Makalah Psikologi Agama (Pengaruh Psikologi Agama Terhadap Kontrol Perilaku Peserta Didik)

Makalah Psikologi Agama (Pengaruh Psikologi Agama Terhadap Kontrol Perilaku
Peserta Didik)
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir Akan tetapi,
kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya.
Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia
merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu pZerasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa
tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Untuk mengontrol segala aktifitas /
tingkah laku yang dilakukan oleh peserta didik, pendidikan agama dan spiritual sangat
berperan penting dalam hal ini. Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan
kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada seseorang baik dari
kalangan kanak-kanak hingga dewasa.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini. Penulis ingin menerangkan tentang“Bagaimana
pengaruh psikologi agama terhadap kontrol perilaku Peserta Didik”. Semoga makalah
kami dapat bermanfaat.

BAB II
PEMBAHASAN
A.


Pengertian

dan

Ruang

Lingkup

Psikologi

Agama

1. Pengertian Psikologi Agama
Psikologi agama terdiri dari dua paduan kata, yakni psikologi dan agama. Kedua kata ini
mempunyai makna yang berbeda. Psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala
jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. (Jalaluddin, 1979: 77). Sedangkan agama
memiliki sangkut paut dengan kehidupan batin manusia.
Dari definisi tersebut, psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama
pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan
tingkah laku, serta keadaaan hidup pada umumnya, selain itu juga mempelajari pertumbuhan

dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
keyakinan

tersebut

2.

(Zakiyah

darajat

Ruang

dikutip

oleh

Lingkup

Jalaluddin,


2004:

Psikologi

15)1
Agama

Berkaitan dengan ruang lingkup dari psikologi agama, maka ruang kajiannya adalah
mencakup kesadaran agama yang berarti bagian/ segi agama yang hadir dalam pikiran, yang
merupakan aspek mental dari aktivitas agama, dan pengalaman agama berarti unsur perasaan
dalam kesadaran beragama yakni perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan
oleh tindakan (amaliah) dengan kata lain bahwa psikologi agama mempelajari kesadaran
agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindakan agama orang
itu

dalam

hidupnya.


(Jalaluddin,

2004:

17)

Dalam hal ini psikologi agama telah dimanfaatkan dalam berbagai ruang kehidupan,
misalnya dalam bidang pendidikan, perusahaan, pengobatan, penyuluhan narapidana di LP
dan pada bidang- bidang lainnya.2
B.

Pengertian dan Perkembangan Psikis Peserta Didik

1. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,
psikologis, sosial, dan religious dalam mengarumgi kehidupan dan diakhirat kelak.
Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya

1 Jalaluddin Rahmad. Psikologi Agama(Edisi Revisi).(Jakarta: Putra Utama, 1996),
hlm167-168

2 Ibid, hlm168

sekolah (pendidikan formal), melainkan juga mencakup lembaga pendidikan nonoformal
yang ada di masyarakat, seperti majlis ta’lim, paguyuban dan sebagainya.3
2. Perkembangan Psikis Peserta Didik
Meliputi berbagai aspek dibawah ini, antara lain:4
1. Aspek Intelektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada peserta didik remaja bermula pada umur 11
atau 12 tahun. Peserta didik tidak terikat pada realitas fisik yang konkrit, peserta didik mulai
mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas.
2. Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi.5
Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja pada peserta didik , diantaranya:6
v

Di Lingkungan Keluarga

Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya
Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua)

Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
v

Di Lingkungan Sekolah

Bersikap respek dan menaati peraturan
Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain
Berprestasi di sekolah
v

Di Lingkungan Masyarakat

Respek terhadap hak-hak orang lain
Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain
Bersikap simpati dan menghormati terhadap ksejahteraan orang lain
3 Jalaluddin Rahmad. Psikologi Agama (sebuah pengantar) .(Jakarta: Mizan media
buku utama, 2003), hlm .10-11
4 Mohammad Ali, dkk. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik.(Jakarta:

Bumi Aksara, 2008),hlm 106-107
5 Ibid, hlm 107-108
6 Sururin Mizan. Ilmu Jiwa Agama.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 123135

3. Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal
(13-14tahun) dan remaja tengah (15-16tahun). Pada masa remaja awal, peserta didik ditandai
oleh rasa optimismedan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi
perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang
datang silih berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan
permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18-21tahun).
4. Aspek Bahasa
Perkembangan

bahasa

adalah

meningkatnya


kemampuan

penguasaan

alat

berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan tanda-tanda dan
isyarat. Bahasa yang digunakan para peserta didik pada usia remaja adalah bahasa yang telah
berkembang baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya lingkungan teman
sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan bahasa remaja.
5. Aspek Moral
Perkembangan moral pada peserta didik merupakan tahap orientasi terhadap
perjanjian antara remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan timbal balik antara dirinya
dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada tahap ini, remaja lebih mengenal tentang
nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Oleh karena itu, moral
para peserta didik sejak dini harus senantiasa sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial.
6. Aspek Agama
Pemahaman peserta didik dalam beragama sudah semakin matang, kemampuan
berfikir abstrak memungkinkan mereka untuk dapat mentransformasikan keyakinan
beragama.

C. Pengaruh Psikologi Agama terhadap kontrol perilaku Peserta Didik
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama
terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang,
karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan
dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi.7
Dalam hal ini, menunjukkan adanya rasa agama seperti yang di ketahui setiap peserta
didik, sehingga akan timbul perasaan saling menghargai dengan sesama individu lainya, dan
timbul rasa saling toleransi kepada umat manusia beragama, serta dengan adanya sifat

7 Jalaluddin. Psikologi Agama.(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 10-14

tersebut peserta didik juga dapat menjaga diri pada hal-hal yang di larang dan di anjurkan
agama.8
D. Urgensi Psikologi Agama dalam Pendidikan (keluarga, Sekolah (kelembagaan), dan
Masyarakat).
Education (pendidikan) dan jiwa keagamaaan sangat terkait, karena pendidikan tanpa
agama ibaratnya bagi manusia akan pincang. Sedang jiwa keagamaan yang tanpa melalui
menegemant pendidikan yang baik, maka juga akan percuma. Dengan kata lain, pendidikan
dinilai memiliki peran penting dalam upaya menanamkan rasa keagamaan pada seseorang.9
a.


Pendidikan

Keluarga

Menurut Rosul Allah swt, fungsi dan peran orang tua bahkan mampu untuk
membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau, setiap bayi yang dilahirkan
sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut
anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua
mereka.
b.

Pendidikan

Kelembagaan

Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada peserta
didik, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk
jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga. 10
Dalam konteks ini guru agama harus mampu mengubah sikap anak didiknya agar

menerima pendidikan agama yang diberikannya. Menurut Mc Guire, proses perubahan sikap
dari tidak menerima kesikap menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan sikap.
Antara lain :11
adanya perhatian
Pendidikan agama yang diberikan harus dapat menarik perhatian peserta didik. Untuk
menopang pencapaian itu, maka guru agama harus dapat merencanakan materi, metode serta
alat-alat bantu yang memungkinkan anak-anak memberikan perhatiannya.12
adanya pemahaman
Para guru agama harus mampu memberikan pemahaman kepada anak didik tentang
materi pendidikan yang diberikannya. Pemahaman ini akan lebih mudah diserap jika
8 Muhammad Abu Bakar. Pedoman Pendidikan dan Pengajaran. (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981), hlm 42-45
9 Muhammad Jaudah Awwad. Mendidik Anak Secara Islam.(Jakarta: Gema insane
press,1995), hlm 52-53
10 Muhammad Abu Bakar. Pedoman Pendidikan dan Pengajaran.(Surabaya: Usaha
Nasional, 1981),hlm 69
11 Ibid, hlm 70
12 Ibid, hlm 71-72

pendidikan agama yang diberikan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi, tidak terbatas
pada kegiatan yang bersifat hafalan semata.
adanya penerimaan.
Penerimaan siswa terhadap materi pendidikan agama yang diberikan. Penerimaan ini
sangat tergantung dengan hubungan antara materi dengan kebutuhan dan nilai bagi kehidupan
anak didik. Dan sikap menerima tersebut pada garis besarnya banyak ditentukan oleh sikap
pendidik itu sendiri, antara lain memiliki keahlian dalam bidang agama dan memiliki sifatsifat yang sejalan dengan ajaran agama seperti jujur dan dapat dipercaya. Kedua sikap ini
akan sangat menentukan dalam mengubah sikap para anak didik.13
c.

Pendidikan

Masyarakat

Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Peran psikologi agama
dalam lembaga ini adalah memupuk jiwa keagamaan karena masyarakat akan memberi
dampak dalam pembentukan pertumbuhan baik fisik maupun psikis. Yang mana pertumbuhan
psikis akan berlangsung seumur hidup. Sehingga sangat besarnya pengaruh masyarakat
terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan sebagai bagian dari Aspek kepribadian yang
terintegrasi dalam pertumbuhan psikis. 14

BAB III
PENUTUP
13 Ibid, hlm 84-87
14 Ibid, hlm 93-96

KESIMPULAN :
Dari penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa psikologi agama meneliti pengaruh
agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri
seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat
dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi.
Dalam hal ini, menunjukkan adanya rasa agama seperti yang di ketahui setiap peserta
didik, sehingga akan timbul perasaan saling menghargai dengan sesama individu lainya, dan
akan timbul rasa saling toleransi kepada umat manusia beragama, serta dengan adanya sifat
tersebut peserta didik juga dapat menjaga diri pada hal-hal yang di larang dan di anjurkan
agama.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmad, Jalaludin. 1996. Psikologi Agama. (Edisi Revisi). Jakarta: Putra Utama.
Rahmad, Jalaluddin. 2003. Psikologi Agama (sebuah pengantar). Jakarta : Mizan media
buku utama.
Abu Bakar, Muhammad. 1981. Pedoman Pendidikan dan Pengajaran. Surabaya : Usaha
Nasional.
Awwad, Jaudah Muhammad. 1995. Mendidik Anak Secara Islam. Jakarta : Gema Insani
Press.
Mizan, Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Prof. Dr. H. Jalaludin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ali Mohammad, dkk. 2008. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara.