Makalah Psikologi Agama PROBLEMATIKA MORAL

Makalah Psikologi Agama
“Problematika Moral dalam Era Globalisasi”
BAB I
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Pada umumnya, orang membicarakan psikologi agama dan tantangan problematika

moral dalam era globalisasi. Belum banyak ditemukan sebuah uraian yang mencoba mencari
titik temu atau titik singgung antara kajian tersebut. Oleh karena itu, uraian ini ditulis dengan
harapan menjadi acuan perihal itu.
2.

Rumusan Permasalahan

a.

Bagaimana menjelaskan tentang psikologi agama?


b.

Bagaimana menjelaskan tentang problematika moral?

c.

Bagaimana menjelaskan tentang peran penting psikologi agama dalam era global?

d.

Bagaimana menjelaskan tentang Arti penting psikologi agama dalm problem moral?

3.

Tujuan Penulisan

a.

Untuk mengetahui tentangp agama.


b.

Untuk mengetahui tentang problematika moral.

c.

Untuk mengetahui tentang peran penting psikologi agama dalam era global.

d.

Untuk mengetahui tentang arti penting pdikologi agama dalam problem moral.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Psikolgi Agama

Psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah

kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama, dengan demikian psikologi
agama mencakup 2 bidang kajian yang sama sekali berlainan, sehingga ia berbeda dari
cabang psikologi lainnya.
Psikologi agama dapat menguraikan iman agama kelompok atau iman individu, dapat
mempelajari lingkungan-lingkungan empiris dari gejala keagamaan, tingkah laku keagamaan,
atau pengalaman keagamaan, pengalaman keagamaan, hukum-hukum umum tentang
terjadinya keimanan, proses timbulnya kesadaran beragama dan persoalan empiris lainnya.
Ilmu jiwa agama hanyalah menghadapi manusia dengan pendirian dan perbuatan yang
disebut agama, atau lebih tepatnya hidup keagamaan.
Psikologi Agama mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan manifestasi
keagamaannya, yaitu kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama
(religious experience). Kesadaran agama hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan
introspeksi. Pengalaman agama adalah perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah
dari amal keagamaan semisal melazimkan dzikir. Jadi, obyek studinya dapat berupa: (1)
Gejala-gejala psikis manusia berkaitan dengan tingkah laku keagamaan
(2) Proses hubungan antara psikis manusia dan tingkah laku keagamaannya.
Objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala- gejala kejiwaan dalam
kaitannya dengan realisasi keagamaan (amaliah) dan mekanisme antara keduannya. Dengan
demikian, yang menjadi lapangan kajian psikologi agama adalah proses beragama, perasaan
dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat- akibat yang dirasakan sebagai hasil

dari keyakinan. Objek pembahasan psikologi agama adalah gejala- gejala psikis manusia
yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis manusia
dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu
dengan lainnya.

B.

Problematika Moral
Sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama,

perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukan bahwa
sikap keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan.
Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Pada
garis besarnya, teori mengungkapkan bahwa jiwa keagamaan berasal dari faktor intern dan
dari faktor ekstern manusia. Pendapat pertama menyatakan bahwa manusia adalah homo
religius (makhluk beragama) karena manusia sudah memiliki potensi untuk beragama. Faktor
tersebut merupakan sumber dari faktor intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan
manusia seperti naluri, akal, perasaan, maupun kehendak.
Sebaliknya, teori kedua menyatakan bahwa jiwa keagamaan manusia bersumber dari
faktor ektern. Manusia terdorong untuk beragama karena faktor dari luar dirinya, seperti rasa

takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah (sense of guilty).1
a.

Gaya hidup /Personal
Masa remaja (remaja awal dan remaja akhir) adalah masa yang penuh emosi, secara

psikologis, masa ini ditandai dengan kondisi jiwa yang labil, tidak menentu dan biasanya
susah mengendalikan diri sehingga pengaruh-pengaruh negatif seperti perilaku-perilaku
menyimpang akibat dari pergeseran nilai mudah mempengaruhi jiwa remaja dan
menimbulkan gejala baru berupa krisis akhlak.
Krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini, merupakan salah satu akibat dari
perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan kemajuan moral
akhlak. Perilaku remaja yang cenderung lekas marah, kurang hormat terhadap orang tua,
bersikap kasar, kurang disiplin dalam beribadah, menjadi pemakai obat-obatan, terjerumus
dalam perilaku sex bebas serta perilaku yang menyimpang lainnya telah melanda sebagian
besar kalangan remaja.
Kemajuan kebudayaan melalui pengembangan IPTEK oleh manusia yang tidak
seimbang dengan kemajuan moral akhlak, telah memunculkan gejala baru berupa krisis
akhlak terutama terjadi dikalangan remaja yang memiliki kondisi jiwa yang labil, penuh
gejolak dan gelombang serta emosi yang meledak-ledak ini cenderung mengalami

peningkatan karena mudah dipengaruhi.
Gejala akhlak remaja yang cenderung kurang hormat terhadap orang tua, melawan orang
tua, terjerumus dalam perilaku sex bebas, kurang disiplin dalam beribadah, mudah
1 Jalaludin, Psikologi Agama,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2003)hal.63

terpengaruh aliran sesat, pendendam, menjadi pemakai obat-obatan, berkata tidak sopan,
pendusta, tidak bertanggungjawab dan perilaku lainnya yang menyimpang telah melanda
sebagian besar kalangan remaja.
b.

Lintas teknolgi
Dalam era global seperti sekarang ini, berbagai penemuan alat teknologi seperti

penemuan teknologi komunikasi, handphone, televisi, tansportasi, komputer, teknologi
internet dan sebagainya telah memberikan manfaat dan dampak positif yang cukup banyak.
Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi atau media elektronik utamanya internet
tersebut telah membuat dunia menjadi semakin dekat dan seolah tanpa batas.
Informasi apapun mulai dari pendidikan, hiburan, dan info penting lainnya dapat kita
unduh dari teknologi internet hanya dengan meng-klik mouse di depan layar monitor
komputer. Canggihnya lagi, informasi di internet pun sekarang juga dapat di akses melalui

handphone. Berbagai lapisan masyarakat mulai dari orang tua, pegawai, mahasiswa, pelajar
dan bahkan anak-anak pun banyak yang sudah mahir serta akrab memanfaatkan teknologi
internet tersebut.2
Meskipun demikian, teknologi internet bak pisau bermata dua. Walaupun di satu sisi
punya banyak positifnya, tapi di sisi yang lain juga punya efek negatifnya. Hal itu sangat
tergantung dari pemakainya.
Anggapan

semakin

banyaknya

masyarakat

yang

cenderung

menyalahgunakan


kecangihan teknologi internet dengan melakukan akses situs-situs tertentu yang bernuansa
pornografi, info kriminalitas, seks, serta gambar atau video tidak mendidik lainnya
merupakan salah satu efek dari zaman globalisasi.
Parahnya, di negara ini masalah bencana moral lainnya pun seolah selalu rutin terjadi dan
saling berkesinambungan. Jika kita cermati di berbagai media, baik media cetak maupun
elektronik, hampir setiap hari kita disuguhi berita mengenai perbuatan moral seperti
pelecehan seksual, korupsi, pembunuhan, penganiayaan, pesta miras, narkoba, pencurian,
pacaran di luar batas kewajaran, kasus hamil di luar nikah, rekaman video mesum pelajar dan
sebagainya. Hal itu jelas menjadi masalah moralitas bangsa yang seolah tiada henti.3
c.

Westernisasi

2 http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=1020
3 http://hanstoe.wordpress.com/2009/02/21/problematika-nilai-moral-dan-hukum-dalammasyarakat/

Kebangkitan islam global ini dilatari oleh ketersentakan umat islam melihat umat islam
lain (barat) memperoleh kemajuan yang luar biasa. Meski harus diakui bahwa kemajuan yang
diperoleh dunia barat akan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) itu pada mulanya adalah
jasa yang diberikan umat islam mendidikan rohaniawan Barat. Lalu berbagai penemuan yang

diajarkan oleh ilmuwan-ilmuwan Muslim itu ditransfer oleh Barat, yang pada gilirannya
melahirkan revolusi industri di sana. Sayangnya, dan bedanya dengan dunia Islam, karena
kemaujuan Iptek di Barat itu tidak dilandasi oleh komitmen moral, maka perkembangannya
mengarah kepada penegasian (nihilisme) sesuatu yang bersifat sipritual, yakni agama. Semua
preposisi yang dihasilkan agama, memenuhi kriteria ilmiah karena tidak dapat diobservasi,
diukur, dan diprediksi. Lalu, pada berikutnya muncullah pahama sekularisme yang
memisahkan agama dari Iptek.4
Dengan meningkatnya penetrasi Barat ke Timur melalui gerakan kolonialisme.
Kolonialisme ini masuk ke Timur dengan tiga strategi, yaitu penguasaan ekonomi, supremasi
Barat atas kulit berwarna, dan agama. Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan
politik penggabungan (asosiasi), antara budaya Barat dan budaya Timur. Sehingga Timur
dengan mudah dimasuki oleh Barat. Lebih-lebih justru Timur mempromosikan budaya Barat
ke rekan-rekannya sebagai budaya alternatif menuju kemajuan di berbagai bidang kehidupan
mereka. Menurut Fred R. Von den Mehden, strategi itu ternyata tidak dengan mudah dapat
melunturkan semangat elit Indonesia yang pernah memperoleh pendidikan Barat, dengan
begitu mereka menggerakan umat Islam untuk melawan Barat.5
Upaya melumpuhkan dinamika Islam oleh kolonial ini tidak hanya melalui politik, tetapi
juga dengan membelokkan pengertian Islam yang rasional mengenai entri-entri penting
dalam kehidupan manusia seperti sabar, zuhud, tawakal, ridha, qana’ah.
C.


Peran Psikologi agama dalam era global
Menurut bahasa, global ialah seluruhnya, menyeluruh. Sedangkan globalisasi ialah

pengglobalan secara keseluruhan aspek kehidupan, perwujudan (peningkatan / perubahan)
secara menyeluruh di segala aspek kehidupan. Kemudian membaca pengertian secara luas
globalisasi adalah proses pertumbuhan negara-negara maju (Amerika, Eropa dan Jepang)
melakukan ekspansi besar-besaran. Kemudian berusaha mendominasi dunia dengan kekuatan
teknologi, ilmu pengetahuan, politik, budaya, militer dan ekonomi.
4 http://rizkian.wordpress.com/2011/03/06/pengaruh-westernisas terhadap-masyarakat-i pedesaan/
5 Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran beragama,(Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama. 2005) hal. 85

Bila dipelajari lebih jauh, globalisasi membawa pengaruh terhadap Negara-negara
berkembang yang baru terlepas dari belenggu penjajahan, baik positif maupun negative.
Pengaruh positif dari globalisasi yaitu membantu / mendorong negara-negara baru
berkembang untuk maju secara teknis, serta menjadi lebih sejahtera secara material.
Sedangkan pengaruh negatifnya adalah munculnya teknokrasi dan tirani yang sangat
berkuasa, didukung oleh alat-alat teknik modern dan persenjataan yang canggih. Mengapa
alat-alat dan teknik yang modern serta persenjataan menjadi pengaruh negative ? Karena
seringkali bagi Negara yang berkuasa, mereka menyalahgunakan teknologi tersebut, seperti

halnya ilmu pengetahuan, mesin-mesin, pesawat hyper modern yang digunakan / dijadikan
mekanisme operasionalistik yang menghancurkan.
Sebagaimana fenomena yang kita saksikan dan kita rasakan saat sekarang ini, teknologi
modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas Negara,
menerobos berbagai pelosok perkampungan dipedesaan dan menyelusup di gang-gang sempit
diperkotaan, melalui audio (radio) dan melalui visual (televise, internet dll). Fenomena
modern yang terjadi di awal millennium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi.6
Sebagai akibatnya, media ini, khususnya televisi dapat dijadikan alat sangat ampuh di
tangan sekelompok orang-orang atau golongan untuk menanamkan atau sebaliknya merusak
nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola pikir seseorang oleh mereka
yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut. Persoalan yang sebenarnya terletak
pada mereka yang menguasai komunikasi global tersebut yang memiliki perbedaan perspektif
yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan krteria nilai-nilai moral. Antara nilai baik dan
buruk, antara kebenaran sejati dengan yang artificial. Disisi lain, era kontemporer identik
dengan era sains dan teknologi. Dengan semangat yang tak pernah padam, para saintis telah
memberikan kontribusi yang besar kepada kesejahteraan umat manusia. Akan tetapi, sekali
lagi dengan perbedaan perspektif terhadap nilai-nilai etika moralitas agama. Jargon saintis
sebagai pencari kebenaran tampaknya perlu dipertanyakan. sebagaimana data berikut
Perlu kita catat sejak munculnya televisi dibarengi dengan timbulnya berpuluh-puluh
channel dengan menawarkan beragam acara yang menarik, kita hanya berperan sebagai
konsumen. Orang Baratlah yang pada hakikatnya memegang kendali semua teknologi
modern. Dari sini terdapat beberapa permasalahan yang harus dihadapi oleh pendidikan nilai
Dengan demikian melihat dari fenomena yang terjadi di Era Globalisasi yang
menimbulkan banyaknya permasalahan karena adanya perbedaan perspektif ekstrim dalam

6 http://bandono.web.id/2007/12/12/tantangan-perguruan-tinggi-dalam-era-persaingan-global.php

hal moral, maka dituntut bagaimana peranan pendidikan nilai untuk mengatasi gejala-gejala
permasalahan tersebut.
Globalisasi berarti sebuah proses saling keterhubungan antar negara dan masyarakat.
Globalisasi yang menimbulkan krisis multidimensional telah mampengaruhi perkembangan
kepribadian manusia berupa krisis identitas dalam diri individu, kelompok dan masyarakat.
Untuk mengatasi persoalan tersebut maka diperlukan upaya-upaya pembinaan kepribadian
yang merupakan pemberdayaan diri dalam menghadapi persoalan-persoalan yang muncul
akibat globalisasi. Keluarga dan masyarakat harus mempunyai identitas diri yang kuat dan
memiliki antisipasi terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi.7
D.

Arti Penting Psikologi agama dalam mengalami problem moral
Penanaman nilai-nilai moral sangat tepat dilakukan melalui keluarga, dan dimulai dari

keluarga. Karena dalam keluarga tersebut, pembinaan sudah mulai terjadi sejak anak belum
lahir, yaitu saat masih berbentuk janin dalam kandungan. Hal seperti ini tidak terjadi di
sekolah atau lembaga pendidikan formal, dimana pendidikan dimulai pada usia yang telah
ditentukan. Apabila keluarga mampu merawat, membangun, dan menumbuhkan moral
kepada seluruh anggotanya, akan menjadi pondasi yang kokoh dalam memperbaiki moral
bangsa dan negara Indonesia. Sebaliknya, apabila keluarga tidak melakukan penanaman
moral kepada seluruh anggotanya, maka akan melahirkan generasi bermasalah yang justru
menjadi beban bagi masyarakat, bangsa dan negara.8
Sayidiman Suryohadiprojo menyatakan, pendidikan sudah harus dimulai sejak bayi
masih dalam kandungan. Berbagai usaha dilakukan agar dapat dikomunikasikan kepada si
calon bayi hal-hal yang menjadikannya nanti manusia yang baik dan bermutu. Dalam
kebudayaan lokal di Indonesia, seperti di Jawa, ada tradisi berupa macam-macam upacara
untuk melakukan komunikasi itu. Setelah lahir bayi perlu diurus dengan sebaik-baiknya agar
tetap hidup. Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan hal yang penting dan diakui manfaatnya
oleh ilmu pengetahuan.9
BAB III
PENUTUP
7 http://ahsinema.blogspot.com/2011/05/tantangan-zaman-di-era-globalisasi.html
8 http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1882:
pendidikan-agama-dan- multikulturalisme&catid=159:artikel-kontributor
9 http://munzaro.blogspot.com/2010/06/kedudukan-dan-fungsi-pendidikan.html

Psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah
kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama. Sikap keagamaan terbentuk
oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Di Era Globalisasi banyak permasalahan karena adanya perbedaan perspektif ekstrim
dalam hal moral, maka dituntut bagaimana peranan pendidikan nilai untuk mengatasi gejalagejala permasalahan tersebut.
Sedangkan penanaman nilai-nilai moral sangat tepat dilakukan melalui keluarga, dan
dimulai dari keluarga. Karena dalam keluarga tersebut, pembinaan sudah mulai terjadi sejak
anak belum lahir, yaitu saat masih berbentuk janin dalam kandungan.

DAFTAR PUSTAKA

-

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

-

Lubis, Ridwan. Cetak Biru Peran Agama. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama,

2005.
-

http://rizkian.wordpress.com/2011/03/06/pengaruh-westernisas terhadap-masyarakat-i

pedesaan/
-

http://hanstoe.wordpress.com/2009/02/21/problematika-nilai-moral-dan-hukum-dalam-

masyarakat/
-

http://bandono.web.id/2007/12/12/tantangan-perguruan-tinggi-dalam-era-persaingan-

global.php
-

http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1882:

pendidikan-agama-dan- multikulturalisme&catid=159:artikel-kontributor
-

http://munzaro.blogspot.com/2010/06/kedudukan-dan-fungsi-pendidikan.html