Nasionalisme dalam Ajaran Paguyuban Penghayat Kapribaden

78 BAB III PENYAJIAN DATA, DAN ANALISISNYA SERTA TEMUAN PENELITIAN

A. Nasionalisme dalam Ajaran Paguyuban Penghayat Kapribaden

Dogma dalam Paguyuban Penghayat Kapribaden, secara universal mengajarkan beberapa persoalan, diantaranya yakni terkait konsepsi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, konsepsi tentang manusia yang terdiri dari pengahayatan wujud manusia secara hakiki, asal, proses dan komposisi raga, konsepsi tentang kosmos alam semesta, dan konsepsi tentang kesempurnaan. Dapat dipahami sebagai pola hierarki teologi dari thoesentris, antroposentris dan kosmos. Yang dalam terminologi kadhang disebut sebagai kasunyatan gelar klawan gulung. 1 Secara eksplisit memang dalam tubuh doktrin Kapribaden tidak ada lokus yang spesifik mempresentasikan tentang konsep nasionalisme. Namun bukan berarti secara permisif dapat membuat simpulan dini bahwa doktrin Paguyuban Penghayat Kapribaden hanya memusatkan pada pengolahan rasa dalam bahasa jawa disebut roso sama dengan batin, jiwa, spiritual, sehingga secara terburu-buru terjerembab dengan sarkastik menyebutkan tidak adanya koherensi antara konsep tentang nasionalisme dengan doktrin Kapribaden. Dalam pedoman Paguyuban Penghayat Kapribaden secara personal mendefinisikan diri bahwa Kapribaden adalah laku kasampurnan manunggal 1 Wawancara dengan Yuli Spriamantoko Ketua Paguyuban Penghayat Kapribaden pada tanggal 10 November 2016 disertai Mijil, yaitu suatu aktivitas spiritual menembah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjalani laku suci-laku bener yang semata-semata ditunjukan untuk mencari restu izin Tuhan Yanh Maha Esa, sehingga kehendak kawula bisa selalu selaras dengan karsa Tuhan Yang Maha Esa. Maka pada waktu melakukan Mijil itulah seorang kawula berusaha bisa mengetahui merasakan apa karsa Gusti-Nya. Jadi bukan menuruti pikiran sendiri karsa raga, melainkan karsa Gusti-Nya sang Ingsun-Nya. Kalau itu bisa dilakukan dengan baik dan benar, diperolehlah Hidup tenteram. 2 Bapak Yuli Supriamantoko menegaskan bahwa terdapat bukti konkret yang mengindikasikan atas adanya konsep nasionalisme dalam doktrin Kapribaden, diantaranya terdeskripsikan dari laku guyub rukun, bahkan secara signifikan terdapat pula hari peringatan turunnya sabda guyub rukun. Laku hidup guyub rukun memang menjadi doktrin yang sangat penting dalam menjalani kontinuitas ritus kehidupan sehari-hari. Karena menjalani hidup berasaskan pada guyub rukun berarti menuju satu titik cerah bersosial tenteram, damai bersahaja. Terminologi guyub rukun dalam kategorisasi wacana doktrin nasionalisme dalam tubuh Paguyuban Penghayat Kapribaden nyatanya tidak berdiri tunggal, melainkan selalu disandingkan dan dikoherensikan dengan istilah lain. Diantara istilah tersebut ialah manunggal, dan konsep pangumbahing rogo sabar, nerimo, ngalah, welas-asih dan ikhlas. 2 Sebagaimana yang terdapat dalam pedoman Paguyuban Penghayat Kapribaden yang ditulis oleh Indrajit Haryanto, Sarasehan 28 Mei 2007 Wiyosan Romo Malam Senin Pahing, Cilacap: dokumen tidak dipunlikasikan, 1977, hlm. 2 Manunggal itu laku guyub rukun, artinya semua pihak harus berdamai, harus ada roso mulung. Raga harus sabar-narimo-eklas sabar- menerima-ikhlas dan berani mengalah. Karena ini laku manunggal. Supaya apa? Supaya beroleh rasa yaitu rasa tentrem. 3 Dawuh Romo dina Senen Legi malem Seloso Pahing jam 22: 00 Sabda Romo hari Senin Legi malam Selasa Pahing, tanggal 30 Oktober 1966: Opo sebabe manunggal? Sebab nyoto, yen ora manunggal mesti mati. Lamun urip ora manunggal lan ragane pasti mati. Bukti nyoto lamun badan ora manunggal pasti mati. Sing bener iku sing nyoto. Yen ora nyoto ategese ora bener. Urip iku Adil iku nyoto. Yen mbedak-mbedakake pasti rusak. Mulane yen ono wong kang gelem takon iku tegese demen seneng. Yen ora seneng, ora gelem takon. Ojo mung nggugoni jare kudu bukti. Bagian-bagian badan, senajan bedo-bedo jeneng lan bentuk nanging ugo manunggal. Lamun tan maunggal jagad pasti rusak. Lamun jagad tan maunggal ing tuwuh-manuwuh ing jagad iku pasti jagad rusak tan ono tuwuh-tuwuhan lan sapanunggalane. Lamuntuwuh-manuwuh lan unsur-unsuring jagad datan manunggal ing mahkluk ing sak indenging jagad Royo, pasti ora ono mahkluk. Lamun rakyat ing negoro ngendi wae ora manunggalake kersane lan nganggo kersane dewe-dewe tanpo ono kang dimanunggalake. Negoro iku pasti rusak. Manunggal iku kersane urip. Urip kuasane obah. Obahe urip iku adil. Ora mandang bulu, sing sugih, yo sing miskin, bongso opo wae diobahake urip. Senajan sopo wae yen dioncati urip mesti mati. Mulane urip jan manunggal iku nyoto-nyoto iku bener, kudu bukti. 4 Apa sebabnya manunggal? Sebab nyata, kalau tidak manunggal pasti mati. Kalau urip tidak manuggal dan raganya pasti mati. Bukti nyata kalau badan tidak manunggal pasti mati. Yang demikian itu yang nyata. Kalau tidak nyata artinya tidak benar. Urip itu adil, itu 3 Terpaparkan dalam pedoman Paguyuban Penghayat Kapribaden, Indrajit Haryanto, Sarasehan 28 Mei 2007, Wiyosan Romo Malam Senin Pahing, Cilapacap: dokumen tidak dipublikasi, 1970, hlm. 23 4 Dokumen panduan paguyuban kapribaden yang ditulis di Jakarta, 11 Januari 1986. nyata. Kalau membeda-bedakan pasti rusak. Oleh sebab itu kalau ada orang yang ingin bertanya itu tandanya senang. Kalau tidak senang, tidak ingin bertanya. Jangan hanya percaya katanya, tapi harus terbukti. Bagian-bagian badan, meskipun beda-beda nama dan bentuk tapi tetap manunggal. Kalau tidak manunggal jagad pasti rusak. Kalau jagad tidak manunggal dengan tumbuh-tumbuhan di jagad itu pasti jagad rusak, tidak ada tumbuh-tumbuhan dan sejenisnya. Kalau tumbuh-tumbuhan dan unsur-unsurnya jagad tidak manunggal di makhluk di seluruh jagad raya, pasti tidak ada makhluk. Kalau rakyat di negara mana saja tidak menyatukan kehendaknya dan menggunakan kehendaknya masing-masing tanpa ada yang disatukan. Negara itu pasti rusak. Manunggal itu kehendaknya urip. Urip kuasanya gerak. Geraknya urip itu adil. Tidak memandang kasta, yang kaya, ya yang miskin, bangsa apa saja digerakan oleh urip. Meskipun siapa saja kalau ditinggal urip pasti mati. Oleh sebab itu urip dan manuggal itu nyata-nyata itu benar, harus terbukti. 5 Kontruksi manunggal dalam implementasinya memiliki dua dimensi yang berkorelasi, yakni lahiriah dan batiniah. Ruang lingkup manunggal dimensi lahiriah terdeskripsikan dalam laku guyub rukun yang secara mendasar dipraktekkan dalam berkehidupan kekadhangan. Sedangkan 5 Penggunaan istilah urip dalam terminologi Kapribaden memiliki tiga makna yang berbeda. Pertama, urip memiliki Maha Suci yang kuasa menghidupkan. Kedua, urip yang berarti ruhbatin. Dan yang ketiga, urip yang berarti hidup. manuggal dalam ruang lingkup dimensi batiniah terdeskripsikan melalui salah satu laku panca gaib, mijil. Manunggalnya antara raga dengan urip. Hal yang demikian sebagaimana terdeskripsikan dalam dawuh Romo yang termuat dalam bab dawuh-dawuh sabtu Pon tanggal 8 januari 1966 jam 03:30 sebagai berikut: Dawuh jati : Kaparingan Paweling sembah tinggal wewaler Poro manungsa jenengsiro elingo perobahane jagad lawas lan jagad anyar sing biso ngetutake perobahaning jagad, sing wis eling sangkan paraning dumadi kang wis handarbeni telu podo sektine, kang sumambrah-nyurambahi sak indenge jagad. Siji lungguhe Roso Loro lakune Roso Telu gelare Roso Siji = Tumrap laku jenengsiro laku tresno Loro = Jenengsiro laku welas Asih Telu = mring sak podo-padane ono Tegese jenengsiro : Siji : rengganen kang momong raganiro rino klawan wengi Loro : jenengsiro biso nggulowentah mubah-musiking Roso. Telu : bukti kelawan nyoto jenengsiro kroso, rumongso, ngrasakake opo kang jenengsiro lakoni tumrap samubarang karyo. Pakaryan kang guno-amigunani sumrambah mring sajagad yo jagading manungso urip kabeh. Iki sabda dawuhe kang murbeng Waseso Jati Yo guru Jati, Yo pangeran Jati Yo moho Adil Kang ngadili : Gawe gelar Roso katentreman Tumrap manungso sal indenging Jagad Royo Kang laku kasebut Yoiku laku manunggal mijil = manunggal iku laku. Mijil iku siji amijeni. Mulo mardiko iku Pribadi. Pribadi iku Roso. Roso iku palungguhane Urip. Mulo pribadi tur sipate murah, welas asih, iku sipate urip, melo teko lan lungane ora ngerti. Dene tumrap putrane Romo, Atut-runtut, guyup-rukun, welas asih tresno. Toto tentrem, gemah-raharjo, turah-morah-marah begeno samubarang ono. Hiyo mijile kang ditunggu-tunggu manungso sakindenging jagad, mulo bisane lungguh tentrem sebab pertalian roso. Sebab gandeng-gumandenge roso. Ing kunci, lungguhe dat-sipat, Dat iku gemblenge roso, Sipat iku gelare roso. 6 Perintah alam: menerima amanat Para manusia kamu semua ingatlah perubahannya bumi lama dan bumi baru yang bisa mengikuti perubahannya bumi, yang sudah ingat asal tujuan menjadi yang sudah memiliki tiga sama saktinya, yang mengerti akan semua isinya bumi. Satu bersemanyamnya batin Dua kehendaknya batin Tiga kehendak batin yang sesuai dengan keadaan Satu = bertindak kalian semua laku cinta Dua = kalian semua laku kasih sayang Tiga = kepada sesama yang ada Artinya kalian semua : Satu : Peliharalah yang mengasuh ragamu siang sampai malam Dua : Kalian semua bisa mengendalikan gerak-tindaknya batin Tiga : Bukti yang nyata diri sendiri terasa, merasa, merasakannya apa yang kalian sendiri lakukan dalam setiap pekerjaan Pekerjaan yang bermanfaat seluruh jagad ya buminya manusia hidup semua. Ini sabda perintahnya Tuhan yang menciptakan Panguasa alam 6 Indrajit Haryanto, Wiyosan Romo Malam..., hlm. 36 Ya guru alam Ya Penguasa alam Ya Maha Adil Yang mengadili: Berbuatlah sedemikian rupa ketenteraman Untuk manusia seluruh jagad raya dengan laku tersebut. Yaitu laku manuggal mijil = manunggal itu laku. Mijil itu satu- menyatukan. Oleh karena itu merdeka itu pribadi. Pribadi itu rasa. Rasa itu tempatnya ruh. Oleh karena itu pribadi serta sifatnya pengasih, kasih sayang, itu sifatnya ruh, sebenarnya datang dan perginya tidak mengerti. Oleh karena itu putronya Romo, atut-runtut, guyub ruku, kasih sayang cinta. Damai tenteram, subur-makmur, melimpah- sejahtera semua ada. Hiyo mijil-nya yang ditunggu-tunggu manusia seluruh jagad, oleh sebab itu bisanya terwujud tenteram sebab ikatan batin, sebab berdampingannya batin. Kuncinya, bersemayamnya dzat-sifat Dzat itu bersatu padunya batin Sifat itu perbuatan batin Lebih lanjut diterangkan pula bahwa bentuk kemanunggalan tersebut bermula dari kesadaran diri pribadi, yang memiliki sifat gerak dan menjadi penyebab adanya pertalian rasabatin. Mulane banjur: Sipatolah Sipat kuwi gelar, gelar kang gelar gumelar. Lah sipatolah kuwi : mahanani ana-anane ing kahanan bermanfaat banget dalam kehadirannya Mula banjur ana tembung : “Kulo sejatine Satriyo 7 ” Iku tegese : Laku-langgeng laku kekal kang wujud dadi ana, anane banyu suci kamandanu. air mani. Ya : “Herucokro” her=banyu cokro=bunder artinya banyu urip Mulane : “Kulo sejatine satriyo” Lah nek wis Mijil, banjur pada Uwuh, mulane banjur ana tembung : “Nyuwun wicaksono” memohon kebijaksanaan, lakune herbudi “nyuwun panguasa” memohon panguasa, lakune tresna matresnani Lah tegese Uwuh : “Manunggal” bapak-ibu Lah banjur : Kemruwuk kumpul manunggal Tegese mangkene : “kangge tumidake satriyo sejati” Mulane tembung : satriyo air mani kuwi ora lanang, wanita kuwi dudu wadon. Nek ning njaba kaya mengkono unine Mula : “Urip” kang diarani “Satriyo” Kuwi : Banyu rasa telu-teluning atunggal dadi siji, Rasa kang wujud Banyu Banyu iku apa ana lanang, apa wadon ngono? Ora, melune : “Tri iku telu”, “Yo” kuwi “Toyo” Ya kuwi : “Triyo” Lah lungguhe : Telu-teluning atunggal dadi siji. Iku : tumidak ngumpul nggembleng dadi siji Mula banjur ana pangucap : “Kulo nyuwun kangge anyirnakake menghilangkan tumidak ingkang luput” perbuatan yang luput Nyirnakake rak ngilang toh Lah dadi supaya : Kabeh tumindake bener Lah mangka : Tumindake bener-benering-bener. Kuwi : mung urip Dadi ing kono : kanggo anindakake tumindake urip Loh apa tumindake urip? 7 Satriyo terdiri dari tiga kata, yakni kata Sat yang berarti enam, yang terdiri dari mata, hidung, mulut, telinga, wadi dan dubur. Kata Tri yang terdiri dari hati, jantung, marasparu-paru. Kata Yo yang berarti toyo artinya air. Sing bener-benering-bener Duk nalika jejeng sira tumurun, Sak durunge dumadi jadi anane manunggal, Wong atuanira obah rasa antarae siji lawan sijine, obahing rasa welas-asih lan tresno. Lah banjur diarani : “Rasa ASMORO” Ya tembung ASMORO kuwi : AS = Asal MO = Komo RO = Roh Suci Obahing kumpul manunggal iku welas-welasing-welas. Ya apa ora? Dadi ing kono : Lakune obah ing welasasih klawan tresno. Welas : kuwi kuasaning urip Asih : kuwi kawicaksananing urip, Tresno : lakune urip Dadi : Welas manunggal klawan asih, nuwuhanke tresno. 8 Oleh sebab itu kemudian: Sifat gerak Sipat itu tindakan, tindakan yang benar-benar dilakukan lah sipat gerak itu: sangat bermanfaat dalam kehadirannya kemudian baru ada kata “Saya sesungguhnya satriyo” Itu artinya: laku kekal yang menjadikan ada, adanya air mani Ya: air kehidupan Oleh sebab itu: saya sesungguhnya satriyo Lah kalau sudah Mijil, akhirnya saling tumbuh, oleh karena itu ada perkataan “Memohon kebijaksanaan” “Memohon panguasa” 8 Pedoman Paguyuban Penghayat Kapribaden yang ditulis oleh Wiryo Mandraguno Utomo, Wedharan Romo Semono Pitulas Tahun Mijil Kunci, Surabaya: tidak dipublikasi, 2005, hlm. 12- 13. Wiryo ini melakukan penyalinan dari tulisannya M. Soepandi, DT selaku tokoh yang menurun Wedharan Romo Semono Pitulas Tahun Mijil Kunci, Semarang: tidak dipublikasi, 1998. Lah artinya tumbuh: “manunggal” Lah karena itu: menjadi bersatu kumpul manunggal Artinya seperti ini: untuk satriyo sejati Oleh sebab itu berkata: satriyo itu bukan laki-laki, wanita itu bukan perempuan Kalau diluar seperti demikian bunyinya Karena: roh yang dinamai satriyo Itu: air rasa tiga-tiganya bersatu menjadi satu, rasa yang mewujud air Air itu apa ada laki-laki, apa perempuan begitu? Tidak, awalnya: tri itu tiga, yo itu toyo ya itu : triyo lah berdiamnya: tiga-tiganya bersatu menjadi satu Itu: perbuatan kumpul bersatupadu menjadi satu Oleh sebab itu ada perkataan: “saya memohon untuk menghilangkan perbuatan yang salah sirna tidak menghilangkan toh Lah jadi supaya: semua perbutannya benar Lah sehingga: berbuatlah yang sebenar-benarnya Itu: hanya ruh Jadi di sana: untuk menlaksanakan perbuatannya ruh Loh apa perbuatannya ruh? Benar yang sebenar-benarnya Bukan tatkala kalian dilahirkan Sebelumnya jadi adanya manunggal Orang tua kamu gerak rasa diantara satu sama lain, gerakan rasa kasih sayang dan cinta Lah kemudian dinamai: Rasa Asmara Ya kata Asmara itu: AS = Asal MO = Komo air RO = Roh Suci Gerakan kumpul manunggal itu sesungguhnya kasih Ya apa tidak? Jadi di sana: laku-nya gerak dalam kasih sayang dengan cinta Kasih: itu kuasanya ruh Sayang: itu kebijaksanaanya ruh Cinta: laku-nya ruh jadi: kasih manunggal dengan sayang, menumbuhkan cinta Selain itu, kehadirannya manunggal juga membutuhkan pijakan dasar secara lahiriah, yakni melalui konsep Pangumbahing Rogo penyucian raga yang harus di miliki oleh setiap personal yang mengakui diri sebagai Putro Romo. Konsep Pangumbahing Rogo menyimpul lima sikap yang secara sadar harus diaplikasikan dalam setiap problematika realita kontinuitas kehidupan sosial. Kelima sikap tersebut ialah sabar, narimo menerima, ngalah mengalah, tresna welas asih cinta kasih sayang dan ikhlas. Titah Romo Herucokro Semono dalam sabdanya yang menyatakan bahwa “Lakune rogo, sabar-narimo, eklas kanti ngalah, welas lan asih, sarto jujur temen-temenan”. 9 Perilakunya raga, sabar-menerima, ikhlas sampai mengalah, kasih sayang serta jujur dengan sebenar-benarnya. Konsep Pangumbahing Rogo ini sejatinya merupakan pedoman interaksi sosial yang digunakan oleh Putro Romo dalam kontinuitas hidup, sehingga identifikasi pendefinisian kelima sikap tersebut akan diulas secara kompleksitas pada bagian implementasi doktrin nasionalisme dalam kehidupan sosial. Wacana ideologi laku guyub rukun yang didasari sabda Romo tersebut menjadi doktrin baku dalam tubuh Paguyuban Penghayat Kapribaden. Menjadi sistem keyakinan yang harus dipraktikkan dalam realitas kehidupan sosial oleh para Putro Romo yang meyakini. Hal yang demikian selaras dan menjadi tegas dengan adanya Dawuh Romo Herucokro Semono tentang guyub rukun pada tanggal 24 Desember 1978, sebagai berikut. Romo Tansah Ngemutake Laku lan Tumindake Putro : Poro Putro kadawuhan tansaho nindakake guyub rukun, tresno welas asih mring sasmono sumingkir soko tumindaka kang kurang prayogo. Romo tansah paring dawuh marang poro putro supoyo tetepo eling lan waspodo tansaho angestokake dawuhe kanjeng Romo. Sabdo dawuh pangandiko lan andaran Romo puniko kahimpun dening kadang Tunggul Winarso twin kadang Miskar Suramenggala ing Jakarta, saking cathetan-chatetan ingkang 9 Sebagaimana terpaparkan dalam pedoman Paguyuban Penghayat Kapribaden, Indrajit Haryanto, Wiyosan Romo Malam Senin Pahing, Cilacap: dokumen tidak dipublikasi, 1971, hlm. 8 sumebar ing kalanganipun kadang Putro ingkang hamenangi sugengipun Romo RogoBapak Semono Sastrohadidjojo. Katoto miturut urut-urutan taunipun wedaring sabdo, dawuh, pangandiko, supados katingal langkung trawoco, soho supados ceto “kiblat” pun Ner utawi tujuanipun wewarah luhur paringan dalem kanjeng Romo Herucokro Semono wau. Milo taksih kathah kekirangipun. Pamrayogi soho panyaruwenipun poro kadang sedoyo amrih sampurnaning hudoyo puniko tansah kito ajeng- ajeng. Teguh kukuh bakuh Rahayu slamet widodo tulus lestari kanthi raharjo sejatine tentrem, tentrem, tentrem, nir ing sambekolo. Nuwun. 10 Romo selalu mengingatkan laku dan perbuatannya Putro: Para putro diperintah supaya melakukan guyub rukun, cinta kasih sayang kepada sesama menghindar dari perbuatan yang kurang bagus. Romo selalu memberi sabda kepada para putro supaya tetap ingat dan waspada selalu mengikuti nasihatnya kanjeng Romo. Sabda perintah nasihat dan terpaparkan Romo demikian dihimpun oleh kadhang Tunggul Winarso dan kadhang Miskar Suramenggala di Jakarta, dari catatan-catatan yang tersebar di kalangannya kadhang Putro yang mengetahui hidupnya Romo raga Bapak Semono Sastro Hadidjoyo. Tertata sesuai urutan tahunnya turunnya sabda, perintah, nasihat, agar terlihat lebih jelas, dan agar jelas “kiblat” nya Ner atau tujuannya ajaran luhur yang diberikan kanjeng Romo Herucokro Semono tadi. Maka masih banyak kekurangan. Seyogyanya dan kesimpulan para kadhang 10 Pembahasan masih dalam ruang lingkup penjelasan kunci yang terdapat dalam buku pedoman paguyuban penghayat Kapribaden, hlm. 7. semua supaya menyempurnakan keadaan demikian selalu saya harapkan Teguh kukuh kuat, Rahayu slamet widodo tulus lestari sampai raharjo sejatinya tenteram, tenteram, tenteram, tidak ada kesalah apa pun. Terima kasih Indoktrinasi konsep nasionalisme dalam Paguyuban Penghayat Kapribaden begitu gencar dideklarasikan oleh Romo Herucokro Semono melalui sabda-sabdanya. Pemaparan sabda-sabda dalam dokumen hitam pedoman pegangan Kapribaden yang secara runtut mengemukakan tentang titah guyub rukun menjadi bukti konkret yang mengejawantah diri sebagai legitimasi atas keberadaannya. Sabda Herucokro Semono pada tanggal 25 Desember 1978 jam 10.00, yang berbunyi sebagai berikut: Bali koyo wingi, uni: Guyub-rukun sing temen-temenan. Ora ono organisasi. Ora ono opo-opo. Putro yen arep kumpul, kumpul. Guyub-rukun ono ing ngendi wae kono. Ora ono sambekolo. Sing eklas kelangan wedang, merkolno sonjo-sinojo. Ngestokke guyub-rukun, apik Putro mengko dadi kembanging jagad. Dadi panutane wong akeh. Dadigondelane titah. Minongko tanggal lan jembatane Romo. Poro kadang senior ingkang sami sowan tatkolo semanten tamtunipun ngawuningani, rikolo kanjeng Romo medaraken dawuh puniko. Poro putro sami was sumelang mboten kaidenan kempal-kempal sesarengan awit saking swasono politik ingkang mboten kantenan. 11 Kembali seperti kemarin dulu: Guyub rukun yang sungguh-sungguh 11 Pedoman Paguyuban Penghayat Kapribaden, hlm. 22-23. Tidak ada organisasi. Tidak ada apa-apa. Putro kalau ingin kumpul, kumpul. Guyub rukun ada di mana saja. Tidak ada kesalahan. Yang ikhlas kehilangan minuman, saling kunjung-mengunjungi. Menunjukkan guyub rukun, bagus Putro nanti jadi bunganya jagad. Jadi suri teladannya orang banyak. Jadi pegangannya perintah. Menjadi tangga dan Jembatannya Romo. Para kadang senior yang sama datang tatkala itu tentunya mengetahui, dahulu kanjeng Romo menyampaikan perintah demikian. Para putro sama khawatir tidak diizinkan kumpul bersama sebab dari suasana politik yang tidak karu-karuan. Sabda Romo di atas menunjukkan adanya kekhawatiran Romo terhadap sabda guyub rukun yang menjadi falsafah hidup setiap Putro Romo dalam menjalani kontinuitas hidup dimanfaatkan oleh gejolak perpolitikan pada saat itu yang dengan mudah dapat menunggangi organisasi spiritualitas.

B. Implementasi Ajaran Nasionalisme dalam Kehidupan Sosial