xx
I. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian :
Penulis menyadari bahwa penelitian mengenai kebijakan netralitas PNS apabila berorientasi pada pembentukan ius constituendum akan
menyangkut berbagai aspek yang harus dipertimbangkan baik dari aspek hukum, politik, sosial budaya dan aspek lainnya, oleh karena itu penelitian
dari satu aspek saja tidaklan cukup sebagai bahan masukan untuk suatu perubahan yang bersifat mendasar.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembuka bagi wacana baru dan dapat mendorong peneliti lain untuk mengkaji masalah-masalah yang
terkait dengan sikap politik PNS berdasarkan kajian ilmu lainnya, sehingga dapat melengkapi hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi
kebijakan pembinaan PNS. Adapun tujuan penelitian ini sendiri adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan pertimbangan hukum ratio
legis maupun pertimbangan lainnya dari kebijakan netralitas politik PNS
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-undang pokok Kepegawaian ;
b. Untuk mengetahui pengaruh perubahan sistem politik terhadap
perkembangan keanggotaan PNS dalam partai politik ;
c. Untuk mengetahui sinkronisasi kebijakan netralitas politik PNS dalam
Undang-undang Pokok Kepegawaian dengan nilai-nilai hak asasi manusia
dalam UUD 1945.
xxi
2. Kegunaan Penelitian :
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan meningkatkan
pemahaman atas kebijakan netralitas politik PNS baik dari aspek hukum maupun aspek politik serta meningkatkan kesadaran hukum terhadap
upaya perlindungan HAM ; b.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan membuka wacana baru untuk memantapkan kebijakan pembinaan manajemen kepegawaian
sejalan dengan arah pembangunan bidang politik menuju pembangunan
hukum masa depan ius constituendum yang demokratis. J.
KERANGKA PEMIKIRAN 1.
Kerangka Konsepsional
Pada hakikatnya hak asasi manusia adalah merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia semenjak dia lahir dan merupakan anugerah dari Tuhan
Yang Maha Esa. Dengan demikian, hak asasi manusia bukanlah merupakan hak yang bersumber dari negara dan hukum. Oleh karena itu yang diperlukan dari
negara dan hukum hanyalah pengakuan dan jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut.
6
Sejalan dengan perubahan sistem politik Indonesia yang menuju demokratisasi, terjadi perubahan paradigma pembinaan manajemen
kepegawaian yang menegaskan kedudukan Pegawai Negeri Sipil PNS sebagai unsur aparatur pemerintah sebagai manifestasi negara yang
mempunyai kewajiban menyelenggarakan pelayanan umum, maka PNS
xxii untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagai aparatur negara dan abdi
masyarakat harus bebas dari kepentingan pribadi, kelompok atau golongan, termasuk bebas dari pengaruh tekanan politik. Oleh karena itu maka PNS
dilarang menjadi anggota parpol yang ditetapkan dalam UU No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian dan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2004. Dalam perspektif perlindungan HAM kebijakan netralitas PNS
merupakan pembatasan HAM, dalam hal ini membatasi hak politik PNS sebagai individu atau warga negara, karena PNS di samping kedudukannya
sebagai aparatur negara, dia juga adalah warga negara yang wajib dilindungi hak konstitusionalnya. Oleh karena itu dalam konteks perlindungan HAM
maka hak politik bagi PNS perlu diperjuangkan dengan memandang PNS selaku warga negara yang mempunyai hak konstitusional untuk berserikat
dan berkumpul serta berpartisipasi dalam pemerintahan, termasuk menjadi anggota partai politik, yang dijamin oleh UUD 1945
Berkaitan dengan amandemen UUD 1945 khususnya penambahan Pasal 28A sampai dengan Pasal 8J yang mengatur secara khusus tentang hak
asasi manusia, termasuk hak berserikat, maka perlu ditelaah kembali kebijakan larangan PNS menjadi anggota parpol atau yang dikenal dengan
kebijakan netralitas tersebut, apakah sejalan dengan konsep perlindungan HAM berdasarkan UUD 1945, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28J
UUD 1945 ayat 2 :
6 Rozali Abdullah, 2001
,
Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia, Ghalia Indonesia Jakarta, hal.35
xxiii “…setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.”
Oleh karena itu untuk mengetahui sinkronisasi kebijakan netralitas PNS dalam UU Pokok Kepegawaian, perlu dikaji berdasarkan kriteria
pembatasan hak asasi manusia yang ditetapkan dalam norma hukum dasar
UUD 1945, yaitu : pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum. Telaah tersebut perlu dilakukan dalam rangka menjunjung tinggi
HAM khususnya hak politik PNS sebagai salah satu pilar demokrasi, dengan tetap menjaga keseimbangan dengan kepentingan masyarakat lain yang juga
mempunyai hak asasi untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari birokrasi, di samping sebagai upaya pembinaan manajemen kepegawaian PNS.
2. Kerangka Teori