Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual pada pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di SDN Neglasari 02

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

SUMIARSIH

NIM. 1810011000006

PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK JENJANG S1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

ii

Pendekatan Kontekstual pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV

Di SDN Neglasari 02” disusun oleh Sumiarsih, NIM. 1810011000006, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, September 2014

Yang Mengesahkan,


(4)

(5)

iv

Kualifikasi Akademik Jenjang S1 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilaksanakan dengan dilatarbelakangi oleh adanya upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV di SDN Neglasari 02 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 (tujuh puluh). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas (Classroom Action Research) sebanyak 2 siklus, dengan responden siswa kelas IV (empat) SDN Neglasari 02 Kecamatan Dramaga Kabupeten Bogor yang berjumlah 37 orang siswa. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan kontekstual pada materi mempelajari Perilaku terpuji Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS, berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan baik dan benar, mampu meningkatkan keaktifan, semangat dan keinginan siswa untuk lebih menyukai pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis ketercapaian hasil belajar pada kemampuan awal sebelum diadakan tindakan sebesar 64,3 kemudian setelah dilakukan tindakan dalam dua siklus, terdapat peningkatan di siklus I sebesar 69,9 dan pada siklus II pencapaian rata-rata penilaian sebesar 78,0 dengan prosentase ketuntasan 94,6% .

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan perilaku akhlak terpuji dapat meningkatkan meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu siswa mampu memperbaiki akhlak dan budi pekerti dalam kehidupan sehari,-hari, mampu mencari sumber referensi ilmu pengetahuan di sekitarnya, menjadi lebih mandiri dan aktif dalam belajar dan bekerja sama dengan temannya. Saran yang dapat diajukan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa, salah satu upayanya adalah guru dapat menggunakan pendekatan kontekstual.


(6)

v

Hasil Belajar Siswa melalui Pendekatan Kontekstual pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV Di SDN Neglasari 02, dapat penulis selesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang turut serta berpartisipasi dalam penulisan ini, kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Jakarta Syarif Hidayatullah, Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Jakarta Syarif Hidayatullah, Jakarta.

3. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang memberikan arahan, doroangan, dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Ida Sugiarti, S.Pd.SD, selaku Kepala Sekolah SDN Neglasari 02, yang telah memberikan izin, bahan, data dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan tindakan penelitian.

5. Seluruh dewan guru SDN Neglasari 02, yang telah membantu dalam perizinan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini

6. Suami tercinta, Babay Supriyatna, S.Pd., MBA., dan dan anak-anakku tersayang: Rubi Ginanjar, M.Km., Andika Sundawijaya, M.Kom., Shinta Sundari Pramitasari, Amd. Keb., dan Asep Maulana Yusup., yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Orang tua tercinta Ayahanda H.M. Arief dan Ibunda Hj. Siti Aminah, yang selalu memberikan doa tulus ikhlas tiada henti kepada anaknya, semoga Allah selalu memberikan rahmatNya kepada kalian.

8. Kepada semua pihak yang telah banyak memberikan masukan dan arahan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu demi terselesaikannya skripsi ini.


(7)

vi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, September 2014


(8)

vii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II KAJIAN TEORETIK, PENGAJUAN KONSEPTUAL, INTERVENSI TINDAKAN ... 9

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 9

1. Hakikat Hasil Belajar Siswa ... 9

a. Pengertian Belajar ... 9

b. Pengertian Hasil Belajar ... 11

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15

2. Hakikat Pendekatan Kontekstual ... 22

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual... 22

b. Tujuan dan manfaat Metode Demonstrasi ... 24

c. Tahapan Pembelajaran Pendekatan Kontekstual ... 26

d. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 28

e. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual ... 29


(9)

viii

C. Hipotesis Tindakan... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 36

C. Subjek/Partisipan Penelitian ... 38

D. Peran dan Posisi Peneliti ... 39

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 39

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ... 44

G. Data dan Sumber Data ... 45

H. Instrumen Pengumpul Data ... 45

I. Teknik Pengumpul Data ... 47

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 48

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 49

L. Tindak Lanjut Pengembangan Tindakan ... 50

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 52

A. Deskripsi Data ... 52

1. Deskripsi Umum ... 52

2. Deskripsi Partisipan dan Subjek Penelitian ... 57

3. Deskripsi Alat Pengumpulan Data ... 57

B. Analisis Data ... 58

1. Deskripsi Hasil Praintervensi ... 58

2. Deskripsi Hasil Intervensi Siklus I ... 61

3. Deskripsi Hasil Intervensi Siklus II ... 69

C. Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83


(10)

(11)

x

2. Tabel III.2 Aktivitas Kegiatan Belajar Siklus II ... 42

3. Tabel IV.1 Data Keadaan Guru di SDN Neglasari 02 ... 55

4. Tabel IV.2 Data jumlah siswa di SDN Neglasari 02 ... 56

5. Tabel IV.3 Data Sarana dan Prasarana di SDN Neglasari 02 ... 56

6. Tabel IV.4 Data Hasil Belajar Siswa Kelas IV Praintervensi ... 59

7. Tabel IV.5 Data Skor dan Prosentase Hasil Belajar Siklus I ... 64


(12)

xi


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Sementara itu, kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh sejumlah faktor, antara lain: guru, siswa, fasilitas, kurikulum, pemerintah, industri, dunia usaha, dan masyarakat setempat. Diantara semua faktor itu, faktor guru sangat dominan dan memegang peranan utama. Guru merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan, sebab guru berhadapan langsung dengan siswa di sekolah. Oleh karena itu, peran guru sangat berpengaruh strategis dalam meningkatkan pembelajaran di kelas. Dalam konteks ini, guru perlu mengikuti perubahan-perubahan paradigma yang sedang terjadi.

Sebagai contoh pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas tampak monoton, siswa kurang diberi ruang dan waktu yang memadai untuk mempraktikkan dan menggunakan pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mereka pelajari dalam berwacana, mereka pada umumnya hanya menjawab dan mengerjakan tugas-tugas secara sepotong-sepotong, sangat jarang siswa dilatih untuk mengutarakan pikiran dan penalaran mereka, baik individu maupun kelompok sebagai praktek wacana dalam tindakan sosial, pengelolaan pembelajaranpun tampak statis. Akibatnya, banyak peserta didik yang menggagap enteng pelajaran Pendidikan Agama Islam, mereka kurang serius mengikuti pelajaran. Bahkan, sering dijumpai pembelajar yang bersifat antipati.1

Dari pendapat di atas bahwa proses pembelajaran di kelas dari guru kepada siswa dibutuhkan perangsang agar siswa mampu bereaksi secara positif. Kurangnya modifikasi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa menjadi salah satu penyebab siswa kurang bersemangat dalam belajar.

1

Purwo S., Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2008), hlm.19


(14)

Menurut M. Alisuf Sabri

Ada siswa yang memulai belajar dengan diberikan perintah dahulu dari orang lain, banyak siswa yang cenderung cepat-cepat mengambil keputusan tanpa memikirkan terlebih dahulu, serta kurang tepatnya cara guru dalam menyampaikan pembelajaran sehingga dalam memecahkan masalah siswa melakukannya hanya dengan mengikuti perasaan atau intuisinya saja, tanpa melihat struktur masalah yang dihadapinya ketika proses belajar mengajar berlangsung.2

Kurangnya informasi yang diketahui siswa dalam memecahkan suatu permasalahan akan berakibat salah/kelirunya jawaban yang diharapkan. Dalam hal ini siswa hanya berpusat kepada guru sebagai pusat informasi.

Dengan kata lain dari penjelasan di atas bahwa proses pembelajaran di sekolah hanya terjadi satu arah. Keadaan kelas kurang kondusif, dimana siswa hanya menunggu jawaban, sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif dalam belajar. Dalam hal mencari tahu atau menemukan informasi yang dibutuhkannya hanya berpedoman dari guru semata. Sedangkan pendidikan tujuannya adalah menjadikan manusia seutuhnya. Pendidikan yang hakiki bukan hanya berasal dari satu arah, melainkan berkebutuhan dan melengkapi satu dengan yang lainnya. Pendidikan yang aktif mengajarkan siswa untuk mencari dan menemukembangkan apa yang menjadi permasalahan dan bagaimana solusinya, dan guru bertugas sebagai fasilitator serta pembimbing.

Membuat siswa aktif mencari informasi yang dibutuhkannya, menjadikan pembelajaran lebih hidup dan mudah dipahami dan diingat oleh siswa itu sendiri. Islam menganjurkan umatnya untuk belajar dan mencari tahu tentang ilmu pengetahuan. sebagaimana firman Allah, dalam surat Al- Alaq ayat 3-5:

“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kolam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al-’Alaq/96: 3-5)3

2

M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm.103

3


(15)

M. Arifin menjelaskan dalam bukunya bahwa ayat tersebut juga menunjukkan jika manusia tanpa melalui belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di duniadan akhirat.

Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar mengajar yang diawali dengan kemampuan menulis dengan pena dan membaca dalam arti luas, yaitu tidak hanya dengan membaca tulisan melainkanjuga membaca segala yang tersirat di dalam ciptaan Allah.4

Dengan demikian pendidikan sangat penting bagi kelangsungan hidup di dunia dan di akhirat. Pendidikan jugalah yang akan membuat pengetahuan manusia berkembang. Sedangkan pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah SWT.5

Sasaran pendidikan agama tertuju pada pembentukan sikap akhlak atau mental anak didik dalam hubungan dengan Tuhan, masyarakat dan alam atau sesama makhluk.Pendidikan agama pada dasarnya merupakan pelajaran yang menjadi dasar pembekalan akhlak siswa untuk masa depannya. Kegiatan belajar mengajar yang aktif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadikan siswa menjadi lebih baik dalam berperilaku baik pribadi maupun bermasyarakat. Pemberian materi pelajaran yang menarik menjadikan siswa akan lebih menyukai pelajaran Pendidikan Agama Islam, yang secara tidak langsung akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam, karena selama ini pelajaran Pendidikan Agama Islam dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga

4

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 92

5

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 4


(16)

menyebabkan rendahnya hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa di sekolah.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa rendah, yaitu faktor internal dan eksternal siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasaan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti guru sebagai pembina kegiatan belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (focus on learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.

Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Dalam hal ini memilih model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) sebagai salah satu metode pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan suatu materi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena, kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda di antara mereka.


(17)

Menurut Masitoh, pembelajaran aktif menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang.6 Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Proses pembelajaran seperti inilah yang disebut pengajaran dan pembelajaran kontekstual, istilah yang populer di Indonesia saat ini disebut pendekatan kontekstual. Sementara itu, belajar pada dasarnya merupakan proses menyadari sesuatu, memahami permasalahan, proses adaptasi dan organisasi, proses asimilasi dan merefleksikan serta proses membuat komposisi dan membuka ulang secara terbuka dan dinamis. Itulah sebabnya landasan CTL adalah konsep konstruktivisme.

Pendekatan kontekstual mengandung tujuh pilar utama sebagai prinsip-prinsip dasarnya, yaitu: konstruktivisme, inquiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Model pembelajaran ini koheren dengan teori belajar bahasa kedua yang dicanangkan oleh Bialystock

yang melihat pentingnya masukan padanan bahasa dalam tiga dimensi pengetahuan (pengetahuan lain, pengetahuan eksplisit kebahasaan, dan pengetahuan implisit kebahasaan) yang mempermudah terjadinya kesuksesan pembelajaran.7

Pembelajaran secara kontekstual berhubungan dengan (1) fenomena kehidupan sosial masyarakat, bahasa, lingkungan hidup, harapan dan cita yang tumbuh, (2) fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan murid, dan (3) kelas sebagai fenomena sosial. Kontekstual merupakan fenomena yang

6

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dirjen Depag RI, 2009) hal.173

7 Ellen Bialystok, “A Theoretical Model of Second Language Learning” dalam Kenneth

Croft (ed). Reading on English as a Second Language. (Cambridge: Winthrop Publishers Inc, 1980), hal.56


(18)

bersifat alamiah, tumbuh dan terus berkembang, serta beragam karena keterkaitan dengan fenomena kehidupan sosial masyarakat, dalam kaitannya dengan ini, maka pembelajaran pada dasarnya merupakan aktivitas

mengaktifkan, menyentuhkan, mempertautkan, menumbuhkan,

mengembangkan, dan membentuk pemahaman, malalui penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, internalisasi, proses penemuan jawaban pertanyaan, dan rekonstruksi pemahaman melalui refleksi yang berlangsung secara dinamis.8

Bahan-bahan dan variasi tehnik belajar/mengajar tersebut seharusnya bermanfaat bagi siswa dan bermakna dalam arti dapat menambah pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan awal siswa (prior knowledge) melalui pengalaman-pengalaman belajar mereka (constructivism). Hal yang perlu diperhatikan adalah guru dapat membawa siswa ke dalam situasi belajar yang dapat menghubungkan apa saja yang diperoleh di sekolah atau kelas dengan apa yang ada dikehidupan nyata mereka, dengan demikian siswa akan merasakan dan menyadari manfaat belajar dengan pergi ke sekolah sebab mereka dapat membuktikan sendiri dan menemukan jawaban dalam menghadapi kehidupan di luar kelas yang penuh dengan permasalahan, mereka dapat saling membantu dan berbagi pengalaman dalam kelompok masyarakat belajar (learning community), sehingga timbul keinginan (inquiry) dengan tidak melupakan untuk melakukan refleksi diri.

Dari uraian yang telah disampaikan di atas, maka penulis tertarik untuk mencoba melakukan penelitian dalam upaya meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas IV melalui pendekatan kontekstual di SDN Neglasari 02.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat di identifikasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

8

Depdiknas, Kurikulum dan Pembelajaran: Pembelajaran Kontekstual, (Jakarta: Direktorat Pendidikan, 2008), hal.14


(19)

1. Rendahnya hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa. 2. Kurangnya kemampuan guru penggunaan metode belajar.

3. Acuhnya sikap peserta didik terhadap proses pembelajaran di kelas. 4. Kurangnya upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Kurangnya penggunaan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah mendapatkan hasil kajian masalah yang diteliti maka penulis membatasi penelitian hanya pada: upaya dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas IV melalui pendekatan kontekstual di SDN Neglasari 02 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah yang dapat dipertanyakan dalam perumusan masalah ini adalah sebagai berikut: “Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas IV di SDN Neglasari 02 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor?”

E. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penggunaan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di SDN Neglasari 02 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak antara lain:


(20)

1. Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan, khususnya dalam Karya tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan khasanah ilmiah

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

3. Sebagai pengembang disiplin ilmu kearah berbagai spesifikasi Secara Praktis:

1. Bagi Peneliti, hasil Penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti dalam meningkatkan wawasan berpikir dan pengalaman tentang aplikasi ilmu yang peneliti dapatkan selama kuliah.

2. Bagi Guru, sebagai masukan untuk dapat meningkatkan metode dan sistem pembelajaran di kelas agar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tercapainya hasil yang diharapkan pada siswa di SDN Neglasari 02.

3. Sekolah, sebagai bahan kajian dan evaluasi mengenai hasil belajar peserta didik dalam menentukan metode yang tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran.

4. Bagi Pembaca, dapat dijadikan sebagai masukan dan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran dalam dunia pendidikan.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hakikat Hasil Belajar Siswa

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik psikis maupun fisik seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap. Dalam pengertian yang berkaitan dengan istilah belajar, ada beberapa para ahli yang mendefinisikan kata belajar, salah satunya adalah Slameto.

Trondike, salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, yang dikutip oleh Hamzah, mengemukakan teorinya bahwa:

“Belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan atau gerakan)”.1

Jelasnya, menurut Trondike perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non konkret (tidak bisa diamati).

Menurut Slameto belajar adalah:

“Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”2.

1

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis diBidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Akasara, 2007), h. 11

2

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet ke-4, h. 2.


(22)

Dengan arti lain, bila terjadi proses belajar, maka terjadi proses antara pengajar dengan yang belajar dalam hal ini peserta didik atau siswa. Dari proses belajar-mengajar akan diperoleh hasil yang pada umumnya disebut dengan istilah hasil belajar. Hasil belajar merupakan nilai pencapaian yang direalisasikan dengan angka, huruf, kata atau symbol dengan pencapaian optimal dan terorganisasi dengan baik.

Menurut Gagne, dalam bukunya The Conditiions of Learning,

yang dikutip oleh Purwanto, berhubungan dengan belajar menyatakan bahwa:

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situsi tadi.3

Dari pendapat di atas dapat dikatakan, bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku, yang bersifat menetap sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya seperti dari tidak tahu menjadi tahu dan sebagainya, namun demikian tidak semua perubahan merupakan hasil dari proses belajar.

Menurut Wittig seperti dikutip oleh Muhibin Syah mengemukakan bahwa: “Belajar merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman”.4

Perubahan yang menyangkut seluruh aspek psikofisik organisme yang didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriyah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat diobservasi langsung.

3

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), Cet ke-5, h. 84.

4

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2006), h. 90


(23)

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Yang mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan lain sebagainya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Berkaitan dengan hasil belajar, Arikunto mengartikan hasil belajar sebagai: “Indikasi yang menunjukkan upaya penguasaan pengetahuan (kognitif) siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan

guru melalui kegiatan pekerjaan rumah dan tes ulangan”5

Hasil belajar dapat diwujudkan dengan beberapa aspek yang pada dasarnya diterapkan bagi siswa atau peserta didik secara sistematis dan terpadu yang menghasilkan suatu perubahan yang khas.

Menurut A. Tabrani Rusyan dalam bukunya pendekatan dalam proses belajar mengajar berpendapat: "Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat." 6

Artinya hasil belajar merupakan sebagai suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya. Hasil belajar didapat akibat dari suatu proses belajar.

Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah:

5

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Ed. Rev. Cet-2, h. 117.

6

Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2000), h. 65.


(24)

Mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalampelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.7

Pendapat lain dikemukakan oleh Woodwort dan Marquis dalam

Suryabrata bahwa hasil belajar adalah “kemampuan sesungguhanya yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu”.8

Teori ini menekankan hasil belajar pada kemampuan yang sungguh-sungguh dan dapat diukur langsung.

Keberhasilan dalam menunaikan pencapaian hasil belajar merupakan rangkaian konsisten dan teratur untuk mencapai hasil yang memuaskan. Hasil yang dicapai tercantum dalam bentuk nilai, angka atau symbol lainnya sesudah adanya pemberian penilaian baik mengenai kecakapan atau keterampilan belajar siswa.

Hal tersebut di kemukakan oleh Djamara. Menurut Djamara

mengenai hasil belajar “suatu penilaian pendidikan tentang kemajuan

siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah

penilaian”9

Adanya perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman dalam bidang nilai dan sikap yang dialami siswa yang telah berhasil dalam belajar merupakan bentuk-bentuk perubahan seorang siswa yang mengalami kemajuan dalam hasil belajarnya. Pencapain penilaian tentang hasil belajar bahwa seseorang dapat dinyatakan berhasil atau tidak, dapat dilihat dari hasil pengukuran berdasarkan tes hasil belajarnya.

7

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokrasi, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 92.

8

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 1995), h.169.

9

Syaiful Bakri Djamara, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 2001), h. 19-24


(25)

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka intinya adalah "perubahan". Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

Perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi dalam hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1) Perubahan terjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional 3) Perubahan bersifat positif dan aktif

4) Perubahan bukan bersifat sementara 5) Perubahan bertujuan dan terarah

6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku.10

Hasil belajar menempatkan seseorang dari tingkat abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain. Mengenai perubahan tingkat abilitas menurut Bloom meliputi tiga ranah, yaitu:

1) Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai),

application (menerapkan)

2) Affective: receiving (sikap menerima), responding (memberi respon), valuing (menilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi).

3) Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, routinized level.11 Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar merupakan realisasi pemekaran dari kecakapan atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat

10

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2003), h. 3-4.

11

Sardiman A.N., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h. 23-24.


(26)

dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilanmotorik.

Sejalan dengan pendapat di atas, W.S Winkel mengemukakan ada beberapa kategori yang menunjukkan kepada hasil belajar, antara lain yaitu:

1) Keterampilan motorik

Disebut “motorik” karena kejasmanian (otot dan urat)

diikutsertakan. Bagian-bagian badan yang bergerak diurutkan pola tertentu. Ciri khas dari keterampilan motorik ialah adanya

“otomatisme”, yaitu urutan-urutan gerak-gerik yang teratur dan berjalan dengan lancer tanpa disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.

2) Sikap

Kecenderungan menerima atau menolak sesuatu atau seseorang

berdasarkan penilaian, yaitu misal seseorang menilai “baik atau tidak untuk saya”, berdasarkan penilaian itu subjek bersikap (+)

atau (-) terhadap sesuatu hal. 3) Kemahiran Intelektual

Kemampuan bergaul dengan lingkungan di sekitarnya dan dengan dirinya sendiri secara simbolis, termasuk di dalamnya:

a) persepsi, yaitu hasil pengamatan dengan memperhatikan ciri-ciri yang khas (warna, bentuk, dan lain-lain)

b) konsep, yaitu satuan yang abstrak (mewakili sejumlah hal yang mempunyai cirri yang sama). Sejumlah objek yang ternyata mempunyai sejumlah ciri yang sama dikelompokkan dalam golongan tertentu. konsep (lambang mental) dituangkan dalam suatu kata (lambang bahasa).

c) kaidah, yaitu pengungkapan dari hubungan yang terdapat antar beberapa konsep, ungkapan biasanya ditungkan dalam bentuk

Abahasa (suatu kalimat) Contoh: “Udara yang lembab mengakibatkan besi berkarat”.


(27)

d) Informasi verbal, yaitu pengetahuan yang dinilai dengan menggunakan bahasa verbal. Bahasa verbal sangat penting bagi kehidupan manusia karena dengan menggunakan informasi verbal berarti seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain.12

Dari katergori di atas yang berkaitan dengan hasil belajar maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu proses di mana seseorang mengalami perubahan perilaku karena adanya pengalaman dan proses belajar telah terjadi jika di dalam diri anak telah terjadi perubahan, perubahan tersebut mencakup peningkatan keterampilan motorik, sikap, dan kemampuan intelektual, perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai interaksi dengan lingkungan.

Hasil belajar akan menumbuhkan pengetahuan dan pengertian dalam diriseseorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan berupa keterampilan dalam bentuk kebiasaan, sikap dan cita-cita hidupnya. Orang yang telah berhasil dalam belajar akan menjadi orang yang mandiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya, serta dapat menentukan arahhidupnya.13

Dari beberapa pengertian mengenai hasil belajar di atas, penulis dapat menyimpulkan tentang hasil belajar adalah suatu penilaian pada diri siswa tentang sikap yang dimilikinya setelah mereka mempelajari suatu pelajaran yang ditujukan dengan suatu penilaian angka atau simbol sebagai hasil dari pencapaiannya

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami proses belajar.

12

WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 2005), h. 27

13

Wayan Koster, Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Siswa SLTPN


(28)

Slameto menyatakan bahwa setiap proses belajar banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal tersebut dibagi menjadi tiga faktor sebagai berikut: a) Faktor jasmani, yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh

b) Faktor psikologi, yang meliputi intelegensi, minat, bakat, motivasi dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, yang meliputi jasmani dan kelelahan rohani. 2) Faktor eksternal dibagi menjadi tiga faktor sebagai berikut:

a) Faktor keluarga, yang meliputi tingkat pendidikan orang tua, keadaaan ekonomi, dan lain-lain.

b) Faktor sekolah, yang meliputi keadaan guru, sarana dan prasarana, dan lain-lain.

c) Faktor masyarakat, yang meliputi teman gaul, media massa, bentuk kehidupan masyarakat (keadaan tempat tinggal), dan kegiatan siswa dalam masyarakat14.

Hal senada juga dikemukakan oleh Purwanto, mengenai faktor-faktor belajar, antara lain:

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut dengan faktor individual diantaranya pertumbuhan, kecerdasan, dan motivasi.

2) Faktor yang ada di luar individu yang disebut dengan faktor social. Diantaranya adalah faktor keluarga, guru mengajar, alat-alat yang digunakan dalam mengajar, dan motivasi sosial.15

Selain dari dua pendapat di atas, ada kesamaan juga yang dikemukakan oleh Syah mengenai faktor-faktor belajar yang dipengaruhi oleh:

(1) Faktor internal siswa yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis (intelegensi, sikap siswa, minat siswa, dan motivasi siswa). (2) Faktor eksternal siswa yang meliputi

14

Slameto, Op.cit, h. 54.

15


(29)

lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. (3) Faktor pendekatan belajar.Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi stategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajran materi-materi pelajaran. 16

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dengan alat ukur berupa alat evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angka huruf, kata atau simbol terte ntu.

Sedangkan menurut Dollar dan Miller dalam Syamsuddin mengatakan bahwa hasil belajar dapat dipengaruhi oleh empat hal:

1) Adanya motivasi, siswa harus menghendaki sesuatu.

2) Adanya perhatian dan mengetahui sasaran, siswa harus memperhatikan sesuatu.

3) Adanya usaha, siswa harus melakukan sesuatu.

4) Adanya evaluasi dan pemantapan hasil, siswa harus memperoleh sesuatu.17

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibagi menjadi dua faktor yaitu internal dan eksternal siswa. Faktor internal siswa meliputi psikologis dan psikis siswa itu sendiri, dan faktor eksternal siswa meliputi lingkungan di luar diri siswa.

Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Sebaliknya tanpa kehadiran faktor-faktor psikologis, bisa jadi memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam belajar. Tomas F.S. dalam Sardiman, menguraikan enam macam faktor psikologis, yaitu:18

16

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 2002), h.145.

17

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.6, h. 164.

18

Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)h. 39.


(30)

1) Motivasi

Motivasi disebut juga keinginan atau dorongan untuk belajar. Seseorang akan berhasil belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.

2) Konsentrasi

Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian.

3) Reaksi

Dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya.

4) Organisasi

Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, merata atau menempatkan bagian-bagaian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian.

5) Pemahaman

Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar juga harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya.

6) Ulangan

Lupa merupakan sesuatu yang tercela dalam belajar, tetapi lupa adalah sifat umum manusia. Untuk mengatasi kelupaan diperlukan kegiatan ulangan. Mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat kemampuan para siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah.


(31)

Prinsip-prinsip belajar hanya memberikan petunjuk umum tentang belajar. Tetapi prinsip-prinsip itu tidak dapat dijadikan hukum belajar yang bersifat mutlak, kalau tujuan belajar berbeda maka dengan sendirinya secara belajar juga harus berbeda. Karena itu, belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada.

Menurut Oemar Hamalik, Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:19

1) Faktor kegiatan, Penggunaan dan ulangan. Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berfikir, kegiatan motoris, dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lain yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat.

2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling¸dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.

3) Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. 4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal

dalam belajarnya.

5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

6) Pengalaman masa lampau (bahan apresiasi) dan pengartian pengertian yang dimiliki oleh siswa.

7) Faktor kesiapan dalam belajar.

8) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa lebih baik dari pada belajar tanpa minat.

9) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa sangat berpengaruh dalam proses belajar.

19


(32)

10)Faktor intelegensi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapar diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar siswa secara garis besar dapat dibagi dalam dua faktor utama: pertama faktor intern, yaitu faktor yang datang dari dalam siswa seperti kondisi fisiologis dan koondisi psikologis. Kedua faktor ekstern, faktor ini berasal dari luar diri siswa, yaitu lingkungan belajar, seperti lingkungan alam, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Selain itu lingkungan sekolah juga sangat mempengaruhi yaitu mutu pengajaran di sekolah. Dan hal ini tentu saja tidak terlepas dari pendekatan pembelajaran yang digunakan guru.

Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peranan tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.

Dalam pencapaian hasil belajar siswa yang optimal, peranan guru memiliki arti penting dalam memberikan konsep dan materi mengajar yang efektif. Menurut Slameto faktor-faktor mengajar efektif bagi guru antara lain:20

1) Pengusasaan bahan pelajaran. Guru harus menguasai bahan pelajaran sebaik mungkin sehingga dapat membuat perencanaan pelajaran dengan baik, memikirkan variasi metode cara memecahkan persoalan dan membatasi bahan, membimbing siswa ke arah tujuan yang diharapkan, tanpa kehilangan kepercayaan terhadap dirinya.

20


(33)

2) Cinta kepada yang diajarkan. Guru yang mencintai pelajaran yang diberikan, akan berusaha mengajar dengan efektif, agar pelajaran itu dapat menjadi milik siswa sehingga berguna bagi hidupnya kelak.

3) Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 4) Variasi metode.

5) Guru harus menambah ilmunya, berdiskusi, dan meningkatkan kemampuan mengajar.

6) Memberikan pengetahuan yang aktual. 7) Guru harus berani memberikan pujian.

8) Seorang guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individual.

Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah makhluk hidup yang memerlukan bimbingan, dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi manusia dewasa yang sadar tanggung jawab terhadap diri sendiri.

Adanya prinsip-prinsip mengajar guru untuk menunjang kerberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajar, antara lain:

1. Perhatian 2. Aktivitas 3. Appersepsi 4. Peragaan 5. Repetisi 6. Korelasi 7. Konsentrasi 8. Sosialisasi 9. Individualisasi 10.Evaluasi21

Dari uraian di atas, jelas bahwa peranan guru telah meningkat dari sebagai pengajar menjadi sebagai direktur pengarah belajar.

21


(34)

Sebagai direktur belajar, tugas dan tanggung jawab turut menjadi lebih meningkat yang ke dalamnya termasuk fungsi-fungsi guru sebagai perencana pengajaran, pengelola pengajaran, sebagai motivator, sebagai pembimbing, dan sebagai penilai hasil belajar siswa.

2. Hakikat Pendekatan Kontekstual

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Ada kecenderungan sekarang ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran secara kontekstual diharapkan dapat meningkatkan apa yang menjadi tujuan pembelajaran.

Kontekstual jika diambil dari asalnya dalam bahasa Inggris yaitu con’textual yang berarti termasuk, tergantung, sedangkan dari bahasa asalnya yaitu bahasa latin con = with + textum = woven) yang berarti bermaksud mengikuti konteks atau dalam konteks.22 Secara umum, kontekstual memiliki pengertian :

1) Yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks.

2) Yang membawa maksud, makna dan kepentingan (meaningful)23

Oleh karena itu, kaedah kontekstual yaitu kaedah yang dibentuk berasaskan maksud kontekstual itu sendiri, seharusnya mampu membawa pelajar ketingkat pembelajaran isi dan konsep yang berkenaan atau releven bagi mereka dan juga memberi makna dalam kehidupan keseharian mereka.

Pendekatan kontekstual “Merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

22

S. Wojowasito, dan Tito Wasito, Kamus Lengkap Inggeris-Indonesia, Indonesia-Inggeris, (Bandung : Hasta, 1997) h. 31

23

Depdiknas, Kurikulum dan Pembelajaran: Pembelajaran Kontekstual, (Jakarta: Direktorat Pendidikan, 2008). h.1


(35)

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.24

Dengan kata lain bahwa pendekatan kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut, dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan cultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/ konteks ke permasalahan / konteks lainnya.

Menurut teori pembelajaran kontekstual yang dikemukakan oleh Kasihati dikemukakan bahwa:

Pembelajaran hanya berlaku apabila pelajar memperoses pengetahuan atau ilmu pengetahuan baru dengan cara tertentu sehingga ia membawa maksud atau makna kepada mereka dalam kerangka rujukan mereka sendiri (dunia dalam memori, pengalaman dan tindak balas mereka sendiri)25.

Pendekatan pembelajaran dan pengajaran seperi ini mengandaikan minat akan mencari maksud dalam konteks dengan cara semula, yaitu yang berkaitan dengan seseorang dalam masa belajarnya. Ini berlaku dengan cara pencarian hubungan yang diterima akal sehat dan kelihatan bermakna.

Terbentuk dari pada pemahaman ini, teori pembelajaran kontekstual tertumpu pada aspek serta berbagai cara-cara dalam pembelajaran, selama ada dalam sekolah, kursus, tempat atau lokasi kerja, atau di ladang tanaman.

Ia menggalakkan pendidik memilih dan/atau membina suasana pembelajaran yang menggabungkan seberapa banyak bentuk

24

Depdiknas, Ibid.

25

http://www.tutor.com.my/lada/tourism/edu-kontekstual.htm, Portal Pendidikan Utusan, diakses pada: 20 April 2011


(36)

pengalaman yang boleh termasuk aspek sosial, phisikal, psikologikal, kearah mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

Dengan demikian, pelajar menemui perhubungan yang bermakna antara ide abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks alam yang nyata. Konsep dihayati melalui proses penemuan, pengukuhan dan menghubungkan.

Pengajaran dan Pembelajaran kontekstual merupakan satu konsepsi pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan bahan subjek yang dipelajari dengan situasi dunia yang sebenarnya dan memotivasi pelajar untuk membuat hubungan yang berkaitan antara pengetahuan dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai bagian dari keluarga, warga masyarakat dan pekerja.

Dari penjabaran di atas salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu melalui suatu metode pendekatan kontekstual yang diharapkan dapat merubah cara belajar siswa agar termotivasi dalam mengikuti pembelajaran yang dilangsungkan dengan suasana belajar yang tidak membosankan.

Dari beberapa pengertian tentang pendekatan kontekstual di atas maka penulis membuat sintesa mengenai pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.

b. Tujuan dan Manfaat Pendekatan Kontekstual

Dalam sebuah pendekatan pembelajaran pastinya memiliki tujuan kenapa diterapkannya suatu model pendekatan pembelajaran tersebut, dalam hal ini tujuan pendekatan kontekstual antara lain:


(37)

1) Model pembelajaran kontekstual ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.

2) Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman

3) Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.

4) Model pembelajaran kontekstual ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain

5) Model pembelajaran kontekstual ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna

6) Model pembelajaran model kontekstual ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari

7) Tujuan pembelajaran model kontekstual ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.26

Dari beberapa tujuan pembelajaran pendekatan kontekstual di atas dapat dikatakan bahwa siswa belajar dan mengalami sendiri bukan dari pemberian orang lain, keterampilan dan pengetahuan diperluas dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dengan demikian pentingnya siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut.

Dengan konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Biasanya dalam metode pembelajaran melalui pendekatan kontekstual proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Atau dengan kata lain strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.

26

Zahorik, Proses Pembelajaran melalui Pendekatan Kontekstual, Jakarta: Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005. h-14


(38)

c. Tahapan Pembelajaran Pendekatan Kontekstual

Kebanyakan pelajar di sekolah tidak mampu membuat kaitan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dapat dimanfaatkan. Menurut Depdiknas ada tujuh tahapan dalam pembelajaran kontekstual, antara lain:

1) Konstruktivisme

Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas

menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.

2) Pemahaman (Inqury)

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.

3) Bertanya (Questioning)

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inqury.

4) Masyarakat belajar (Learning Community)

Sekolompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri. Menukar pengalaman dan berbagi ide.

5) Pemodelan (Modeling)

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.

6) Refleksi (Reflection)

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari. Mencatat apa yang telah dipelajari. Membuat jurnalm karya senim diskusi kelompok.


(39)

Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. Penilaian produk (kinerja), tugas-tugas yang relevandan kontekstual.27

Tugas sorang guru dalam konsep kontekstual yakni membantu siswa mencapai tujuannya, tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.

Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu:

1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)

2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu kemudian memperhatikan detilnya.

3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (a) konsep sementara (hipotesis), (b) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (c) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan

4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)

5) Melakukan refleksi (ferlecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.28

Secara lazimnya, pelajar dijangkakan mampu membuat kaitan ini dengan sendiri apabila berada di luar sekolah. Pendekatan kontekstual menyadari hakikat bahwa pembelajran ialah satu proses berbagai bentuk yang kompleks yang menjangkau semua kaedah-kaedah jenis pelatihan dan rangsangan dan tindak balas.

Pendekaan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

27

Depdiknas, Op.Cit., h.4

28


(40)

d. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Dalam pendektan kontekstual yang diterapkan guru, proses adalah peran utama untuk mendapatkan hasil pembelajaran, pengajaran

berpusat pada “bagaimana cara” siswa menggunakan pengetahuan

baru, siswa dituntut untuk berperan aktif, bekerja sama dengan teman menemukan pengetahuan dan memecahkannya dari berbagai sumber tidak hanya berpusat dari guru, dengan kata lain siswa bekerja dan berkarya sedangkan guru mengarahkannya.

Hal di atas di sebutkan dalam karakteristik pembelajaran kontekstual, meliputi:

1) Kerjasama

2) Saling menunjang

3) menyenangkan, tidak membosankan 4) Belajar dengan penuh gairah

5) Pembelajaran terintegrasi 6) Menggunakan berbagai sumber 7) Siswa aktif

8) Sharing dengan teman 9) Siswa kritis guru kreatif.

10)Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta gambar, artikel, humor dan lain-lain.

11)Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.29

Ini berlaku oleh sebab cara mereka memproses pengetahuan dan perasaan motivasi untuk pelajar tidak tersentuh melalui kaedah pengajaran yang lazim digunakan (yaitu kaedah pendidikan yang abstrak), namun mereka amat perlu memahami konsep itu untuk memudahkan mereka mengatikannya dengan suasana dan juga dalam menempuh kehidupan masyarakat dimana tempat mereka menjalani kehidupan dan bekerja.

29


(41)

e. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual

Setiap metode pembelajaran memiliki karakteristik tersendiri, hal tersebut menjadikan suatu metode pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan maupun kekurangan-kekurangannya. Berikut adalah kelebihan dari pendekatan metode kontekstual, antara lain yaitu30:

1) Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

2) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif

3) Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

4) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

5) Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan. 6) Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

7) Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

Kemudian kelemahan atau kekurangan dari model pembelajaran kontekstual31:

1) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode kontekstual. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman

30

Supinah, Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam

Melaksanakan KTSP, (Yogyakarta: P4TK, 2008), h.28

31

Nadhirin, Model Pembelajaran Contextual Teaching, (Internet: diakses pada Maret 2010) nadhirin.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-contextual-teaching.html


(42)

yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

3. Hakikat Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

a) Pengertian Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

Penertian istilah Pendidikan Agama seperti yang dijelaskan pada undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 30 BAB IV menjelaskan bahwa pendidikan keagamaan; “pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menajdi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai

ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama”.32

Sedangkan menurut Zakiyah Darajat dan kawan-kawan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah:

Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya

32

Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional pasal 30 BAB IV (Nomor 2 tahun 2003), (Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004)


(43)

itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.33

Kemudian dalam edaran Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, sebagaimana dikutip oleh Drs. H. M. Alisuf Sabri mengartikan bahwa:

Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim semaksimal mungkin.34

Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha bimbingan yang dilakukan secara sadar untuk mengarahkan anak didik mencapai kedewasaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan ajaran agama Islam dan pada akhirnya dapat menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan.

b) Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Tujuan yaitu "sasaran yang akan dicapai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan”.35

Bila pendidikan kita dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan tujuan tertinggi yang hendak dicapai. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan.

Untuk lebih jelasnya tentang tujuan pendidikan agama Islam, maka peneliti akan mengutip beberapa pendapat ahli

33

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta :Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke- 4, h. 38

34

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. Ke-9, h. 32

35

Hj. Nur Ubiyati, llmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke- 2, h. 29


(44)

pendidikan sebagai berikut: Menurut Mahmud Yunus, tujuan

pendidikan agama Islam adalah “menyiapkan anak supaya diwaktu

dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercapai kebahagiaan bersama dunia dan akhirat”.36

M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan pendidikan agama

Islam adalah “terciptanya manusia yang berilmu pengetahuan

tinggi, dimana iman dan takwanya menjadi pengendali dalam

penerapan atau pengaruhnya dalam masyarakat”.37

Sedangkan secara garis besarnya tujuan pendidikan agama Islam menurut Zakiyah Darajat ialah "untuk membina manusia menjadi hamba Allah yang shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan perasaan".38

Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Islam tak terlepas dari eksistensi manusia hidup di dunia ini, yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah selaku khalik sekalian makhluknya. Dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56 Allah berfirman:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar yaitu:

1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemukukan dan pengembagan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama

36

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Hidayah Agung, 2003), h. 6

37

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 15

38

Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama, 2005), Cet. Ke-2, h. 35


(45)

Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial, serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. 39

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah merealisasikan manusia muslim yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabadikan diri kepada Allah dan selalu mengerjakan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya.

c) Ruang Lingkup Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Ruang lingkup pendidikan agama Islam memiliki cakupan sangat luas, karena ajaran Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, maka pendidikan agama Islam merupakan pengajaran tata hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupannya yang sejahtera di akhirat nanti.

Dalam bukunya, "Ilmu Pendidikan Islam", M. Arifin Ilham mengatakan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia dimana manusia mampu memanfaatkannya sebagai tempat menanam benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan nilai dan sikap amaliyah islamiyah dalam pribadi

39

Depag RI, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pedidikan Agama Islam Untuk SD/MI, 2002, h. 2


(46)

manusia baru akan tercapai dengan efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.40

Dalam buku "Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam SD/MI", disebutkan mengenai ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi :

a. Alqur’an dan Hadist b. Aqidah

c. Akhlak d. Fiqih

e. Tarikh dan Kebudayaan Islam41

Sedangkan luas dalamnya pembahasan tergantung pada lembaga pendidikan yang bersangkutan, tingkat kelas, tujuan dan tingkat kemampuan anak didiknya. Untuk sekolah-sekolah agama, pembahasannya lebih luas dan mendalam dari pada sekolah-sekolah umum.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam meneliti dan menelaah penelitian yang berkaitan dengan peningkatan minat belajar siswa melalui pendekatan kontekstual, ada beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan sebagai acuan teori dan bahasan serta yang ingin dicapai dalam penelitian ini, bahasan hasil penelitian yang relevan tersebut antara lain: “Upaya peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual”. 42

Dalam penelitian tersebut di atas yang telah dilakukan oleh Riri Puspitasari, membahas tentang bagaimana upaya dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual. Penelitian teresebut membahas bagaimana kreativitas siswa dapat ditingkatkan dari sebelumnya, siswa menjadi lebih kreatif, baik cara

40

M. Arifin, Op. Cit., h. 13

41

Depag RI, Op.Cit, 2002, h. 3

42

K. Suyanto, Pembelajaran berbasis Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Makalah disajikan dalam kegiatan sosialisasi Kontekstual bagi dosen UM 15 Februari 2002.


(47)

pemikirannya maupun dalam hal perkembangan motoriknya. Pendekatan penelitian yang dilakukannya melalui Penelitian Tindakan Kelas (pretest dan dua siklus tindakan). Melalui pendekatan kontekstual yang dikembangkan oleh guru matematika, hasil dari kretativitas siswa menjadi lebih berkembang dari sebelumnya. Guru memberikan penjelasan dan kebebasan kreativitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan pelajaran yang diberikan guru, dalam hal ini guru sebagai fasilitator dan siswa mengembangkan penyelesaian, sebagai solusi penyelesaian permasalahan tersebut melalui kretivitas siswa yang telah diberi arahan oleh guru sebelumnya.

Dari bahasan hasil penelitian yang relevan di atas dapat menjadi acuan peneliti untuk mengembangkan teori dan mengkaitkannya dengan hasil penelitian yang ingin dicapai.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan acuan teori dan fokus penelitian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis bahwa: terdapat peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Pendidikan Agama Islam siswa yang baik apabila guru melakukan upaya pendekatan kontekstual dengan siswa dalam proses belajar secara tepat.


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti yakni tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual, maka peneliti memilih lokasi di Sekolah Dasar Negeri Neglasari 02 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Sedangkan mengenai waktu penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih empat bulan yaitu pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan April 2014.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan 1. Metode Intervensi Tindakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model spiral/siklus dari Stephen Kemmis dan Mc. Taggart. Menurut Jhon Elliot yang dikutip oleh Basuki Wibawa, penelitian tindakan kelas adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya1. Dengan menggunakan model ini jika pada awal pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai tujuan dapat tercapai.

Penelitian ini terdiri dari dua siklus dan melalui beberapa tahapan yaitu (1) Perencanaan, tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi, kemudian dilanjutkan dengan siklus selanjutnya dengan melalui tahapan yang sama.

2. Desain Intervensi Tindakan

Desain intervensi tindakan dalam penelitian ini, terdiri dari dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang ingin dicapai.

Adapun alur penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

1

Basuki Wibawa, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Depdiknas Ditjendasmen, 2004), h.5


(49)

Gambar III.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:

1) Membuat rencana pembelajaran dengan pembelajaran pendekatan kontekstual dengan pemilihan tema yang sudah ditentukan.

2) Membuat alat evaluasi untuk dikerjakan di kelas.

3) Membuat lembar observasi ada dua yaitu kegiatan guru dan kegiatan siswa untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada waktu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

2. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan skenario desain pembelajaran yang telah direncanakan, yang bertindak sebagai guru dalam penelitian ini adalah peneliti sedangkan yang bertindak sebagai kolaborasi adalah teman


(50)

sejawat yang bersangkutan. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus dan pada akhir pertemuan pada masing-masing siklus diberikan tes hasil belajar. Waktu pertemuan selama 3 jam pelajaran atau 70 menit dengan asumsi 1 jam pelajaran sama dengan 35 menit.

3. Observasi

Pada tahap observasi, peneliti mengajar dengan pendekatan kontekstual, mengobservasi tindakan yang sedang dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa di dalam kelas dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan untuk mengobservasi hasil belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi berdasarkan indikator hasil belajar siswa di kelas.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti bersama kolaborator mendiskusikan kembali segala sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dan hasil-hasilnya, dengan melihat data hasil observasi setiap siklus apabila terdapat kekurangan maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Selain itu apakah melalui pendekatan kontesktual akan meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Subjek/Partisipan Penelitian

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi Kelas IV (empat) Sekolah Dasar Negeri Neglasari 02 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor sebanyak 37 orang, terdiri dari 22 orang siswa perempuan, dan 15 orang siswa laki-laki

Sedangkan partisipan yang teribat dalam penelitian ini penulis menggunakan teman sejawat/rekan guru yaitu guru kelas IV (empat) dan Kepala Sekolah Sekolah Dasar Kepala Neglasari 02 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.


(51)

D. Peran dan Posisi Peneliti

Dalam penelitian ini peran peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana tindakan dan pembuat laporan. Posisi peneliti sebagai pelaksana utama artinya tingkat keikutsertaan peneliti dikategorikan pada peran aktif peneliti sebagai pelaksana tunggal proses pembelajaran/tindakan. Peneliti langsung melakukan kegiatan pembelajaran dan berusaha mengumpulkan data sesuai dengan fokus penelitian

Sedangkan peneliti dalam penelitian ini adalah guru yang mengajarkan kepada siswa kelas IV Sekolah Dasar yang mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam melalui penggunaan metode pendekatan kontekstual untuk mengetahui perubahan peningkatan hasil belajar siswa.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Pada tahap-tahap penelitian ini, penulis menyusun tahapan intervensi tindakan yang akan dilakukan melalui beberapa tindakan (siklus) dalam proses penelitian sebagai berikut :

1. Kegiatan Praintervensi

Sebelum melakukan tindakan pada siklus pertama peneliti melakukan persiapan-persiapan diantaranya adalah:

a. Meminta izin kepada Kepala Sekolah. b. Membuat lembar observasi perilaku siswa.

c. Mengumpulkan data kondisi perkembangan hasil belajar siswa yang akan diteliti. Peneliti melakukan kegiatan yang mengukur pencapain hasil belajar siswa guna diketahuinya kondisi siswa sebelum tindakan, data tersebut diperoleh dari lembar uji pretest berupa butir soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 15 butir soal yang mengarah pada materi “Perilaku terpuji Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS” pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

d. Mendesain penilaian awal dan akhir yang dilakukan dengan teknik praktek langsung untuk melihat pencapaian hasil belajar siswa.


(52)

e. Menentukan waktu penelitian yaitu dimulai dari bulan April sampai dengan Mei 2014 dengan waktu pelaksanaannya selama empat minggu yang terdiri dari dua siklus. Tiap pertemuan dilakukan selama 3 x 35 menit atau 3 jam mata pelajaran, dan dilakukan saat pembelajaran berlangsung.

2. Kegiatan Intervensi Siklus I a. Rencana

Mengadakan rencana pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dengan strategi mengajar dengan metode ceramah bervariasi, penggunaan alat peraga, berupa artikel.

b. Tindakan

Penjelasan model pembelajaran kontekstual yang akan dilaksanakan, memberitahukan kepada siswa untuk mencari sumber informasi lain. Membentuk kelompok belajar, mengadakan tanya jawab, ditutup dengan tes dan tugas.

c. Observasi

Mencatatat hasil pengamatan berdasarkan hasil observasi di kelas setelah pelaksanaan tindakan II, mencatat perubahan-perubahan yang terjadi, keaktifan siswa dalam mencari sumber informasi dan pengetahuan siswa.

d. Refleksi

Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi setelah dilakukan tindakan pada siklus II. Menganilisis dan membuat perbaikan-perbaikan yang kurang pada siklus sebelumnya untuk rencana dan tindakan pada siklus selanjutnya.

3. Kegiatan Intervensi Siklus II a. Rencana

Mengadakan rencana pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dengan strategi mengajar dengan metode ceramah bervariasi, penggunaan alat peraga, permodelan portofolio secara berkelompok.


(1)

Jakarta, Oktober 2014 Dosen Pembimbing

I0r8

Pendekatan

Baru.

Bandung:

pl.Rema.ia

Rosda

Karya,2006.

*

31.

Ubiyati,

Nur. llmu

Pendiditan

El6n{-1ffi.

Pustaka

letia,

1998.

u

+l

32. Undang-undang Sitern Pendidikan Nasional pasai 30

BAB IV

(Nomor 2 rahun 2003). Jakarta: CV. Tamita Utama,2004.

il

)

33. Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan fengutatr@rrrya

Analisis Dibidang

Pendidikan, (Jakarta:

Bumi

Akasara,2007.

II

+

34. Usman"

M.

Basyiruaain.

ue@

Agama Islam. lakar:t?: Ciputat Pers, 2002.

I I

35.

Wibawa, Basuki. Penelitian Tindakdn

K"tas.

Jakarta: Depdiknas DitjendasmerL 2004.

m

l-36.

wint(el,

WS.

Psikologi

Pengqiamn

lakarta:

Grasindq 2005.

II

37.

Yunus, Mahmud. Metodik

M

Agama Islam- laka*a : PT. Hidayatr Agune, 2003. ,

II

t-38. Zahorik. Proses

Pembelaiar@

Kontekstual. Jakarta: Bandung: Remaja Rosda

Karya.20d.5-II


(2)

KEIT,IENTERIAN

AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Jua,* tlo *5 Cipttut 15/.12 lt &t

^da

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITIGFR-AKD-066

Tgl.

Terbit :

1

Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT PERMOHONAN

IZIN

OBSERVASI

Nomor : Un.0 1/FI./I(M.ALy .../2014

Lamp.

:...

HaI

: Observasi

Nama

NIM

Jurusan /Prodi

Semester

Jakafia, 23 Desember 2A13

KepadaYth.

Kepala SDN Neglasari A2 Kec. Dramaga Bogor Di

Tempat

Ass alama' alaiku m Wn Wb.

Dengan homrat kami sampaikan bahwa: Sumiarsih 181001 1000006

Pendidikan Agama Islam

X (Sepuluh)

adalah benar mahasiswa

pada

Fakultas

Iknu

Tarbiyah

dan

Keguruan

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa tersebut memerlukan observasi untuk penelitian skripsi. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudra untuk menerima mahasiswa tersebut dan

mennberikan bantuannya.

Demikianlall atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu' alaihu m Wn Wb.

Agamalslam

re9803

I

002

Tembusan:


(3)

KEMENTERIAN AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl, lr. H. Juanda No % Clpubt 1i412 h&r6'ia

FORM (FR)

SURAT PERMOHONAN

EM

Nomor : Un.0 l/F. 1lKM.0 1.3/ ... 12014

Lamp.

: OutlinelProposal

Hal

: Permohonan

Izin

penelitian

Kepada Yth.

Kepala SDN Neglasari 02 Kec. Dramaga Bogor

di

Tembusan:

l.

DekanFITK

2.

Pembantu Dekan Bidang

Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

lakaria, 23 Desember 20 I 3

Tempat

As s

alamu'

alaikam

Wn Wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

:Sumiarsih

NIM

:1810011000006

Jurusan

: Pendidikan Agama Islam

Semester

: X (Sepuluh)

Judul

Skripsi

:

"Upaya

Meningtratkan

Hasil Betajar

Siswa

Metalui

pendekatan

Kontekshral Pada Pelajaran pendidikan Agama Islam Kelas

\II

Di

SDN Neglasari

02 Kec. Dramaga

Bogor"

adalah benar mahasiswa/i Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Jakarta yang

gedang menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan

penelitian

d;i

di

instansilsekolalr/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara dapat mengizinkan

mahasiswa

tersebut

melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih.

Was s

alama'

alai

kum

Wn Wb.

Agama Islam

irU M.Ae


(4)

KEMENTERIAN AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lnbnesia

FoRM

(FR) iN;E#:

Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010

SURAT

PERMOHONAN

IZIN

OBSERVASI

Nomor : Un.0 llFt.A(M .0I.3 1...12013

Lamp.

:...

Hal

: Observasi Kepada Yth.

Kepala Sekolah SDN NEGLASARI 02

KEC. DRAMAGA BOGOR Di

Tempat

As s alamu' alailatm wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa:

Nama

NIM

Jurusan/Prodi

Semester

Tembusan:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jakarta, 23 Desember 2013

SUMIARSIII

r8100r 1000006

Pendidikan Agama Islam (PAI)

X (Sepuluh)

Adalah benar mahasiswa pada Fakultas

Ilmu Tarbiyah an

Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Skripsi, Mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan Pihak Terkait. Oleh karena

itu,

Kami

mohon

kesediaan saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya.

Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih.

Was s al amu' alaikurn wnw b.

a.n. Dekan

Kaj',u Pendidikan Agama Islam

m,

M.Ag.


(5)

PEKIERINTAH KABUPATEN BOGOR

DIhIAS

PENDIDIKAI{

PELAKSANA TEKNIS

XXX KECAMATAN DRAMAGA

SEKOLAI{

T}ASAR

NEGERI

NEGLASART

O2

KECAMATAN DRAMAGA

Alamat : JL KH. Tuhagus Asik Des{ Ncgts*ri I}rzm*ga

-

BogorTelp t025f) 862:*958

I

IIPSN : 2O2005031NS$. 101020230020

SURAT

KETERANGAN

Nomor

:

421.2 ISW

010-Sl}l){l20l

4

Yang bertandatangan dibawah

ini

:

Nama

NIP

Pangkat / Golongan Jabatan

Unit Kerja

Iastansi

Menerangkanbahwa :

Nama

NIM

Program Pendidikan Fakultas

:

IDA SIIGIART'I,

S.Pd.SI,

:

195811071978A32A01

:

Pernbina I

IV.a

:

Kepala Sekolah

:

SINNEGLASARI02

:

UPT. Perdidikan

)Oil(

Kecamatan Dranraga Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor

:

SUh{IARSIH

:

1810011000006

:S1

:

Ilmu Taftiyah

Dan

Kegruan

(

FTIKi

Dengan

ini

menerangkan balrwa yang bersangkutan

benar-benar telah

mengadakan

penelitian

skripsi

sebagai

tugas

akhir

dari

Uaiversitas

lslam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

padatanggal}T

jarruarr sampai dengan

24M*ret

2014

Demikian

Surat Keterangan

ini

dibuat

dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya

untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Drbuat

di

:

Drarnaga Pada

Tanggal

:

24 itdLaret?Ol4

M

eg


(6)

DAFTAR

RIWAYAT

HIDUP

Penulis bernama

Sumiarsih

di

lahirkan

di

Kabupaten Bogor pada tanggal Bogor 01 Januri 1962 dwi pasangan orangtua yang bernama H.M.

Arief

dan

Hj.

Siti Aminah.

Penulis merupakan

anak

pertama

dari

8

bersaudara. Penulis telah menikah dengan suami tercinta bernama

Babay Supriyatna, S.Pd.,

I{8A.,

dan telah

memiliki

4

orang anak terdiri dari tiga putra dan seorang putri. Yang bernama:

Rubi

Ginanjar,

M.Km., Andika

Sundawijaya,

M.Kom., Shinta Sundari Pramitasari, Amd.Keb., dan Asep Maulana Yusup. pada tahun 1974 penulis lulus pendidikan sekolah dasar

di

SDN Dramaga

III

kemudian melanjutkan

ke

PGA Baranang Siang selamat

4

tahun lulus pada tahvn 1977, dan meneruskan ke PGAN Baranang Siang lulus pada tahUn 1981.

Kemudian pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan tinggi dengan kuliah

DZ

di IAIN

Sunan Gunung

Djati

Bandung jurusan Pendidikan Agama Islam' Selanjutnya pada tahun 2011 penulis melanjutkan perkuliahannya ke jenjang

Sl

di

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah.

Penulis pemah

mangajar

di

SDN

Manggis

Dramaga

dari

tahun l983sampai dengan tahun 2013. kemudian pindah ke SDN Neglasari 2 pada tahun 2013 sampai dengan sekarang.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SAINS KELAS IV SDN 02 LABUHAN BARU MELALUI METODE DEMONTRASI

0 7 2

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SAINS KELAS IV SDN 02 LABUHAN BARU MELALUI METODE DEMONTRASI

0 7 4

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN RECIPROCAL PADA SISWA KELAS IVA DI SDN WONOSARI 02 SEMARANG

2 36 109

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG KONSEP PESAWAT SEDERHANA PADA BIDANG STUDI IPA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS V SDN 02 ISER TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 5 40

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA TENTANG SUMBER DAYA ALAM MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ipa Tentang Sumber Daya Alam Melalui Pendekatan Kontekstual Bagi Siswa Semester Ii Kelas IV Sdn Jembulwunut Gu

0 4 12

UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMBACA MELALUI STRATEGI DRAPADA SISWA KELAS IV SDN SUKOLILO 02 Upaya Meningkatkan Ketrampilan Membaca Melalui Strategi Drapada Siswa Kelas IV SDN Sukolilo 02 Tahun Pelajaran 2013/ 2014.

0 2 16

UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMBACA MELALUI STRATEGI DRAPADA SISWA KELAS IV SDN SUKOLILO 02 Upaya Meningkatkan Ketrampilan Membaca Melalui Strategi Drapada Siswa Kelas IV SDN Sukolilo 02 Tahun Pelajaran 2013/ 2014.

0 2 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN GROGOLAN 02 Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode STAD Pada Siswa Kelas IV SDN Grogolan 02 Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 15

Upaya Meningkatkan Pembelajaran Agama Islam melalui Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi Pada Siswa Kelas IV SDN 024758 Binjai Tahun Pelajaran 2015

0 0 16

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE ADVOKASI SISWA KELAS V SDN 2 LALOEHA KOLAKA

0 1 13