LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LKIP

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DEPUTI TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA

LKIP

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

TAHUN ANGGARAN 2017

Penanggungjawab

Deputi Bidang TIRBR

Tim Penyusun :

Adhi Dharma Permana Hari Setiapraja Fadilah Hasim

Cuk Supriyadi Ali Nandar Mulyadi Sinung Harjono Abdul Kadir Syahroni

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas Rahmat-Nya, Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (TIRBR-BPPT) telah menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tingkat Kedeputian periode tahun kerja 2017. Laporan Akuntabilitas Kinerja merupakan salah satu dari komponen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang harus dilakukan dan diwajibkan kepada seluruh instansi pemerintah secara nasional baik untuk pemerintah Pusat (Kementerian dan Lembaga) atau Daerah.

Kewajiban menyusun laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan amanat pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Berdasarkan aturan tersebut dan merujuk kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dengan ini disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) unit organisasi Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) untuk tahun kerja 2017.

Sasaran strategis BPPT menurut Renstra revisi 3 yaitu terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa serta terwujudnya layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa. Pada Tahun 2017, Sasaran Program TIRBR yang merupakan penjabaran detail dari Sasaran Strategis BPPT adalah Produk bidang TIRBR yang mendukung Kemandirian Bangsa dengan indikator kinerja sebagai berikut :

 1 Rekomendasi desain standar pabrik gula yang menjadi impact untuk BPPT.  1 Rekomendasi desain standar kapal cepat rudal .  1 Inovasi pilot project sistem transportasi perkotaan

Sedangkan untuk Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas layanan teknologi BPPT dengan Indikator Indek Kepuasan Masyarakat maka Indikator Kinerja Sasaran Program TIRBR 2017 untuk layanan Teknologi adalah

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998, Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999, dan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), maka Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) sebagai salah satu bagian organisasi dari BPPT ikut berupaya mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan membuat pertanggungjawaban kinerja atas pelaksanaan tugas sesuai tupoksinya dengan mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) Kedeputian TIRBR Tahun 2015 – 2019 revisi 3. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kedeputian TIRBR Tahun 2017 ini berisi rencana, target capaian, dan realisasi capaian atas target kinerja Kedeputian TIRBR tahun 2017 sesuai dengan Peraturan Menteri Penertiban Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) nomor 53 tahun 2014. Pada Tahun 2017, TIRBR telah menghasilkan 1 rekomendasi yang dimanfaatkan dalam bidang Permesinan, 1 rekomendasi yang di hasilkan dalam bidang Hankam, 1 inovasi dalam bidang Transportasi dan 4 layanan teknologi yang terdiri dari 2 layanan bidang maritim, 1 bidang Transportasi dan 1 bidang Permesinan. Pelaksanaan program dan pelayanan teknologi tersebut dilakukan secara sinergi oleh Pusat-Pusat dan Unit Kerja di Kedeputian TIRBR dengan mengedepankan pencapaian hasil seoptimal mungkin. Dalam hal anggaran, capaian akhir tahun 2017 menunjukkan bahwa realisasi anggaran adalah sebesar 96,97% yang mengalami perbaikan dari realisasi Tahun 2016 yaitu sebesar 93.24%. Sedangkan untuk capaian kinerja adalah 100% baik untuk 1 rekomendasi yang dimanfaatkan maupun

2 inovasi yang dihasilkan. Pada Tahun 2017 capaian layanan teknologi dalam bentuk Indek Kepuasan Masyarakat adalah B.

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Penjelasan Umum Organisasi

a. Gambaran Umum

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis Iptek. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, maupun pembiayaan Iptek. Kondisi geo-ekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian.Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efisien.Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala. Posisi daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index – GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 37 pada tahun 2015-2016. Pemeringkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi. Diantara pilar daya saing tersebut terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: (1) Kesiapan Teknologi, (2) Kecanggihan Bisnis, dan (3) Inovasi. Nilai ketiga pilar daya saing tersebut relatif rendah dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya (kecuali Efisiensi Pasar Tenaga Kerja). Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia.Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa.Oleh karena itu Indonesia sangat memerlukan peran aktif berbagai pihak untuk bisa saling bekerjasama dan berkontribusi dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa. Sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintah di bidang riset dan teknologi, yang berperan sebagai lembaga pengkajian teknologi, solusi teknologi, intermediasi, audit teknologi dan technology clearing house (TCH),Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki peran yang penting dalam mendukung pembangunan nasional agar mampu meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kedepannya BPPT akan memiliki peran yang penting dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa, khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja dari 3 (tiga) pilar yang Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala. Posisi daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index – GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 37 pada tahun 2015-2016. Pemeringkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi. Diantara pilar daya saing tersebut terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: (1) Kesiapan Teknologi, (2) Kecanggihan Bisnis, dan (3) Inovasi. Nilai ketiga pilar daya saing tersebut relatif rendah dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya (kecuali Efisiensi Pasar Tenaga Kerja). Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia.Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa.Oleh karena itu Indonesia sangat memerlukan peran aktif berbagai pihak untuk bisa saling bekerjasama dan berkontribusi dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa. Sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintah di bidang riset dan teknologi, yang berperan sebagai lembaga pengkajian teknologi, solusi teknologi, intermediasi, audit teknologi dan technology clearing house (TCH),Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki peran yang penting dalam mendukung pembangunan nasional agar mampu meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kedepannya BPPT akan memiliki peran yang penting dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa, khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja dari 3 (tiga) pilar yang

Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) merupakan unit organisasi eselon I kedeputian di BPPT yang berperan sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house (TCH), pengkajian teknologi, audit teknologi, dan solusi teknologi dalam meningkatkan kemampuan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa untuk mendukung pembangunan nasional sehingga mampu meningkatkan standard kehidupan bangsa, kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia. Pada Tahun 2017, kedeputian TIRBR memiliki target outcome untuk pengkajian dan penerapan teknologi dalam bidang Transportasi yaitu inovasi dalam sistem

transportasi perkotaan ‘Intelligent Transportation Systems’ di Pekalongan serta inovasi teknologi dalam bidang Hankam yaitu design standard kapal cepat rudal untuk keperluan pemenuhan pembuatan Kapal perang Tentara Nasional Indonesia. Selanjutnya, rekomendasi dalam bidang Permesinan yaitu DED pabrik gula yang telah di terapkan pada pembangunan industri gula Glenmore merupakan impact BPPT pada Tahun 2017. Selain 2 inovasi dan 1 rekomendasi tersebut, kedeputian TIRBR juga melaksanakan layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dalam bidang Hankam, Transportasi, Permesinan dan Maritim.

b. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiNomor 009 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kedeputian Industri Rancang Bangun dan Rekayasa:

1) Kedudukan

Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPPT di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa dipimpin oleh Deputi..

2) Tugas BPPT

Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa..

3) Fungsi TIRBR

Dalam melaksanakan tugasnya, TIRBR menyelenggarakan fungsi : (1) perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa; (2) pelaksanaan kegiatan teknologi industri pertahanan dan keamanan, teknologi industri permesinan, sistem dan prasarana transportasi serta teknologi rekayasa industri maritim;

(3) pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan

penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa; (4) pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa; dan (5) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.

c. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiNomor 009 Tahun 2015Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kepala BPPT mempunyai tugas :

1) Memimpin

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2) Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas BPPT;

3) Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas BPPT yang menjadi tanggungjawabnya; dan

4) Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi lain. Dalam Perka BPPT No. 009 Tahun 2015 tersebut, KedeputianTIRBR terdiri atas 4 (empat) pusat yaitu:

1. P USAT T EKNOLOGI I NDUSTRI P ERTAHANAN DAN KEAMANAN (PTIPK) dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri pertahanan dan keamanan dan fungsinya adalah:

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra udara;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra laut;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra darat;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri pertahanan dan keamanan; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program, dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan.

2. P USAT Teknologi I NDUSTRI P ERMESINAN (PTIP) dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri permesinan dan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin penggerak dan peralatan sistem produksi;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan konstruksi dan pertambangan;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin dan alat peralatan kelistrikan;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri permesinan; dan;

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Permesinan.

3. P USAT T EKNOLOGI S ISTEM DAN P RASANANA T RANSPORTASI (PTSPT) dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi sistem dan sarana transportasi dengan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi sistem transportasi;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi prasarana transportasi darat; b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi prasarana transportasi darat;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi sistem dan prasarana transportasi darat; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi.

4. P USAT T EKNOLOGI R EKAYASA I NDUSTRI M ARITIM (PTRIM) dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi dibidang teknologi rekayasa industri maritim dengan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi rekayasa industri kapal niaga;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi bangunan lepas pantai;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi infrastruktur galangan dan pelabuhan;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi rekayasa industri maritim; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim.

Di samping ke empat Pusat tersebut, Deputi Bidang TIRBR juga mengkoordina-sikan6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari :

1. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) di Serpong;

2. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (B2TA3) di Serpong;

3. Balai Teknologi Motor dan Propulsi (BT2MP), di Serpong;

4. Balai Teknologi Hidrodinamika (BTH), di Surabaya;

5. Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPDP), di Jogyakarta; dan

6. Balai Teknologi Mesin Perkakas Teknik Produksi dan Otomasi (BTMEPPO).

Adapun Struktur Organisasi TIRBR sesuai dengan Peraturan Kepala BPPT Nomor 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ditunjukkan dalam Gambar 1-1.

Gambar 1-1 Struktur Organisasi Kedeputian TIRBR.

d. Profil SDM

Kedeputian TIRBR mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 31 Desember 2017 secara keseluruhan berjumlah 656 orang dengan komposisi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1-1. Untuk tingkat Sumber daya manusia berdasarkan tingkat pendikikan, TIRBR mempunya SDM dengan tingkat S0 berjumlah 91 orang, tingkat S1 sejumlah 291 orang, S2 dan S3 masing masing 181 dan 53 orang.

No. UNIT KERJA

S0 JUMLAH

5 B2TKS

6 B2TA3

Tabel 1-1 Distribusi SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan per Desember 2017.

Dalam mengelola program/kegiatan, Kedeputian TIRBR membina Pejabat Fungsional (Perekayasa, Peneliti, Teknisi Litkayasa, Analisis Kepegawaian, Perencana dan fungsional lainnya). Distribusi SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat pada Tabel 1-2. Jumlah fungsional umum yang berada di Kedeputian TIRBR Tahun 2017 masih cukup tinggi yaitu 104 orang yang berarti pada kisaran 17%.

Pere

A. Arsi

P.

Pene Litka

No Unit Kerja

kaya

Kepeg pari

Hu JFU Jumlah

5 B2TKS

6 B2TA3

Tabel 1-2 Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional

pada masing-masing Unit Kerja

Gambar 1-1 menunjukkan presentase usia pegawai di lingkungan TIRBR. Presentase usia pegawai di TIRBR mempunyai prosentase merata untuk usia kisaran 31-40, 41-50 dan 51-60 yaitu sekitar 30%.

Gambar 1-2 Presentase umur pegawai di TIRBR

1.2 Aspek strategis organisasi

Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) memiliki peran merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa untuk mendukung program BPPT dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. TIRBR juga menjadi menjadi salah satu ujung tombak penyampai hasil karya penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang teknologi BPPT ke dunia industri ataupun kemasyarakat umum yang memiliki kepentingan terhadap berbagai hasil penelitian, pengembangan dan perekayasaan yang dihasilkan oleh para peneliti dan perekayasa Indonesia. Kebutuhan akan teknologi yang dinilai makin hari makin tinggi dan juga dengan adanya tuntutan kemajuan teknologi yang terkini, menyebabkan keberadaan BPPT menjadi penting dan sangat diperlukan.

Untuk mendukung peran BPPT dalam merealisasikan berbagai programnya, Kedeputian TIRBR mempunyai permasalahan utama (strategic issued) yang di jabarkan sebagai berikut :

1.3 Permasalahan utama (strategic issued)

1. Bidang Teknologi Industri Hankam: Industri pertahanan dan produk peralatan utama sistem persenjataaan (alutsista) merupakan nilai strategis bagi Indonesia. Penguasaan teknologi pada industri pertahanan dan kemandirian pengembangan produk alutsista menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh komponen institusi terkait di bidang hankam, baik institusi riset, industri, pengguna maupun institusi pemangku kebijakan. Permasalahan keterbatasan kemampuan penguasaan teknologi, keterbatasan sumberdaya fasilitas riset, kompetensi SDM serta finansial, hal ini merupakan potensi bagi TIRBR BPPT dan institusi terkait untuk bekerjasama berkontribusi dalam memecahkan permasalahan nasional tersebut. Melalui rencana strategis BPPT diturunkan program kegiatan yang harus dilaksanakan unit kerja terkait BPPT termasuk salah satu unit di TIRBR yaitu Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan (PTIPK) untuk ikut berkontribusi dalam menunjang program nasional dalam penguasaan teknologi dan kemandirian industri hankam nasional. Sesuai Perpres No 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, pemerintah berkomitmen memberikan dukungan anggaran pengembangan terhadap program prioritas industri pertahanan. Disisi lain pemerintah juga menyediakan anggaran belanja pengadaan alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpahankankam), pemerintah menyediakan alokasi dana cukup besar untuk pengadaan produk alpalhankam dalam negeri (PDN) serta alokasi PDN yang disediakan untuk mendorong percepatan penguasaan teknologi dan pengembangan produk alutsista prioritas yang dalam kurun waktu 5 tahun dapat diproduksi di dalam negeri sesuai opreq Kemenhan / TNI- POLRI. Melalui Komite Kebijakan Industri Strategis (KKIP) pemerintah Indonesia telah menetapkan tujuh produk prioritas industri pertahanan yang perlu dikembangkan dan diproduksi di Indonesia. Ketujuh produk tersebut adalah:

4. Pesawat tempur

5. Roket

6. Medium tank

7. Kapal Selam

Tantangan yang dialami Sejalan dengan pelaksanaan program kegiatan nasional pengembangan industri hankam dan produk alutsista nasional, BPPT secara umum dan PTIPK secara khusus berkewajiban meningkatkan kemampuan sumber daya fasilitas, riset dan SDM di bidang kompetensi teknologi hankam disamping menyiapkan anggaran program kegiatan dan melalui anggaran tahunan BPPT serta bekerjasama dengan institusi badan litbang Kemhan, TNI, BUMN, Perusahaan swasta, lembaga negara dan universitas. Melalui sinergi bersama ini diharapkan permasalahan utama penguasaan teknologi dan kemandirian industri hankam nasional dapat diatasi.

2. Bidang Teknologi Industri Transportasi: perkembangan wilayah dan peningkatan interaksi antar kota-kota di Jawa dan Sumatera dan Indonesia pada umumnya sebagai turunan kegiatan ekonomi mengakibatkan makin tingginya volume lalu lintas pada jalan-jalan primer (provinsi dan nasional). Tingginya beban jalur Pantura Jawa yang ditandai dengan banyaknya titik-titik kemacetan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang pada gilirannya akan memperlemah daya saing produk. Rendahnya tingkat penggunaan jalur rel untuk angkutan barang merupakan bukti belum optimalnya pemanfaatan prasarana transportasi. Pemanfaatan jalur rel diperkirakan akan mengurangi biaya transport (utamanya jarak jauh – Surabaya – Semarang – Cirebon – Jakarta) dan mengurangi beban jaringan jalan seperti Pantura. Kereta api merupakan moda transportasi primadona yang akan terus bertambah menjadi tulang punggung sistem transportasi nasional yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu dan efisien. Namun demikian, 2. Bidang Teknologi Industri Transportasi: perkembangan wilayah dan peningkatan interaksi antar kota-kota di Jawa dan Sumatera dan Indonesia pada umumnya sebagai turunan kegiatan ekonomi mengakibatkan makin tingginya volume lalu lintas pada jalan-jalan primer (provinsi dan nasional). Tingginya beban jalur Pantura Jawa yang ditandai dengan banyaknya titik-titik kemacetan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang pada gilirannya akan memperlemah daya saing produk. Rendahnya tingkat penggunaan jalur rel untuk angkutan barang merupakan bukti belum optimalnya pemanfaatan prasarana transportasi. Pemanfaatan jalur rel diperkirakan akan mengurangi biaya transport (utamanya jarak jauh – Surabaya – Semarang – Cirebon – Jakarta) dan mengurangi beban jaringan jalan seperti Pantura. Kereta api merupakan moda transportasi primadona yang akan terus bertambah menjadi tulang punggung sistem transportasi nasional yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu dan efisien. Namun demikian,

3. Bidang Teknologi Industri Permesinan: Berdasarkan data dari Kementrian Perdagangan neraca ekspor-impor barang modal menunjukkan defisit yang cukup besar. Jumlah impor barang modal dan kendaraan bermotor dalam jumlah sangat besar merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi industri permesinan. Upaya merebut pangsa pasar barang modal dan kendaraan bermotor dengan substitusi impor perlu didukung oleh kesiapan teknologi & SDM, penyiapan industri manufaktur peralatan barang modal dan alat angkut, penyiapan rantai pasok industri, penyiapan industri komponen pengganti (spare parts), penyiapan jasa purna jual serta dukungan jasa keuangan dalam membiayai seluruh aktifitas industri terkait. Beberapa produk industri permesinan seperti turbin uap, motor listrik, pompa, smelter, mesin perkakas CNC, motor bakar (engine), kendaraan angkutan masih memerlukan dukungan kesiapan desain & engineering produk tersebut. Beberapa industri DN sudah memiliki kemampuan produksi tetapi penguasaan teknologi produksi untuk produk dengan kompleksitas dan presisi tinggi masih perlu ditingkatkan.Untuk itu, program di bidang teknologi permesinan ditujukan/difokuskan pada inovasi design dan engineering, peningkatan kemampuan/penguasaan teknologi produksi dan dukungan/layanan dalam meningkatkan kemampuan industri permesinan dalam negeri.

4. Bidang Teknologi Industri MARITIM. Untuk mewujudkan Indoneisa sebagai poros maritim dunia, peningkatan kesiapan industri perkapalan dan pelabuhan perlu dilakukan. Saat ini, Industri perkapalan nasional pada 4. Bidang Teknologi Industri MARITIM. Untuk mewujudkan Indoneisa sebagai poros maritim dunia, peningkatan kesiapan industri perkapalan dan pelabuhan perlu dilakukan. Saat ini, Industri perkapalan nasional pada

pembangunan sektor kepelabuhanan sebagai dukungan untuk mempersiapkan pembangunan pelabuhan internasional yang berkapasitas besar dan modern untuk ekspor berbagai komoditas dan berfungsi juga sebagai International Seaport-Hub. Perencanaan lainnya adalah Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan hub minimal 12m, Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan feeder minimal 7m, Peningkatan fasilitas dan peralatan pelabuhan utama (hub dan feeder Tol Laut), Revitalisasi pelabuhan pelayaran rakyat di Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, Kedeputian TIRBR memfokuskan program pengkajian teknologi maritimnya pada Inovasi dan layanan Teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan dan Industri Perkapalan melalui penyediaan desain standard kapal 100 TEU’s serta desain infrastruktur

Bappenas

merencanakan

pelabuhan untuk Mendukung program Poros Maritim.

1.4 Sistematika Penyajian

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kedeputian TIRBR ini terdiri dari 4 bab yang terdiri dari :

Bab 1 Pendahuluan

Berisi latar belakang, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, sumber daya manusia, dan sistematika penyajian.

Bab 2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Terdiri atas : Peraturan dan kebijakan bidang Iptek nasional, renstra kedeputian TIRBR tahun 2015 – 2019, Keterkaitan Program dengan RPJMN

2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2017, Penetapan Kinerja Tahun 2017.

Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

Terdiri atas : Pengukuran Kinerja, Evaluasi Kinerja, Akuntabilitas Keuangan dan Capaian Kinerja Lainnya.

Bab 4 Penutup

Bagian penutup dari LAKIP ini menjelaskan kesimpulan dari hasil pengukuran kinerja kegiatan dan keuangan, evaluasi kerja, dan capaian sasaran strategis dengan indikator kinerja utama. Di samping itu, berdasarkan hasil pengukuran dan evaluasi kinerja TIRBR, disampaikan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja pada tahun-tahun yang akan datang dan perlunya dilakukan beberapa langkah-langkah penyempurnaan untuk meningkatkan kinerja TIRBR.

BAB 2. PERENCANAAN dan PERJANJIAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis

Sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku, pada bulan Maret 2015 BPPT telah menyusun rencana strategis (Renstra) sebagai dokumen perencanaan lima tahunan untuk periode tahun 2015-2019. Kemudian Renstra BPPT tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT), RencanaKerja BPPT (Renja), dan Rencana Kerja dan Anggaran BPPT (RKA K/L). Pelaksanaan dan Pemantauan terhadap program dan kegiatan dilakukan melalui indikator kinerja dan targetnya.Terkait dengan perencanaan kinerja dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Renstra BPPT tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam membuat Perjanjian Kinerja (PK), dan kemudian Perjanjian Kinerja ini yang akan dijadikan acuan dalam melakukan pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja. Sejalan dengan waktu dan perkembangan situasi nasional serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditindaklanjuti dengan perubahan struktur organisasi BPPT pada September 2015, sesuai Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi,maka dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi serta Sasaran Strategis BPPT, dilakukan perbaikan dan penyempurnaan(revisi) Renstra BPPT 2015-2019,yang kemudian berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 012 Tahun 2016 ditetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 1. Sesuai perkembangan yang terjadi, dan setelah diadakan penajaman terhadap Renstra BPPT Revisi 1, dipandang perlu mengadakan penggantian terhadap Renstra BPPT Tahun 2015-2019 Revisi 1, yang kemudian berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 017 Tahun 2016 ditetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2. Dalam hal ini kedeputian TIRBR juga telah Sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku, pada bulan Maret 2015 BPPT telah menyusun rencana strategis (Renstra) sebagai dokumen perencanaan lima tahunan untuk periode tahun 2015-2019. Kemudian Renstra BPPT tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT), RencanaKerja BPPT (Renja), dan Rencana Kerja dan Anggaran BPPT (RKA K/L). Pelaksanaan dan Pemantauan terhadap program dan kegiatan dilakukan melalui indikator kinerja dan targetnya.Terkait dengan perencanaan kinerja dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Renstra BPPT tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam membuat Perjanjian Kinerja (PK), dan kemudian Perjanjian Kinerja ini yang akan dijadikan acuan dalam melakukan pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja. Sejalan dengan waktu dan perkembangan situasi nasional serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditindaklanjuti dengan perubahan struktur organisasi BPPT pada September 2015, sesuai Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi,maka dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi serta Sasaran Strategis BPPT, dilakukan perbaikan dan penyempurnaan(revisi) Renstra BPPT 2015-2019,yang kemudian berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 012 Tahun 2016 ditetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 1. Sesuai perkembangan yang terjadi, dan setelah diadakan penajaman terhadap Renstra BPPT Revisi 1, dipandang perlu mengadakan penggantian terhadap Renstra BPPT Tahun 2015-2019 Revisi 1, yang kemudian berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 017 Tahun 2016 ditetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2. Dalam hal ini kedeputian TIRBR juga telah

a. Visi dan Misi

Berdasarkan tugas dan fungsi, kondisi umum, potensi dan permasalahan yang akan dihadapi kedepan, sebagaimana dijelaskan dalam Dokumen Rencana Strategis BPPT 2015-2019 revisi ke dua, BPPT telah menetapkan visi dan misi yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019. Dalam hal Visi, Kedeputian TIRBR mengacu tehadap Visi BPPT yaitu :

“Pusat UnggulanTeknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan LayananTeknologi untuk Meningkatkan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa” Misi

TIRBR berupaya untuk mewujudkan visi BPPT dengan melaksanakan Misi nomor 5 dari 6 Misi yang telah di tetapkan BPPT yaitu Melaksanakan pengkajian & penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi & layanan teknologi dibidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa.

b. Tujuan

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi ke 5 BPPT yaitu melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang industri rancang bangun dan rekayasa ke dalam program-program yang mendukung Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi ke 5 BPPT yaitu melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang industri rancang bangun dan rekayasa ke dalam program-program yang mendukung

Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Tujuan ini memiliki indikator yang terukur yang di jabarkan menjadi tiga hal pokok yaitu:

a) jumlah Produk yg memiliki Daya Saing;

b) jumlah Produk yg mendukung Kemandirian;

c) Indeks Kepuasan Masyarakat.

c. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program

Sasaran Program TIRBR Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih detail dari Indikator Kinerja Sasaran Strategis BPPT dengan indikator dan target yang terukur. Formulasi penjabaran Tujuan BPPT menjadi Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program di ringkas pada Tabel 2.1. Penjabaran Target Kinerja kedeputian TIRBR 2015-2019 yang meliputi inovasi yang dihasilkan, rekomendasi yang di manfaatkan, layanan teknologi dan indek kepuasan masyarakat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sasaran Program 1.1 yaitu Terwujudnya inovasi di bidang TIRBR yang memiliki daya saing di ukur dengan indikator kinerja Jumlah produk bidang TIRBR yang memiliki daya saing sebanyak 2 produk yang terdiri dari:

1.1 1 Inovasi Produk drone wulung yang tersertifikasi dan sudah diproduksi oleh PT. DI yang di hasilkan Tahun 2016

1.2 1 Inovasi Produk Drone alap-alap yang di hasilkan pada Tahun 2019

2. Sasaran Program 1.2 yaitu Termanfaatkannya inovasi di bidang TIRBR yang memiliki daya saing di ukur dengan indikator kinerja Jumlah inovasi bidang TIRBR dan sudah di manfaatkan oleh pengguna teknologi sebanyak 1 Inovasi yaitu:

2.1 1 Inovasi Drone alap-alap yang di hasilkan pada Tahun 2018

3. Sasaran Program 2.1 yaitu Terwujudnya hasil inovasi di bidang TIRBR untuk mendukung Kemandirian Bangsa yang di ukur dengan indikator kinerja Jumlah produk bidang TIRBR yang mendukung Kemandirian Bangsa sebanyak 5 Produk yaitu:

3.1 1 Rekomendasi teknis pembangunan Train V yang dihasilkan Tahun 2015

3.2 1 Rekomendasi desain standar pabrik gula yang dihasilkan Tahun 2017

3.3 2 rekomendasi teknis yang terdiri dari 1 rekomendasi design standar kapal cepat rudal dan 1 rekomendasi pilot project sistem transportasi perkotaan yang dihasilkan pada tahun 2018

3.4 1 rekomendasi teknis desain standar kapal niaga yang di hasilkan pada Tahun 2019

4. Sasaran Program 2.2 yaitu Termanfaatkannya hasil inovasi di bidang TIRBR untuk mendukung Kemandirian Bangsa yang diukur dengan indikator kinerja Jumlah inovasi yang mendukung kemandirian bangsa bidang TIRBR dan sudah dimanfaatkan sebanyak 7 inovasi yaitu:

4.1 1 inovasi desain standar pabrik gula yang dihasilkan Tahun 2016

4.2 2 inovasi yang di hasilkan pada Tahun 2017, terdiri dari 1 inovasi desain standar kapal cepat rudal dan 1 inovasi pilot project sistem transportasi perkotaan

4.3 2 inovasi yang terdiri dari 1 inovasi desain standar kapal niaga dan

1 rekomendasi sistem transportasi missal berbasis rel yang dihasilkan pada tahun 2018

4.4 2 inovasi yang di hasilkan pada Tahun 2019 untuk 1 desain standar infrastruktur kepelabuhanan dan 1 desain standar jembatan teknis desain standar kapal niaga yang di hasilkan pada Tahun 2019

5. Sasaran Program 4 yaitu Meningkatnya kualitas layanan teknologi bidang TIRBR yang di ukur dengan Indek Kepuasan Masyarakat yang berdasarkan hasil survey terhadap pengguna empat bidang teknologi TIRBR yaitu Hankam, Permesinan, Transportasi dan Maritim.

Tujuan No

Sasaran Program (Es I)

Kinerja Program (Es I)

1 Meningkatkan

1. Jumlah Produk 1.Terwujudnya 1. Jumlah Produk pemanfaatan

jumlah Produk

1.Terwujudnya

yg memiliki Daya inovasi di bidang Bidang TIRBR teknologi dalam

yang memiliki

inovasi untuk

TIRBR yang yang memiliki mendukung

Daya Saing

mendukung

Saing (DS)

memiliki DS Daya Saing peningkatan daya

peningkatan

daya saing dan

Satuan : Produk

saing dan

2. 2. Jumlah inovasi kemandirian

jumlah Produk

kemandirian

Termanfaatkann Bidang TIRBR bangsa

yang mendukung bangsa

Kemandirian

ya hasil inovasi yang sudah di Bidang TIRBR dimanfaatkan yang memiliki

oleh pengguna

DS

teknologi

Satuan : Inovasi/Rekome ndasi

3. Terwujudnya 3. Jumlah Produk yang mendukung inovasi di bidang Bidang TIRBR Kemandirian

2. Jumlah Produk

TIRBR untuk yang mendukung

mendukung kemandirian

Kemandirian

bangsa

Satuan : Produk

4. 4. Jumlah inovasi Termanfaatkann /rekomendasi ya hasil inovasi

Bidang TIRBR di Bidang TIRBR yang sudah untuk

dimanfaatkan mendukung

oleh pengguna

kemandirian

teknologi

Satuan : Inovasi/Reko mendasi

Indeks Kepuasan

2. Meningkatnya

4. Indek

7. Meningkatnya 7. Indeks

Masyarakat

kualitas layanan Kepuasan

Kualitas Layanan Kepuasan

teknologi BPPT

Masyarakat

Teknologi TIRBR Masyarakat

Tabel 2-1 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program TIRBR

2.2 Rencana Kinerja Tahun 2017

Merujuk kepada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 dan tentang Petunjuk Teknis Perjanjian kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29 tahun 2010 tentang LAKIP, Kedeputian TIRBR telah menetapkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) sebagai sebuah Pakta Integritas kepada BPPT terkait target kinerja yang akan dicapai pada tahun 2017 ditunjukkan pada Tabel 2-2.

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Target Satuan

Jumlah

rekomendasi

Terwujudnya rekomen

1 inovasi untuk

1 teknologi desain standar

dasi

pabrik gula

mendukung

1 peningkatan

Jumlah rekomendasi desain

rekomen daya saing dan 2 standar kapal cepat rudal 1

dasi kemandirian

inovasi bangsa

perkotaan berbasis ITS Jumlah Layanan Teknologi :

Infrastruktur Maritim

Infrastruktur Transportasi

 Layanan teknologi

Nilai IKM

Masyarakat

Tabel 2-2 Rencana Kinerja Tahun 2017

2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2017

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Perjanjian Kinerja selain digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down juga dijadikan sebagai alat untuk mengkaitkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi. Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa telah menetapkan Perjanjian Kinerja tingkat Lembaga tahun 2017 sebagaimana tercantum dalam Dokumen Perjanjian KinerjaTahun 2017 Revisi 2, sebagai berikut

BAB 3. AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja dapat dilakukan melakui pengukuran terhadap kinerja yang dihasilkan dan realisasi anggaran yang dipergunakan. Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah. Proses ini berupa penilaian pencapaian setiap target kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan TIRBR-BPPT dalam pencapaian tujuan. Pengukuran kinerja merupakan salah satu kegiatan manajemen kinerja khususnya membandingkan kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2, Permen PAN No. 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah). Indikator Kinerja Sasaran Strategis BPPT diturunkan menjadi Sasaran Program TIRBR, Pada Tahun 2017 indikatornya adalah:

1. Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan kemandirian bangsa dengan indikator kinerja yaitu Jumlah inovasi di bidang TIRBR berupa rekomendasi di bidang TIRBR yang di manfaatkan yaitu DED FEED pabrik gula, rekomendasi desain kapal cepat rudal dan inovasi sistem transportasi perkotaan Intelligent Transportation Systems (ITS).

2. Terwujudnya layanan teknologi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dengan indicator kinerja jumlah layanan teknologi di bidang Maritim, Transportasi dan Permesinan.

Rekapitulasi Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja TIRBR Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3-1 REKAPITULASI PENGUKURAN KINERJA TIRBR Kedeputian

: Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa

Tahun Anggaran

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Jumlah rekomendasi teknologi desain standar

rekomendasi 1

pabrik gula

untuk mendukung

1 peningkatan daya saing dan

kemandirian

Jumlah rekomendasi desain standar kapal cepat

rekomendasi 1 100

bangsa

rudal Jumlah pilot project teknologi transportasi

inovasi

perkotaan berbasis ITS

4 Layanan

Jumlah Layanan Teknologi :

Meningkatnya kualitas 3  Layanan Teknologi Infrastruktur Maritim

2  Layanan Teknologi Infrastruktur Transportasi

layanan teknologi BPPT

 Layanan teknologi Permesinan

4 Indeks Kepuasan Masyarakat

B Nilai IKM

LKIP TIRBR 2017

3 - 24

3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program Inovasi Teknologi yang termanfaatkan di Bidang TIRBR

Pengukuran Capaian Sasaran Program (SP) inovasi teknologi bidang TIRBR yaitu Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:

1. Jumlah Rekomendasi di bidang TIRBR yang Dimanfaatkan dengan target

1 rekomendasi termanfaatkan DED pabrik gula.

2. Jumlah Inovasi di bidang TIRBR yang Dihasilkan, dengan target 1 rekomendasi desain standar kapal cepat rudal.

3. Jumlah Inovasi di bidang TIRBR yang Dihasilkan, dengan target 1 inovasi pilot project sistem transportasi perkotaan ITS. Penjelasan Capaian masing-masing Indikator Kinerja adalah sebagai berikut:

i. Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 yaitu 1 (satu) Rekomendasi di bidang TIRBR yang dimanfaatkan yaitu DED pabrik gula.

Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2, Rekomendasi adalah layanan teknologi berupa masukan dan atau penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Pada Tahun 2016, Rekomendasi TIRBR adalah DED FEED pabrik gula yang telah di manfaatkan untuk pembangunan pabrik gula glenmore yang pada athun 2016 telah menyelesaikan proses commissioning seluruh sistemnya. Pada Tahun 2017, pembangunan pabrik gula Glenmore dengan desain 2016 di sesuaikan dengan hasil commissioning dan diselesaikan menjadi desain standard pabrik gula.Pemakaian desain BPPT ini dapat meningkatkan kandungan komponen local sebesar 45%. Secara ringkas, capaian kinerja indikator kinerja 1 yaitu jumlah inovasi yang dihasilkan, dengan target 1 Inovasi dapat dilihat pada tabel 3.2.

Sasaran Program:

Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 1 :

Jumlah rekomendasi termanfaatkan di bidang TIRBR yang dimanfaatkan.

Target :

1 (satu) Rekomendasi

Penjelasan Target Indikator Kinerja 1 :

Standar DED pabrik gula

Program

Capaian

Kinerja Bukti Pendukung

Standar DED pabrik

Surat keterangan dari Teknologi

XII terkait Permesinan termanfaatkannya

gula

PTPN

desain BPPT yang dapat

meningkatkan TKDN 45%

Tabel 3-2 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

a. Desain Standar Pabrik Gula Pabrik Gula

a.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2017 dan hasil yang dicapai Kegiatan yang dilakukan pada Tahun Anggaran 2017 ini adalah persiapan dan identifikasi perhitungan Tingkat Kandungan Dalam Negeri terkait daftar Komponen Mekanik, Elektrik, Instrumen & Pekerjaan Sipil per Station. Pengelompokan vendor list, Pengelompokan komponen Impor dan Lokal untuk mengindentifikasi kemampuan industri dalam negeri. Untuk selanjutnya dilakukan Klarifikasi ke Industri Manufaktur dalam negeri terkait serta mengeluarkan perhitungan nilai TKDN PT. IGG ketika menggunakan standar desain BPPT.

(1) Identifikasi komponen dalam negeri

Kegiatan identifikasi dan pengklasifikasian industri pendukung pabrik gula ini, dilakukan melalui serangkaian kegiatan ekplorasi, observasi dan survey industri dengan tujuan untuk dapat memberikan gambaran atau pemetaan kondisi industri manufaktur nasional khususnya pada sektor industri manufaktur yang mendukung pengembangan peralatan industri gula dalam negeri. Berdasarkan cara kerja dan sistem peralatan pemesinan yang terdapat di pabrik gula dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu :

A. Peralatan Mekanik, yang terdiri dari :  Rotating equipment, peralatan yang cara kerjanya berputar

(Milling, Turbin, Rotary Equipment and Motors, Pump, Mesin Centrifugal, Gear Box)

 Static equipment, peralatan yang cara kerjanya bersifat statis (Boiler, Cane Preparation, Pan, Evaporator, Filter, Clarifier, Tank, Piping)

B. Peralatan Elektric, yang terdiri dari :  Elektrik arus kuat (Generator, Travo, Switch Gear, Stabilisator,

Power Bank dll)  Elektrik arus lemah (Instrumentasi, PLC, Elektronik devices dll)

Gambar 3-1 Desain komponen mekanik Intermediate Carrier Assembly

(2) Industri dalam negeri terkait pabrik gula