Pendekatan secara persuasif guru agama islam dalam upaya meningkatkan hasil belajar aqidah ahklak di kelas iv mi nurul mustopa kamal kalideres jakarta barat

PENDEKATAN S ECARA PERS UAS IF GURU AGAMA IS LAM DALAM
UPAYA MENINGKATKAN HAS IL BELAJ AR AQIDQH AKHLAK DI
KELAS IV MI NURUL MUS TOPA KAMAL KALI DERES
J AKARTA BARAT
S k rips i
Da ju k a n Un tu k Mem en u h i Per s ya r a t a n Mem p er oleh
Gela r S a r ja n a Pen d id ik a n Is la m

Ole h :
S it i Kh o dijah
NIM: 1 8 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1

J URUS AN PENDIDIKAN AGAMA IS LAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERS ITAS IS LAM NEGERI
S YARIF HIDAYATULLAH
J AKARTA
2015 M

ABSTRAK
Pendekatan Secara Persuasif Guru Agama Islam dalam Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Aqidah Akhlak di Kelas IV MI Nurul Mustopa Kamal Kalideres
Jakarta Barat.
Kata Kunci: Pendekatan Persuasif, Guru PAI, Hasil Belajar Aqidah Akhlak.
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengatasi

permasalahan

kegiatan

pembelajaran berkaitan dengan pendekatan persuasif agar meningkatkan hasil
belajar Aqidah Akhlak di kelas IV MI Nurul Mustopa Kamal Kalideres Jakarta
Barat dapat dicapai.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Pra-Siklus dari hasil penilaian
guru pada siswa ada ....... % yang mencapai KKM. Sehingga pembelajaran belum
mencapai tujuan yang diharapkan. Selanjutnya peneliti ingin mencoba pendekatan
persuasif pada tindakan Siklus I, dengan harapan adanya peningkatan dari PraSiklus yang sebelumnya pembelajaran hanya menggunakan berbagai metode dan
pendekatan lain. Pada Siklus I peroleh nilai sebagai berikut: ........ % dan ........ %.
Hal ini terlihat dari Prosentase hasil diatas. Hal ini terbukti bahwa dengan
pendekatan persuasif mampu meningkatkan hasil pembelajaran siswa sekaligus
memberikan rasa percaya diri yang kuat. Kemudian setelah dilihat dari hasil siklus
I peneliti masih belum puas karena tidak sesuai dengan target yang ingin dicapai.
Kemudian peneliti melanjutkan pada siklus II dengan perolehan prosentase nilai
........ %. Demikian peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan secara persuasif guru
agama islam dalam upaya meningkatkan hasil belajar aqidah akhlak mampu
mendorong dan meningkatkan motivasi belajar siswa supaya konsisten dalam
mengikuti pembelajaran.

iii

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan nikmat, terutama nikmat iman dan Islam, serta nikmat sehat wal’afiat

sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Sholawat serta salam mari kita
senandungkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW kepada
keluarganya sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelasikan skripsiini yang
berjudul “Pendekatan Secara Persuasif Guru Agama Islam dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak di Kelas IV MI Nurul Mustopa Kamal
Kalideres Jakarta Barat”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar S-1 di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selama masa penelitian,

penyusunan, dan penulisan skripsi ini penulis

banyak mendapat bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak. Baik dari
keluarga, sahabat, civitas akademika kampus, hingga pihak-pihak yang berada di
tempat penelitian melakukan penulisan skripsi, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapakan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Jakarta.
2. Dr. Abdul Madjid Khon, M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Dindin Ridwanudin, M.Pd., ketua program Dual Mode System.
4. Drs. Masan AF, M.Pd., dosen pembimbing yang telah memberikan
arahannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan
ilmu kepada penulis, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan
yang telah beliau berikan.

iv

6. Musa Mustopa, S.Pd., Kepala MI Nurul Mustopa Kalideres Jakarta
Barat, yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian di MI
yang bapak pimpin.
7. Ayahanda Laji Sabar dan Ibunda Rohilah, terima kasih atas doa dan
pengorbanan yang telah kau berikan, serta saudara-saudaraku yang telah
memberikan motivasi baik moril maupun materil.
8. Alm. Suami tercinta yaitu Asrul Sukri Siregar yang telah meninggal
dunia saat penulis memulai skripsi ini, dengan pengorbanan almarhum
penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kelima putr-putri tercinta, Rizqy Amalia Siregar, Fikri Amalia Siregar,

Rohmatunnisa Siregar, Putri Intan Soleha Siregar dan Sayyidah Khunda
Barkah Siregar dengan cinta dan pengorbanan serta harapan mereka
merupakan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan di PAI DMS yang selalu membantu dan
memberikan kesan tersendiri di hati penulis. Semoga persahabatan kita
tidak hanya di sini saja. Akan tetapi, selalu tetap terjalin dengan baik di
luar nanti.
11. Seluruh staf akademik di FITK UIN Jakarta yang telah memberikan
pelayanan dengan baik.
Sesungguhnya urutan nama di atas bukan merupakan rangking prioritas.
Akan tetapi, hanya sekadar penulisan teknis saja. Sedangkan mereka yang tidak
disebutkan namanya, bukan tidak memiliki arti, tetapi sebaliknya semua
mempunyai arti di hati penulis.

Jakarta, 6 Juni 2015

Siti Khodijah

v


DAFTAR ISI
ABSTRAK ....……………………………………............................................….. i
KATA PENGANTAR …………………………................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ……….......................................………………………..... iii
DAFTAR TABEL …………….................................................…………..…...... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah.................................................................................. 5
D. Rumusan Masalah...................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian....................................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Pendekatan Persuasi ....................................................... 7
a. Pengertian Pendekatann .............................................................. 8
b. Pengertian persuasi ..................................................................... 11
c. Hakekat Persuasi ........................................................................ 13
d. Metode Pembelajaran dengan cara Persuasi .............................. 16
e. Tujuan pembelajaran dengan cara Persuasi ............................... 20
f. Motivasi secara persuasi ............................................................ 23

2. Guru Pendidikan Agama ................................................................ 24
a. Sifat guru dalam pandangan Islam ............................................ 25
b. Tugas Guru dalam Islam .......................................................... 26
c. Fungsi Guru pendidikan Agama Islam ..................................... 27
3. Aqidah dan Akhlak........................................................................... 28
a. Aspek-aspek aqidah................................................................... 30
2). Pengertian akhlak..................................................................... 32
4. Hakekat Implementasi Pendekatan Persuasi ............................... 33
5. Pengembangan Pendekatan Persuasi............................................ 35
a. Pengembangan Pola Pikir (kognitif)....................................... 36
b. Pengembangan Sikap (Afektif)................................................ 38
vi

c. Pengembangan Kecakapan (Psikomotor) ............................. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 42
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus ........................... 43
C. Tahap Intervensi Tindakan................................................... 49
D. Populas dan Sampel ............................................................ 50

E. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ........................ 52
F. Tahap Intervensi Tindakan yang diharapkan ...................... 53
G. Data dan Sumber Data ........................................................ 53
H. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 53
I. Teknik Analisis Data .......................................................... 54
J. Definisi Operasional .......................................................... 57
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah
1. Identitas Sekolah ......................................................... 58
2. Keadaan Murid ........................................................... 58
3. Keadaan Guru ............................................................ 59
B. Deskripsi dan Analisis Data
1. Siklus I ...................................................................... 59
a. Perencanaan Pembelajaran
b. Pelaksanaan Pembelajaran
c. Hasil Observasi
d. Hasil Belajar
e. Pembahasan
2. Siklus II .................................................................... 65
a. Perencanaan Pembelajaran

b. Pelaksanaan Pembelajaran
c. Hasil Observasi
d. Hasil Belajar
e. Pembahasan
vii

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran

viii

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Maslah
Peran Guru Agama Islam dalam pembentukan karakter siswa yang

beriman, dan bertaqwa sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Undangundang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan tegas
merumuskan dasar, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, dasar Pendidikan
adalah Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, sedangkan fungsinya yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.1 Tujuan
Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.2Berdasarkan fungsi dan tujuan tersebut jelas pencapaiannya
adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar aqidah akhlak yang akan
membentuk karakter bangsa secara

maksimal agar menjadi manusia yang

seutuhnya, dalam kaitannya sebagai insan yang bertaqwa dengan pengamalan
yang langsung diimplentasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia
yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, dan menjadi pribadi yang baik.
Melalui Pendidikan Agama Islam dalam pendekatan persuasif pada
materi aqidah akhlak dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu
pengajarannya harus diusahakan seoptimal mungkin dengan berbagai metode dan

1

Forum Mangunwijaya, Kurikulum Yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif,
(Kompas Nasional).
2
Abdul Rozak, UU SIKDIKNAS, Pengembangan Profesi keguruan, (FTIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012), hlm 178.

1

2

teknik pengajaran sesuai dengan materi pembelajaran yang dikembangkan oleh
guru-guru melalui kompetensi yang harus dimiliki oleh guru-guru agama Islam,
bagaimana meningkatkan hasil belajar aqidah akhlak sejak dini, minat belajar
siswa tentang Pendidikan Agama Islam perlu mendapat perhatian khusus yang
akan menunjang faktor keberhasilan siswa dalam belajar, kebutuhan siswa akan
Pendidikan Agama Islam perlu ditanamkan, karena menyangkut kebaikan
kehidupan di dunia maupun di akhirat, guru harus mampu mendorong dan
membimbing dengan pendekatan secara persuasif agar lebih mudah dalam
bimbingan terhadap siswa, sehingga siswa mampu meningkatkan hasil belajar
aqidah akhlak, yang selama ini pembelajaran pendidikan agama Islam lebih pada
metode yang kontektual, menghapal dan ceramah sehingga menimbulkan
kejenuhan dalam proses pembelajaranya, dan proses pembelajaran yang kurang
kondusif,

sehingga

implementasi pelajaran aqidah akhlak kurang dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu banyaknya kendala yang
dihadapi, baik faktor intern maupun ekstern, yang berkaitan dengan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Baik di lingkungan sekolah maupun tepat tinggal
masyarakat, guru yang kurang tepat mengembangkan metode pembelajaran,
kurangnya perhatian orang tua, kurangnya pemahaman orang tua tentang
pendidikan, lingkungan yang kurang akan kegiatan keagamaan, pengaruh media
elektronik yang kurang tepat, sehingga realisasi dari pembelajaran aqidah akhlak
menjadi menjadi hal yang langka dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta
didik.
Guru perlu

mengembangkan kurikulum

metode pengajaran dengan

pendekatan secara persuasif, karena dengan pendekatan secara persuasif guru
akan lebih mudah mengenali latar belakang kondisi siswa. memberikan serta
membimbing

siswa

dengan

tepat

sesuai

kebutuhan

siswa

dan

mengimplementasikan dalam bertingkah laku dengan baik dan benar. Untuk
mewujudkan pendidikan yang berkwalitas, salah satunya adalah guru yang

3

berkwalitas, guru mampu mengembangkan kemampuan peserta didik yang
mencangkup pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), dan sikap(afektif)3.
Pendidikan merupakan cara untuk mengembangkan potensi diri dengan bantuan
yang paling dominan, sehingga seorang guru harus memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional, yakni memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi propesional4.
Kemampuan pedagogik, guru di tuntut memiliki kemampuan secara metodologis,
untuk merancang program dan pelaksanaan pengajaran. Kemampuan merancang
dalam pelaksanaan pembelajaran sangat membantu aktivitas pembelajaran dan
membimbing siswa untuk lebih meningkatkan pembelajaran yang di terimanya
dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Metode pembelajaran dengan
pendekatan secara persuasif akan mampu membantu guru dan siswa saling
berinteraksi dengan baik sesuai dengan latar belakang siswa dan tingkat
kebutuhan siswa.
Kurangnya perhatian orangtua pada peserta didik sangat mempengaruhi,
peningkatan belajar siswa begitu juga kurangnya pemahaman orangtua akan
pendidikan Islam sangat mempengaruhi kepribadian siswa untuk dapat
mengamalkan dan mengkhayati akan materi pendidikan Islam yang didapatnya
pada proses pembelajaran. Lingkungan yang tidak agamis menambah sempitnya
ruang lingkup siswa untuk mengimplementasikan nilai aqidah dan akhlak yang
dipelajarinya di sekolah yang baik dan benar. Di tambah lagi pengaruh media
elektronik yang kurang tepat pemanfaatanya membuat anak didik semakin sempit
pola pikirnya, dengan berbagai masalah ini, maka penulis membatasi masalah
tentang bagaimana guru menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan
memadukanya dengan pendekatan yang lebih persuasif, agar guru dapat dengan
mudah membimbing siswa untuk meningkatkan hasil belajar aqidah akhlak
3

Oemar Malik, Dasar Dasar Pengenbangan Kurikulum, (Bandung, PT Rosda Karya, 2009),

4

Abdul Rozak, FTIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, hlm 155-159

hlm, 129

4

dengn baik dan benar, kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial sangat
membantu guru dalam merancang program pelaksanaan pembelajaran dengan
tepat dan benar sesuai materi yang diajarkan. Untuk mewujudkan pendidikan
yang berkwalitas, salah satunya adalah guru yang profesional.profesio yaitu guru
yang mempunyai kemampuan untuk menggunakan berbagai pendekatan dan
metode pembelajaran yang tepat sesuai materi yang dipelajari, dan meramunya
dengan pendekatan secara persuasif. Dengan latar belakang masalah di atas,
maka peneliti akan mencoba menerapkan pembelajaran Pendekatan Persuasif
Pada Kelas Iv Madrasah Ibtidaiyah Nurul Mustopa, Kelurahan Kamal,
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
B. Identifikasi Masalah
Dari

beberapa permasalahan

yang ada maka perlu penulis mengidentifikasi

masalah yang menyangkut berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran
aqidah akhlak.
1. Lingkungan sekolah kurang kondusif untuk belajar.
2. Kurang diterapkanya Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, dalam
mengembangkan metode pembelajaran
3. Pendekatan

secara

persuasif

kurang

diterapkan

dalam

kegiatan

pembelajaran.
4. Kurangnya pemahaman orang tua tentang pembinaan aqidah dan akhlak.
5. Kurangnya perhatian orang tua dan kurangnya pemahaman orang tua
tentang pendidikan Islam.
6. Pengetahuan dan pelaksanaan keagamaan di

lingkungan kurang

mendukung untuk perkembangan anak.
7. Hasil belajar pada mata pelajaran aqidah ahlak masih kurang.

5

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, penulis membatasi permasalahan
hanya pada pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan secara persusasif dan
peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran aqidah ahlak.
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan di atas untuk lebih mengarahkan peneliti, maka perlu
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah pendekatan persuasif guru
Agama Islam mampu meningkatkan hasil belajar aqidah akhlak di kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Mostopa Kamal Kalideres Jakarta Barat?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Peneltian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan kegiatan pembelajaran
berkaitan dengan pendekatan secara persuasif agar peningkatan hasil belajar
aqidah akhlak di kelas IV MI Nurul Mustopa Kamal Kalideres Jakarta Barat
dapat tercapai.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
1) Untuk meningkatkan hasil belajar aqidah akhlak dengan penerapan
pendekatan secara persuasif.
2) Untuk mengetahui pengaruh pendekatan persuasif terhadap peningkatan
hasil belajar aqidah akhlak.
3) Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan motivasi siswa dalam belajar,
khususnya pada mata pelajaran aqidah akhlak.
4) Guru lebih mudah memahami karakter siswa secara dekat dan langsung
sehingga di perlukan pendekatan persuasive

6

5) Guru akan mudah menerapkan berbagai metode pembelajaran dengan
meramunya secara persuasif. Memberikan layanan untuk menambah
kemampuan pemahaman siswa dalam peningkatan hasil belajar aqidah
akhlak dalam kehidupam sehari-hari, dengan mempersiapkan bahan ajar,
kesiapan siswa, sumber belajar yang ada, pendekatan dan metode yang
akan diterapkan.
6) Membuat rencana pembelajaran yang disetting sebagai rencana tindakan
kelas dalam hal ini, giru menyusun rencana tindakan kelas sebelum
bertemu dengan siswa, memahami latar belakang siswa, menyiapkan
bahan ajar dan bahan tugas untuk siswa
7) Orang tua akan lebih memahami kebutuhan siswa dan bersama-sama
dengan guru melakukan pendekatan secara persuasif agar siswa dapat
memahami tujuan pembelajaran aqidah akhlak dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

7

BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Pendektan persuasif
Teori pendektan persuasif dalam pandangan secara individu, yakni
kemampuan komunikasi persuasif ini disebut human relations interaksi antara
seorang dan orang lain yang memuaskan. Secara organisasi, kegiatan komunikasi
persuasif ini terwujud dalam pendekatan public relations, yaitu setiap usaha
dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis dari suatu organisasi melalu upaya
terciptanya pengertian umum, kepercayaan umum, kerja sama umum, dan
bantuan umum.1
Pendekatan persuasif ini ialah adanya interaksi antara guru dan peserta
didik dalam

proses pembelajaran bersifat sementara. Sebagai dasar pijakan

interaktif untuk mendalami subyek selanjutnya, siswa membutuhkan bantuan
guru

untuk

memahami

materi

pembelajaran.

Guru

dituntut

untuk

mengembangkan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan materi. Sehingga
guru harus mempunyai kemampuan kompetensi pedagogik agar proses
pembelajaran lebih efektif. Dengan melakukan pendekatan persuasif berfungsi
untuk menggali kemampuan siswa sesuai dengan tingkat perkembangan,
pengalaman dan pemahaman siswa.

1

Agus Sutoyo, Kiat Sukses Prof. Hembing, (Jakarta: Prestasi Insan Indonesia, 2000), hlm 196

7

8

a. Pengertian Pendekatan
Pendekatan adalah proses, cara, perbuatan mendekati (hendak berdamai,
bersahabat, yang telah dilakukannya selama ini tampaknya tidak berhasil.2
Pendekatan adalah suatu proses untuk mengidentifikasi kebutuhan,
menyeleksi masalah, menemukan persyaratan untuk pemecahan masalah,
menentukan metode-metode untuk mengimplementasikanya, untuk kemudian
dievaluasi.3 Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Didalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada guru (teacher centered approach).4 Pendekatan adalah suatu
proses untuk mengidentifikasi kebutuhan, menyeleksi masalah, menemukan
persyaratan untuk memilih alternatif pemecahan masalah, mendapatkan metodemetode dan alat-alat serta mengimplementasikanya untuk kemudian dilakukan
evaluasi, mengadakan revisi terhadap sebagian atau seluruh sistem yang telah
diciptakan, sehingga kebutuhan- kebutuhan dapat dipenuhi sebaik mungkin
(sehingga kebutuhan-kebutuhan itu tak ada lagi)5.
Pendekatan dalam pembelajaran akan lebih memudahkan guru untuk
merencanakan pembelajaran selanjutnya, termasuk bagi guru pendidikan agama
2

http://kbbi.web.id/dekat
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritisdan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta, Bumi Aksara,2009), hlm. 121
4
Winastwan Gora, Sunarto, Pakematik, Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK, (Flex
Media komputindo).
5
Roger A, kaufman, Education Sistem Planing, hlm.12
3

9

Islam. Pendekatan yang harus dilakukan dalam pendidikan agama Islam, guru
harus benar-benar memahami kondisi psikis siswa, prilakunya, karakter, pola
kehidupan dan pemahaman serta nilai-nilai aqidah Islam. Pendekatan yang harus
dilakukan diantaranya:6
1. Pendekatan emosional, dengan menggugah perasaan siswa dalam meyakinkan
adanya Allah yang harus di sembah.
2. Pendekatan pembiasaan dengan melihat secara jelas tenatang alam sekitar dan
lingkungan, sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.
3. Pendekatan pengalaman sehari-hari yang dilakukan siswa dan apa yang telah
di dapat siswa dalam kehidupanya, apa yang dilihatnya terhadap tugas
orangtua, guru, dan orang-orang di sekitarnya.
4. Pendekatan

rasional dengan pembuktian dalil-dalil sesuai dengan

kemampuan pemahaman siswa.7
Ada berbagai macan pendekatan Filosofis yang digunakan sebagai studi
tentang proses ke pendidikan yang didasari oleh nilai-nilai ajaran Islam yang
bersumber pada Alquran dan Hadits, pendekatan Sisten (system Approach) yang
terdiri dari berbagai sistem yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan Islam, pendekatan pedagogis dan psikologis pendekatan ini
berpandangan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang berada dalam proses
perkembangan dengan pertumbuhan rohaniah dan jasmaniah yang memerlukan
bimbingan dan pengarahan melalui proses ke pendidikan, pendekatan keagamaan
(Spiritual).8 Berbagai pendekatan tersebut di atas akan sangat berpengaruh jika
dilakukan dengan cara-cara persuasi, mengajak siswa secara langsung pentingnya
menanamkan aqidah dalam dirinya, bahwa tiada yang harus diyakini,dipercayai,
di’itiqadkan dalam hati dan perbuatan melainkan Allah SWT.
6

Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2012), hlm. 134
Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran, Ibid,. hlm. 134
8
H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritisdan Praktisberdasarkan Pendekatan
Interdisipliner,( Jakarta: Bumi Aksara,2009), hlm. 90
7

10

Departemen Agama (2004) menyajikan konsep pendekatan

terpadu

dalam pembelajan PAI yang meliputi:
a. Keimanan , memberikan peluang bagi peserta didik untuk
mengembangkan

pemahaman

adanya

tuhan

sebagaii

sumber

kehidupan makhluk sejagat ini.
b. Pengalaman , memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
mempraktekan dam merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dan
akhlak dalam menghadapi tugas dan masalah dalam kehidupan
c. Pembiasan, memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran
Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan
d. Rasional , memberikan rasio (akal) peserta didik dalam memahami
dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta
kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk
dalam kehidupan duniawi.
e. Emosional , upaya menggugah perasaan (emosi ) peserta didik dalam
mengkhayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agam dan budaya
bangsa.
f. Fungsional , menyajikan bentuk semua standar materi (AlQur’an,
Keimanan, Akhlak, Fiqih/ibadah, dan Tarikh). Dari segi manfaatnya
bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
g. Keteladanan, yaitu

menjadi figur Guru Agama dan Non Agama

serta peugas sekolah lainya maupun orangtua peserta didik, sebagai
cermin manusia berkepribadian Agama.9

9

H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritisdan Praktisberdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, Ibid, hal.3

11

Dari konsep yang diusung oleh Departemen agama ini akan lebih
terealiasasi dalam kehidupan peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, jika dalam pelaksananya dilakukan secara persuasif oleh guru,
karena selama ini pembelajaran pengetahuan agama yang bersifat kognitif
menjadi pembelajaran yang bermakna pada hakikat pengetahuan agama yang
sesungguhnya harus tertanam kuat dalam hati peserta didik, sehingga
pengamalan itu akan menjadi pegangan hidupnya dalam beragama dan
berbangsa yang multikultur. Pembelajaran agama yang hanya mengandalkan
dokrin semata akan membuat peserta didik bosan dan tidak menemui hakikat
makna yang sesungguhnya, untuk mengetahui makna sesungguhnya perlu
wawasan guru dalam mengembangkan metode pembelajaran.
Sabda Rasulullah SAW, “Allah akam memberi Rahmat kepada
orangtua yang membantu anaknya berbuat baik kepadaNya, yaitu orangtua
yang tidak menyuruh anaknya berbuat sesuatu yang sekiranya anak itu tidak
mampu mengerjakannya.”
Dalam hadits ini tentunya menyuruh seorang anak harus dengan baik dan
dilakukan secara persuasif, agar anak mampu mengikuti apa yang di minta oleh
orangtua maupun guru.
b. Pengertian Persuasi
Persuasif dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti bersifat
membujuk secara halus (supaya menjadi yakin): hanya dengan cara
pendekatan itu dapat dilakukan.10
Persuasi adalah komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan
meyakinkan orang lain. [1] Melalui persuasi setiap individu mencoba berusaha
mempengaruhi kepercayaan dan harapan orang lain. Persuasi pada prinsipnya

10

http://kbbi.web.id/persuasif

12

merupakan

upaya

menyampaikan

informasi

dan

berinteraksi

antar manusia dalam kondisi di mana kedua belah pihak sama-sama
memahami dan sepakat untuk melakukan sesuatu yang penting bagi kedua
belah

pihak.

Bila

berkomunikasi

dengan

sesama,

setiap

individu

berharap pesan yang disampaikan tersebut dapat dimengerti dan dipercayai.
Komunikasi Persuasif merupakan salah satu strategi yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan agar mudah difahami, dimengerti dan
dipercaya oleh orang lain. Komunikasi persuasif membiarkan orang lain
(persuadee)

bebas

melakukan

apapun

yang

mereka

inginkan

setelah persuader berusaha meyakinkan mereka.
Komunikasi persuasif menekankan keterbukaan, kepercayaan, dan
praktik-praktik manajemen yang demokratis.11
Dalam masalah ini guru Pendidikan Agama Islam akan menggunakan
persuasi pendidikan, pendekatan persuasif agar siswa dapat melakukan apa
yang menjadi tujuan pembelajaran dengan menyakinkan siswa agar dapat
meningkatkan hasil pendidikan aqidah akhlak dengan baik dan benar, bahkan
Hadist Rasulullah SAW menerangkan betapa tingginya akhlak Rasulullah
SAW dalam berdakwah dan mangajarkan, sebagaimana sabda-Nya.
Artinya: “Sesungguhnya aku ini bukan di utus sebagai pelaknat, tetapi
aku di utus sebagai pengajak dan pemberi Rahmat. Wahai Allah berilah
petunjuk kaumku itu sebab mereka memang tidak mengerti.”
Kata mengajak dalam hadist tersebut merupakan cara persuasif yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW. Jadi, jelaslah menurut hadist ini bahwa
seorang Guru Pendidikan Agama Islam harus mampu menggunakan
pendekatan secara persuasi kepada peserta didik, seperti yang dilakukan oleh
11

https://id.wikipedia.org/wiki/Persuasif

13

Rasulullah SAW dengan mengajak dan berargumentasi yang kuat agar siswa
dapat melakukan apa yang menjadi tujuan pembelajaran dan pembelajaran
yang bermakna dapat di terima oleh siswa untuk meningkatkan hasil belajar
secara tepat, baik dan benar, pendekatan secara persuasi guru akan mampu
mengenali kepribadian siswa dan guru hendaknya menggunakan bahasabahasa yang dapat menggugah perasaan peserta didik agar dapat mengikuti
apa yang menjadi tujuan pendidikan,dalam persuasi pendidikan di manfaatkan
untuk tujuan-tujuan pendidikan, guru sebagai pendidik menggunakan persuasi
untuk mempengaruhi siswa agar mengikuti apa yang sedang di pelajari agar
anak didik terpengaruh untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
faktor yang mempengaruhi pendekatan persuasif di antaranya adalah
pemilihan metode pembelajaran yang tepat sesuai materi yang akan di bahas
dengan perencanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan guru. Semua
metode dan strategi pembelajaran dilaksanakan secara persuasif akan lebih
nyaman diterima oleh siswa, dan siswa akan mampu mengikuti pembelajaran
sesuai tujuan pembelajaran. Metode merupakan penjabaran dari berbagai
pendekatan pembelajaran.
c. Hakekat persuasi
Artinya: “Sesungguhnya perkataan Rosulullah SAW selalu jelas,
sehingga bisa dipahami oleh siapa saja yang mendengar” (HR.Abu Daud)
“Berbicaralah kamu kepada mereka dengan kadar kemampuan mereka”‫ز‬12

12

http://moslemindonisy.blogspot.co.id/2010/01/adab-berbicara-dalam-islam.html

14

Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada-Nya.13
Sebagaimana dijelaskan dalam hadist diatas bahwa dalam peningkatan
pembelajaran perlu ada strategi persuasif. Strategi persuasif dibagi menjadi
beberapa diantaranya:14
a. Menetapkan Kredibilitas
Kredibilitas ditentukan oleh tingkat kepercayaan dan reliabilitas
Anda. Kalau kredibiltas anda meragukan dihadapan audiens,
mereka akan cenderung skeptis dan tidak akan menerima begitu
apa yang anda sampaikan.
b. Membuat Kerangka Argumentasi
Dalam menyampaikan materi pembelajaran tidak cukup dengan
fakta, bukti, dan temuan-temuan lainnya, kemudia yang perlu
dipersiapkan selanjutnya adalah kerangka argumentasi yang akan
sampaikan.
c. Memilih Daya Pemikat
Pesan dalam persuasif banyak menggunakan pesan logika (logical
appeal) dan daya pemikat emosional (emotional appeal).15
d. Penggunaan Bahasa Yang baik16
13

http://nurulislamblog.blogspot.co.id/2012/01/surat-ali-imran-3-159.html
Djoko Purwanto, Korespondensi Bisnis Modern, (Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 113-114
15
Djoko Purwanto, Korespondensi Bisnis Modern, Ibid, hlm. 114
14

15

Seseorang berbicara harus menggunakan intonasi yang jelas sehingga
artikulasi dari pembicaraanyapun dapat dipahami oleh siapa saja yang
mendengar, sebagai makhluk sosial, berbicara merupakan alat utama dalam
berkomunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pendapat, pesan,
meyakinkan, mengajak, mengungkapkan perasaan dan sebagainya. Jadi
Hakekat dari persuasi dalam berbicara yaitu membujuk , meyakinkan
pendengarnya untuk mengikuti apa yang menjadi pesan dalam pembicaraan
tersebut, dan dalam penyampaikan pikiran harus dilakukan secara efektif.
Untuk menyampaikan tujuan berbicara motivasi hal yang penting
sebagai pertimbangan keinginan pembelajaran, agar tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai sesuai tujuan pembelajaran, sikap yang menyenangkan dari
seorang guru dapat membantu dan memotivasi pelajar untuk mengikuti
pembelajaran dengan baik, motivasi dapat di bangun secara persuasif agar
keinginan untuk melakukan sesuatu dapat berjalan dan hasil yang dicapai dan
mendapat kepuasan dalam menjalankannya.
Pembelajaran agama yang dilakukan selama ini kebanyakan berupa
dokrin dan menghapal sehingga hakekat pengetahuan agama yang dimiliki
seharusnya

memaknai

kehidupan

sesorang

tidak

maksimal

dalam

pelaksanaanya, banyak orang yang berpengetahuan agama namun tidak
menjiwai agamanya sendiri, tingkah laku dan perbuatannya sering
menyimpang dari ajaran agama itu sendiri. Namun jika pembelajaran agama
yang dilakukan berawal dari motivasi yang bermakna dengan keyakinan dan
perasaan akan kebutuhan agama, tentu hakikat dari pendidikan agama dapat
tercapai dengan baik, tugas guru lah yang sangat berperan dalam memotivasi
siswa dengan menyakinkan secara persuasif tentang ajaran agama, dalam hal
ini nilai aqidah dan akhlak merupakan cermin dari jiwa sorang muslim sejati.

16

Djoko Purwanto, Korespondensi Bisnis Modern, Ibid, hlm. 115

16

Untuk memperlancar proses pembelajaran guru harus mampu
melaksanakan strategi pembelajaran yang bermakna dengan memberikan rasa
kegembiraan bagi siswa, dan harus fleksibel dalam pelaksanaanya, dalam
penyampainyapun harus dengan lemah lembut sehingga siswa termotivasi
dalam menjiwai ajaran agama yang di pelajarinya, serta menghasilkan hakikat
dari makna pembelajaran terutama pembelajaran dan nilai aqidah dan akhlak
yang mencerminkan jiwa sorang muslim, dengan berbagai pengetahuan yang
baru agar siswa termotivasi untuk selalu mengikuti pembelajaran selanjutnya
karena mempelajari agama merupakan pembelajaran sepanjang hayat, guru
dapat memberikan teladan dan contoh sikap yang dimiliki seorang guru
sebagai panutan siswanya, mampu berkomunikasi secara terbuka ,luwes dan
penuh kasih sayang.
Artinya:“Tidaklah termasuk golonganku orang yang tidak menyayangi
kepada yang lebih muda( lebih kecil), dan tidak mengetahui kewajibannya
kepada yang lebih tua (lebih besar),” (HR.Al-Tabrany).
Dengan kasih sayang kepada siswa, kedekatan batin antara guru dan
siswa akan membantu keduanya untuk saling mengerti dan lebih intensif
sesuai kemampuan masing-masing siswa, pendekatan guru secara persuasif
akan memberikan makna yang tercermin dari sikap dan tingkah laku siswa.
Tanpa adanya rasa keterpaksaan dan tekanan sehingga memperlancar proses
belajar mengajar dan untuk pelaksanaan.
d.

Metode Pembelajaran dengan Cara Persauasif
Komunikasi merupakan salah satu media interaksi antara guru dan
siswa. Dari proses komunikasi diharapkan muncul transaksi dan transfer
pengetahuan antara guru dan siswa dan begitu pula sebaliknya. Beberapa
metode komunikasi dalam pembelajaran dapat digunakan. Seperti dengan
menggunakan metode pendekatan persuasif, karena untuk mengatasi masalah

17

siswa yang seperti ini perlu adanya komunikasi antara siswa dengan gurunya
maupun bisa jadi dengan orang tua juga. Tujuan komunikasi ini adalah
mengetahui secara mendalam apa yang sedang dijalani oleh siswa tersebut.
Kita sebagai guru mencoba langsung berbicara kepada siswa dan
mencoba untuk ikut serta atau membaur dengan siswa tersebut tanpa
memberikan suatu tekanan yang berarti, sehingga siswa tidak merasa
terpojokkan dengan apa yang guru lakukan. Selain itu informasi dari orang tua
siswa tersebut juga sangat penting bagi guru guna menunjang penyelesaian
masalah yang di alami siswanya.
Setelah mengetahui apa dan bagaimana masalah yang dialami secara
betul oleh siswa tersebut, guru bisa mengambil tindakan yang pas atau sesuai
dan tidak memberatkan bagi siswa tersebut dalam merubah kebiasaan yang
kurang baik seperti telat maupun yang lainnya. Seperti halnya pemberian
tugas, karena realisasinya, ketika seorang peserta didik datang terlambat
masuk kedalam kelas. guru bisa memberikan hadiah berupa tugas supaya
siswa tersebut jera yang intinya itu mendidik, seperti halnya meresum materi
yang sudah dipelajari kemaren. Dengan begitu siswa merasa takut untuk
berangkat terlambat lagi. Sedangkan untuk mengatur suasana dalam kelas,
apabila ada siswa yang telat, guru bisa mengalihkan dengan membaca do’a
atau sebagainya secara bersama-sama dan menyurunya untuk duduk.
Setelah diberikan metode pendekatan persuasif kepada siswa yang
sering telat, setelah beberapa hari siswa sudah bisa merubah perilakunya dan
masuk kedalam kelas dengan tepat waktu serta tidak mengulangi perilaku
yang kurang baik tersebut.
Seorang guru bisa memulai dengan pendekatan persuasif ataupun
personal, hal ini tidak jauh berbeda dengan permasalahan pertama diatas,
dengan begitu tingkah laku siswa bisa terpantau jelas oleh guru. Sehingga

18

dapat dapat dilakukan pencegahan atau perubahan tingkah laku yang tidak
baik seperti memfitnah, mengolok-olok, berantem dan lain sebagainya. Di sini
peran guru sangatlah penting dalam merubah karakter siswa supaya menjadi
lebih baik, membimbing dan memberikan contoh kepada siswa tentang
perilaku-perilaku yang baik.
Dengan pendekatan persuasif, guru bisa mengajak dan membimbing
siswanya dengan cara berkomunikasi, memberikan pengarahan bahwa
perilaku yang dilakukan itu kurang baik dan memberikan contoh yang lebih
baik. Serta dengan pendekatan personal guru bisa memberikan perhatian
terhadap siswa guna untuk mengetahui mengapa siswa sering melakukan
perilaku tersebut, pendekatan personal sebagaimana bimbingan konseling
guru memberikan solusi, jalan keluar yang harus dilakukan siswa terhadap
perilakunya.
Setelah diberikan metode pendekatan persuasive maupun personal,
kepada siswa yang sering membuat gaduh dari hari ke hari perilaku siswa
cenderung berubah dari yang kurang baik menjadi lebih baik, seperti halnya
siswa tersebut tidak berantem, tidak mengolok-olok, tidak memfitnah dan
bisa membaur dengan temannya tanpa adannya kegaduhan lagi.17
a.

Metode situasional dengan mengedepankan persuasif guru mampu
membawa siswa dalam situasi yang menggembirakan dalam
pembelajaran sehingga siswa mampu mengikuti pembelajaran
dengan perasaan gembira, sehingga melekat dalam ingatan
mereka.

b.

Metode mendorong siswa secara persuasif agar siswa termotivasi
untuk melakukan apa yang menjadi tujuan pembelajaran , seperti

17

http://wacana.koranpendidikan.com/view/4507/pendekatan-persuasif-dalam-komunikasipembelajaran.html

19

yang dikatakan Ki Hajar Dewantoro “Tut Wuri Handayani” yang
berarti dari belakang memberikan dorongan dan arahan yang baik,
motivasi ini berperan penting untuk memperkuat semangat siswa
untuk terus belajar.
c.

Metode yang berdasarkan prinsip yang bermakna, guru secara
persuasif memberikan pengarahan yang bermakna, sehingga siswa
merasa apa yang diberikan oleh gurunya mempunyai nilai tambah
dalam kehidupannya. Memperkuat mental untuk mengembangkan
kemampuan siswa, agar siswa tak mudah menyerah dalam
menjalani kehidupannya, karena keyakinannya akan kekuatan
Allah SWT yang selalu memberikan jalan terbaik dan memberikan
tuntunan dalam kehidupan.

d.

Metode dialogis, adanya sikap demokratis dalam pembelajaran
siswa akan merasa percaya diri dalam sikap dan mengungkapkan
perasaannya, ide-ide, yang dimilikinya sehingga guru mampu
mengembangkan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
menurut

perkembangannya.

Dengan

berdialog

akan

ada

keterbukaan antara guru dan siswa untuk saling memberi dan
mengambil (take and give), guru mengahargai siswanya sebagai
seseorang yang mempunyai kemampuan dan bakat yang perlu
dikembangkan, sehingga guru akan lebih mudah mengarahkan
siswa, pada kemampuan bakat yang ada pada siswa, dan
memberikan rasa kepercayaan diri untuk dapat mandiri.
e.

Inquiry

secara

persuasif

untuk

lebih

memudahkan

guru

menyelidiki kemampuan siswa , dan mendorongya agar lebih
kreatif dan inovativ untuk pengembangan diri, fakta-fakta yang
ada dalam dirinya maupun lingkungannya.

20

Pendidikan agama yang bersifat teoritis baru akan lebih bermakna dan
berdaya guna jika diikuti dengan praktik, terutama dalam pendidikan aqidah
dan akhlak akan mempengaruhi sikap mental anak., “belajar dengan berbuat”
(learning by doing) dari ahli didik amerika serikat Miss Helen Parkhurst.
Banyak sekali metode dan pendekatan pembelajaran yang telah di
contohkan Rosulullah, sahabat, dan pakar-pakar pendidikan baik dari dalam
maupun luar negeri, yang semakin berkembang dan telah dianalisis

dan

dipergunakan dalam proses pendidikan Islam menunjukkan nilai pedagogis
yang semakin berkembang dan tak kalah dengan penelitian yang
dikembangkan oleh teori pendidikan di zaman sekarang ini dengan tujuan
pencapaian pembelajaran secara maksimal.
e. Tujuan Pembelajaran secara Persuasif
Tujuan

komunikasi

persuasif

sebagai

perilaku

komunikasi

yang

mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku individu atau
kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan.” (K. Andeerson).18
Tujuan komunikasi persuasif adalah “believe & attitude”, yakni
menguatkan keyakinan, mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku seseorang.
Tujuan itu identik dengan tujuan utama dakwah, yakni menanamkan believe
(keyakinan) dan mengubah attitude (sikap/perilaku).19
Untuk terjalinnya komunikasi yang aktif dan efisien antara guru dan siswa
perlu di susun secara garis besar tujuan pembelajaran dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

18

Asep Syamsul M Romli, Komunikasi Dakwah, Pendekatan praktis, (www.romeltea.com),

19

Asep Syamsul M Romli, Komunikasi Dakwah, Pendekatan praktis, Ibid, hlm. 14

hlm. 14

21

a. Mempersiapkan bahan ajar, untuk menentukan tujuan pembelajaran,
menganalisis peserta didik, menyempitkan masalah pada tujuan utama,
menyusun uraian dengan mengumpulkan bahan ajar, dan menguraikannya
secara detail.
b. Menentukan indikator pembahasan yang akan disampaikan kepada siswa,
dan menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran
dan guru akan langsung dapat melihat reaksi siswa serta mengumpulkan
pengetahuan dasar siswa untuk dikembangkan.
c. Menentukan topik utama dalam pembahasan dan bagaimana pembelajaran
tersebut

dapat

menarik

minat

siswa

sebagai

motivasi

untuk

memepelajarinya sesuai tahap perkembangan dan pola pikir siswa.
d. Menentukan maksud dan tujuan yang akan di capai.

Tabel 1.1
Urian Lisan dan Tulisan
Tujuan

Hasil yang akan dicapai

Sifat dan jenis uraian

Mendorong

Mengilhami , menginspirasi

Persuasive

siswa secara persuasif dan
membangkitkan

semangat

siswa dalam belajar
meyakinkan

Mampu menyatakan pendapat
yang

meyakinkan

rasa

kepercayaan secara persuasif,
dengan
bermakna

keyakinan
dan

yang

menjiwai

terutama dalam pembinaan
akhlakul karimah

Persuasive

22

Bertindak atau
berbuat

Tindakan

ataupun

tingkah

Persuasive

laku siswa tercermin dari
proses pembelajaran yang di
dapat dan mempengaruhinya
kehidupan sehari-hari dalam
beragama dan berbangsa.

memberitahu

Mampu memaknai pengertian

Intruktif

materi pembelajaran dengan
tepat
Menyenangkan Mampu mengembangkan

Kreatif

bakat dan minat dengan baik.

Jadi, tujuan guru mampu mendorong secara persuasif untuk
mengilhami dan menginspirasi, memberikan semangat membangkitkan
kegairahan, dan menekan perasaan yang tidak baik, serta mampu
menunjukkan rasa hormat dan bertingkah laku dengan baik sesuai ajaran
agama.
Guru harus mampu berargumentasi untuk meyakinkan siswa dengan
membawa contoh atau bukti yang konkrit, dengan demikian reaksi yang
diharapkan dari siswa yakni adanya keyakianan akan pengamalan agama
dalam kehidupannya sehari-hari.
Hasil yang diharapkan dari perbuatan dan tindakan yaitu bahwa semua
perbuatan siswa dengan keyakinan yang kuat dan mendalam mempengaruhi
segala sudut kehidupannya, dari penjelasan diatas jelaslah bahwa mendorong,
meyakinkan, perbuatan dan tindakan merupakan tujuan dari pembelajaran
secara persuasif. Dorongan

atau motivasi persuasi atau rangsangan yang

positif diberikan kepada siswa sesuai tahap perkembangan dan pola pikirnya.

23

Untuk memberitahu dan menyenangkan perlu adanya retorika dalam
menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran. Berbicara dengan retorika
persuasif yaitu: retorika yang bertujuan mempengaruhi orang dengan tidak
begitu

memperhatikan

atau

mempertimbangkan

nilai-nilai

kebenaran

moralitas.
f. Motivasi secara persuasive
a. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri sendiri
seseorang secara sadar ataupun tidak sadar untuk melakukan tindakan
dengan tujuan tertentu.
Motivasi adalahsuatu usaha tingkah laku seseorangagar ia
terdorong untuk bertindakmelakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan
tujuan tertentu.
Sedangkan menurut ahli Psikolog bahwa motif (motive) berasal
dari bahasa latin motivun atau movere yang berarti segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk berbuat dan bertindak untuk berbuat atau
bertindak melakukan sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuan.
Sangat penting bagi seorang guru untuk memberikan motivasi
secara persuasif kepada siswa untuk mengetahui masing-masing dari
tujuan belajar siswa, apa yang memotivasi siswa untuk melakukan
pembelajaran , hal ini berguna untuk guru dan siswa agar lebih mudah
mengarahkan pada tujuan yang akan dicapai, bagaimana mereka
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ada dalam diri mereka,
dan guru mampu memberikan dorongan dan keyakinan serta dengan
melakukan tindakan untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik,
perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik, agar mereka mampu
berperan

dalam

kehidupan

sehari-hari

dilingkunganya,

dengan

24

memberikan motivasi secara persuasif diharapkan siswa dapat mencapai
tujuan pembelajaran dengan maksimal.

b. Fungsi Motivasi
Motivasi berguna sebagai penggerak untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, tanpa motivasi siswa akan belajar tanpa arah yang jelas, guru
adalah salah satu penggerak motivasi yang ada dalam diri siswa,
kemampuan guru untuk memberikan dorongan dan keyakinan akan materi
dan tujuan materi pembelajaran merupakan strategi yang harus dimiliki
oleh setiap guru, terutama guru Pendidikan Agama Islam harus mampu
memberikan motivasi agar siswa mampu memaknai pelajaran agama,
bukan hanya sebagai materi yang harus di pelajari namun harus
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai landasan hidup
mereka.
Jadi fungsi motivasi yaitu: pendorong seseorang untuk mencapai
tujuan, penentu arah dan penyeleksi arah yang akan dicapai. Untuk
mencapai tujuan diatas maka kita memerlukan seorang guru yang
profesional, yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugasnya
sebagai seorang guru.
2. Guru Pendidikan Agama
Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas perkembangan
anak didik, tugas ini meripakan sepenuhnya menjadi tugas orang tua,
namun karena keterbatasan pengetahuan tidak mungkin di jaman sekarang
orang tua dapat melaksanakan tugas tersebut sepenuhnya, untuk itu di
butuhkan seorang guru. Guru ialah pendidik yang mengajar di kelas,
guru merupakan orang yang paling bertanggungjawab dalam hal
pendidikan di samping orangtua, sebagai pendidik pertama dan utama,
pengaruh orangtua dalam pendidikan anak amatlah berat, untuk itu
diperlukan seorang pendidik yang merupakan titik sentral dari pendidikan,

25

ujung tombak dari keteladanan yang harus memiliki sifat-sifat yang baik
yang harus ditunjukan kepada muridnya, memberikan gagasan kreatif
yang selalu di tunggu, dan menjadi contoh teladan bagi murid-muridnya,
dapat mempengaruhi murid tentang tujuan pembelajaran agar siswa dapat
lebih meningkatkan hasil pembelajaran dan materi yang diajarkan, apalagi
bagi guru pendidikan agama Islam, yang mengajarkan kepada siswa
dengan metode yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu dengan
mengajarkan cara mencintai Nabi mereka, mencintai keluarga mereka dan
membaca AlQur’an. Jadi pendekatan yang persuasif telah diajarkan
Rasulullah kepada kita semua, untuk melengkapi berbagai metode
pengajaran yang lainya.
a. Sifat guru dalam pandangan Islam
Al Abrasy (1974:31) menyebutkan bahwa sifat guru dalam
agama Islam seharusnya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Zuhud tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan
semata-mata untuk mencari keRidhoan Allah SWT
b. Bersih

tubuhnya,

jadi

penampilan

lahiriyahnya

menyenangkan
c. Bersih jiwanya tidak mempunyai dosa besar
d. Tidak ria, ria menghilangkan sifat keikhlasan
e. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati
f. Tidak menyenangi permusuhan
g. Ikhlas dalam melaksanakan tugas
h. Sesuai perbutan dengan perkataan
i. Tidak malu mengakui ketidaktahuan
j. Bijaksana
k. Tegas dalam perkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar
l. Rendah hati
m. Lemah lembut

26

n. Pemaaf
o. Sabar, tidak marah karena hal-hal kecil
p. Berkepribadian
q. Tidak merasa rendah diri
r. Bersifat mengayomi, mampu mencintai anak murid
seperti mencintai anak sendiri
s. Mengetahui karakter murid, mencangkup pembawaan,
kebiasaan, perasaan dan pemikiran.
Sedangkam menurut Imam Al Ghozali guru harus memiliki
kompetensi personal religius dan kompetensi profesional religius.
Kompetensi pesonal religius meliputi:
a. Kasih sayang kepada pserta didik seperti kepada anak sendiri.
b. Peneladan pribadi Rasulullah
c. Bersifat obyektif
d. Bersifat luwes dan bijaksana dalam menghadapi peserta didik
e. Bersedia mengamalkan ilmunya.
Kompetensi propesional religus yaitu menyajikan pelajaran
sesuai kemampuan peserta didik.
b. Tugas guru dalam Islam
Tugas guru ialah mendidik, mendidik adalah tugas yang
amat luas, mendidik dilakukan dalam bentuk mengajar,
memberikan dorongn, memuji, menghukum, memberi contoh,
mengajak, membiasakan dan lain-lain. Gambaran tugas guru.

27

TABEL 1.2

p

=

Lingkaran pendidikan

P1

=

Mendidik dengan cara memberi dorongan

P2

=

Mendidik dengan cara memberi contoh

P3

=

Mendidik dengan cara memuji

P4

=

Mendidik