Capaian Kinerja Lainnya

3.5 Capaian Kinerja Lainnya

Pra Studi Kelayakan Peningkatan Kecepatan Kereta Api Koridor Jakarta – Surabaya

Jakarta dan Surabaya adalah 2 (dua) kota terbesar di Indonesia dengan populasi 9,59 juta dan 2,94 juta, serta menjadi magnet kota-kota sekitar. Koridor Utara Jakarta – Surabaya memiliki kawasan aglomerasi yang sangat potensial, yaitu JABODETABEK, KEDUNGSEPUR dan GERBANGKERTOSUSILA. Saat ini penduduk Jabodetabek 27,9 juta, Kedungsepur 5,8 juta dan Gerbangkertosusila 9,1 juta, sehingga secara keseluruhan mencapai 31,25% dari populasi Jawa. Potensi ekonomi ketiga wilayah tersebut mencapai 55,62% dari PDRB seluruh Pulau Jawa (PDRB Jawa 47,27% dari PDB Nasional). Interaksi antar wilayah tersebut sangat tinggi sebagai indikator tingginya kegiatan ekonomi antar wilayah. Besarnya interkasi antar wilayah tersebut dapat dilihat juga dari besarnya jumlah permintaan perjalanan antar wilayah. Permintaan penumpang Jakarta – Surabaya terus meningkat. Penumpang KA eksekutif tahun 2016 sekitar 1,1 juta penumpang (pnp)/tahun dan diperkirakan tahun 2040 menjadi 4,3 juta pnp/tahun. Saat ini penumpang pesawat Jakarta – Surabaya sekitar 5,9 juta/tahun dan diperkirakan tahun 2040 menjadi 21,2 juta pnp/tahun. Permintaan penumpang KA eksekutif Jakarta – Semarang Tahun 2016 sekitar 595 ribu pnp/tahun dan diprediksi tahun 2040 mencapai 2,1 juta pnp/tahun. Penumpang pesawat Jakarta – Semarang tahun 2016 sekitar 2,4 juta/tahun dan diproyeksikan menjadi 8,8 juta pnp/tahun di tahun 2040. Terbatasnya kapasitas jaringan pelayanan dan prasarana transportasi utamanya di koridor Utara pulau Jawa dan besarnya permintaan perjalanan di masa mendatang, perlu adanya peningkatan kapasitas jaringan transportasi , salah satunya jaringan kereta api mengingat kapasitas angkut moda ini cukup besar dan mampu memberikan pelayanan waktu perjalanan yang lebih singkat sehingga dapat Jakarta dan Surabaya adalah 2 (dua) kota terbesar di Indonesia dengan populasi 9,59 juta dan 2,94 juta, serta menjadi magnet kota-kota sekitar. Koridor Utara Jakarta – Surabaya memiliki kawasan aglomerasi yang sangat potensial, yaitu JABODETABEK, KEDUNGSEPUR dan GERBANGKERTOSUSILA. Saat ini penduduk Jabodetabek 27,9 juta, Kedungsepur 5,8 juta dan Gerbangkertosusila 9,1 juta, sehingga secara keseluruhan mencapai 31,25% dari populasi Jawa. Potensi ekonomi ketiga wilayah tersebut mencapai 55,62% dari PDRB seluruh Pulau Jawa (PDRB Jawa 47,27% dari PDB Nasional). Interaksi antar wilayah tersebut sangat tinggi sebagai indikator tingginya kegiatan ekonomi antar wilayah. Besarnya interkasi antar wilayah tersebut dapat dilihat juga dari besarnya jumlah permintaan perjalanan antar wilayah. Permintaan penumpang Jakarta – Surabaya terus meningkat. Penumpang KA eksekutif tahun 2016 sekitar 1,1 juta penumpang (pnp)/tahun dan diperkirakan tahun 2040 menjadi 4,3 juta pnp/tahun. Saat ini penumpang pesawat Jakarta – Surabaya sekitar 5,9 juta/tahun dan diperkirakan tahun 2040 menjadi 21,2 juta pnp/tahun. Permintaan penumpang KA eksekutif Jakarta – Semarang Tahun 2016 sekitar 595 ribu pnp/tahun dan diprediksi tahun 2040 mencapai 2,1 juta pnp/tahun. Penumpang pesawat Jakarta – Semarang tahun 2016 sekitar 2,4 juta/tahun dan diproyeksikan menjadi 8,8 juta pnp/tahun di tahun 2040. Terbatasnya kapasitas jaringan pelayanan dan prasarana transportasi utamanya di koridor Utara pulau Jawa dan besarnya permintaan perjalanan di masa mendatang, perlu adanya peningkatan kapasitas jaringan transportasi , salah satunya jaringan kereta api mengingat kapasitas angkut moda ini cukup besar dan mampu memberikan pelayanan waktu perjalanan yang lebih singkat sehingga dapat

1. Skenario-A,

dilakukan dengan perbaikan/peningkatan kondisi track baik dari segi geometri maupun struktur. Pada skenario ini target waktu tempuh Jakarta – Surabaya adalah 5,5 jam.

pengembangan

2. Skenario-B, pengembangan dilakukan dengan membangun track ketiga dengan lebar 1067 mm (narrow gauge) di samping jalur kereta api yang ada. Target waktu tempuh Jakarta – Surabaya adalah 5,5 jam.

3. Skenario-C, pengembangan yang dilakukan sama seperti Skenario-2 hanya lebar track adalah 1435 mm (standard gauge). Penggunaan lebar spoor standard gauge ini memberikan keuntungan terhadap kemampuan dukung operasi kereta api dengan kecepatan lebih tinggi dibandingkan Skenario-2, sehingga waktu tempuh Jakarta – Surabaya menjadi 4,7 jam.

4. Skenario-D, pengembangan dilakukan dengan membangun jalur baru double track yang dirancang sedemikian agar mampu mendukung operasi kereta api cepat (250 – 260 km/jam) dengan meminimalkan pembebasan lahan pada daerah permukiman. Pada scenario-4 waktu tempuh Jakarta – Surabaya bisa mencapai3,5 jam.

Tpl (Formasi Lidah)

6-012

Qal

Tmpk (Formasi Kalibeng)

6-012

Alluvial - Qal

6-012

Gambar 3-13 Desain untuk pra-studi kelayakan peningkatan kecepatan kereta api koridor Jakarta - Surabaya

Untuk mencapa target waktu tempuh antara Jakarta – Surabaya pada setiap skenario, beberapa upaya dilakukan antara lain dengan memperbaiki radius lengkung, meningkatkan kualitas track dengan memperkuat struktur jalan rel/track agar dapat dilalui kereta api dengan kecepatan lebih tinggi dan menyediakan sarana yang

memiliki kemampuan kecepatan sesuai dengan rencana kecepatan pada prasarana kereta api. Agar sebagian penumpang pesawat udara bersedia berpindah ke KA Ekspres, maka jika waktu tempuh dan tariff KA Ekspres sama dengan pesawat udara, maka 39,9% penumpang pesawat akan bersedia untuk berpindah ke KA Ekspres. Perkiraan jumlah penumpang KA Ekspres terbesar adalah pada Skenario-D dan paling sedikit Skenario-A, sehingga pendapatan dari tiket (farebox) terbesar adalah Skenario-D. Besarnya tiket disesuaikan dengan waktu tempuh pelayanan dan mendasarkan pula pada biaya operasi dan perawatan. Di sisi lain, biaya pembangunan terbesar adalah skenario-D sebesar Rp. 181,35 Triliun dan investasi terkecil skenario-A sebesar Rp. 82,48 Triliun. Besarnya investasi skenario B dan C berturut-turut adalah Rp. 106,30 Triliun, dan Rp. 121,67 Triliun. Kereta api ekspres berawal dari Jakarta (stasiun Manggarai) dan berakhir di Surabaya (stasiun Pasar Turi). Operasi kereta api pada skenario-A adalah lalu lintas bercampur (mix traffc) antara kereta api penumpang dan barang. Adanya perbedaan kecepatan yang cukup besar antara kereta api penumpang (160 km/jam) dan kereta api barang (70 km/jam) akan mempengaruhi pada pengaturan pergerakan kereta api, sehingga untuk menjaga keselamatan maka perlu dilakukan pengaturan jadwal KA yang mempengaruhi pada penurunan kapasitas lintas. Adapun pada skenario-B, C sampai dengan skenario-D lalu lintas yang melalui jalur kereta api hanya KA penumpang, di mana jalur yang ada saat ini akan didorong untuk penggunaan angkutan barang. Penambahan jalur akan meningkatkan kapasitas pergerakan kereta api koridor Jakarat – Surabaya sehingga dapat mendukung peningkatan perjalanan penumpang dan barang di pulau Jawa khususnya koridor Jakarta – Surabaya. Jika 40% angkutan barang di jalan Pantura berpindah ke KA, akan meningkatkan kinerja jalan sekitar 22% yang berarti meningkatkan kelancaran arus dan menghemat biaya perawatan jalan.

Beroperasinya kereta api ekspres ini akan merubah sebagian perilaku pelaku perjalanan dalam pemilihan moda transportasi, antara lain adanya pergeseran sebagian penumpang pesawat dan kereta eksekutif ke kereta api ekspres. Pada skenario-A dan B prosentase pergeseran penumpang pesawat udara ke kereta api ekspres paling kecil sekitar 2% dengan tariff rata-rata Jakarta – Surabaya Rp. 550.000 per penumpang, sedangkan pada skenario-C, dan D berturut-turut 37% (Rp. 600.000), dan 90% (Rp. 700.000). Pada Skenario A, B , dan C skema kerjasama yang memungkinkan dapat menarik pihak Badan Usaha adalah dengan skema kerjasama Operasi dan Perawatan Sarana karena hanya dengan skema kerjasama ini gambaran kelayakan finansial dapat menarik pihak swasta dengan indikator finansial FIRR 29% - 37%. Sedangkan pada Skenario D masih memungkinkan menggunakan kerjasama KPBU dengan VGF 49% dimana semua investasi dapat ditanggung oleh Perusahaan KPBU dengan indikasi FIRR dapat di atas 10,29%. Skenario D akan semakin menarik bila ada tambahan dukungan Pemeritah sebesar 20%, di mana pada skema ini akan memberikan FIRR lebih dari 12%.

Impact: Dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh Pemerintah mengenai pemilihan teknologi, skema pembiayaan dan rencana implementasi proyek peningkatan kecepatan kereta api koridor Jakarta – Surabaya melalui revitalisasi prasarana perkeretaapian yang ada saat ini dan pengadaan sarana perkeretaapian