3
2. Alat
a. Alat yang digunakan untuk membuat ekstrak etanol bekatul beras hitam seperti bejana
stainless steel, penangas air waterbath, vaccum rotary evaporator, alat-alat gelas
Pyrex, timbangan analitik Presica A-SCS, cawan porselen, dan flakon. b.
Alat yang digunakan untuk perlakuan hewan uji seperti timbangan tikus 2610 gram Lark, Cina, timbangan analitik Ohaus, spuit injeksi 1,0 ml, 3,0 ml, 5 ml Terumo,
dan spuit oral ukuran 18 gauge. c.
Alat yang digunakan untuk pengambilan dan preparasi serum darah tikus yaitu pisau sayat, holder, vortex, tabung ependorf, sonifikator, sentrifuge Mini Spin, dan alat-alat
gelas Pyrex. d.
Alat yang digunakan untuk penetapan kadar glukosa darah seperti kuvet disposable semi micro
, mikropipet ukuran 5-50 µL dan 100-1000 µL Accura, yellow tip, blue tip, dan spektrofotometer visibel Star Dust FC15.
2. Bahan
a. Bekatul beras hitam sebagai bahan yang akan diekstraksi. Bekatul diperoleh dari
Kartasura, Solo. b.
Etanol 96 sebagai penyari. c.
Aloksan sebagai penginduksi hiperglikemi Sigma Aldrich. d.
Larutan saline larutan NaCl 0,9 sebagai pelarut aloksan. e.
Akuades sebagai pelarut ekstrak bekatul beras hitam. f.
Tikus putih galur Sprague Dawley SD dengan berat badan 200-300 gram, umur 2 sampai 3 bulan yang diperoleh dari peternakan tikus drh. Sarwono Salatiga, Jawa
Tengah sebagai hewan uji. g.
Pereaksi pada penetapan kadar serum glukosa seperti reagen kit Glucose GOD FS dari Diasys.
3. Jalannya Penelitian
a. Pembuatan Ekstrak
Bekatul beras hitam direndam dalam etanol 96, rendaman diaduk hingga rata, ditutup rapat selama 3 hari dan sesekali dilakukan pengadukan. Hasil rendaman yang
diperoleh disaring menggunakan vaccum Buchner. Filtrat yang terbentuk disimpan, dan ampasnya diremaserasi menggunakan etanol 96 sebanyak empat kali. Seluruh filtrat
yang terkumpul diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator dengan suhu 60ºC hingga terbentuk ekstrak kental. Ektrak kental yang diperoleh kemudian ditimbang untuk
menghitung rendemen.
4
b. Pembuatan Tikus Diabetes
Kadar glukosa darah awal baseline pada tikus diukur terlebih dahulu. Nilai normal kadar glukosa pada tikus berkisar antara 50-135 mgdL Johnson-Delaney, 1996.
Kemudian tikus diinduksi dengan aloksan dosis 160 mgkgBB Chougalae et al., 2007. Pemantauan kadar glukosa darah tikus dimulai pada hari ke-4, 7, 10, 14, dan ke-21, jika
kadar glukosa darah ≥150 mgdL tikus dikategorikan telah mengalami diabetes melitus
Iqbal et al., 2011.
c. Uji Perlakuan
Tikus jantan yang digunakan sebanyak 20 ekor dengan berat 200-300 gram dan telah diaklimitasi selama 7 hari. Selanjutnya tikus diambil secara acak dan dibagi menjadi
5 kelompok. Ditetapkan kadar glukosa darah awal baseline terlebih dahulu pada semua kelompok. Selanjutnya kelompok II-V diinduksi aloksan secara intraperitonial dengan
dosis 160mgkgBB. Pemantauan kadar glukosa darah tikus dilakukan pada hari ke -4, -7, - 10, -14, dan ke-21. Tikus yang mengalami nefropati diabetes digunakan sebagai sampel
Sulistiowati, 2014. Selanjutnya kelompok III-V diberi perlakuan dengan ekstrak etanol bekatul beras hitam selama 14 hari. Pemantauan kadar glukosa darah dilakukan pada hari
ke-7, -10, dan -14. Kelompok I
: kontrol normal, tanpa perlakuan ekstrak bekatul beras hitam Kelompok II : kontrol negatif, diberi akuadest p.o
Kelompok III : perlakuan dengan ekstrak bekatul beras hitam 50mgkgBB p.o Kelompok IV : perlakuan dengan ekstrak bekatul beras hitam 100mgkgBB p.o
Kelompok V : perlakuan dengan ekstrak bekatul beras hitam 200mgkgBB p.o
d. Pembuatan Sampel, Blangko dan Standart