Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Wilayah Kajian

dengan peubah bebas sangat diperhatikan. Pendugaan yang dilakukan tidak bermakna jika prediktornya saling berkorelasi atau multikolinieritas Bilfarsah 2005. Multikolinieritas merupakan hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua peubah bebas dari model regresi berganda. Multikolinieritas yang tinggi akan menyebabkan koefisien regresi yang diperoleh tidak unik Fitriani 2010. Salah satu cara untuk mengatasi masalah multikolinieritas yang terjadi adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil parsial Partial Least SquarePLS. Metode kuadrat terkecil parsial merupakan soft model yang dapat menjelaskan struktur keragaman data dengan menggeneralisasi dan menggabungkan antara motode analisis faktor, principal component analysis, dan multiple regression Abdi 2007. Metode kuadrat terkecil parsial dapat dilihat sebagai dua bentuk yang saling berkaitan antara Canonical Correlation Analysis CCA dan Principal Component Analysis PCA. Metode ini bertujuan untuk membentuk komponen yang dapat menangkap informasi dari peubah bebas untuk memprediksi peubah respon. PLS terfokus pada kovarians diantara peubah bebas dan peubah tak bebas. Model yang dihasilkan akan mengoptimalkan hubungan prediksi antara dua komponen peubah. Metode ini terdiri dari dua tahapan, yaitu tahap building set membangun model dan prediction set validasi Fitriani 2010. Proses penentuan model pada metode kuadrat terkecil parsial dapat dilakukan secara iterasi dengan melibatkan keragaman peubah x dan y. Struktur ragam dalam y akan mempengaruhi komponen kombinasi linier dalam x, dan sebaliknya Bilfarsah 2005.

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai Maret – November 2010 di Laboratorium Klimatologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor serta CCROM SEAP Center for Climate Risk Management in Southeast Asia and Pacific Baranangsiang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dengan beberapa perangkat lunak software penunjang seperti Microsoft Office 2007, Minitab 14, dan Arc View 3.3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan keluaran CMORPH periode tahun 2003 sampai 2008. Data tersebut diperoleh dari http:cpc.ncep.noaa.gov. Data curah hujan observasi harian periode tahun 2003 sampai 2008 untuk Stasiun Simpang Tiga, Pekanbaru dan Stasiun Dabo Singkep. Data tersebut diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG Jakarta. Data curah hujan observasi harian periode tahun 2003 sampai 2008 untuk stasiun Kijang, Tanjung Pinang dan Stasiun Japura Rengat. Data tersebut bersumber pada data yang dipertukarkan di bawah WMO yang dipublikasikan oleh NCDC-NOAA-USA.

3.3 Wilayah Kajian

Penelitian dilakukan dengan wilayah kajian meliputi empat titik pengamatan yang mewakili pola hujan ekuatorial, yaitu Pekanbaru dan Japura Rengat di Provinsi Riau serta Tanjung Pinang dan Dabo Singkep di Kepulauan Riau. Tabel 1. Lokasi wilayah kajian 3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Metode Pengumpulan Data dan Ekstraksi Data Satelit Data satelit yang digunakan untuk pembangunan model statistical downscaling adalah data CMORPH CPC MORPHing Technique dengan periode harian dan memiliki resolusi 0.25 o lintang bujur. Data ini dapat diperoleh dengan mengakses situs CPC NOAA melalui http:cpc.ncep.noaa.gov. Data tersebut tersimpan dalam format .zip sehingga dilakukan proses ekstraksi terlebih dahulu untuk menterjemahkan informasi dari raw data menjadi informasi numerik sehingga dapat dibaca oleh model numerik. Selanjutnya dilakukan koreksi geometrik terhadap data tersebut sehingga koordinat lintang dan bujurnya sesuai dengan koordinat bumi yang sebenarnya Oktavariani 2008. 3.4.2 Metode Pengolahan Data Data CMORPH memberikan gambaran curah hujan estimasi secara global sehingga diperlukan tahap cropping untuk memperoleh data pada beberapa titik tertentu yang sesuai Bujur Lintang Simpang Tiga, Pekanbaru 101 o 26’ BT 00 o 28’ LU 31 Kijang, Tanjung Pinang 104 o 32’ BT 00 o 55’ LU 17 Japura Rengat 102 o 19’ BT 00 o 20’ LS 19 Dabo Singkep 104 o 35’ BT 00 o 29’ LS 29 Stasiun Posisi Ketinggian m dengan peubah bebas sangat diperhatikan. Pendugaan yang dilakukan tidak bermakna jika prediktornya saling berkorelasi atau multikolinieritas Bilfarsah 2005. Multikolinieritas merupakan hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua peubah bebas dari model regresi berganda. Multikolinieritas yang tinggi akan menyebabkan koefisien regresi yang diperoleh tidak unik Fitriani 2010. Salah satu cara untuk mengatasi masalah multikolinieritas yang terjadi adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil parsial Partial Least SquarePLS. Metode kuadrat terkecil parsial merupakan soft model yang dapat menjelaskan struktur keragaman data dengan menggeneralisasi dan menggabungkan antara motode analisis faktor, principal component analysis, dan multiple regression Abdi 2007. Metode kuadrat terkecil parsial dapat dilihat sebagai dua bentuk yang saling berkaitan antara Canonical Correlation Analysis CCA dan Principal Component Analysis PCA. Metode ini bertujuan untuk membentuk komponen yang dapat menangkap informasi dari peubah bebas untuk memprediksi peubah respon. PLS terfokus pada kovarians diantara peubah bebas dan peubah tak bebas. Model yang dihasilkan akan mengoptimalkan hubungan prediksi antara dua komponen peubah. Metode ini terdiri dari dua tahapan, yaitu tahap building set membangun model dan prediction set validasi Fitriani 2010. Proses penentuan model pada metode kuadrat terkecil parsial dapat dilakukan secara iterasi dengan melibatkan keragaman peubah x dan y. Struktur ragam dalam y akan mempengaruhi komponen kombinasi linier dalam x, dan sebaliknya Bilfarsah 2005.

III. METODOLOGI