasan cara


(63)

pengisiannya satu-persatu. Jawaban responden atas kuisioner dikumpulkan 2 hari kemudian. Data yang belum lengkap dikembalikan untuk dijelaskan kembali perihal ketidakpahaman responden terhadap pertanyaan dalam kuisioner yang belum lengkap di isi. Dengan demikian dari 30 kuisioner yang dibagikan, semuanya kembali dan dapat diolah.

C. VARIABEL PENELITIAN

Berdasarkan literatur dan penelitiannya sebelumnya penelitian ini akan mengembangkan model Delone dan McLean (1992) yang mengajukan suatu model kesuksesan sistem informasi, terdiri atas enam kategori, yaitu: kualitas informasi (KI), kualitas sistem (KS), Penggunaan(P), kepuasan pengguna (KP), Dampak individual (DI), dan Dampak organisasi (DO) yang dimodifikasikan dengan Livari (2005). Berdasarkan model Delone and Mclean, model dapat dimodifikasi berdasarkan aspek: sasaran penelitian, konteks organisasi yang menggunakan dan aspek dari STInya (Jogiyanto,2007). Livari (2005) juga tidak mengukur hingga ke dampak organisasi khusus dampak organisas diadopsi dari Roldan dan Leal (2003). WU dan Wang (2006), Ballantine et al (1996), Mcgill (2003) memodifikasi model yang mereka kembangkan. Seddon dan Kiew (1994) menghapus Penggunaan (P) dan menambahkan Kepuasan Pengguna (KP) karena kepuasan pengguna merefleksikan lebih dari dampak individual (Rai et al, 2002). Kishor Vaidya (2007) juga mengembangkan model berbeda dalam evaluasi kesuksesan e-procurement. Oleh karena itu mengikuti Delone dan Mclean (1992) dan Rai et al (2002) penelitian ini memfokuskan pada dampak dari sistem informasi pada kinerja individual yang diukur oleh penggunaan dan kepuasan pengguna terhadap dampak individu. Penelitian ini memfokuskan pada


(64)

kesuksesan STI pada konstruk Penggunaan (P), Dampak individual (DI) yang pada akhirnya berpengaruh pada Dampak organisasi (DO) sebagai sebuah aplikasi sistem informasi. Variabel penelitian mengikuti Delone dan Mclean yang terdiri dari 6 konstruk.

C.1. KUALITAS SISTEM (SYSTEM QUALITY)

Kualitas sistem digunakan untuk mengukur kualitas sistem informasi itu sendiri (Jogiyanto 2007). Artinya, kualitas sistem merupakan kualitas teknis dari sistem informasi itu. Kualitas sistem berarti kualitas kombinasi dari hardware dan software. DeLone dan McLean (1992) menjelaskan bahwa kualitas sistem adalah performa dari sistem yang merujuk pada seberapa baik kemampuan perangkat keras, perangkat lunak, kebijakan, prosedur dari sistem informasi dapat menyediakan informasi kebutuhan pengguna.

Kualitas sistem diukur secara subyektif oleh pemakai, sehingga kualitas sistem yang digunakan adalah kualitas sistem persepsian (perceived system quality). Indikator yang digunakan mereplikasi dari penelitian Livari (2005) terdiri atas 6 skala pengukuran yakni: fleksibilitas sistem (system flexibility), integrasi sistem (system integration), waktu respon (time to respon), perbaikan kesalahan (error recovery), kenyamanan akses (convinience of access), dan bahasa (language). Tiap skala diukur dengan menggunakan 4 item.

C.2.KUALITAS INFORMASI (INFORMATION QUALITY)

Kualitas informasi mengukur kualitas keluaran dari sistem informasi, (Jogiyanto 2007). Sama halnya dengan kualitas sistem, kualitas informasi yang


(65)

yang selanjutnya disebut sebagai kualitas informasi persepsian (perceived information quality). Livari (2005) menggunakan 6 skala pengukuran sebagai berikut: kelengkapan (completeness), ketepatan (precision), keandalan (reability), kekinian (currency), dan bentuk dari keluaran (format of output). Enam skala tersebut diukur dengan 4 item.

C.3. PENGGUNAAN (USE)

Jogiyanto (2007) membedakan penggunaan (use) ke dalam penggunaan keluaran (information use) dan penggunaan sistem (system use) yang berarti penggunaan informasi dan penggunaan dari sistem informasi itu sendiri. Dari pembedaan itu perlu mendapat perhatian, bahwa dalam konteks penggunaan SISKOHAT, penggunaan dimaksud adalah penggunaan aplikasi atau sistem informasi.Dengan asumsi bahwa selain menggunakan sistem informasi, pemakai sistem secara otomatis juga memanfaatkan hasil dari sistem informasi yakni berupa output laporan (report) yang dihasilkan oleh sistem informasi.

Jogiyanto (2007) menambahkan, konsep penggunaan dari suatu sistem informasi dapat dilihat dari beberapa perspektif, yakni penggunaan nyata (actual use) dan penggunaan persepsian (perceived use). Pembedaan ini penting untuk membedakan antara penggunaan yang merupakan keharusan yang tidak dapat dihindari atau merupakan penggunaan secara sukarela. Mereplikasi item yang digunakan pada penelitian Livari (2005), penelitian ini menggunakan 2 item yakni: penggunaan waktu harian (daily used time), dan frekuensi penggunaan (frequency of use).


(66)

C.4. KEPUASAN PENGGUNA (USER STATISFACTION)

Kepuasan pengguna sistem (user satisfaction) merupakan respon dan umpan balik yang dimunculkan pengguna setelah memakai sistem informasi. Sikap pengguna terhadap sistem informasi merupakan kriteria subjektif mengenai seberapa suka pengguna terhadap sistem yang digunakan. Livari (2005) mengukur kepuasan pengguna dengan 6 item yang diadopsi dari Chin et al. (1988).

C.5. DAMPAK INDIVIDUAL (INDIVIDUAL IMPACT)

Dampak individu (individual impact) merupakan pengaruh keberadaan dan pemakaian sistem informasi terhadap kualitas kinerja pengguna secara individual termasuk didalamnya produktivitas, efisiensi dan efektivitas kinerja. Livari (2005) menggunakan 6 item yang diadaptasi dari ukuran persepsi kegunaan (perceived usefulness) oleh Davis (1989) yakni: speed of acomplishing task, job performance, productivity, effectiveness, ease of job, dan usefullness in work.

C.6. DAMPAK ORGANISASI (ORGANIZATIONAL IMPACT)

Dampak organisasi (organizational impact) merupakan pengaruh keberadaan dan pemakaian sistem informasi terhadap kualitas kinerja organisasi dalam hal ini institusi yang mengembangkan (Jogiyanto 2007). Dalam penelitian ini, variabel organizational impact diukur dengan 5 item yang diadaptasi dari Roldan dan Leal (2003).

Variabel (konstruk) dan indikator dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut:


(67)

Tabel 2

Variabel (Konstruk) dan Indikator

Konstruk Kode Indikator Kode Sumber Kelengkapan KI_1

KI

Item 1 KI_1a Item 2 KI_1b Item 3 KI_1c Item 4 KI_1d

Ketepatan KI_2 Item 1 KI_2a

Item 2 KI_2b Item 3 KI_2c Item 4 KI_2d

Akurasi KI_3 Item 1 KI_3a

Item 2 KI_3b Item 3 KI_3c Item 4 KI_3d

Keandalam KI_4 Item 1 KI_4a

Item 2 KI_4b Item 3 KI_4c Item 4 KI_4d

Kekinian KI_5 Item 1 KI_5a

Item 2 KI_5b Item 3 KI_5c Item 4 KI_5d Bentuk Keluaran KI_6

Item 1 KI_6a Item 2 KI_6b Item 3 KI_6c

Kualitas Informasi

Item 4 KI_6d

Baiey dan Pearson (1983) dalam Livari (2005)

KS Fleksibilitas sistem KS_1 Item 1 KS_1a Item 2 KS_1b Item 3 KS_1c Item 4 KS_1d Integritas system KS_1

Item 1 KS_2a Item 2 KS_2b Item 3 KS_2c Item 4 KS_2d Waktu respon KS_3

Item 1 KS_3a Item 2 KS_3b Item 3 KS_3c

Kualitas Sistem

Item 4 KS_3d

Baiey dan Pearson (1983) dalam Livari (2005)


(68)

Tabel 2 (Lanjutan)

Konstruk Kode Indikator Kode Sumber Perbaikan kesalahan KS_4

Item 1 KS_4a

Item 2 KS_4b

Item 3 KS_4c

Item 4 KS_4d

Kenyamanan akses KS_5

Item 1 KS_5a

Item 2 KS_5b

Item 3 KS_5c

Item 4 KS_5d

Bahasa KS_6

Item 1 KS_6a

Item 2 KS_6b

Item 3 KS_6c

Kualitas Sistem

Item 4 KS_6d

KP Item 1 KP_1

Item 2 KP_2

Item 3 KP_3

Item 4 KP_4

Item 5 KP_5

Kepuasan Pemakai

Item 6 KP_6

Chin et al. (1988) dalam Livari (2005)

PG Penggunaan harian PG_1

Penggunaan

Frekuensi penggunaan PG_2

Livari (2005) DI Kecepatan menyelesaikan pekerjaan DI_1

Kinerja DI_2 Produktivitas DI_3 Efektivitas DI_4 Kemudahan pekerjaan DI_5

Dampak Individu

Kegunaaan dalam pekerjaan DI_6

Davis (1989) dalam Livari (2005)

DO Produktivitas organisasi DO_1 Posisi kompetisi organisasi DO_2 Profitabilitas organisasi DO_3 Peningkatan pendapatan organisasi DO_4

Dampak Organisasi

Peningkatan kinerja organisasi DO_5

Roldan dan Leal (2003)

Sumber: Data Sekunder Diolah (2010)

D. ANALISIS DATA

Data yang diolah merupakan data primer yang dikumpulkan dari kuisioner yang disusun berdasarkan indikator dalam variabel dengan menggunakan skala likert 1 sampai dengan 6. Kuisioner yang dipakai merupakan kuisioner yang digunakan oleh Livari (2005) dalam penelitiannya pada sektor publik di Oulu,


(69)

Finlandia. Khusus untuk variabel dampak organisasi diadopsi dari Roldan dan Leal (2003).

Model dianalisis dengan pemodelan persamaan struktural (Structural Equation Modelling). Terdapat dua macam model persamaan struktural, yakni SEM berbasis kovarian (covariance based) dan SEM berbasis komponen atau varian (component based) yang populer dengan Partial Least Square (PLS) (Ghozali 2008).

SEM berbasis komponen dengan menggunakan PLS dipilih sebagai alat analisis pada penelitian ini. Teknik Partial Least Squares (PLS) dipilih karena perangkat ini banyak dipakai untuk analisis kausal-prediktif (causal-predictive analysis) yang rumit dan merupakan teknik yang sesuai untuk digunakan dalam aplikasi prediksi dan pengembangan teori seperti pada penelitian ini.

SEM berbasis kovarian membutuhkan banyak asumsi parametrik, misalnya variabel yang diobservasi harus memiliki multivariate normal distribution yang dapat terpenuhi jika ukuran sampel yang digunakan besar (antara 200-800). Dengan ukuran sampel yang kecil akan memberikan hasil parameter dan model statistik yang tidak baik (Ghozali 2008). PLS tidak membutuhkan banyak asumsi. Data tidak harus berdistribusi normal multivariate dan jumlah sampel tidak harus besar (Ghozali merekomendasikan antara 30-100). Karena jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini kecil (<100) maka digunakan PLS sebagai alat analisisnya. Untuk melakukan pengujian dengan SEM berbasis komponen atau PLS, digunakan bantuan program SmartPLS versi 2.0.


(70)

PLS mengenal dua macam komponen pada model kausal yaitu: model pengukuran (measurement model) dan model struktural (structural model). Model struktural terdiri dari konstruk-konstruk laten yang tidak dapat diobservasi, sedangkan model pengukuran terdiri dari indikator-indikator yang dapat diobservasi. Pada pengujian ini juga dilakukan estimasi koefisien-koefisien jalur yang mengidentifikasi kekuatan dari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Model pengukuran terdiri dari hubungan antara item-item variabel dapat diobservasi dan konstruk laten yang diukur dengan item-item tersebut.

Untuk melakukan analisis dengan PLS dilakukan dengan 2 tahap:

1. Pertama, menilai outer model atau measurement model. Model pengukuran adalah penilaian terhadap reliabilitas dan validitas variabel penelitian atau didefinisikan sebagai hubungan antara indikator dengan variabel laten. Ada tiga kriteria untuk menilai model pengukuranyaitu: convergent validity, discriminant validity dan composite reliability. a. Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif

indikator dinilai berdasarkan korelasi antara itemscore/component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur Ghozali (2008).

b. Discriminant validity dari model pengukuran dengan indikator refleksif dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka menunjukkan bahwa


(71)

konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya.

Fornell dan Larcker dalam Ghozali (2008) mengatakan bahwa metode lain untuk mengukur discriminant validity adalah membandingkan nilai akar kuadrat dari average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Berikut rumus untuk menghitung AVE:

) var( 2

2

i i i

i

AVE

+ =

Dimana i adalah component loading ke indikator dan var( i) =

2 1 i .

Jika semua indikator di standardized, maka ukuran ini sama dengan average communialities dalam blok. Mengutip Fornell dan Larcker, Ghozali (2008) merekomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0.50.

c. Composite reliabilityblok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran yaitu internal consistency dan cronbach’s alpha. Dengan menggunakan output


(72)

yang dihasilkan oleh PLS, maka composite reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

) var( )

(

) (

2 2

i i i

i

c

+ =

Dimana i adalah component loading ke indikator dan var( i) =

2

1 i . c sebagai ukuran internal consistency hanya dapat digunakan untuk konstruk indikator refleksif. Chin dalam Ghozali (2008) menyatakan suatu variabel laten memiliki reliabilitas yang tinggi apabila nilai composite reliability dan atau conbach’s alpha di atas 0,70.

Setelah dilakukan penilaian model pengukuran (measurement model) untuk meyakinkan bahwa pengukuran-pengukuran konstruk valid dan reliabel, maka dilakukan pengujian tahap berikutnya.

2. Kedua, menilai inner model atau structural model. Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk atau variabel laten, yang dilihat dari nilai R-square dari model penelitian dan juga dengan melihat besar koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t statistik yang diperoleh lewat prosedur bootstrapping (Ghozali 2008).

Dari uraian di atas, berikut ini merupakan kriteria penilaian model Partial Least Square (PLS) yang diajukan Chin dalam Ghozali (2008):


(73)

Tabel 3

Kriteria Penilaian PLS

KRITERIA PENJELASAN

Evaluasi Model Pengukuran (Measurement Model/Outer Model)

Convergent validity Nilai korelasi item score dengan construct score harus di atas 0.70

Cross loading, diharapkan setiap blok indikator memiliki loading yang lebih tinggi untuk setiap variabel laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk variabel laten lainnya.

AVE (average variance estracted) nilainya harus di atas 0.50 dan diharapkan nilai kuadrat dari AVE harus lebih besar daripada nilai korelasi antar variable laten.

Discriminant validity

Nilai akar AVE harus lebih besar dari nilai korelasi antar konstruk.

Composite reability Diukur dengan internal consistency dan croncbach’s alpha dan nilainya harus diatas 0.60

Evaluasi Model Struktrural (Structural Model/inner Model)

R Square Hasil R square sebesar 0.67, 0.33, 0.19 untuk variabel laten endogen dalam model struktural mengindikasikan bahwa model baik, moderat, dan lemah. Estimasi koefisien jalur Nilai estimasi untuk hubungan jalur

dalam model struktural harus signifikan. Nilai signifikansi diperoleh dengan metode bootstrapping.


(74)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. STATISTIK DESKRIPTIF

Secara faktual SISKOHAT Kanwil Kementerian agama provinsi DIY dibangun tahun 1997 dan diresmikan pada tahun yang sama. Selama penerapannya di daerah tidak terdapat kendala yang berarti kecuali hanya pada saat listrik mati error terjadi, suplai listrik yang tidak stabil. Operator SISKOHAT sebelumnya telah mengikuti training selama seminggu dan training tersebut diadakan setiap tahun. Training diadakan juga apabila ada up-date format menu tampilan. SISKOHAT mempermudah kerja Hazawa bagian Haji, memperlancar segala urusan administrasi dan alur birokrasi menjadi efisien. Sesuai dengan semangat UU.RI no.17 tahun 1999 pasal 3 dan pasal 5 tentang penyelenggaraan haji dan KMA no. 396 tahun 2003 tentang koordinasi penyelenggaraan haji dan umrah.

Kendala-kendala selama penerapan SISKOHAT bisa dikatakan tidak ada karena sistem ini telah diterapkan sebelumnya di PT.Garuda Indonesia airways dan sistem yang sama juga di terapkan di Bank-Bank pemerintah (Bank BNI 46, Bank mandiri dan Bank BRI) juga diterapkan di Bank BPD. Kendala utama SISKOHAT adalah besarnya beaya perawatan SISKOHAT. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan pola kepemimpinan yang terdesentralisasi dan empower employ management. Yaitu sebuah penerapan manajemen yang berbasiskan karyawan


(1)

iii

2. Hasil Output (Gambar) SmartPLS untuk Model 2

a. Model awal tampak variable laten


(2)

iv c. Hasil estimasi Bootstrapping


(3)

v

3. Hasil Output (report) SmartPLS untuk Model 1

a. Overview

b. Korelasi variable laten


(4)

vi


(5)

vii a. Overview

b. Korelasi variable laten


(6)