Koleksi Tungau Distribution and Diversity of Ectoparasite Mites on Geckos in Indonesia
24
Tabel 5. Sedangkan perbandingan morfologi dari Geckobia spesies 3 G3 dan G. bataviensis disajikan dalam Gambar 9.
Tabel 5 Perbandingan tungau Geckobia G3 hasil penelitian dengan Geckobia bataviensis Vitzthum 1926
Geckobia G3 Geckobia bataviensis
Vitzthum 1926
Bentuk tubuh membulat ke posterior; panjang
0,5 mm, lebar 0,4 mm membulat di posterior;
panjang 0,4 mm, lebar 0,35 mm
Skutum dorsal lebar; seta pilosa
lebar; seta lebih pendek dan kuat daripada bagian
posterior
Seta di posterior
skutum panjang, rapat
semua seta dorsal lebih panjang dan langsing
daripada seta skutum, seta anal lebih panjang
Seta ventral lebih pendek daripada seta
dorsal, jarang seperti dorsal, sedikit lebih
pendek Palpus
segmen pertama: seta panjang, runcing, spur pada palpatarsus
seta segmen pertama panjang dan langsing
Tungkai tungkai relatif panjang, tungkau
ke-4 tidak lebih panjang daripada tungkai pertama; spur
pada koksa pendek dan kuat panjang keempat pasang
tungkai relatif sama; spur pada koksa pendek dan kuat
Gambar 9 Morfologi Geckobia spesies 3 G3 kanan dan G. bataviensis menurut Vitzthum 1926 kiri.
25
Prevalensi Infestasi Tungau pada Cicak
Prevalensi infestasi tungau pada tiga spesies cicak di duapuluh lima lokasi penangkapan di Indonesia tersaji pada Tabel 6. Berdasar jumlah total masing-
masing spesies cicak yang ditangkap, H. garnotii merupakan cicak yang paling banyak diinfestasi oleh tungau. Prevalensi pada ke tiga spesies cicak yang diteliti
infestasi tungau tersaji pada Gambar 10. Prevalensi infestasi tungau sebesar 100 dijumpai pada H. frenatus dari
Lamongan, Denpasar dan Pulau Kisar, serta pada H. garnotii dari Palembang, Serpong, Tuban dan Mataram.
Gambar 10 Prevalensi total infestasi tungau terhadap C. platyurus, H. frenatus dan H. garnotii di Indonesia.
Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak
Intensitas infestasi tungau G1, G2, G3 dan intensitas infestasi total tungau G1+G2+G3 terhadap tiga spesies cicak C. platyurus, H. frenatus dan
H. garnotii pada duapuluh lima lokasi penangkapan tertera pada Tabel 6 dan Tabel 7. Intensitas infestasi tungau G1 tertinggi sebesar 18 tungau per individu
cicak ditemukan pada H. garnotii asal Mataram. Intensitas infestasi tungau G2 tertinggi sebesar 9 tungau per individu cicak adalah pada cicak asal Sangatta.
Sedangkan intensitas infestasi tertinggi pada H. frenatus asal Denpasar dengan intensitas infestasi sebesar 63,5 tungau per individu cicak.