Memilih system belajar mengajar pengajaran

psikomotorik maupun verbal. Di samping itu, prinsip contiguity, repetition, dan reinforcement masih tetap memegang peranan penting bagi berlangsungnya proses chaining dan association tersebut.  Tipe V:Discrimination Learning belajar mengadakan perbedaan Dalam tahap belajar ini, siswa mengadakan diskriminasi seleksi dan pengujian di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya kemudian memilih pola-pola sambutan yang dipandangnya paling sesuai. Kondisi yang utama untuk dapat berlangsungnya proses belajar ini ialah siswa telah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta memiliki kekayaan pengalaman pola-pola satuan S-R  Tipe VI:Concept Learning belajar konsep, pengertian Berdasarkan pesamaan cirri-ciri adari sekumpulan stimulus dan juga objek-objeknya ia membentuk suatu pengertian atau konsep-konsep. Kondisi utama yang diperlukan bagi proses berlangsungnya belajar tipe ini ialah terkuasainya kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.  Tipe VII:Rule Learning belajar membuat generalisasi, hukum-hukum Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep pengertian dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal sehingga siswa dapat membuat konklusi tertentu.  Tipe VIII:Problem Solving belajar memecahkan masalah Pada tingkat ini siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik dengan menggunakan berbagai rule yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey Loree,1970:438-439 dalam bukunya How We Think, proses belajar pemecahan masalah itu berlangsung sebagai berikut: ü Become aware of the problem menyadari adanya masalah ü Clarifying and defining the problem menegaskan dan merumuskan masalahnya ü Searching for facts and formulating hypotheses mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis ü Evaluating proposed solution mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan ü Experimental verification mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental, uji coba

b. Memilih system belajar mengajar pengajaran

Dewasa ini, para ahli teori belajar telah mencoba mengambarkan cara pendekatan atau system pengajaran atau proses belajar-mengajar. Diantara berbagai system pengajaran yang banyak menarik perhatian orang akhir-akhir ini ialah:  Enquiry-Discovery Learning belajar mencari dan menemukan sendiri Dalam system belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak dalam bentuknya yang final. Siswalah yang diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukannnya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya yaitu stimulasi- perumusan masalah-pengumpulan data-analisis data-verifikasi-generalisasi. System belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner Lefrancois, 1975:121-126. Pendekatan belajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya, antara lain memakan waktu yang banyak dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus kepada kekaburan atau materi yang dipelajarinya.  Expository Learning Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingg asiswa tingal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Secara garis besar prosedurnya ialah periapan-petautan-penyajian-evaluasi. Ausubel berpendapat bahwa pada tingkat-tingkat belajar yang lebih tinggi, siswa tidak selau harus mengalami sendiri. Siswa akan mampu dan lebih efisien memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Yang penting siswa dikembangkan penguasaannya atas kerangka konsep-konsep dasar atau pla-pola pengertian dasar tentang sesuatu hal sehingga dapat mengorganisasikan data, informasi, dan pengalaman yang bertalian dengan hal tersebut.  Mastery learning belajar tuntas Proses belajar yang berorientasi pada prinsip mastery learning ini harus dimulai dengan penguasaan bagian terkecil untuk kemudian baru dapat melanjutkan ke dalam satuan modul atau unit berikutnya. Atas dasar itu maka dewasa ini telah dikembangkan system pengajaran berprogram dan juga system pengajaran modul, bahkan Computer Assisted Instruction CAI. Dengan tercapainya tingkat penguasaan hasil pelajaran yang tinggi, maka akan menunjukkan sikap mental yang sehat pada siswa yang bersangkutan.  Humanistic Education Teori belajar ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai perwujudan diri self realization sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Karakteristik utama metode ini, antara lain bahwa guru hendaknya tidak membuat jarak yang tidak terlalu tajam dengan siswa. Sasaran akhir dari proses belajar mengajar menurut paham ini ialah self actualization yang seoptimal mungkin dari setiap siswa. E. Implikasi Strategi Belajar Mengajar dalam Dunia Pendidikan a Bagaimana seorang guru dalam menerapkan strategi belajar mengajar itu? Sebagai calon guru, penulis mencoba untuk mendiskripsikan bagaimana cara menerapkan strategi belajar mengajar yang baik untuk masa yang akan datang agar dunia pendidikan kita memiliki potensi sumber daya manusia yang ahli dan mampu bersaing dengan dunia luar dan mengangkat harkat dan martabat bangsa, agar dunia luar tidak hanya bisa mengatakan bahwa negara kita hanya kaya akan sumber daya alam saja. Sebab menurut pendapat kami bahwa kemajuan sebuah negara itu adalah berdasarkan tingkat pendidikan yang dimilikinya, dan pendidikan setiap wilayah wawasan nusantara haruslah diperhatikan bagaimana sistem dan strategi pendidikan di daerah tersebut agar sejalan dan sesuai dengan daerah perkotaan yang telah maju. Dalam hal ini peran guru untuk menjalankan tugas panggilannya sangat diperlukan. Guru harus memiliki peran-peran yang bisa membimbing dan mendukung pola pikir anak didik agar mampu menjadi anak didik yang diharapkan seperti, Guru yang konstruktif harus selalu inovatif untuk mengadopsi metode-metode baru untuk memotivasi belajar anak-anak didiknya. Ia harus menempatkan anak-anak didiknya sebagai pusat pembelajaran, artinya sejauhmana materi disampaikan bukan tergantung guru dan kurikulumnya tetapi tergantung kepada murid-muridnya. Seorang guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang calon guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Guru sebagai Contoh Teladan, Seorang guru dapat memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku, jika anak-anak didiknya menemukan Gurunya banyak membaca buku. Tetapi, bagaimana mungkin seorang Guru yang jarang sekali membaca mampu memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku? Buku adalah sumber energi dan motivasi. Seorang guru harus menjadi pembaca intensif buku-buku perpustakaan, majalah dan mengumpulkan pengetahuan untuk mengilhami anak-anak dengan menceritakan hal-hal baru. Guru dapat membuat perpustakaan kecil sendiri di dalam kelasnya, dan menjadikan dirinya sebagai inspirator bagi murid-muridnya. Karena, menurut Sokrates kelas adalah tanah pertempuran antara guru dengan muridnya, dan senjatanya adalah pertanyaan. Kita sebagai guru adalah motivasi bagi anak-anak didik kita, melalui kebiasaan kita membaca buku, budaya fisik dan mental ini bisa memberi contoh kepada anak-anak didik kita. Karena murid-murid selalu mengikuti perilaku guru mereka. Jadi seorang guru dapat melakukan banyak hal melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun. Ada Senyum di Dalam Kelas, Senyum memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam batas- batas sekolah, tetapi juga bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Senyum adalah ekspresi cinta. Senyum adalah kekuatan dan kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar. Seorang guru menyentuh hati anak-anak didiknya melalui daya tarik ‘senyum’. Senyum menciptakan percaya diri anak-anak didik kita. Perkembangan kemajuan anak- anak didik terhadap mata pelajarannya, terjadi ketika mereka mulai menyukai dan mencintai gurunya. Bagaimana murid mau mencitai pelajarannya jika ia tidak mencintai gurunya. Senyuman seorang guru, menciptakan getaran yang kuat pada diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik kita tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam dirinya. Mereka tidak segan-segan lagi mengajukan pertanyaan, dan kebebasan berpikir di dalam kelas secara otomatis terjadi, ketika senyum hadir di dalam kelas. Kita sebagai calonguru, dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anak-anak didik kita. Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami seorang anak. Seorang anak didik akan mengungkapkan kesulitanmasalah hanya kepada guru yang sudah menjadi temanya. Tetapi, jika kita sebagai guru hanya memerankan seseorang pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk anak-anak didik kita, kita akan merusak kegitan belajar mengajar mereka. Anak-anak didik kita mulai membenci kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada pada dirinya kepada kita. Anak-anak didik kita akan mengembangkan rasa takut kepada kita. Itu sebabnya, banyak orang tua dan guru berada dalam masalah besar, ketika semua persoalan pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anak- anak didik kita kehilangan kebebasan untuk berterus-terang menceritakan masalahnya. Sebenarnya ini bukan kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan kita sebagai orang tua dan guru di sekolah, yang tidak memiliki seni ‘bagaimana untuk menjadi teman dari anak-anak didik kita.’ Karena strategi jitu dalam proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas menentukan terciptanya keoptimalan hasil belajar mangajar. Itu yang menjadi pendapat kami mengenai cara seoarang guru menerapkan strategi belajar mengajar di masa depan. b Apakah strategi belajar mengajar seperti ini telah dapat diterapkan sepenuhnya dalam dunia pendidikan saat ini? Seperti yang telah kita ketahui bahwa dunia pendidikan bangsa kita saat ini telah mengalami perubahan kearah yang lebih baik dari era-era pemerintahan yang sebelumnya. Telihat nyata dari sistem kurikulum yang terus mengalami perubahan menuju kearah sistem pendidikan yang lebih baik. Walaupun, di daerah-daerah perdesaan tertentu masih ada yang kurang merata fasilitas dan kondisi pendidikannya seperti di daerah perkotaan umumnya. Namun, pemerintah telah memberikan perhatian untuk hal itu agar sistem pendidikan di negara kita berjalan dengan kondusif. Hal yang nyata salah satunya adalah pembangunan fasilitas sekolah diberbagai tempat yang bangunnya mulai ambruk atau telah lama dan perlu diperbaiki, Sistem kukrikulum, dan cara belajar mengajar guru di dalam kelas yang harus profesional. Menurut pendapat kami sebagai tim penulis hali in merupakan bukti nyata dari strategi belajar mengajar yang telah sepenuhnya dalam dunia pendidikan.

BAB III PENUTUP