IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT DALAM MEWUJUDKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS SISTEM PEMERINTAHAN MODERN
D. TANTANGAN DALAM PENERAPAN E-GOVERNMENT DI INDONESIA
akan mendapatkan kompensasi melalui cara mengantri di tempat tertentu untuk mengambil
Setiap perubahan, walaupun itu adalah sejumlah uang cash. Namun dengan cara ini
untuk perbaikan, tentu akan menimbulkan manfaat akan dirasakan baik oleh masyarakat
berbagai reaksi mulai dari sekedar meragukan maupun oleh pemerintah itu sendiri. Bagi
efektivitasnya sampai pada penolakan yang masyarakat tentunya akan menghemat waktu
didasarkan pada kepentingan-kepentingan pribadi dan tenaga karena dana kompensasi tiap
tersembunyi (vested interest) yang bertentangan bulannya tidak perlu diupayakan dengan
dengan tujuan perubahan tersebut. Apalagi bersusah payah mengantri di loket-loket
perubahan yang diterapkan di sector pemerintahan tertentu. Bagi pemerintah sendiri harusnya ini
tentu jauh lebih kompleks dan karenanya akan cara yang cukup efisien untuk menghemat biaya
sangat sulit jika dibandingkan dengan perubahan dan waktu pendistribusian uang tunai untuk
yang diintroduksikan di sektor privat. Hal ini tidak dibagikan bagi masyarakat yang berhak.
terlepas dari pengaruh pola penyelenggaraan Namun yang paling harus diingat kembali
birokrasi pemerintahan yang telah dilalui selama adalah bagaimana political will dari pemerintah
berpuluh tahun, dan telah dianggap sebagai itu sendiri. Dengan adanya cara-cara transaksi
sesuatu yang benar. Oleh karenanya melakukan yang baru, harus diiringi pula dengan
perubahan atau pembaharuan di sektor ini jelas pengawasan dan evaluasi yang baik terhadap
sangat membutuhkan upaya keras dan konsisten. cara-cara transaksi model baru tersebut. Harus
Penerapan e-government sebagai suatu ada monitoring sistem yang memadai yang
strategi inovasi di kalangan organisasi memastikan bahwa penyaluran dengan cara
pemerintah, sebagaimana strategi inovasi transaksi ini sudah tepat sasaran. Artinya harus
yang diterapkan pada sebuah organisasi dapat dipertanggungjawabkan uang yang
bisnis, jelas mensyaratkan adanya manajemen disalurkan melalui rekening ponsel ini. Cara
perubahan (change management) yang tepat baru tentunya akan menimbulkan resiko baru,
demi kesuksesannya. Menerapkan e-goverment sehingga harus benar-benar dipikirkan secara
berarti melakukan serangkaian perubahan atau matang dan cerdas bagaimana mengantisipasi
reformasi budaya (cultural change)., Manajemen
Jurnal
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
ini tentunya dilatarbelakangi oleh berbagai dalam pelayanan publik memasuki masa transisi
faktor antara lain: kendala sumberdaya dari pendekatan tradisional ke manajemen, dari
baik finansial, maupun masih rendahnya era teknologi pre-information dan communication
penguasaan teknologi informasi di kalangan menuju era baru dimana lingkungan selalu
pegawai pemerintahan daerah setempat. berubah dengan cepat melalui perkembangan
Sikap pesimis atau ketidak siapan tersebut teknologi informasi dan komunikasi yang
nampaknya memang cukup rasional mengingat sangat canggih (Riley, 2003).
e-government ini memang memerlukan adanya Dengan demikian, manajemen perubahan
penguasaan teknologi komunikasi serta lebih ditekankan untuk mempersiapkan individu-
kemampuan financial yang tinggi, belum lagi individu yang terlibat dalam suatu proses
pengaruh factor-faktor spesifik atau kondisi transformasi. Hal ini mengingat keberhasilan
tertentu di masing-masing negara. Sebagai suatu program pembaharuan atau perubahan
contoh, membangun sirkuit internet untuk sangat ditentukan oleh sikap dan dukungan
e-government di Fiji memakan biaya 9 kali lipat dari setiap komponen organisasi pada semua
dari yang dihabiskan di Jamaica (Campo, et.al., level. Perubahan menuntut adanya komitmen
2002). Selain itu kendala juga dapat berasal dari yang tinggi serta konsistensi tindakan kearah
luar pemerintah (faktor eksternal) yakni ketidak nilai-nilai yang ingin dikukuhkan menggantikan
siapan masyarakat sendiri karena belum banyak sistem nilai lama yang dianggap sudah tidak
yang familier dengan komunikasi melalui digital relevan lagi. Setiap perubahan, apapun bentuk
teknologi. Hal ini terbukti ketika diterapkannya dan motifnya, akan selalu menghadapi upaya
sistem electronic data interchange (EDI) untuk penolakan (resistensi) dari beberapa pihak yang
pengurusan prosedur ekspor impor di Kantor kurang mendukung terhadap adanya perubahan
Bea Cukai banyak customer atau perusahaan tersebut atau juga pihak-pihak yang kurang
yang tidak siap dengan sistem tersebut. optimis terhadap keberhasilan suatu perubahan.
Huseini (1999) dalam paparannya Oleh karenanya yang perlu untuk mendapat
menguraikan adanya tiga jenis tantangan perhatian adalah bagaimana meminimalisir daya
dalam penerapan e-government yakni yang resistensi tersebut dan menggalang komitmen
bersifat tangible, intangible dan very intangible bersama untuk mensukseskan perubahan yang
(dalam Muluk, 2001). Tantangan seperti dikehendaki.
keterbatasan sarana dan prasaran fisik jaringan Penerapan e-government akan mendorong
telekomunikasi dan listrik termasuk yang teijadi nya perubahan cultural, yang berarti juga
tangible . Sedangkan yang intangible misalnya perubahan sistem nilai, tidak saja di kalangan
tantangan financial, dan keterbatasan SDM. birokrasi pemerintah, tetapi juga masyarakat
Sementara yang tergolong very intangible adalah secara menyeluruh termasuk privat sector dan
keberanian pejabat pemerintah daerah untuk NGOs. Dari budaya birokrasi yang tertutup
menerapkan e-government berikut penerapan menuju budaya yang transparan, dimana
berbagai tindakan sebagai konsekwensi yang tuntutan adanya transparansi itu semakin kuat
harus dilakukan seperti menegakkan disiplin dari level lokal, nasional dan sampai ke level
atas segala pelanggaran serta bagaimana internasional (antara megara). Hal ini jelas
membangun knowledge society di kalangan sangat membutuhkan kesiapan mental serta
birokrasi pemerintah itu sendiri (Muluk, 2001). kemampuan (skills) sumberdaya manusia yang
Banyaknya kendala dan tantangan dalam memadai.
e-government sebenarnya dapat diatasi sepanjang Di Indonesia, kendala utama dari
good will pemerintah untuk menerapkan sistem penerapan e-government tidak dapat disangkal
tersebut tetap kuat dan konsekwen. Masyarakat lagi adalah faktor internal pemerintah utamanya
terutama di negara-negara sedang berkembang faktor manusianya atau lebih jelasnya adalah
akan dengan cepat berevolusi menuju digital kurangnya good will pimpinan (Bupati/
society yang ditandai dengan beberapa hal Walikota) selaku decision maker di tingkat lokal.
sebagai berikut (Campo, et.al.,2002): Ketika wacana ini dilontarkan tidak sedikit
1. meningkatnya jumlah masyarakat yang sikap pesimis yang nampak sebagai refleksi
menggunaan komputer keengganan individual untuk melakukan
2. turunnya biaya komunikasi
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
3. kemudahan dalam pemakaian dan meng- Untuk mencapai tujuan kebijakan akses berita-berita hangat menjadi suatu
sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut tentu- kebutuhan
nya tidaklah mudah. Hal penting yang
harus dipertimbangkan adalah membangun personalization” dan “instant gratification”
harmonisasi antara pilar good governance,
5. meningkatnya “telecommuting” terutama dalam membentuk mindset (reorientasi)
6. meningkatnya aktivitas ekonomi global terhadap konsepsi akuntabilitas publik yang selama ini belum sepenuhnya tepat. Untuk itu
Adanya perubahan pola beraktivitas di diperlukan seperangkat kebijakan dalam rangka kalangan masyarakat luas tersebut, se sungguhnya mendorong keberhasilan inovasi tersebut. merupakan suatu peluang bagi penerapan Kebijakan tersebut antara lain dapat berupa e-government. Kegagalan sebagaimana pada kasus
(Campo, et.al,2002):
EDI di Bea Cukai, paling tidak dapat diminimalisir dengan adanya jangkauan system yang lebih luas
1. Kebijakan yang dapat menciptakan iklim dan dapat diakses oleh masyarakat umum, tidak
politik yang mendorong pengambilan terbatas hanya pada specific customers. Masyarakat
resiko di kalangan birokrasi pemerintah. Nilai-nilai yang mendasari pola perilaku
dengan karakteristik computer literate dan birokrat yang cenderung status quo sangat information minded yang semakin banyak tersebar anti terhadap resiko, cenderung tidak di berbagai Kabupaten dan Kota, merupakan suka dengan inovasi yang belum jelas salah satu penggerak utama e-government. Hal ini keberhasilannya dan lebih memilih pola- identik dengan pentingnya partisipasi masyarakat
pola lama yang sudah dianggap benar, dalam good governance, hanya partisipasi tersebut
sudah waktunya diganti dengan nilai-nilai dilakukan melalui pemanfatan teknologi
yang menghargai inovasi dan kreativitas. informasi. Partisipasi masyarakat dan kalangan
2. Kebijakan yang mendorong inisiatif dunia usaha dalam e-government ini akan semakin lokal. Mengurangi dominasi pusat atau terdorong oleh adanya kepentingan bersama akan pemerintah nasional, untuk kemudian adanya layanan publik yang makin professional
lebih memberdayakan institusi lokal dan berkualitas, serta adanya kesadaran akan
karena mereka yang lebih dekat dengan governance. Dalam rangka itu perlunya membangun
masyarakat, kelompok-kelompok ke- linkages antara berbagai pihak demi mewujudkan
masyarakatan dan bisnis. Melalui good maka e-government menjadi suatu kebutuhan
reorganisasi struktur pemerintah lokal dan merupakan sarana paling efektif, dengan
dapat menjadi “window of opportunity” pertimbangan beberapa keunggulan e-government
bagi kebebasan berpikir dan melakukan sebagaimana dipaparkan terdahulu. Selain
perubahan termasuk melaksanakan ICT. itu berdasarkan hasil analisis biaya- manfaat
3. Kebijakan yang menempatkan tujuan sebagaimana yang ditulis oleh Idham Ibty (2001),
bisnis dalam pelayanan publik. Hal ini dari beberapa alternatif kebijakan, e-government
tidak berarti menciptakan nuansa bisnis dianggap dapat memenuhi kualitas layanan
dalam memberikan pelayanan publik, prima sebagaimana ditetapkan pada kriteria-
tetapi lebih untuk mendorong peningkatan kriteria tujuan kebijakan sehingga layanan publik
kualitas pelayanan yang secara langsung ini mampu menjadi instrument kepastian hukum
dinikmati oleh masyarakat sebagai bagi masyarakat. Adapun kriteria-kriteria tujuan
customer melalui system appraisal yang kebijakan tersebut meliputi:
kompetitif. Melalui kebijakan-kebijakan
1. Reformasi layanan publik dalam kerangka sebagaimana diuraikan di atas, diharapkan pasar bebas dan free internal trade
akan mampu mengubah sistem nilai
2. Desentralisasi dan Otonomi dan pola perilaku lama menuju ke pola
3. Optimalisasi dan efektivitas asset dan perilaku baru yang mengedepankan sumberdaya insani
connectivity antara berbagai komponen dan level masyarakat, swasta/pengusaha
4. Perimbangan keuangan daerah Pusat dan dan pemerintah yang menjamin adanya kemandirian daerah kemudahan, kecepatan dan akhirnya
5. Ukuran biaya manfaat yang layak bagi memberikan kepuasan. Terbentuknya kepentingan publik
connectivity tersebut merupakan investasi
6. Efisiensi dan efektivitas kepemerintahan budaya luar biasa yang dalam jangka
Jurnal
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
1. Support
bagi masyarakat. Elemen pertama dan paling krusial yang Sudah merupakan fenomena umum bahwa
harus dimiliki oleh pemerintah adalah keinginan selama ini pemerintahan di negara-negara
(intent) dari berbagai kalangan pejabat publik dan sedang berkembang memakan biaya tinggi (high
politik untuk benar-benar menerapkan konsep cost), namun memberikan sedikit pelayanan,
e-government, bukan hanya sekedar mengikuti dan kurang begitu responsive atau kurang
tren atau justru menentang inisiatif yang berkaitan akuntabel. Untuk itulah reformasi diperlukan
dengan prinsip-prinsip e-Government. Tanpa guna mengatasi pathologi birokrasi yang
adanya unsur “political will” ini, berbagai inisiatif sudah menjadi kronis tersebut. Namun sejauh
pembangunan dan pengembangan e-government ini pula hasil yang diperoleh dari serangkaian
tidak akan dapat berjalan dengan baik. Yang proses pembangunan yang telah dilalui belum
dimaksud dengan dukungan di sini juga bukanlah memberikan hasil yang maksimal, melainkan
hanya pada omongan semata, namun lebih jauh masih sangat jauh dari harapan. Dalam konteks
lagi dukungan yang diharapkan adalah dalam penyelenggaraan pembangunan daerah melalui
bentuk hal-hal sebagai berikut: good governance, maka perlu dibangun jaringan
a. Disepakatinya kerangka e-government (linkages) yang partisipatif, transparan, dan
sebagai salah satu kunci sukses negara responsive antara pilar-pilar good governance
dalam mencapai visi dan misi bangsanya, tersebut. Dan hubungan semacam itu hanya
sehingga harus diberikan prioritas tinggi. dapat dibangun dengan menerapkan teknologi
b. Disosialisasikannya konsep e-government informasi atau manajemem berbasis e-governance
secara merata, kontinyu, konsisten, dan (Effendi, Sofyan,2001 dalam Azari, Idham, (ed)
menyeluruh kepada seluruh kalangan 2002).
birokrat secara khusus dan masyarakat Belajar dari kegagalan-kagagalan pem-
secara umum melalui berbagai cara bangunan serta sulitnya mengubah perilaku
kampanye yang simpatik. birokrasi atau mentalitas birokrasi maka
2. Capacity
diperlukan adanya pemahaman kembali Adanya kemampuan atau keberdayaan mengenai hakekat pembangunan daerah dari pemerintah setempat dalam mewujudkan
dan bagaimana mewujudkannya melalui “impian” e-government terkait menjadi kenyataan. e-governance tersebut. Sebagaimana yang Ada tiga hal yang harus dimiliki oleh pemerintah
dipaparkan oleh Effendi (2001) pembangunan sehubungan dengan elemen ini, yaitu: daerah di era otonomi dalam konteks good
a. Ketersediaan sumber daya yang cukup governance paling tidak harus memiliki tujuan- untuk melaksanakan berbagai inisiatif tujuan sebagai berikut: e-government, terutama yang berkaitan
1. Mengembangkan kemampuan ekonomi dengan sumber daya finansial. daerah untuk menciptakan kesejahteraan
dan memperbaiki kondisi kehidupan
b. Ketersediaan infrastruktur teknologi material secara adil dan merata.
informasi yang memadai, hal ini
2. Meningkatkan kondisi kesehatan, merupakan 50% dari kunci keberhasilan pendidikan, perumahan, dan kesempatan
penerapan e-government. kerja masyarakat daerah
c. Ketersediaan sumber daya manusia yang
3. Mendorong penegakan hak-hak asasi memiliki kompetensi dan keahlian yang manusia, kebebasan politik dan demokrasi.
dibutuhkan agar penerapan e-government
4. Mengembangkan peradaban dapat sesuai dengan asas manfaat yang
5. Meningkatkan kesadaran perlunya
diharapkan.
pembangunan yang berkelanjutan
3. Value
Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard Elemen pertama dan kedua merupakan JFK School of Government (Indarjit, 2004: 15),
dua buah aspek yang dilihat dari sisi pemerintah untuk menerapkan konsep-konsep digitalisasi
selaku pihak pemberi jasa (supply side). Berbagai pada sektor publik, ada tiga elemen sukses
inisiatif e-government tidak akan ada gunanya yang harus dimiliki dan diperhatikan sungguh-
jika tidak ada pihak yang merasa diuntungkan sungguh. Masing-masing elemen sukses
dengan adanya implementasi konsep tersebut. tersebut adalah:
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Dalam hal ini yang menentukan besar tidaknya e-government (Nugroho, 2008: 168). manfaat yang diperoleh dengan adanya
Mengenai penyebab kegagalan e-government bukanlah kalangan pemerintah
pengembangan e-government di Indonesia, sendiri, melainkan masyarakat dan mereka
berbeda dengan anggapan dari banyak yang berkepentingan (demand side). Untuk itulah
orang, ternyata sumber masalahnya tidak maka pemerintah harus benar-benar teliti dalam
selalu terkait dengan ketersediaan teknologi memilih prioritas jenis aplikasi e-government apa
informasi. Persoalan yang dihadapi dalam saja yang harus didahulukan pembangunannya
pengembangan e-government di tingkat pusat agar benar-benar memberikan value (manfaat)
maupun di tingkat daerah saling terkait yang secara signifikan dirasakan oleh
antara masalah pengembangan infrastruktur, masyarakatnya.
kepemimpinan dan budaya masysrakat kita. Adapun elemen sukses pengembangan
Harus diakui bahwa ketersediaan teknologi e-government lain yang dikemukakan oleh Moon
seperti terangkum dalam masalah infrastruktur (2008: 168) di dalam buku Sistem Informasi
seringkali masih menjadi kendala di Negara Manajemen karya Eko Nugroho yaitu willingness
berkembang. E-government memang menuntut dan local culture. Willingness adalah kemauan.
adanya teknologi satelit, jarigan listrik, jaringan Kemauan di sini dapat diartikan sebagai komitmen
telepon, pengadaan komputer dalam lembaga yang muncul untuk melakukan sesuatu hal.
pemerintah beserta infrastruktur penunjang Persepsi masyarakat akan ICT akan mempengaruhi
yang terdapat secara merata di seluruh wilayah kemauan menggunakan fasilitas ICT (Stevanus
Indonesia. Namun, bagi sebagian besar daerah, Wisnu.W, 2005: 3). Faktor willingness tersebut dapat
kendala yang menjadi penyebab kegagalan terlihat dari adanya pengaruh willingness pada
penerapan e-government di Indonesia bisa e-Readiness terhadap keberhasilan e-government.
berasal dari faktor kepemimpinan. Faktor e-Readiness adalah pemeringkatan untuk menilai
ini dipengaruhi oleh adanya konflik antara tingkat kesiapan suatu negara dalam pemanfaatan
kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah teknologi informasi, khususnya untuk daerah. Faktor lain adalah peraturan yang pelaksanaan e-government. e-Readiness merupakan
kurang mendukung, alokasi anggaran yang sebuah kondisi terkait dengan keberhasilan
kurang memadai, pembakuan sistem yang pengembangan e-government. Terdapat stakeholders
tidak jelas yang kesemuanya ditentukan oleh yang terkait erat dengan penerapan e-government
komitmen dari para pemimpin atau pejabat yaitu, pemerintah, masyarakat yang terdiri atas
bagi terlaksananya e-government. individu dan organisasi non profit dan profit.
Sementara itu, yang sangat mendasar e-Readiness merupakan kesiapan stakeholders
tetapi memerlukan komitmen perubahan yang tersebut. Pendekatan pengukuran dilakukan
kuat adalah faktor budaya. Jajaran pemerintah dengan mengukur kemampuan dan kemauan
di Indonesia sebenarnya cukup mudah dalam stakeholders tersebut dalam konteks penerapan
memperoleh akses teknologi dan tidak kurang e-government . Pencapaian keberhasilan pemerintah
juga banyak pemimpin yang punya visi untuk mencapai tahap e-government dalam tingkat
pengembangan layanan secara elektronik. tertentu dipengaruhi oleh e-Readiness pemerintah
Namun, masalahnya adalah bahwa pemanfaatan maupun masyarakat pengguna (Stevanus Wisnu
e-government sering terbentur dengan faktor W, 2005: 4).
budaya masyarakat yang memang kurang Selain itu, faktor atau elemen sukses penerapan
mendukung. Faktor budaya diantara para e-government juga dapat dipengaruhi oleh local
birokrat dalam lembaga pemerintah inilah yang culture atau budaya lokal yang mempengaruhi di
seringkali mengakibatkan kurangnya kesadaran dalam kesuksesan penerapan e-government terkait
dan penghargaan terhadap pentingnya dengan kemampuan dalam memasyarakatkan
e-government. Yang sering muncul adalah transaksi elektronis. Begitu juga dengan kesiapan
ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan dari masyarakat pengguna, dimana berhubungan
bahwa aplikasi e-government mengancam dengan kemampuan masyarakat di dalam
jabatannya yang sudah mapan. Kita juga sering menggunakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang
melihat bahwa integrasi diantara lembaga terdapat di dalam penerapan e-government tersebut.
Negara, lembaga departemen maupun non- Peran masyarakat di sini sangat memiliki pengaruh
departemen masih selalu terkendala karena dalam pencapaian kesuksesan penerapan
masing-masing tidak mau berbagi data dan informasi. Inilah kendala yang paling pokok
Jurnal
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
digunakan, jika tidak didukung dengan perubahan sistem manajemen dan struktur organisasi, proses yang lebih cocok dengan penggunaan teknologi informasi, maka e-government akan gagal dalam mencapai tujuannya. Dalam hal ini tampak juga pentingnya unsur budaya dalam birokrasi pemerintah. Tanpa disertai perubahan dalam budaya birokrasi yang cenderung melanggengkan KKN, maka peran teknologi informasi mungkin
Sumber: Poster Sosialisasi KKS, KIS dan KIP (CNN Indonesia
hanya akan membuat cara-cara korupsi dan
kolusi baru yang semakin cepat dan semakin Gambar 4. Masalah Pokok Aplikasi E-government
rapi sehingga akan sulit dideteksi orang awam. Dari berbagai kasus aplikasi e-government
Beberapa hal lain yang menjadi tantangan di jajaran pemerintah, tampak bahwa kegagalan
dalam mengimplementasikan e-government di proyek e-government sebagian besar disebabkan
Indonesia antara lain:
kegagalan sistemik. Maksudnya kegagalan
1. Budaya berbagi belum ada. Budaya itu bisa disebabkan karena teknologi atau
sharing informasi dan mempermudah infrastrukturnya, karena faktor kepemimpinan,
urusan belum ada. Bahkan banyak oknum atau bisa juga karena faktor budaya. Robert
yang menggunakan kesempatan dengan Heeks (2003) menyatakan bahwa kebanyakan
mempersulit mendapatkan informasi ini. kegagalan aplikasi e-government di negara
2. Budaya mendokumentasikan belum berkembang adalah karena ketidakpahaman
lazim. Salah satu kesulitan terbesat yang mengenai “keadaan sekarang (where are we now)
kita hadapi adalah kurangnya kebiasaan dengan “apa yang akan kita capai dengan proyek
mendokumentasikan apa saja. Padahal e-government” (where the e-government project wants
kemampuan mendokumentasikan ini to get us). Dengan kata lain, yang seringkali terjadi
bagian penting dari standar software adalah kesenjangan yang lebar antara realitas yang
engineering.
sekarang dihadapi dengan rancangan e-government
3. Masih langkanya SDM yang handal. yang dimaksudkan untuk mengubah keadaan.
Teknologi informasi merupakan sebuah Kesenjangan ini terdapat dalam berbagai dimensi
bidang yang baru. SDM untuk bidang yang oleh Heeks dijabarkan berupa Information,
teknologi informasi umumnya dimiliki Technology, Processes, Objective and Resources, Staffing
oleh lingkungan bisnis/industri. Hal and Skills, Management Systems and Structures, other
ini akan lebih parah jika kekurangan kemampuan pemerintah ini dimanfaatkan
Resources. Pendapat Heeks dapat digambarkan oleh oknum bisnis dengan menjual solusi adalah sebagai berikut: yang salah dan sangat mahal.
4. Infrastruktur yang belum memadai dan mahal. Infrastruktur telekomunikasi Indonesia memang masih belum tersebar secara merata. Kalaupun ada fasilitas harganya masih relatif mahal.
5. Tempat akses yang terbatas. Sejalan dengan point di atas, tempat akses informasi jumlahnya juga masih terbatas. Di beberapa tempat di luar negeri, Pemerintah dan masyarakat bergotong royong untuk menciptakan access point yang terjangkau. Ini yang harus lebih ditingkatkan di Indonesia.
Gambar 5. Penyebab Kegagalan E-government menurut Heeks (2003)
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
E. PENUTUP
mampu menghasilkan sejumlah output yang lebih besar dengan total biaya
Kemajuan teknologi komunikasi dan yang sama, serta pemerintah mampu informasi melalui internet telah membuka menghasilkan output yang sama dengan
kesempatan yang semakin luas hubungan antara biaya sama, namun waktu yang ebih cepat. politik, demokrasi dan masyarakat. E-government
2. Efektivitas, yang artinya pemerintah adalah salah satu cara dalam mewujudkan proses mampu bekerja lebih baik dan lebih politik agar lebih partisipatif dan demokratis. inovatif. Pemerintah mampu menghasilkan Masyarakat dapat telibat secara langsung sejumlah output yang sama, dengan biaya dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan dan waktu yang relative sama, namun
pengawasan kebijakan publik. Perkembangan dengan standar kualitas layanan yang teknologi internet tidak saja telah meningkatkan
lebih baik, serta mampu menangkap efisiensi, efektivitas dan percepatan pelayanan
aspirasi masyarakat yang dilayaninya publik, tetapi juga telah memungkinkan debat-
dengan memberikan pilihan alternative debat yang bersifat publik yang bertujuan untuk
sesuai dengan kondisi dan kemampuan mendiskusikan, mengkritisi dan menganalisis
masyarakat tersebut.
keputusan politik dan tindakan administrasi publik.
Pemerintah Indonesia perlu memikirkan Riset dan dokumentasi praktik-praktik
untuk dengan segera menerapkan e-government ter baik di berbagai negara menyarankan
sebagai bentuk kepedulian terhadap tiga tahapan dasar dalam mengembangkan
kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan e-government:
masyarakatnya. Penerapan e-government
1. Pembangunan konektivitas dan infrastruktur ini sebagai salah satu bentuk Pemerintah
2. Pengembangan konten dan aplikasi Indonesia menuju pemerintahan terbuka
3. Sistem atau integrasi dan modern. Pemerintah Indonesia dengan sistem “pemerintah terbuka” akan menjadikan
Apa yang ditawarkan oleh e-government itu Indonesia sebagai salah satu negara yang kuat merupakan keunggulan utama dari Information
dan bersih serta akuntabilitasnya terpercaya Communication Technologies (ICT) yang dimata publik Indonesia maupun dunia.
mendorong terjadinya tiga perubahan yang Jika e-government di Indonesia diterapkan mendasari terciptanya good governance di Negara
maka pemerintah Indonesia harus sudah yang sedang berkembang, yang meliputi:
memikirkan beberapa hal berikut:
1. Automation yaitu pergeseran dari
1. Pemerintah harus menganggarkan dana pemrosesan informasi secara manual ke bagi pembangunan infrastruktur TIK. teknologi digital Pembangunan infrastruktur ini bertujuan
2. Informatisation yatiu mempercepat proses mempercepat penerapan e-government pengolahan informasi misalnya dalam
dalam pemerintah Indonesia, mulai dari rangka pengambilan keputusan dan
tingkat pusat sampai ke tingkat pedesaan. implementasi keputusan
2. Kebijakan baru yang berkaitan dengan
3. Transformation yaitu penciptaan metode- aturan, landasan hukum, kebebasan data, metode pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien. dan perlindungan data.
3. Sumber daya manusia (SDM), pemerintah Dari ketiga perubahan fundamental
perlu mempersiapkan SDM yang mem- ini, akan membawa beberapa keunggulan
punyai kapasitas pengetahuan dalam hal bagi pemerintah dalam menyelenggarakan
manajerial dan penguasaan TIK. Untuk pembangunan khususnya pembangunan daerah
saat ini Indonesia telah memiliki banyak dan pelayanan publik, yakni:
pakar-pakar dalam bidang ini, sehingga
1. Efisiensi, yang artinya pemerintah mampu hal ini merupakan modal untuk segera menyelenggarakan pelayanan dengan
mengembangkan e-government. lebih murah, mampu menjangkau lebih
4. Kemitraan dan kolaborasi, hal ini banyak lapisan masyarakat, dan mampu
dilakukan untuk mendukung berjalannya bekerja lebih cepat. Pemerintah mampu
e-government dengan baik. Salah satunya menghasilkan output yang sama dengan
adalah menjalin kemitraan dengan pihak biaya yang lebih murah, pemerintah
swasta dan kemitraan dengan masyarakat
Jurnal
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Paschampet. 2002. To Serve and To Preserve: E-government mendapat pantauan dari
Improving Public Administration in A pihak-pihak yang independen.
Competitive World. Asean Development Bank. E-governancein Depth.
Sebagai konsep yang aplikatif, e-government
E Prasojo dan T Kurniawan. 2004. Hambatan menawarkan alternatif untuk mengubah dalam Penerapan E-government di Indonesia. pola kerja dan perilaku birokrasi. Namun Laporan Penelitian. DIA Fisip UI. hal ini tidak terlepas dari adanya hambatan- Heeks, Richard. 2003. Most e-government for
hambatan yang sangat mungkin menjadi Development Project Fail: How Can Risk be tidak efektifnya implementasi e-government di
Reduced?. iGovernment Working Paper Series. suatu negara. Di Indonesia, hambatan utama
Manchester: Institute for Development justru teletak pada goodwill pemerintah untuk
Policy and Management. menerapkan e-government tersebut. Pada
Indrajit, Richardus E.. 2002. Electronic dasarnya, penyelenggaraan pemerintah tidak
Government. Yogyakarta: Andi Offset dapat dilepaskan dari peran serta aktif dari
_________________. 2004. E-government Strategi berbagai komponen masyarakat, swasta dan
Pembangunan dan Pengembangan Sistem pemerintah itu sendiri dalam rangka perumusan
Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. produk-produk kebijakan publik yang lebih
Yogyakarta: Andi Offset. inovatif. Oleh karenanya, interaksi dan sinergi
Kumorotomo, Wahyudi. 2008. Kegagalan yang efektiflah yang memungkinkan dapat
Penerapan E-government dan Kegiatan Tidak diterapkannya e-government dengan baik.
Produktif dengan Internet. Yogyakarta. Masyarakat kita saat ini sedang mengalami
Gama Press.
fase evolusi dalam hal berorganisasi dan Purwandani, Sri. 2011. Analisis Penerapan berkomunikasi. Adalah menjadi tugas dan
Electronic Government Kabupaten Pati. kewajiban bagi pemerintah untuk selalu
Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. tanggap dan menyesuaikan dengan pola-
Rokhman, Ali. 2008. Potret dan Hambatan pola dan kecenderungan baru yang akan
e-government Indonesia. Inovasi Online. selalu terjadi di masyarakat. Sehingga setiap
Edisi Vol 11/XX. Juli 2008. perubahan yang terjadi ini harus diantisipasi
Thoha, Miftah. 2010. Ilmu Administrasi Publik dan difahami serta selanjutnya difasilitasi
Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
dengan bentuk penyediaan teknologi support Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan system yakni e-government. Namun pada Publik. Yogyakarta. Media Pressindo. akhirnya yang terpenting adalah harus Undang Undang No. 11 Tahun 2008 tentang diperhatikan cara-cara pengawasannya. Informasi dan Transaksi Elektronik Sehingga bagaimanapun teknologi yang
Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang semakin maju, tetap yang menjadi tujuan
Keterbukaan Informasi Publik utama adalah bagaimana memenuhi kewajiban
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 pelayanan publik dengan baik dan bagaimana
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Pemerintah mempertanggungjawabkannya
antara Pemerintah Pusat, Pemerintah dengan transparan.
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
REFERENSI
Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang Andrianto, Nico. 2007. Good Government:
Telematika (Telekomunikasi, Media dan Transparansi dan Akuntabilitas Publik
Informatika)
melalui e-government. Malang: Banyumedia Instruksi Presiden No . 3 Tahun 2003 tentang Publishing.
Kebijakan dan Strategi Nasional Astuti, Sri Yuni Woro. 2004. Peluang dan
Pengembangan e-Government. Tantangan Penerapan E-governance Dalam
Peraturan Menteri No.28 tahun 2006 tentang Konteks Otonomi Daerah. Jurnal. Fisip
pembuatan domain dengan penggunaan Universitas Airlangga.
ekstensi go.id
422
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014