HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Black Site

Untuk menentukan black site digunakan metode Z-score. Z-score adalah bilangan Z atau bilangan standar atau bilangan baku. Z-score digunakan untuk membakukan data angka kecelakaan masing-masing ruas jalan agar dapat dibandingkan antara kecelakaan di suatu ruas jalan yang satu terhadap ruas jalan yang lain. Perhitungan Z-score menggunakan hasil perhitungan angka kecelakaan lalu lintas. Setelah dihitung Z-score untuk pertumbuhan angka kecelakaan pada tahun terakhir yaitu 2010, selanjutnya dibuat grafik. Dengan menggunakan grafik tersebut dapat diidentifikasikan suatu ruas jalan yang memilki daerah rawan kecelakaan.

Nilai rata-rata ( X ) adalah jumlah rata-rata angka kecelakaan dibagi dengan jumlah data, dimana jumlah rata-rata angka kecelakaan sebesar 12.372 dan jumlah data adalah 205 ruas jalan. Perhitungan lebih detail dapat dilihat pada Lampiran C, Tabel C.1.

b.Mencari Standar Deviasi

2 S= ∑

Nilai Standar deviasi (S) adalah akar dari jumlah kuadrat dari rata-rata angka kecelakaan per tahun didikurangi rata-rata angka kecelakaan dibagi jumlah data, dimana jumlah kuadrat rata-rata angka kecelakaan per tahun dikurangi rata- rata angka kecelakaan sebesar 8.823.721,4 dan jumlah data adalah 205 ruas jalan. Perhitungan lebih detail dapat dilihat pada lampiran C, Tabel C.1.

2. Perhitungan Z-score Untuk Angka Kecelakaan Tahun 2010

a. Mencari Rata-Rata Data

∑ X 14 . 130 , 0 X = = = 68,93

n 205

Nilai rata-rata ( X ) adalah jumlah angka kecelakaan tahun 2010 dibagi dengan jumlah data, dimana jumlah angka kecelakaan tahun 2010 sebesar 12.130 dan jumlah data adalah 205 ruas jalan. Perhitungan lebih detail dapat dilihat pada

Lampiran C, Tabel C.2.

b. Mencari Standar Deviasi

∑ ( X − X ) 2 14 . 748 . 319 , S= 9 = = 268,22

205

c. Mencari Z i

Z= 68 , i 93 = = 12,54

X i − X 3 . 432 −

Nilai Z-Score ( Z ) adalah rata-rata angka kecelakaan tahun 2010 dikurangi i

rata-rata angka kecelakaan dibagi standard deviasi, dimana dalam contoh perhitungan ini diambil ruas jalan Bypass Ngurah rai dengan nilai rata-rata angka kecelakaan sebesar 3.432, nilai rata-rata angka kecelakaan sebesar 68,93 dan nilai standard deviasi sebesar 268,22. Perhitungan lebih detail dapat dilihat pada

Lampiran C, Tabel C.2.

Gambar 5.1 menunjukkan bahwa ruas jalan yang memiliki pertumbuhan angka kecelakaan per tahun dan angka kecelakaan pada tahun 2010 tertinggi atau terletak di kuadran A adalah ruas jalan Bypass Ngurah Rai, ruas jalan Imam Bonjol dan ruas jalan Gatot Subroto. Ruas – ruas jalan tersebut dapat

KETE ERANGAN

Jln byp pass ngurah rai 12,00

jln cok kroaminoto Jln Gat tot subroto Jln ima am bonjol

10,00 jln sese etan

jln teu ku umar 8,00

Kecelakaan

jln wr s supratman jln cok k tresna

Angka

6,00 Jln dan nau tamblingan

jln di p ponogoro 4,00

Jln hay yam wuruk

Pertumbuhan

jln pup putan renon 2,00

‐Score

jln sun set road

jln nus sa kambangan 0,00

jln arju una ‐2,00

jln any yelir ‐2,00

Z Z ‐Score Angka Kece lakaan Tahun 2010 0

Gambar 5 5.1 Grafik Black k Site Pada Ruas s – Ruas Jalan D i Kota Denpasar r

S umber : Hasil Anal lisis, 2011

5.2 Analisis Black Spot

Black spot adalah titik pada ruas yang rawan kecelakaan (black site). Untuk menentukan black spot digunakan metode cusum. Cusum merupakan suatu prosedur statistik standar untuk mendeteksi perubahan kecil dari nilai mean. Hasil dari perhitungan dengan metode cusum dibuat dalam bentuk grafik cusum. Dari grafik tersebut dapat diketahui titik mana pada ruas jalan yang merupakan titik rawan kecelakaan atau black spot.

Dari analisis black site sebelumnya didapat ruas jalan yang rawan kecelakaan (black site) adalah ruas jalan Bypass Ngurah rai, ruas jalan Gatot Subroto dan ruas jalan Imam Bonjol yang memiliki nilai Z-Score tertinggi. Untuk analisis black spot dibatasi pada ruas jalan tersebut mengingat ruas-ruas tersebut teridentifikasi sebagai black site di Kota Denpasar.

Perhitungan nilai cusum disajikan dalam bentuk tabel. Adapun contoh perhitungan nilai cusum pada ruas jalan Bypass Ngurah Rai adalah sebagai

Nilai Mean (W) adalah jumlah kecelakaan dibagi stasioning dikali waktu/periode, dimana jumlah kecelakaan yang terjadi di ruas jalan Bypass Ngurah Rai sebanyak 236 kecelakaan, jumlah stasion 17 stasion dan waktu selama

5 tahun yaitu dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Perhitungan lebih detail dapat dilihat pada Lampiran D, Tabel D.1.

2. Mencari Nilai Cusum Kecelakaan Tahun Pertama ( S) 0

Perhitungan untuk mencari nilai cusum kecelakaan tahun pertama adalah dengan mengurangi jumlah kecelakaan tiap tahun dengan nilai mean, yaitu:

W = (2-2,78)

= -0,78

Nilai Cusum kecelakaan tahun pertama ( S ) adalah jumlah kecelakaan tiap 0

Nilai Cusum kecelakaan tahun selanjutnya ( S 1 ) adalah nilai Cusum kecelakaan tahun pertama ditambah jumlah kecelakan dikurangi nilai mean,

dimana nilai Cusum kecelakaan untuk tahun pertama sebesar (-0,78), nilai jumlah kecelakaan tahun kedua pada stasion pertama yang terjadi di ruas jalan Bypass Ngurah rai sebanyak 2 kecelakaan dan nilai mean 2,78. Perhitungan Cusum dilakukan tiap tahun dari tahun 2006 sampai yahun 2010 pada setiap stasion, perhitungan lebih detail dapat dilihat pada Lampiran D, Tabel D.1. Hasil dari perhitungan cusum tersebut disajikan dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara nilai cusum dengan tahun terjadinya kecelakaan lalu lintas.

5.2.1 Analisis Black Spot Pada Ruas Jalan Bypass Ngurah Rai

Gambar 5.2 memperlihatkan grafik hubungan antara tahun terjadinya kecelakaan dengan nilai cusum pada ruas jalan Bypass Ngurah rai. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa stasioning yang teridentifikasi sebagai lokasi titik

20 009 2 2010 St ta 0 ‐ Sta 1

‐6, ,106 ‐5 5,882 St ta 1 ‐ Sta 2

0, 894 0, ,118 St ta 2 ‐ Sta 3

1, 894 5, ,118 St ta 3 ‐ Sta 4

‐6, ,106 ‐6 6,882 St ta 4 ‐ Sta 5

Adapun deskripsi untuk kondisi ruas jalannya adalah sebagai berikut :

1. Ruas jalan Bypass Ngurah Rai tergolong jalan utama dan memiliki panjang 16,466 kilometer.

2. Ruas jalan pada kilometer 7,000 – kilometer 8,000 adalah ruas jalan dengan rata – rata kondisi lurus beraspal dan kondisi permukaan jalan rata, serta kondisi disekitarnya merupakan daerah pemukiman penduduk, travel dan furniture.

3. Lebar rata-rata jalan 7,5 meter dan terdapat median 2 meter dengan kemiringan melintang antara 2% sampai 3%.

4. Lebar rata-rata bahu jalan pada sisi kiri dan kanan jalan adalah 1,5 meter.

5. Termasuk jalan yang sering dilalui oleh kendaraan angkutan berat, kendaraan umum bus dan kendaraan ringan.

Untuk deskripsi kecelakaan yang sering terjadi:

3. Pada km 7,700 sampai km 7,800 di daerah lurus terjadi 7 kecelakaan dengan didominasi oleh kecelakaan out of control (OC) dan tabrakan muka dengan belakang (RE). Waktu kecelakaan terjadi pada siang dan malam hari, tahun 2010 waktu proyek DSDP dilaksanakan. Kecelakaan disebabkan karena kendaraan menghindari kerusakan jalan yang disebabkan oleh DSDP.

4. Kurangnya kesadaran masyarakat pengguna jalan untuk tertib dalam berlalu lintas.

Usulan penanganan.

1. Pemasangan pita penggaduh sebelum lokasi kecelakaan pada simpang danau Tempe, yaitu pada km 7,080 agar pengendara lebih berhati-hati. Dengan adanya pemasangan pita penggaduh diharapkan dapat mengurangi jumlah kecelakaan.

2. Pemasangan pita penggaduh sebelum lokasi kecelakaan sebelum daerah memutar balik (U turn) agar pengendara lebih berhati-hati dan penambahan

5.2.2 Ana alisis Black k Spot Pada a Ruas Jala an Gatot Su ubroto

Gam mbar 5.3 m memperliha atkan grafik k hubunga an antara t tahun terja dinya kecelakaan n dengan ni ilai cusum p pada ruas ja alan Gatot s subroto. Dar ri grafik ter rsebut dapat dike etahui bahw wa stasionin ng yang ter ridentifikasi i sebagai lo okasi titik r rawan kecelakaan n adalah pa ada Sta 4 – Sta 5 yang terletak did daerah gato ot subroto te engah adalah ad dalah pada kilometer 4,000 – k kilometer 5 5,000 deng gan nilai c cusum tertinggi a adalah sebes sar 16,111.

20,00 00

15,00 00

10,00 00

5,00 00

CUSUM

0,00 00

‐5,00 00

Adapun deskripsi untuk kondisi ruas jalannya adalah sebagai berikut :

1. Ruas jalan Gatot Subroto tergolong jalan kolektor dan memiliki panjang 8,5 kilometer.

2. Ruas jalan pada kilometer 4,000 – kilometer 5,000 adalah ruas jalan dengan kondisi lurus beraspal dan kondisi permukaan jalan rata, serta kondisi disekitarnya merupakan daerah pemukiman penduduk.

3. Lebar rata-rata jalan 8,0 meter dengan kemiringan melintang antara 2% sampai 3%.

4. Lebar rata-rata bahu jalan pada sisi kiri dan kanan jalan adalah 1,5 meter.

5. Termasuk jalan yang sering dilalui oleh kendaraan angkutan berat, kendaraan umum bus dan kendaraan ringan.

Untuk deskripsi kecelakaan yang sering terjadi:

1. Pada km 4,130 sampai km 4,330 yaitu di daerah lurus terjadi 12 kecelakaan

oleh jenis kendaraan yang melibatkan sepeda motor dengan sepeda motor dan sepeda motor dengan mobil.

3. Pada km 4,800 di daerah depan SMP 10 Denpasar terjadi 5 kecelakaan dengan didominasi oleh kecelakaan tabrakan pada saat menyalip (SS). Waktu kecelakaan terjadi pada siang hari, Jenis kecelakaan yang terjadi didominasi oleh jenis kendaraan yang melibatkan sepeda motor dengan sepeda motor dan sepeda motor dengan pejalan kaki.

4. Kurangnya kesadaran masyarakat pengguna jalan untuk tertib dalam berlalu lintas.

Usulan penanganan.

1. Pemasangan rambu peringatan yang digunakan untuk menyatakan tempat berbahaya, yang ditempatkan sekurang-kurangnya 50 meter atau pada jarak tertentu sebelum memasuki km 7,080 dan menambahkan lampu penerangan

4. Memberikan penyuluhan keselamatan berlalu lintas kepada masyarakat agar selalu berhati-hati dalam berkendara dan mentaati semua peraturan lalu lintas yang ada.

5.2.3 Analisis Black Spot Pada Ruas Jalan Imam Bonjol

Gambar 5.4 memperlihatkan grafik hubungan antara tahun terjadinya kecelakaan dengan nilai cusum pada ruas jalan Imam Bonjol. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa stasioning yang teridentifikasi sebagai lokasi titik rawan kecelakaan atau black spot adalah pada Sta 0 – Sta 1. Sta 0 – Sta 1 terletak didaerah sekitar Balai Lathan Kerja (BLK) yaitu pada kilometer 0,000 sampai kilometer 1,000 dengan nilai cusum tertinggi adalah sebesar 19,143.

Cusum

2. Ruas jalan pada kilometer 0,000 – kilometer 1,000 adalah ruas jalan dengan kondisi menikung beraspal dan kondisi permukaan jalan rata, serta kondisi disekitarnya merupakan daerah pemukiman penduduk dan salah satu jalan menuju tempat pariwisata.

3. Lebar rata-rata jalan 8,0 meter dengan kemiringan melintang antara 2% sampai 3%.

4. Lebar rata-rata bahu jalan pada sisi kiri dan kanan jalan adalah 1,0 meter.

5. Termasuk jalan yang sering dilalui oleh kendaraan angkutan berat, kendaraan umum bus dan kendaraan ringan.

Untuk deskripsi kecelakaan yang sering terjadi:

1. Pada km 0,200 didepan Balai Latihan Kerja (BLK) terjadi 11 kecelakaan yang didominasi oleh kecelakaan tabrakan depan dengan depan (HO) dan tabrakan muka dengan samping (RA). Waktu kecelakaan terjadi pada siang hari dan

kendaraan yang melibatkan sepeda motor dengan sepeda motor dan sepeda motor dengan mobil.

3. Pada km 0,720 sampai km 0,800 yaitu didaerah lurus yang terdapat jalan akses menuju jalan nakula terjadi 3 kecelakaan yang didominasi oleh kecelakaan tabrakan muka dengan belakang (RE) dan tabrak lari (Hit and run). Waktu kecelakaan terjadi pada pagi hari, Jenis kecelakaan yang terjadi didominasi oleh jenis kendaraan yang melibatkan sepeda motor dengan mobil.

4. Kurangnya kesadaran masyarakat pengguna jalan untuk tertib dalam berlalu lintas.

Usulan penanganan.

1. Pemasangan pita penggaduh dan rambu peringatan kecelakaan sebelum lokasi kecelakaan di depan Balai Latihan Kerja (BLK), sebelum km 0,200 agar pengendara lebih berhati–hati mengemudikan kendaraannya. Dengan adanya

4. Memberikan penyuluhan keselamatan berlalu lintas kepada masyarakat agar selalu berhati-hati dalam berkendara dan mentaati semua peraturan lalu lintas yang ada.

5.3 Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Di Persimpangan

Persimpangan merupakan suatu titik pertemuan beberapa buah arus lalu lintas, sehingga terjadi konflik pada kendaraan bermotor dengan kendaraan yang lain maupun pejalan kaki. Konflik pada persimpangan dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas yang akhirnya menimbulkan korban jiwa.

Analisis persimpangan pada ruas jalan kota Denpasar berdasarkan data lalu lintas yang terjadi selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Pertama dilakukan perhitungan terhadap angka kecelakaan pada masing – masing persimpangan.

Angka kecelakaan lalu lintas adalah suatu angka yang menunjukkan

Nilai rata-rata ( X ) adalah jumlah rata-rata angka kecelakaan dibagi dengan jumlah data, dimana jumlah rata-rata angka kecelakaan sebesar 873,2 dan jumlah data adalah 62 ruas persimpangan. Perhitungan lebih detail dapat dilihat pada Lampiran C, Tabel C.3.

b. Mencari standar deviasi

S= ∑ ( X − X ) =

Nilai Standar deviasi (S) adalah akar dari jumlah kuadrat dari rata-rata angka kecelakaan per tahun didikurangi rata-rata angka kecelakaan dibagi jumlah data, dimana jumlah kuadrat rata-rata angka kecelakaan per tahun dikurangi rata- rata angka kecelakaan sebesar 12.218,52 dan jumlah data adalah 62 persimpangan. Perhitungan lebih detail dapat dilihat pada lampiran C, Tabel C.3.

dan nilai standard deviasi sebesar 14,038. Perhitungan lebih detail dapat dilihat pada Lampiran C, Tabel C.3.

5.3.2 Perhitungan Z-score untuk angka kecealakaan tahun 2010

a. Mencari rata-rata data

X 668

= 10,77

n 62 Nilai rata-rata ( X ) adalah jumlah rata-rata angka kecelakaan dibagi dengan jumlah data, dimana jumlah rata-rata angka kecelakaan sebesar 668 dan

jumlah data adalah 62 ruas persimpangan. Perhitungan lebih detail dapat dilihat pada Lampiran C, Tabel C.4.

b. Mencari standar deviasi

c. Mencari Z i

X i − X 85 −

Z= 10 i , = 77 = 3,45

Nilai Z-Score ( Z ) adalah rata-rata angka kecelakaan per tahun dikurangi i

rata-rata angka kecelakaan dibagi standard deviasi, dimana dalam contoh perhitungan ini diambil persimpangan Tohpati-Sanur dengan nilai angka kecelakaan per tahun sebesar 85, nilai rata-rata angka kecelakaan sebesar 10,77 dan nilai standard deviasi sebesar 21,505. Perhitungan lebih detail dapat dilihat

pada Lampiran C, Tabel C.4.

Perhitungan selanjutnya mengenai Z-score untuk pertumbuhan angka kecelakaan per tahun dan Z-score untuk angka kecelakaan tahun 2010 untuk persimpangan jalan dapat dilihat pada lampiran C.3 dan C.4. gambar 5.5 menunjukkan bahwa simpang yang diidentifikasikan rawan kecelakaan memiliki Z-score untuk pertumbuhan angka kecelakaan per tahun dan angka kecelakaan

4, ,00

Keteranga n

3, ,50 jln s simpang Tohp ati

3, ,00 jln s simpang 4 sun nset road dan imam bonjol

2, ,50 jln s simpang 4 cok kroaminoto ‐ gat tsu

Kecelakaan

2, ,00 jln s simpang 6 teu ku umar

Angka

1, ,50 jln s simpang cok tr resna ‐ letd a reta

1, ,00

Pertumbuhan

jln s simpang gatsu u ‐ kenyeri 0, ,50

Z ‐Score

jln b bypass simpan ng 4 0, ,00

sang ggaran ‐1,00

Z ‐Score Angka Kecela akaan Tahun 2 2010

3. Terdapat median jalan dengan lebar 2 meter sebagai pembatas antar 2 jalur jalan yang berlawanan arah.

4. Prasarana jalan seperti traffic lights, lampu penerangan jalan dan rambu – rambu penunjuk arah tersedia dengan lengkap.

5. Keberadaan marka jalan sebagai pembatas bahu jalan dengan lajur kendaraan dan marka lambang pada lajur – lajur jalan baik berupa tanda anak panah maupun tulisan, yang bertujuan untuk menyatakan pemisah arus lalu lintas sebelum mendekati persimpangan terlihat dengan jelas.

6. Di lokasi juga telah tersedia fasilitas bagi pejalan kaki seoerti zebra cross dan trotoar sehingga konflik bagi penyebrang jalan jarang terjadi.

7. Termasuk persimpangan jalan yang sering dilalui oleh kendaraan angkutan berat, kendaraan ringan, kendaraan umum bus dan sepeda motor.

Deskripsi Kecelakaan :

Upaya yang dilakukan guna menekan angka kecelakaan adalah:

1. Pengawasan terhadap pelanggaran yang lebih ketat pada persimpangan Tohpati - Sanur

2. Memberikan penyuluhan keselamatan berlalu lintas kepada masyarakat agar selalu berhati-hati dalam berkendara dan mentaati semua peraturan lalu lintas yang ada.

5.4 Penyusunan Program Database Berbasis SIG

Dalam SIG File data yang digunakan adalah berasal dari data sekunder eksisting dari perangkat lunak AutoCad. Konversi dari file gambar (drawing/ *.dwg) ke file drawing interchange (*.dxf) adalah dengan menggunakan perintah ‘dxfout’ di AutoCad. Di dalam pemberian data atribut di ArcInfo adalah hampir menyerupai pada perangkat lunak basisdata DBASE. Sehingga mengenal kedua jenis perangkat lunak tersebut (AutoCad) dan DBASE (seperti DBASE III+, atau