Distribusi Tungau pada Bagian Tubuh Cicak

Tabel 6 Prevalensi dan intensitas infestasi tungau pada tiga spesies cicak di duapuluh lima lokasi penangkapan di seluruh Indonesia Lokasi penangkapan Cosymbotus platyurus Hemidactylus frenatus Hemidactylus garnotii Pre- valensi Jumlah tungau dan intensitas 1 Pre- valensi Jumlah tungau dan intensitas 1 Pre- valensi Jumlah tungau dan intensitas 1 G1 G2 G3 Total G1 G2 G3 Total G1 G2 G3 Total Aceh 0,00 - - - - - - - - 80,00 - 25 3,6 97 10,8 122 10,2 Padang Sidempuan 87,50 12 2,0 1 1,0 13 2,6 26 3,7 - - - - 80,00 44 6,3 44 7,3 45 9,0 133 11,1 Bengkulu 0,00 - - - - 50,00 - - 1 1,0 1 1,0 - - - - Palembang 0,00 - - - - 25,00 - 1 1,0 1 1,0 2 1,0 100,00 3 3,0 1 1,0 13 4,3 17 3,4 Serang 0,00 - - - - 66,67 17 4,3 - 18 6,0 35 8,8 75,00 17 5,7 - 24 12,0 41 13,7 Serpong 11,1 - - 1 1,0 1 1,0 85,71 45 9,0 11 5,5 85 17,0 141 23,5 100,00 8 2,7 4 1,3 13 4,3 25 6,3 Pekalongan 24,32 14 4,7 9 2,3 39 4,9 62 6,9 - - - - 91,67 83 16,6 21 3,0 97 16,2 201 18,3 Tuban 12,50 6 3,0 - - 6 3,0 0,00 - - - - 100,00 6 6,0 - - 6 6,0 Lamongan 9,09 - - 1 1,0 1 1,0 100,00 - 1 1,0 34 8,5 35 7,0 71,43 31 10,3 - 27 5,4 58 11,6 Pontianak 0,00 - - - - 0,00 - - - - - - - - Kotawaringin Barat - - - - 40,00 22 3,7 - 8 2,0 30 5,0 33,33 4 4,0 - - 4 4,0 Palangkaraya 0,00 - - - - 33,33 3 3,0 - 14 14,0 17 17,0 40,00 7 7,0 - 17 8,5 24 12,0 Sangatta - - - - 55,56 21 7,0 27 9,0 15 3,8 63 12,6 94,74 90 6,9 20 3,3 20414,6 314 16,5 Manado 0,00 - - - - 83,33 - - 33 6,6 33 6,6 - - - - Gorontalo - - - - - - - - 90,91 52 7,4 16 3,2 739,1 141 14,1 Makassar 0,00 - - - - 71,43 - 1 1,0 36 9,0 37 7,4 - - - - Kolaka 0,00 - - - - 0,00 - - - - - - - - Denpasar 42,86 - - 7 2,3 7 2,3 100,00 4 4,0 - 127 63,5 131 43,7 - - - - Mataram 23,08 - - 4 1,3 4 1,3 - - - - 100,00 36 18,0 - 47 47,0 83 41,5 Kupang 50,00 1 1,0 1 1,0 0,00 - - - - - - - - Masohi - - - - - - - - 74,07 69 4,6 9 1,5 90 6,9 168 8,4 Pulau Seram 5,88 2 2,0 2 2,0 - - - - 78,26 19 2,7 6 3,0 142 7,9 167 9,3 Pulau Kisar - - - - - - - - 83,33 55 9,8 8 4,0 177 17,7 240 24,0 Ambon - - - - 100,00 7 3,5 - 21 7,0 28 9,3 75,00 1 1,0 - 17 8,5 18 6,0 Biak - - - - - - - - 55,56 - - 69 6,9 69 6,9 Rata-rata 14,80 11 3,2 4 1,4 10 2,2 12 2,7 50,69 24 4,9 6 3,5 13 11,6 46 11,9 79,07 33 7,0 10 3,1 64 11,8 102 12,4 1 angka di depan adalah jumlah tungau dan angka di dalam kurung adalah intensitas; tidak ditemukan cicak inang; - tidak ditemukan tungau 26 27 Tabel 7 Intensitas infestasi rata-rata dan intensitas infestasi total tungau G1, G2 dan G3 pada tiga spesies cicak di Indonesia Spesies cicak Intensitas rata-rata Intensitas total Tungau G1 Tungau G2 Tungau G3 C. platyurus 3,22 1,42 2,16 2,66 H. frenatus 4,92 3,50 11,61 11,90 H. garnotii 6,96 3,13 11,82 12,40 Distribusi Tungau pada Bagian Tubuh Cicak Perlekatan tungau pada tubuh cicak C. platyurus, H. frenatus dan H. garnotii diamati berdasar bagian-bagian tubuh cicak yang sudah ditentukan Gambar 3, yaitu kepala, telinga, ketiak, badan, paha, ekor, jari depan dan jari belakang. Gambar 11, 12, 13 dan 14 menunjukkan distribusi jumlah tungau G1, G2 dan G3 yang melekat pada bagian tubuh cicak. Perlekatan tungau G1, G2 dan G3 pada cicak C. platyurus dirinci menurut bagian tubuh cicak dapat dilihat pada Gambar 11. Tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus terbanyak adalah tungau G3 dengan lokasi perlekatan yang cukup merata; sedangkan tungau G1 hanya melekat pada telinga, jari depan dan belakang dan tungau G2 hanya melekat pada paha dan badan dengan jumlah yang relatif kecil. Perlekatan tungau G1, G2 dan G3 pada cicak H. frenatus dirinci menurut bagian tubuh cicak dapat dilihat pada Gambar 12. Lokasi perlekatan tungau G3 pada tubuh cicak H. frenatus ditemukan pada paha, jari depan dan jari belakang, tungau G1 hanya ditemukan di jari depan dan belakang sedang tungau G3 hanya ditemukan pada paha dan badan. Perlekatan tungau G1, G2 dan G3 pada cicak H. garnotii dirinci menurut bagian tubuh cicak dapat dilihat pada Gambar 13. Cicak H. garnotii paling banyak diinfestasi oleh tungau. Tempat perlekatan tungau G1 hanya di jari depan dan belakang cicak, G2 ditemukan pada badan dan paha sedang G3 ditemukan melekat pada jari depan, jari belakang dan paha. Gambar 14 menunjukkan sebaran perlekatan tungau G1, G2 dan G3 pada tubuh seluruh cicak yang diperiksa 221 ekor tanpa melihat spesies cicak yang diinfestasi. Terlihat bahwa tungau G1 cenderung melekat pada jari depan dan jari 28 belakang cicak, tungau G2 hanya melekat pada badan dan paha cicak sedang tungau G3 mempunyai tempat perlekatan yang lebih luas. Gambar 11 Distribusi jumlah tungau G1, G2 dan G3 pada bagian tubuh cicak C. platyurus. Gambar 12 Distribusi jumlah tungau G1, G2 dan G3 pada bagian tubuh cicak H. frenatus. 29 Gambar 13 Distribusi jumlah tungau G1, G2 dan G3 pada bagian tubuh cicak H. garnotii. Gambar 14 Distribusi jumlah tungau G1, G2 dan G3 pada bagian tubuh semua jenis cicak. 31 PEMBAHASAN Pola Persebaran Cicak di Indonesia Identifikasi yang dilakukan terhadap cicak dari 25 lokasi penangkapan di Indonesia menghasilkan 178 ekor cicak C. platyurus yang tersebar pada 18 lokasi penangkapan, 84 ekor H. frenatus yang tersebar pada 16 lokasi penangkapan dan 186 ekor H. garnotii yang tersebar pada 18 lokasi penangkapan. Penyebaran cicak C. platyurus dan H. frenatus meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara; sedang H. garnotii tersebar di Sumatra, Jawa dan Kalimantan Rooij 1915. Ketiga spesies cicak C. platyurus, H. frenatus dan H. garnoti ditemukan bersama pada lokasi penangkapan di Palembang, Serang, Serpong, Lamongan, Tuban dan Palangkaraya. Cicak H. frenatus dan H. garnotii ditemukan bersama pada lokasi penangkapan Kotawaringin, Sangatta dan Ambon. Cicak C. platyurus dan H. garnotii ditemukan bersama pada lokasi penangkapan Aceh, Padang Sidempuan, Pekalongan, Mataram dan P. Seram. Cicak C. platyurus dan H. frenatus ditemukan bersama pada lokasi penangkapan Bengkulu, Denpasar, Kupang, Kolaka, Makasar, Pontianak dan Manado. Pada penelitian ini diketahui bahwa ke tiga spesies cicak yang diteliti menyebar cukup luas.dan tidak berpola. Berdasar data tersebut, dapat dikatakan bahwa ketiga spesies cicak yang diteliti bersifat simpatrik. Pada lokasi penangkapan Gorontalo, P. Kisar, Masohi dan Biak hanya ditemukan cicak H. garnotii. Setelah hampir seratus tahun dari laporan Rooij 1915, penyebaran cicak H. garnotii di Indonesia menunjukkan peningkatan penyebaran. Bauer et al. 2010 menduga bahwa H. frenatus dan C. platyurus berasal dari India dan menyebar luas di Asia Tenggara. Sedang H. garnotii tersebar di Indochina dan Pasifik tropika termasuk Papua Bansal dan Karanth 2010. Pada penelitian ini, di Gorontalo, P. Kisar, Masohi dan Biak hanya ditemukan cicak H. garnotii. Menurut Rooij 1915, penyebaran cicak H. garnotii di Indonesia meliputi Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Kemungkinan H. garnotii di Indonesia Bagian Timur berasal dari Pasifik Tropika Papua Timur yang menyebar ke Papua Barat. 32 Persebaran ketiga spesies cicak C. platyurus, H. frenatus dan H. garnotii di Indonesia menunjukkan peningkatan persebaran yang cukup luas. Hal ini sesuai dengan Cook dan Richard 1999 yang menyatakan bahwa cicak merupakan hewan yang mudah menyebar dan membentuk kelompok baru. Jesus et.al. 2001 menduga bahwa kelompok-kelompok cicak berpindah antar pulau melalui kegiatan manusia. Menke 2003 menyatakan bahwa kegiatan manusia menimbulkan perubahan vegetasi dan memicu perpindahan berbagai spesies Gekkonidae. Berdasar pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peluang perpindahan cicak sangat tinggi sehingga tidak dapat diketahui pola sebaran cicak secara khusus, pada umumnya cicak menyebar secara acak. Meshaka 2000 pada penelitian di Florida menemukan bahwa kecepatan pertambahan populasi cicak pendatang H. garnotii bisa mengalahkan spesies residen H. tursicus. Keberadaan H. garnotii di Indonesia bagian Timur mungkin merupakan salah satu fenomena tersebut, dimana kedatangan H. garnotii mendesak keberadaan cicak yang ada lebih dulu. Pola Persebaran Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak Berdasar Tabel 1, dapat diketahui bahwa tidak semua lokasi penangkapan cicak ditemukan cicak yang diinfestasi oleh tungau. Cicak C. platyurus terinfestasi tungau hanya ditemukan pada delapan lokasi, cicak H. frenatus terinfestasi tungau ditemukan pada 12 lokasi dan H. garnotii terinfestasi tungau ditemukan pada 18 lokasi. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran tungau pada setiap lokasi penangkapan cicak tidak merata atau menyebar secara acak. Rata-rata jumlah tungau per cicak pada C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii, berturut-turut adalah 4,07; 12,02 dan 12,37 Tabel 2. Jumlah tungau per cicak pada C. platyurus juga terendah yaitu 2,68, berdasarkan Soleha 2006 dari populasi cicak di Bogor. Sedangkan hasil yang berlawanan terdapat pada H. garnotii antara penelitian ini yaitu 12,37 dan sebesar 6,66 tungau per cicak berdasarkan Soleha 2006 . Hasil tersebut menunjukkan bahwa tungau pada cicak di Indonesia menyebar secara acak. Brown et al. 1995 menyatakan bahwa aktifitas seksual menaikkan resiko cicak tertular tungau. Menurut Rivera et al. 2003, cicak dapat terinfestasi oleh tungau karena adanya kontak fisik inang, antara lain perilaku kawin, perkelahian 33 atau hidup dalam satu sarang. Semua cicak dari lokasi penangkapan Kolaka dan Pontianak tidak terinfestasi tungau. Belum dapat disimpulkan bahwa di kedua lokasi tersebut tidak ada cicak yang terinfestasi tungau. Hal ini karena penangkapan cicak dilakukan hanya pada titik tertentu dari lokasi tersebut. Tiga Spesies Tungau Geckobia Ditemukan pada Cicak C. platyurus, H. frenatus dan H. garnotii di Indonesia Penelitian ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang mengidentifikasi tungau pada cicak. Penelitian dilakukan pada duapuluh lima lokasi penangkapan cicak di Indonesia. Sebelumnya, Soleha 2006 melakukan inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit di Bogor. Jumlah total tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus dan H. garnotii sebanyak 2 494 tungau. Total tungau yang menginfestasi ketiga spesies cicak pada duapuluh lima lokasi penangkapan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Ciri-ciri umum yang terdapat pada seluruh tungau yang diperoleh, menurut Krantz 1978 adalah tungau anggota famili Pterygosomatidae. Ciri-ciri yang lain adalah adanya skutum dorsal, mulut, koksa dengan seta kaku spur, sebaran seta pada tubuh, berdasar Lawrence 1936 tungau tersebut adalah genus Geckobia. Bersatunya koksa 1 dan 2 serta koksa 3 dan 4, variasi seta dari tarsus dan ukuran- ukuran tubuh yang ada, menurut Oedemans 1910 dalam Montgomery 1966 mempertegas bahwa tungau tersebut adalah Genus Geckobia. Jadi seluruh tungau yang ditemukan adalah tungau Geckobia. Soleha 2006 melaporkan bahwa cicak rumah C. platyurus, H. frenatus dan H. garnotii di Bogor diinfestasi oleh tungau Geckobia. Oliver dan Shaw 1953 menyatakan bahwa H. garnotii diinfestasi oleh tungau genus Geckobia. Bauer et al. 1990 menyatakan bahwa tungau Geckobia juga ditemukan pada cicak dan kadal yang lain. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa seluruh tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus dan H. garnotii pada 25 lokasi penangkapan cicak ini adalah tungau Geckobia. Dengan demikian memperkuat pendapat bahwa tungau Geckobia merupakan ektoparasit yang menginfestasi cicak Famili Gekkonidae.