Hukumnya ya haram berhubungan intim dengan istri yang ang sedang

14. Hukumnya ya haram berhubungan intim dengan istri yang ang sedang

haid Bercampur d 44 r dengan istri yang sedang haid adalah hukumnya ya haram

berdasarkan denga gan firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 2 at 222.

"Mereka b bertanya kepadamu (Muhammad) tentan tang haid. Katakanlah, 45) ah, 'Haidh itu adalah kotoran. ' Oleh se sebab itu

hendaklah k h kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu ha haid, dan

HR.Muslim (1/171 71), AbuAwanah (1/278) dan Ahmad (6/73,149) 44 Asy-Syaukani dalam lam kitab Fathul Qadir (1/200) berkata, "Tidak ada perbedaaa aaan pendapat

antara para ulama da dalam pengharaman bersetubuh dengan wanita (istri) haid, dan i n ini termasuk sesuatu yang dapat d at diketahui dari agama tanpa membutuhkan dalil."

Sesuatu yang mengo ngotori wanita. Ditafsirkan oleh Al Qurthubi (3/85) dan lainnya ya dengan bau darah haidh. Dan Sa Sayyid Rasyid Ridha berkata (2 \ 362 ), "Mengambil dengan z n zhahir ayat, telah ditetapkan oleh leh kedokteran, tidak perlu memalingkannya kepada makna lain lain, dan yang dimaksud dengan p n perkataan itu adalah bahaya jasmani (penyakit)." Ia berkata, " a, "Mendatangi mereka (wanita haid aid) merupakan sebab datangnya penyakit dan bahaya. Kalau jen jenis laki-laki selamat dari penyaki akit itu, maka hampir tidak ada seorang wanitapun yang selamat d t dari penyakit itu, kerena mendatan tanginya mengganggu anggota peranakan dalamnya, di samping i g ia tidak siap untuk itu dan tidak m k mampu melaksanakannya, karena kesibukan anggota itu denga ngan tugas lain yang sudah terbiasa, y a, yaitu mengeluarkan darah, sebagaimana kita ketahui".

80 —Cincin in Pinangan 80 —Cincin in Pinangan

yang diperintahkan oleh leh Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang y g yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."

Hal ini juga banyak diteran rangkan dalam hadits-hadits Rasulullah SAW antara lain:

a. Dalam hadits shahih hih disebutkan,

"Barangsiapa menggau gauli (istrinya) yang sedang haid, atau berhubungan intim pad pada duburnya atau menanyakan pada seorang peramal, ke kemudian membenarkan apa yang dikatakannya, maka ora orang itu telah kafir dengan apa yang

diturunkan kepada Muha 47 hammad."

b. Dari Anas bin Malik, k, ia berkata, "Orang-orang Yahudi apabila istrinya sedang haid, m , mereka dikeluarkannya dari rumah. Mereka tidak diperbolehkan u n untuk makan minum bersama anggota

keluarga yang lainnya, 48) ya, dan dikucilkan dari rumah. Kemudian ada yang bertanya kepa pada Rasulullah mengenai hal itu, lalu Allah

menurunkan ayat terseb sebut untuk memberi penj elasan, "Mereka bertanya k kepadamu (Muhammad) tentang haid.

Katakanlah, 'Haidh h itu adalah kotoran.' Oleh sebab itu hendaklah kamu men enjauhi diri dari wanita di waktu haid." Sampai akhir ayat ini. ( i. (Qs. Al Baqarah (2): 222). Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Berk erkumpullah dengan mereka (wanita haid) dalam rumah dan berb erbuatlah apa saja dengan mereka selain

46 Maksudnya berhentinya darah, dan hal hal itu bukan hal yang dapat dilakukan dengan wanita. Lain hal dengan bersuci, sebagaimana dala alam firman-Nya, "Apabila mereka telah bersuci... " dan

bersuci termasuk perbuatan mereka ka (wanita); yaitu menggunakan air, dan akan datang penjelasannya pada permasalahan (17 (17).

47 Hadits shahih, diriwayatkan oleh seluru luruh pemilik kitab Sunan dan selain mereka, sebagaimana telah diterangkan dalam masalah (6). ).

48 Tidak menggaulinya.

Cincin Pinangan— 81 Cincin Pinangan— 81

mereka." 49

15. Kafarat orang yang menjima' istrinya dalam keadaan haid Jika seorang suami terlanjur bercampur dengan istrinya, sedang sang

istri dalam keadaan haid, maka si suami wajib mengeluarkan shadaqah. Keterangan tentang hal itu ada dalam hadits Abdullah bin Abbas, dari Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda, "Bershadaqah dengan satu

atau setengah dinar." 50)

49 HR. Muslim, Abu Awanah dalam kitab Shahih keduanya, dan Abu Daud (250) dari kitab Shahih-nya dan itulah lafazhnya.

50 Hadits ini diriwayatkan oleh seluruh pemilik kitab Sunan dan Thabrani dalam kitab AlMu 'jam AlKabir (3/14/1 dan 146/1 dan 148/2 ), Ibnu Al Arabi dalam Mu'jam (15/1 dan49/l), Ad-

Darimi, Al Hakim dan Al Baihaqi dengan isnad shahih, sesuai dengan syarat Al Bukhari, dan dishahihkan oleh Al Hakim, dan disetujui oleh Adz-Dzahabi, Ibnu Daqiq Al 'Ied, Ibnu Turkama Ibnu Al Qayyim, dan Ibnu Hajar AI Asqalani, sebagaimana telah saya terangkan dalam kitab Shahih Sunan Abu Daud (256), dan juga disetujui oleh Ibnu Al Mulaqqin dalam kitab Khulashah Al-Badr Al Munir. Hadits ini telah dikuatkan oleh Imam Ahmad, dan menjadikannya sebagai madzhabnya, Abu Daud berkata dalam kitab, AlMasa 'il (26), "Saya mendengar Ahmad ditanya tentang seseorang yang mendatangi istrinya yang sedang dalam keadaan haid? ia menjawab, "Alangkah bagusnya hadits Abdul Hamid dalam permasalah ini! (saya katakan bahwa yang dimaksud adalah hadits ini), saya bertanya, "Kamu bermadzhab dengan hadits ini? ia menjawab, "Ya, dan melakukan hal tersebut dikenakan kafarat." Saya bertanya, "Satu dinar atau setengan dinar? Ia menjawab, "Bagaimana saja maunya." Banyak dari ulama salaf yang bermadzhab serta mengamalkan hadits ini. Telah disebutkan nama-nama mereka oleh Asy-Syaukani dalam kitab An-Nail (1/244), dan ia mengutamakannya. Saya katakan, "Mungkin pemberian pilihan antara satu dinar dan setengah dinar kembali kepada kondisi orang yang mengeluarkannya, apakah ia orang yang mampu atau orang yang

Cincin Pinangan 82 —