Hubungan Konsentrasi SO2 Udara Ambien dan Faktor-Faktor Lainnya dengan Gejala Asma Pada Murid SD Negeri Usia 6-7 Tahun Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014

HUBUNGAN KONSENTRASI SULPHUR DIOXIDE (SO2)
UDARA AMBIEN DAN FAKTOR-FAKTOR LAINNYA
DENGAN GEJALA ASMA PADA MURID SEKOLAH DASAR
NEGERI USIA 6-7 TAHUN DI KELURAHAN CIPUTAT
TAHUN 2014

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh:
Reka Yuligawati
NIM.1110101000036

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 8 Juli 2014
REKA YULIGAWATI, NIM. 1110101000036
Hubungan Konsentrasi SO2 Udara Ambien dan Faktor-Faktor Lainnya dengan
Gejala Asma Pada Murid SD Negeri Usia 6-7 Tahun Di Kelurahan Ciputat Tahun
2014
(ix + 81 halaman, 21 tabel, 3 gambar, 3 bagan, 14 lampiran)

ABSTRAK
Emisi gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran udara
terbesar di perkotaan termasuk Kota Tangerang Selatan. Polutan yang dihasilkannya seperti
SO2 berdampak negatif terhadap kesehatan sistem pernapasan manusia, diantaranya
meningkatkan gejala asma. Menurut International Study of Asthma and Allergies in
childhood (ISAAC) anak usia 6-7 tahun merupakan prevalensi asma terbesar. Penelitian ini
dilakukan pada murid SD Negeri usia 6-7 tahun pada bulan Maret sampai April 2014 di
Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross
sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 murid dan teknik pengambilan

sampel menggunakan simple random sampling. Data penelitian didapat dari data primer
berupa kuesioner dan pengukuran konsentrasi SO2 udara ambien dengan menggunakan
Impinger. Data dianalisis secara univariat untuk melihat gambaran masing-masing
variabel, analisis bivariat dengan menggunakan chi square untuk melihat hubungan
variabel keterpajanan asap rokok, pemakaian obat nyamuk, binatang peliharaan, perabotan
rumah tangga yang berpotensi sumber alergen, jenis kelamin, riwayat asma, dan
pemberian ASI eksklusif terhadap gejala asma, dalam analisis bivariat juga digunakan uji
Mann-Whitney untu mengetahui hubungan antar konsentrasi SO2 dengan gejala asma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi SO2 udara ambien tidak
berhubungan dengan gejala asma (p value 0,878). Variabel yang mempunyai hubungan
dengan gejala asma adalah keterpaparan asap rokok (p value = 0,018), riwayat asma (p
value = 0,023), dan pemberian ASI eksklusif (p value = 0,029). Berdasarkan hasil
penelitian ini disarankan kepada anggota keluarga untuk tidak merokok supaya anak-anak
tidak terpajan dengan asap rokok. Disamping itu, ibu-ibu sebaiknya memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya untuk mengurangi risiko terjadinya gejala asma pada masa anakanak.
Kata Kunci : Konsentrasi SO2 dan Asma
Daftar Bacaan (2002-2014)

ii


JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
Undergraduated Thesis, 8 July 2014
REKA YULIGAWATI, NIM. 1110101000036
Association between Ambient Air SO2 Concentration and Others Factors with
Asthma Symptoms on Elementary School Students Aged 6-7 Years, Ciputat Village
2014
(ix + 81 pages, 21 tables, 3 pictures, 3 charts, 14 attachments
ABSTRACT
Motor vehicle exhaust emissions are the largest source of air pollution in urban
areas including South Tangerang City. It produces the pollutants such as SO2 which has
negative impact on the health of the human respiratory system, including increasing the
symptoms of asthma. According to the International Study of Asthma and Allergies in
Childhood (ISAAC) children aged 6-7 years are the greatest prevalence of asthma. This
research was conducted at the Elementary School students aged 6-7 years in March - April
2014 in Ciputat village, Ciputat district Tangerang Selatan City.
Quantitative study usely cross-sectional design was conducted. The number of
samples in this study were 120 pupils and sampling techniques using simple random
sampling. Research data obtained from the primary data in the form of questionnaires and
measurements of ambient air concentrations of SO2 by impinger. Data were analyzed using

univariate to see an overview of each variable, bivariate analysis using chi square to see
the association of exposure to cigarette smoke, use insect repellent, pets, household items
potentially a source of allergens, gender, history of asthma, and exclusive breastfeeding
variables to the symptoms of asthma, Mann-Whitney test also used to determine the
association between the concentration of SO2 and asthma symptoms.
The results showed that ambient air SO2 concentrations is not associated with
asthma symptoms (p value = 0,878). The variables that associated with asthma symptoms
were cigarette smoke exposure (p value = 0.018), history of asthma (p value = 0.023), and
exclusive breastfeeding (p value = 0.029). Based on the results of this study are advised to
family members should not to smoke, so that the children are not exposed to cigarette
smoke. Besides, mothers should give exclusive breastfeeding to her baby to reduce the risk
of asthma symptoms in children.
Key Words : SO2 Concentrations and Asthma
Bibliography (2002-2014)

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama


: Reka Yuligawati

Jenis kelamin

: Perempuan

TTL

: Pangwa, 20 November 1992

Alamat asal

:Desa Kulam, kemukiman Beuracan, Kec Meureudu, Kab
Pidie Jaya, Provinsi Aceh

Alamat sekarang

: Jln Kertamukti No 29 B, Pisangan, Kec Ciputat, Tangerang
Selatan


Agama

: Islam

Email

: rekayuligawati@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan

2010 – 2014

S1 - Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi
Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

2007 – 2010

Madrasah Aliyah Jeumala Amal Lueng Putu

2004 – 2007

Madrasah Tsanawiyah Jeumala Amal Lueng Putu

1998 – 2004

SD Negeri Beuracan Jaya Meureudu

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehaditat Allah SWT atas segala
rahmat, hidayah dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Hubungan Konsentrasi SO2 Udara Ambien Dengan Gejala
Asma Pada Murid SD Negeri Usia 6-7 Tahun Di Kelurahan Ciputat Tahun

2014”.
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, bantuan, serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan
terimakasih terutama ditujukan kepada :
1. Kementrian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa
kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp. And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ir. Febrianti selaku kepala program studi kesehatan masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah.
4. Ibu Dewi Utami Iriani,Ph.D dan Ibu Dr. Ela Laelasari,SKM, M.Kes yang
selalu memberikan masukan dan saran, serta meluangkan waktunya dalam
membimbing penulis.
5. DR.Arif Sumantri, M.KM selaku ketua peminatan Kesehatan Lingkungan.
6. Bapak Kepala sekolah SD Negeri 01 Ciputat, Kepala Sekolah SD Negeri
02 Ciputat, Kepala Sekolah SD Negeri 05 Ciputa, Kepala Sekolah SD
Negeri 06 Ciputat, Kepala Sekolah SD Negeri 10 Ciputat.
vii


7. Keluarga tercinta Mamak, Dek Ira dan Dek Nurol, dan My beloved aunt “
Bunda Ratna” yang selalu menyemangati dan mendoakan kakak. Special
thank buat Alm Bapak yang menjadi motivasi kakak dalam belajar dan
terus berusaha untuk menjadi anak yang lebih baik.
8. Jamaah kesehatan lingkungan angkatan 2010 yang selalu semangat dan
optimis.
9. Teman-teman kosan white house Ema, Sulcha, Nia , Alung dan Lina yang
sudah menjadi keluargaku di perantauan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan masukan sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan
laporan skripsi ini.

Jakarta, 8 Juli 2014

Reka Yuligawati

viii

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii
ABSTRACT ......................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 8
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 9
1.5.1 Bagi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan ........................................ 9
1.5.2 Bagi Masyarakat ................................................................................... 9
1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ......................................... 9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pencemaran Udara............................................................................. 11
2.2 Penggolongan Zat-Zat Pencemaran Udara...................................................... 11
2.2.1 Berdasarkan Sumber ............................................................................. 11
2.2.2 Berdasarkan Bahan Atau Zat Pencemar................................................ 12
2.3 Baku Mutu Kualitas Udara Ambien ................................................................ 12
2.4 Sulfur dioksida (SO2) ...................................................................................... 14
2.4.1 Sifat Dan Karakteristik SO2 .................................................................. 14
2.4.2 Dampak SO2 Terhadap Kesehatan ........................................................ 15
2.5 Asma .............................................................................................................. 16
2.5.1 Definisi Asma .......................................................................................... 16
ix

2.5.2 Faktor-Faktor Risiko Asma ..................................................................... 17
2.5.2.1 Faktor Individu............................................................................ 17
1. Riwayat Asma ......................................................................... 17
2. Riwayat Atopi ......................................................................... 18
3. Jenis kelamin........................................................................... 18
2.5.2.2 Faktor Lingkungan ...................................................................... 19
1. Infeksi .................................................................................. 19
2. Perabotan rumah tangga ...................................................... 19
3. Asap Rokok ......................................................................... 19
4. Pemakaian Obat Nyamuk .................................................... 20
5. SO2 dan NO2......................................................................... 20
6. Binatang Peliharaan ............................................................. 21
7. Cuaca ..................................................................................... 21
2.5.2.3 Faktor Perilaku .......................................................................... 22
1. Pola makan ........................................................................... 22
2. Latihan fisik .......................................................................... 22
3. Perubahan Emosi .................................................................. 23
4. Pemberian ASI Eksklusif ...................................................... 23
2.5.3 Tanda Klinik Dan Gejala Asma .............................................................. 23
2.5.4 Jenis-Jenis Asma ..................................................................................... 25
2.5.5 Patofisiologi Asma .................................................................................. 26
2.6 Kerangka Teori ................................................................................................. 27
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTHESIS
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................. 29
3.2 Definisi Operasional ......................................................................................... 30
3.3 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 31
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 32
4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................................ 32
4.2.1 Lokasi ....................................................................................................... 32
4.2.2 Waktu ....................................................................................................... 32

x

4.3 Populasi dan Sampel.......................................................................................... 32
4.3.1 Populasi .................................................................................................... 32
4.3.2 Sampel ..................................................................................................... 33
4.3.3 Pengambilan Sampel ............................................................................... 35
4.4 Sumber Data ...................................................................................................... 36
4.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 37
4.6 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 38
4.6.1 Impinger .................................................................................................. 38
4.6.2 Kuesioner................................................................................................. 41
4.7 Pengolahan Data, Analisis Data, dan Penyajian Data ....................................... 41
4.7.1 Pengolahan Data ...................................................................................... 41
4.7.2 Analisis Data ........................................................................................... 42
4.7.3 Penyajian Data ......................................................................................... 43
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Univariat .............................................................................................. 44
5.1.1 Gambaran Gejala Asma ........................................................................... 44
5.1.2 Persentase Gejala asma Berdasarkan Sekolah ......................................... 45
5.1.3 Konsentrasi SO2 udara ambien Berdasarkan Waktu Pengukuran............ 45
5.1.4 Konsentrasi Rata-Rata SO2 udara ambien pada setiap sekolah ............... 46
5.1.5 Uji Normalitas SO2 .................................................................................. 47
5.1.6 Gambaran Keterpajanan Asap Rokok ..................................................... 47
5.1.7 Gambaran Pemakaian Obat Nyamuk ...................................................... 48
5.1.8 Gambaran Binatang Peliharaan ............................................................... 49
5.1.9 Gambaran Perabotan Rumah Tangga Yang Berpotensi Sumber
Alergen .................................................................................................... 49
5.1.10 Gambaran Jenis Kelamin ........................................................................ 50
5.1.11 Gambaran Riwayat Asma ....................................................................... 50
5.1.12 Gambaran Pemberian ASI eksklusif ...................................................... 51
5.2 Analisis Bivariat ................................................................................................ 52
5.2.1 Hubungan Konsentrasi SO2 Udara Ambien Dengan Gejala
Asma ....................................................................................................... 52
5.2.2 Hubungan Keterpajanan Asap Rokok Dengan Gejala Asma .................. 52

xi

5.2.3 Hubungan Pemakaian Obat Nyamuk Dengan Gejala Asma ................... 53
5.2.4 Hubungan Binatang Peliharaan Dengan Gejala Asma ............................ 54
5.2.5 Hubungan Perabotan Rumah Tangga Yang Berpotensi Sumber
Alergen Dengan Gejala Asma ................................................................. 55
5.2.6 Hubungan Jenis Kelamin Dengan gejala Asma ...................................... 56
5.2.7 Hubungan Riwayat Asma Dengan gejala Asma ..................................... 56
5.2.8 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Gejala Asma .................... 57
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 58
6.2 Gejala Asma ..................................................................................................... 59
6.3 Konsentrasi SO2 Di Udara Ambien ................................................................. 60
6.4 Sulfur dioksida (SO2) Udara Ambien Dengan Gejala Asma .......................... 62
6.5 Keterpajanan Asap Rokok Dengan Gejala Asma ............................................ 63
6.6 Pemakaian Obat Nyamuk dengan Gejala Asma .............................................. 65
6.7 Binatang Peliharaan Dengan Gejala Asma ..................................................... 67
6.8 Perabotan Rumah Tangga dengan Gejala Asma .............................................. 69
6.9 Jenis Kelamin Dengan Gejala Asma ............................................................... 71
6.10 Riwayat Asma Dengan Gejala Asma............................................................. 72
6.11 ASI Eksklusif Dengan Gejala Asma ............................................................... 73
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan........................................................................................................... 74
7.2 Saran ................................................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 76
LAMPIRAN

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 28
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 29
Bagan 4.1 Skema Pengambilan Sampel ................................................................ 37

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Persentase Gejala Asma .................................................................... 45
Gambar 5.2 Gambaran Konsentrasi SO2 Pada SD Negeri Berdasarkan
Waktu Pengukuran ........................................................................... 46
Gambar 5.3 Konsentrasi Rata- Rata SO2 Di Udara Ambien ................................ 46

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien ................................................................... 13
Tabel 2.2 Pengaruh SO2 Berdasarkan Konsentrasi Terhadap Manusia ............... 16
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 30
Tabel 5.1 Gambaran Gejala Asma ....................................................................... 44
Tabel 5.2 Uji Normalitas SO2 .............................................................................. 47
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keterpajanan Asap Rokok .................................. 48
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi pemakaian obat nyamuk ..................................... 48
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi kepemilikan binatang Peliharaan ........................ 49
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Perabotan Rumah Tangga ............. 49
Tabel 5.9 Distribusi Jenis Kelamin ...................................................................... 50
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Riwayat Asma .................................................. 51
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI eksklusif .................................. 51
Tabel 5.12 Hubungan Konsentrasi SO2 Udara Ambien dengan Gejala
Asma .................................................................................................... 52
Tabel 5.13 Hubungan Keterpajanan Asap Rokok dengan Gejala
Asma ................................................................................................... 53
Tabel 5.14 Hubungan Pemakaian Obat Nyamuk Dengan Gejala Asma ............... 54
Tabel 5.15 Hubungan Kepemilikan Binatang Peliharaan dengan Gejala
Asma ................................................................................................... 54
Tabel 5.16 Hubungan Kepemilikan Perabotan Rumah Tangga Yang
Berpotensi Sumber Alergen dengan Gejala Asma .............................. 54
Tabel 5.17 Hubungan Jenis Kelamin dengan Gejala Asma .................................. 56
Tabel 5.18 Hubungan Riwayat Asma dengan Gejala Asma ................................. 57
Tabel 5.19 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Gejala Asma ................ 58

xiv

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ditinjau dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari
udara, pada umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat
besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Lebih dari 90% polusi udara di
kota-kota yang ada di negara berkembang disebabkan oleh emisi
kendaraan bermotor. Hal ini dikarenakan tingginya jumlah kendaraan yang
tua ditambah dengan pemeliharaan kendaraan yang buruk, infrastruktur
yang tidak memadai dan kualitas bahan bakar yang rendah (UNEP, 2008).
Di kota-kota besar di Indonesia, kontribusi gas buang kendaraan bermotor
sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas
buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal
dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran
sampah, kebakaran hutan dan lain-lain (BPLHD Jawa Barat, 2009).
Pertumbuhan sektor transportasi di Indonesia selama tahun 20002011 memperlihatkan jumlah kendaraan bermotor meningkat tajam hingga
lebih 4 kali lipat. Sebagai contoh, pada tahun 2000 terdapat sekitar 19 juta
kendaraan sepeda motor, bis, truk dan mobil penumpang Jumlah itu
meningkat menjadi sekitar 85,6 juta pada 2011 (KLH, 2013). Sedangkan
di Provinsi Banten juga terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor,
dari tahun 2009 sampai tahun 2011 tercatat jumlah kendaraan bermotor
meningkat sebanyak 55% (BPS provinsi Banten, 2011). Berdasarkan
laporan dari

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman

2

(PPSP) Kota Tangerang Selatan (2011) potensi pencemaran udara di Kota
Tangerang Selatan sebagian besar berasal dari emisi kendaraan. Data dari
Satuan lalu lintas Polres Tangerang menunjukan volume kendaraan yang
beraktifitas sekitar 9000 kendaraan/ jam. Begitu juga dengan hasil
pengujian emisi dari 250 unit kendaraan yang terdiri dari 150 unit
kendaraan berbahan bakar bensin dan 100 unit kendaraan berbahan bakar
solar. Dari hasil pengujian emisi pada kendaraan berbahan bakar bensin
dinyatakan lulus uji sebanyak 82% dan yang tidak lulus uji sebanyak 18% .
Sedangkan kendaraan berbahan bakar solar, yang dinyatakan lulus uji
sebanyak 48% dan yang tidak lulus uji sebanyak 52%. Berdasarkan
BPLHD Propinsi DKI Jakarta, kendaraan bermotor yang berbahan bakar
solar seperti truck berkontribusi sebanyak 85% dalam menghasilkan SO2
dibandingkan dengan kendaraan bermotor yang berbahan bakar bensin
yang hanya sekitar 15% (Agustini dkk, 2014).
Emisi gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran pada
kendaraan bermotor dapat bersifat racun dan membuat efek negatif.
Idealnya, pembakaran dalam mesin menghasilkan pembuangan yang tidak
mengganggu kesehatan lingkungan. Tapi kenyataannya tidak semua
pembakaran berlangsung sempurna. Bila pembakaran tidak sempurna,
maka gas buang yang dihasilkan selain menghasilkan gas CO2 dan H2O,
juga menghasilkan gas-gas yang beracun yaitu CO, HC, NOx, dan SOx
(Fuhaid, 2011). Gas-gas tersebut bukan hanya berbahaya bagi kesehatan
masyarakat tapi juga mengancam lingkungan baik secara lokal maupun
global (KLH, 2003).

3

Salah satu gas beracun yang berdampak terhadap kesehatan adalah
Sulfur dioksida (SO2). Menurut Environmental Protection Agency (EPA)
bahwa terdapat hubungan antara pajanan jangka pendek terhadap SO2
dengan meningkatnya kunjungan ke bagian gawat darurat dan rawat inap
akibat penyakit pernapasan, terutama pada populasi berisiko termasuk
anak-anak, orang tua, dan penderita asma (EPA, 2013). Dampak
pencemaran udara terhadap tubuh manusia termasuk dari kendaraan
bermotor sangat luas mulai dari hal yang bersifat lokal hingga sistemik.
Paru adalah target organ utama. Beberapa gangguan terhadap paru-paru
adalah asma, bronkhitis dan pneumonia (Achmadi, 2012).
Asma merupakan salah satu penyakit kronis paling umum di dunia
dengan jumlah penderita sekitar 300 juta orang (GINA, 2010).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Global initiative for asthma (GINA)
diperkirakan setiap satu orang diantara 250 kematian diperkirakan
meninggal akibat asma (Nasidah, 2010). Laporan Center for Disease
Control (CDC) tahun 2000 mengenai prevalensi asma pada anak usia < 18
tahun sebelum dan sesudah tahun 1997 di Amerika Serikat, terlihat
adanya peningkatan prevalensi asma sebesar 5% setiap tahun dari tahun
1980 sampai 1995 (Afdal, 2012).
Di negara berkembang, prevalensi asma sebelumnya dianggap
rendah tetapi studi terbaru menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kejadian asma pada anak, peningkatan ini terjadi terutama bagi yang
tinggal di daerah perkotaan (Kistnasamy, 2005). Data dari

Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011 terlihat adanya

4

peningkatan Case Fatality Rate (CFR) yang disebabkan penyakit asma di
Indonesia yaitu 1,79% pada tahun 2009 menjadi 2,98% pada tahun 2010
(Depkes RI, 2012). Berdasarkan data dari Dinas kesehatan Tangerang
Selatan (2013) jumlah kasus asma di Kota Tangerang Selatan pada tahun
2012 sebanyak 4.342 kasus. Disamping itu penyakit asma juga termasuk
dalam sepuluh penyakit terbanyak rawat UGD puskesmas perawatan Kota
Tangerang Selatan (Profil Dinkes Tangerang Selatan, 2012).
Menurut Herdi (2011) asma adalah penyakit yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita
oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan
sampai berat, bahkan dapat mematikan. Pada anak, penyakit asma dapat
mempengaruhi masa pertumbuhan, karena anak yang menderita asma
sering mengalami kambuh sehingga dapat menurunkan prestasi belajar di
sekolah (Oemiati, 2010).
Tingkat prevalensi asma yang cukup besar menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang serius. Pada tahun 1995 di Amerika Serikat,
biaya untuk pengobatan asma mencapai 250 juta dollar AS, sedangkan
penghitungan kehilangan hari sekolah, aktifitas atau biaya lain bisa
mencapai 1,2 milyar dollar AS, belum lagi biaya akibat hilangnya waktu
kerja orang tua untuk mengurus anaknya, dan penderita asma dapat
mengalami keterbatasan dan penurunan kualitas hidup yang serius (Afdal,
2012). Begitu juga di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
dengan United Nations Environment Programme (UNEP) dan EPA
melakukan Study Cost and Benefit Analysis (CBA) on fuel Economy

5

Policy in Indonesia di tahun 2012 memperkirakan bahwa biaya kesehatan
penduduk Jakarta pada tahun 2010 adalah berkisar antara Rp. 697,9 miliar
sampai dengan Rp. 38,5 trilliun. Biaya besar ini merupakan akibat
penyakit yang berkaitan dengan pencemaran udara salah satunya adalah
penyakit asma (KLH, 2013).
Di Indonesia faktor pemicu asma baik di desa maupun di kota
masih sangat tinggi antara lain dari asap kebakaran hutan, asap kendaraan
bermotor dan asap atau debu industri. Disamping itu perilaku merokok,
pemakaian bahan kimia (obat anti nyamuk dan parfum) dan menjamurnya
makanan produk massal industri yang mengandung pewarna, pengawet
dan Monosodium glutamat (MSG) memberi kontribusi yang bermakna
pada penyakit ini (Sihombing, 2010).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sunyer, et
al (2003) menyatakan bahwa SO2 berhubungan dengan kejadian asma
pada anak-anak, terbukti bahwa penurunan tingkat polusi akan berdampak
pada penurunan jumlah kejadian asma pada anak-anak di Eropa. Pada
orang normal, konsentrasi SO2 lebih dari 5 ppm dapat menyebabkan
bronkokontriksi, sedangkan pada penderita asma konsentrasi SO 2 lebih
dari 1 ppm sudah bisa menyebabkan bronkokontriksi (Kistnasamy, 2005).
Menurut Kowalak (2011) meskipun asma menyerang semua usia,
sekitar 50% pasien asma berusia kurang dari 10 tahun. Namun dalam
penelitian ini, peneliti memilih anak usia 6-7 tahun sebagai populasi
penelitian karena pada usia ini menurut International Study of Asthma and

6

Allergies in childhood (ISAAC) merupakan prevalensi asma terbesar
(Afdal, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan konsentrasi SO 2 yang merupakan salah satu
komponen zat pencemar yang dihasilkan dari emisi kendaraan dengan
gejala asma pada murid SD usia 6-7 tahun di SD Negeri yang berada
di Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan.
Disamping itu, selama ini peneliti belum pernah menemukan
penelitian tentang hubungan SO 2 dengan asma di Indonesia. Penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya adalah mengenai hubungan NO
dengan asma dan SO 2

dengan ISPA dengan menggunakan data

sekunder.
1.2 Rumusan masalah
Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat hubungan antar
konsentrasi SO2 dengan kejadian asma pada anak-anak. Studi terkini
menyatakan pajanan jangka pendek terhadap SO2, mulai 5 menit sampai
24 jam mempunyai efek merugikan terhadap kesehatan antara lain
bronkokontriksi dan meningkatnya gejala asma (EPA, 2013). Berdasarkan
observasi, peneliti melihat terdapat sejumlah SD yang terletak di samping
jalan yang mempunyai kepadatan lalu lintas yang tinggi sehingga
kemungkinan murid untuk terpajan dengan SO2 sangat tinggi. Berdasarkan
uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana
konsentrasi SO2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor menimbulkan

7

dampak terhadap gejala asma pada murid SD usia 6-7 tahun di Kelurahan
Ciputat yang sering melakukan aktivitas di pekarangan sekolah.
1.3 Pertanyaan penelitian
1. Berapa prevalensi murid SD Negeri usia 6-7 tahun di Kelurahan
Ciputat yang mempunyai gejala asma?
2. Bagaimana gambaran konsentrasi SO2 udara ambien di pekarangan
SD Negeri yang ada di Kelurahan Ciputat?
3. Bagaimana gambaran keterpajanan asap rokok, pemakaian obat
nyamuk, binatang peliharaan, perabotan rumah tangga yang
berpotensi sumber alergen, jenis kelamin, riwayat asma,

dan

pemberian ASI eksklusif pada murid SD Negeri usia 6-7 tahun di
Kelurahan Ciputat?
4. Apakah ada hubungan antara faktor Lingkungan (konsentrasi SO2
udara ambien, keterpajanan asap rokok, pemakaian obat nyamuk,
binatang peliharaan, dan perabotan rumah tangga yang berpotensi
sumber alergen) dengan gejala asma pada murid SD Negeri usia 67 tahun di Kelurahan Ciputat?
5. Apakah ada hubungan antara faktor individu (jenis kelamin dan
riwayat asma) dengan gejala asma pada murid SD Negeri usia 6-7
tahun di Kelurahan Ciputat?
6. Apakah ada hubungan antara faktor perilaku (pemberian ASI
eksklusif) dengan gejala asma pada murid SD Negeri usia 6-7
tahun di Kelurahan Ciputat?

8

1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan konsentrasi SO2 udara ambien dan
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan gejala asma pada
murid SD Negeri usia 6-7 tahun di Kelurahan Ciputat.
1.4.2

Tujuan Khusus
1. Mengetahui prevalensi gejala asma pada murid SD Negeri
usia 6-7 tahun di Kelurahan Ciputat.
2. Mengetahui

gambaran

konsentrasi

SO2

ambien

di

pekarangan SD Negeri yang ada di Kelurahan Ciputat.
3. Mengetahui gambaran faktor keterpajanan asap rokok,
pemakaian obat nyamuk, binatang peliharaan, Perabotan
rumah tangga yang berpotensi sumber alergen, jenis
kelamin, riwayat asma, dan pemberian ASI eksklusif pada
murid SD Negeri usia 6-7 tahun di Kelurahan Ciputat.
4. Mengetahui

hubungan

antara

faktor

lingkungan

(konsentrasi SO2 udara ambien, keterpajanan asap rokok,
pemakaian obat nyamuk, binatang peliharaan, perabotan
rumah tangga yang berpotensi sumber alergen) dengan
gejala asma pada murid SD Negeri usia 6-7 tahun di
Kelurahan Ciputat.
5. Mengetahui hubungan antara faktor individu (jenis kelamin
dan riwayat asma) dengan gejala asma pada murid SD
Negeri usia 6-7 tahun di Kelurahan Ciputat.

9

6. Mengetahui hubungan antara faktor perilaku (pemberian
ASI eksklusif) dengan gejala asma pada murid SD Negeri
usia 6-7 tahun di Kelurahan Ciputat.
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1

Pemerintahan Kota Tangerang Selatan
Untuk mengetahui prevalensi murid usia 6-7 tahun yang
mempunyai gejala asma di SD Negeri yang berada di
wilayah Kelurahan Ciputat.

1.5.2

Masyarakat
Memberikan informasi kepada murid SD serta orang tua
mereka tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
gejala asma supaya mereka mengetahui dan dapat
melakukan pencegahan untuk menimalisasi timbulnya
gejala asma.

1.5.3

Program Studi Kesehatan Masyarakat
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/I jurusan kesehatan
masyarakat UIN Syarif Hidayatullah dan pengembangan
ilmu bidang kesehatan masyarakat

1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada murid usia 6-7 tahun (usia 6-7
tahun) di SD yang berada di wilayah Kelurahan Ciputat yang
bertujuan untuk mengetahui apakah konsentrasi SO2 udara ambien
berhubungan dengan gejala asma pada anak pada usia tersebut dengan
menggunakan desain cross sectional. Namun, disamping itu peneliti

10

juga memasukkan faktor-faktor lain yang diduga juga berhubungan
dengan gejala asma pada anak-anak, seperti keterpajanan asap rokok,
pemakaian obat nyamuk, binatang peliharaan, perabotan rumah tangga
yang berpotensi sumber alergen, jenis kelamin, riwayat asma, dan
pemberian ASI eksklusif.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pencemaran Udara
Berdasarkan keputusan menteri negara dan lingkungan hidup RI. No.
KEP-03/MENKLH/1991 menyebutkan bahwa pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi dan/atau komponen
lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya didalam rumah,
sekolah, kantor atau yang sering disebut sebagai pencemaran dalam ruang
(indoor pollution). Selain itu gejala ini secara akumulatif juga terjadi di luar
ruang (outdoor pollution) mulai dari tingkat lingkungan rumah, perkotaan,
hingga ke tingkat regional, bahkan saat ini sudah menjadi gejala global
(Wardani, 2012)
2.2 Penggolongan zat-zat pencemar udara
2.2.1 Berdasarkan Sumber
Sumber utama pencemaran udara terbagi kedalam dua kategori
yakni alamiah dan kegiatan manusia (antropogenik). Sumber alam yang
utamanya adalah letusan gunung berapi dan aktivitas magma yang
keluar, terutama gas-gas CO2, CO, NOx, SO2 serta berbagai logam
berat metal seperti merkuri, Cadmium serta unsur-unsur bahan kimia
lainnya. Sedangkan sumber antropogenik adalah berasal kendaraan

12

bermotor, industri, rumah tangga, serta kegiatan lain seperti merokok
(Achmadi, 2012).
2.2.2 Berdasarkan Bahan Atau Zat Pencemar
Bahan atau zat pencemaran udara dapat berbentuk gas dan partikel.
1. Pencemaran udara berbentuk gas dapat dibagi menjadi :
a. Golongan belerang terdiri dari sulfur dioksida (SO2), hidrogen
sulfida (H2S) dan sulfat aerosol.
b. Golongan nitrogen terdiri dari nitrogen oksida (N2O), nitrogen
monoksida (NO), amoniak (NH3) dan nitrogen dioksida (NO2).
c. Golongan karbon terdiri dari karbon dioksida (CO2), karbon
monoksida (CO), hidrokarbon.
d. Golongan gas yang berbahaya terdiri dari benzen, Vinyl
klorida, air raksa uap.
2. Pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi :
a. Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan
timah
b. Bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan,
benzen.
c. Mahkluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.
(Balitbang Dephan, 2012).
2.3 Baku Mutu Kualitas Udara Ambien
Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan
bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan

13

gangguan terhadap mahkluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan/ atau benda
(Sumantri, 2010).
Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

No.
1

Parameter

Waktu
Pengukuran
1 Jam

Baku Mutu

24 Jam

365 µg/Nm3

1 Thn

60 µg/Nm3

CO

1 Jam

30.000 µg/Nm3

(Karbon Monoksida)

24 Jam

10.000 µg/Nm3

1 Thn

-

NO2

1 Jam

400 µg/Nm3

(Nitrogen Dioksida)

24 Jam

150 µg/Nm3

1 Thn

100 µg/Nm3

O3

1 Jam

235 µg/Nm3

(Oksidan)

1 Thn

50 µg/Nm3

HC

3 Jam

160 µg/Nm3

SO2
(Sulfur Dioksida)

2

3

4

5

900 µg/Nm3

Metode
Analisis
Pararosanilin

Spektrofotometer

NDIR

NDIR Analyzer

Saltzman

Spektrofotometer

Chemiluminescent Spektrofotometer

Flame Ionization

(Hidro Karbon)
6

Peralatan

Gas
Chromatogarfi

24 Jam

150 µg/Nm3

Gravimetric

Hi - Vol

PM2,5 (*)

24 Jam

65 µg/Nm3

Gravimetric

Hi - Vol

(Partikel < 2,5 um )

1 Thn

15 µg/Nm3

Gravimetric

Hi - Vol

TSP

24 Jam

230 µg/Nm3

Gravimetric

Hi - Vol

(Debu)

1 Thn

90 µg/Nm3

PM10
(Partikel < 10 um )

7

14

No
8

Parameter
Pb
(Timah Hitam)

9

Dustfall

Waktu
Pengukuran
24 Jam

Baku Mutu
2 µg/Nm3

Metode
Analisis
Gravimetric

1 Thn

1 µg/Nm3

Ekstraktif

30 hari

(Debu Jatuh )

10
Ton/km2/Bulan

Peralatan
Hi - Vol

Pengabuan

AAS

Gravimetric

Cannister

(Pemukiman)
20
Ton/km2/Bulan
(Industri)
10

Total Fluorides (as
F)

24 Jam

3 µg/Nm3

Spesific Ion

Impinger atau

90 hari

0,5 µg/Nm3

Electrode

Countinous
Analyzer

11

Fluor Indeks

30 hari

40 µg/100 cm2
dari kertas
limed filter

Colourimetric

Limed Filter
Paper

12

Khlorine & Khlorine
Dioksida

24 Jam

150 µg/Nm3

Spesific Ion

Impinger atau

Electrode

Countinous
Analyzer

Sulphat Indeks

30 hari

Colourimetric

Lead

13

1 mg SO3/100
cm3

Peroxida Candle

Dari Lead
Peroksida
Sumber : PP No 41 tahun 1999
2.4 Sulfur dioksida (SO2)
2.4.1 Sifat dan Karakteristik SO2
Sulfur dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida
sulfur (SOx). Gas ini sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau

15

namun tidak berwarna. Sebagaimana O3, pencemar sekunder yang
terbentuk dari SO2, seperti partikulat sulfat dapat berpindah dan
terdeposisi jauh dari sumbernya. SO2 terbentuk saat terjadi pembakaran
bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat
dalam hampir semua material mentah yang belum diolah seperti minyak
mentah, batu bara, dan bijih-bijih yang mengandung metal seperti
aluminium, tembaga, seng, timbal dan besi. Di daerah perkotaan, salah
yang menjadi sumber sulfur utama adalah gas buang dari kendaraan
yang menggunakan diesel dan industri-industri yang menggunakan
bahan bakar batu bara dan minyak mentah. (KLH, 2011).
2.4.2 Dampak SO2 Terhadap Kesehatan
Gas SO2 telah lama dikenal sebagai gas yang dapat menyebabkan
iritasi pada sistem pernapasan, seperti pada selaput lendir hidung,
tenggorokan dan saluran udara di paru-paru. Efek kesehatan ini menjadi
lebih buruk pada penderita asma. Disamping itu SO2 dapat terkonversi
di udara menjadi pencemar sekunder seperti aerosol sulfat. Aerosol
yang dihasilkan sebagai pencemar sekunder umumnya mempunyai
ukuran yang sangat halus sehingga dapat terhisap kedalam sistem
perrnapasan bawah. Aerosol sulfat yang masuk kedalam salurah
pernapasan dapat menyebabkan dampak kesehatan yang lebih berat
daripada partikel-partikel lainnya karena mempunyai sifat korosif dan
karsinogen. Oleh karena itu gas SO2 berpotensi untuk menghasilkan
aerosol sulfat sebagai pencemar sekunder, kasus peningkatan angka
kematian karena kegagalan pernapasan terutama pada orang tua dan

16

anak-anak yang sering terpajan dengan konsentrasi SO2 dan partikulat
secara bersamaan (KLH, 2011).
Tabel 2.2 Pengaruh SO2 Berdasarkan Konsentrasi Terhadap Manusia
Konsentrasi (ppm)

Pengaruh

3-5

Jumlah terkecil yang dideteksi dari baunya

8-12

Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi
tenggorokan

20

Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata

20

Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk

20

Maksimum yang diperboleh untuk konsentrasi dalam
waktu lama

50-100

Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak singkat
(30 menit)

400-500

Berbahaya meskipun kontak secara singkat

Sumber : Putri (2012)
2.5 Asma
2.5.1 Definisi Asma
Menurut Purnomo (2008) Istilah asma berasal dari kata Yunani
yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan nafas pendek. Asma
merupakan gangguan imflamasi pada jalan napas yang ditandai oleh
obstruksi aliran udara napas dan respon jalan napas yang berlebihan
terhadap berbagai bentuk ransangan. Penyakit asma merupakan salah
satu bentuk Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM), yaitu penyakit

17

paru jangka panjang yang ditandai oleh peningkatanresistensi jalan
napas. (Kowalak, 2011)
Asma adalah suatu

penyakit obstruktif jalan napas yang

disebabkan oleh edema mukosa, sekresi mukus yang berlebihan, serta
spasme otot polos bronkus. Penyakit ini ditandai dengan adanya batuk,
sesak yang disertai adanya suara mengi (wheezing), bila terjadi serangan
pasien akan gelisah, sianosis, ekspresi memanjang, adanya otot
interkosta, serta terdapat suara ronki kering dan basah (Hidayat, 2008).
2.5.2

Faktor-Faktor Risiko Asma
Secara umum faktor risiko asma dapat dibagi kedalam dua kelompok

besar,

yaitu

faktor

yang

berhubungan

dengan

terjadinya

atau

berkembangnya asma dan faktor-faktor pemicu (trigger) timbulnya gejala
asma. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan asma dan
timbulnya gejala asma adalah sebagai berikut:
2.5.2.1 Faktor individu
1. Riwayat Asma
Selama berabad-abad telah diketahui bahwa asma
merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga. Telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian bahwa orang tua asma
merupakan prediktor yang kuat terhadap kejadian asma pada
anaknya. Hasil penelitian Laisina (2007) menunjukkan bahwa
kejadian asma pada anak yang orang tuanya memiliki riwayat
asma adalah 72,7 % dan terdapat hubungan antara riwayat

18

asma pada orang tua dengan kejadian asma pada anak (p <
0,001).
2. Riwayat Atopi
Atopi adalah suatu keadaan respon seseorang yang tinggi
terhadap protein asing yang sering bermanifestasi berupa rinitis
alergika, urtikaria atau dermatitis (Djojodibroto, 2009).
Sebagian besar pasien asma berasal dari keluarga atopi, dan
kandungan IgE spesifik pada seorang bayi dapat menjadi
prediktor untuk terjadinya asma kelak di kemudian hari (Akib,
2002).
3. Jenis kelamin
Pada anak-anak yang berjenis kelamin laki-laki lebih
berisiko untuk terjadinya asma dibandingkan pada anak- anak
yang berjenis kelamin perempuan. Mendekati usia 14 tahun
prevalensi asma hampir dua kali lebih besar pada laki-laki
dibandingkan pada anak perempuan. Namun, Pada masa
dewasa jumlah asma lebih besar pada perempuan dibandingkan
pada laki-laki. Pada dasarnya alasan keterkaitan antara jenis
kelamin dengan penyakit asma belum jelas. Namun, ukuran
paru-paru laki-laki lebih kecil daripada paru-paru perempuan
ketika dilahirkan, dan berkembang menjadi besar pada saat
dewasa (GINA, 2012).

19

2.5.2.2 Faktor lingkungan
1. Infeksi
Infeksi saluran pernapasan oleh virus berperan penting
terhadap kejadian asma. Menurut Ronmark, et al dalam
Laisina (2007) pada penelitian kohort selama 1 tahun terhadap
3525 anak usia 7 dan 8 tahun mendapatkan adanya hubungan
antara infeksi saluran napas dengan kejadian asma.
2. Perabotan rumah tangga

Tungau Debu Rumah (TDR) merupakan alergen inhalan
penting yang berhubungan dengan timbulnya asma. Populasi
TDR paling banyak ditemukan pada kasur dan bantal.
Konsentrasi TDR dermatophagoides farinae lebih tinggi
secara bermakna pada kasur yang terbuat dari kapuk daripada
yang terbuat dari busa. Seperti kasur dan bantal, karpet juga
sering menampung bahan alergenik seperti TDR, serpihan kulit
atau bulu binatang. konsentrasi TDR lebih tinggi 10 kali pada
ruang tamu yang di dalamnya terdapat karpet (Laisina, 2007).
3. Asap rokok
Aliran asap yang terbakar lebih panas dan lebih toksik dari
pada asap yang dihirup perokok, terutama dalam mengiritasi
mukosa jalan nafas. Pajanan asap tembakau pasif berakibat
lebih berbahaya pada gejala penyakit saluran nafas bawah
(batuk, lendir dan mengi) dan naiknya risiko asma dan
serangan asma. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa risiko

20

munculnya asma meningkat pada anak yang terpajan sebagai
perokok pasif dengan OR = 3,3 (95% CI 1,41-5,74) (Purnomo,
2008).
4. Pemakaian obat nyamuk
Studi epidemiologis menunjukkan bahwa pajanan jangka
panjang terhadap asap obat nyamuk dikaitkan dengan asma dan
mengi persisten pada anak-anak (Mshelia et al, 2013). Obat
nyamuk semprot maupun asap obat nyamuk bakar merupakan
iritan inhalan yang sering digunakan dan dapat menyebabkan
hiperreaktifitas bronkus, namun sejauh mana pengaruhnya
terhadap asma masih belum jelas (Laisina, 2007).
5. Sulfur dioksida dan Nitrogen dioksida
Menurut Lee (2012) gas Sulfur dioksida (SO2) umumnya
berasal dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur
yang sebagian besar berasal dari batubara dan minyak, Selting
logam, dan proses industri lainnya. Bukti ilmiah saat ini
menyatakan bahwa terdapat hubungan pajanan jangka pendek
terhadap SO2, mulai dari 5 menit sampai 24 jam dengan
berbagai

efek

pernapasan

yang

merugikan

termasuk

bronkokonstriksi dan peningkatan gejala asma (EPA, 2013).
Penelitian Speizer and Frank dalam Lee (2012) menyatakan
bahwa setelah menghirup rata-rata 16 ppm SO2 saat istirahat,
kurang dari 1% gas SO2 dapat dideteksi pada orofaring.
Penelitian tentang hubungan SO2 dengan kejadian asma juga

21

telah dilakukan di Asia tepatnya di Cina. Hasil dari Northeast
Chinese Children Health study menyatakan terbukti bahwa
konsensentrasi

SO2

pada

udara

ambien

secara

positf

berhubungan dengan asma pada anak-anak (Dong et al, 2011).
Pada penderita asma, pajanan tingkat rendah NO2 dapat
menyebabkan peningkatan reaktivitas bronkial dan membuat
anak-anak lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Eksposur
jangka panjang untuk tingkat tinggi NO2 dapat menyebabkan
bronkitis kronis (EPA, 2012).
6. Binatang peliharaan
Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing,
hamster, burung dapat menjadi sumber alergen inhalan.
Sumber penyebab asma adalah alergen protein yang ditemukan
pada bulu binatang di bagian muka dan ekskresi. Alergen
tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil (sekitar 3-4 mikron)
dan dapat terbang di udara sehingga menyebabkan serangan
asma, terutama dari burung dan hewan menyusui (Purnomo,
2008).
7. Cuaca
Indonesia merupakan negara dengan dua musim yaitu
musim hujan dan kemarau. Keduanya memiliki tiga komponen
yang berperan antara lain suhu udara, kelembaban dan curah
hujan. Kelembapan yang tinggi, suhu udara rendah dan curah
hujan yang tinggi merupakan faktor pencetus serangan asma.

22

Udara dingin dapat mencetuskan serangan asma dengan cara
meningkatkan

hiperresponsivitas

saluran

napas

yang

menyebabkan bronkokontriksi dan menimbulkan gejala sesak
dan mengi (Kusbiantoro, 2005).
2.5.2.3 Faktor Perilaku
1. Pola makan
Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu
sapi, ikan laut, kacang, berbagai buah-buahan seperti tomat,
strawberry, mangga, durian berperan menjadi penyebab asma
(Purnomo, 2008). Dalam beberapa penelitian juga menyatakan
bahwa

meningkatnya

kurangnya

konsumsi

mengkonsumsi

makanan

makanan

yang

olahan

dan

mengandung

antioksidan seperti buah dan sayur berkontribusi dalam
meningkatkan kejadian asma (GINA, 2012).
Hasil penelitian Sihombing (2010) menyatakan bahwa
pada kebiasaan dalam mengonsumsi makanan yang diawetkan
memperlihatkan bahwa responden yang sering mengonsumsi
makanan yang diawetkan berisiko 0,9 kali mendapat asma
(OR=0,9; 95% CI 0,8-0,9).
2. Latihan Fisik
Latihan fisik (exercise) didefinisikan sebagai sub
kelompok aktivitas fisik berupa gerakan tubuh yang terencana
terstruktur dan berulang untuk memperbaiki atua memelihara
satu atau lebih komponen kebugaran fisik (Gibney, 2005).

23

Aktivitas gerak badan (exercise) sering memprovokasi saluran
pernapasan yang hiperaktif sehingga timbul bronkokontriksi.
Orang myang melakukan kegiatan olahraga ventilasi-menitnya
akan meningkat. Sebelum masuk kedalam paru, udara yang
dingin (temperatur kamar) dan kering harus dipanasi dan
dijenuhkan dengan uap air oleh epitel trakeobronkial. Epitel
trakeobronkial

menjadi

dingin

dan

kering

sehingga

menyebabkan bronkokontriksi saluran pernapasan (Djojodibroto,
2009). Serangan asma terjadi 5 sampai 15 menit setelah latihan

fisik dimulai dan puncaknya dalam 6 sampai 8 menit. Gejala
asma perlahan-lahan