6
A. PENDAHULUAN
Masuknya budaya barat termasuk penyebab turunnnya moral bangsa
Indonesia saat ini. Sebenarnya budaya tersebut tidaklah seratus persen
salah, karena yang salah adalah individu yang tidak mampu menyaring hal‐
hal yang baik untuk dirinya dan membuang kejelekan darinya. Dengan
budaya asing yang masuk ke negara kita sekarang ini, banyak orang
menganggap bahwa free sex, materialisme dan perilaku buruk lainnya
adalah hal yang biasa. Keadaan ini sangat memprihatinkan mengingat
banyak remaja yang melakukan hal tersebut. Krisis karakter yang terjadi di
Indonesian meneyebabkan banyaknya tindakan yang tidak terpuji menjadi
hal yang biasa dilakukan, bahkan dilakukan secara terang‐terangan di
hadapan publik. Dengan kondisi seperti ini memunculkan keprihatinan yang
besar bagi bangsa ini. Hal inilah yang menggugah pemerintah untuk
merubah karakter bangsa menjadi karakter yang baik. Pemerintah melalui
Kemendiknas telah merumuskan konsep karakter yang harus dimasukkan
dalam pendidikan di Indonesia.
Pesantren memulai pendidikan kepesantrenannya dengan modal niat
yang ikhlas, dakwah untuk menegakkan kalimat Allah SWT meskipun
terkadang hanya didukung oleh sarana dan prasana yang sederhana dan
terbatas telah berkontribusi membentuk karakter bangsa. Relevan dengan
jiwa keikhlasan dan kesederhanaan, maka tujuan pendidikan pesantren
adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu
kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,
bermanfaat bagi masyarakat, sebagai pelayan masyarakart, mandiri, bebas
dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan dan menegakkan agama Islam
dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia
Masyhud, M. Sulthon dkk, 2003 : 92‐93.
Nilai ‐nilai tersebutlah yang mendasari keberhasilan pesantren dalam
membentuk karakter, karena pasantren memiliki dua nilai : 1 nilai‐nilai
7
agama yang memiliki kebenaran mutlak yang bersumber dari Al Qur’an dan
Hadits dan berorientasi kepada kehidupan ukhrawi, 2 nilai‐nilai agama
yang memiliki kebenaran relative, bercorak empiris dan pragmatis untuk
memecahkan berbagai masalah kehidupan sehari‐hari menurut hukum
agama Mastuhu, 1994: 58.
Bersamaan dengan hal tersebut masyarakat dewasa ini menghendaki
adanya pendidikan yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan
sikap, pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan, kemampuan berinteraksi
dengan masyarakat secara luas, serta meningkatkan kesadaran terhadap
alam lingkungannya. Asas pendidikan seperti inilah yang ditawarkan oleh
pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia.
Dikemukakan oleh Mastuhu dalam bukunya, Dinamika Sistem
Pendidikan Pesantren 1994: 62‐66 menjelaskan tentang prinsip‐prinsip
karakter antara lain: 1semua kejadian berasal, berproses dan kembali pada
kebenaran Tuhan filsafat theocentric, 2 suka rela dan mengabdi kepada
sesama dalam rangka mengabdi kepada Tuhan, 3 kearifan dalam
menyelengarakan pendidikan pesantren dan dalam tingkah laku sehari‐hari,
4 kesederhanaan dalam perilaku sehari‐hari bagi seluruh warga pesatren,
5 kolektivitas atau kebersamaan, 6 mengatur kegiatan bersama‐sama
antara santri dan ustadz, 7 kebebasan terpimpin dalam menjalankan
kebijaksanaan kependidikannya, 8 madiri dalam mengatur dan
bertanggung jawab atas keperluannya sendiri, 9 pesantren adalah tempat
mencari ilmu dan mengabdi, 10 mengamalkan ajaran agama dalam
kehidupan sehari‐hari, 11 keberhasilan tidak ditandai dengan ijazah yang
berisikan angka‐angka tetapi ditandai oleh prestasi kerja yang di akui oleh
masyarakat, 12 semua perbuatan yang dilakukan oleh warga pesantren
sangat tergantung pada restu kiai.
Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta dalam melaksanakan
kegiatan pendidikannya telah menerapkan perinsip‐prinsip pembentukan
karakter. Penyelenggaraan
pendidikan melalui
pembinaan dan
8
pengembangan santri untuk keunggulan dan kesempurnaan melaui program
pendidikan yang utuh dan terpadu. Setiap komponen dalam sistem
pendidikan yang utuh dan terpadu ini dioptimalkan perannya, sehingga tidak
terjadi split keterpecahan dan contradiction perbenturan antara satu
komponen dengan komponen yang lain. Tujuan pendidikan diarahkan untuk
pemahaman agama Islam yang kuat tafaquh fiddin dan kemampuan hidup
bermasyarakat. Para ustadz berperan sebagai pendidik, di samping sebagi
pengajar di kelas, pembimbing di dalam kegiatan harian dari bangun tidur
sampai tidur kembali dalam berbagai kegiatan. Santri merupakan pelaku
pendidikan yang aktif, tidak hanya obyek yang dinamis, menempatkan diri
sebagai individu yang mandiri, menerapkan ilmu yang telah didapat dalam
kehidupan sehari‐hari di pesantren dan lingkungan masyarakat. Kurikulum
yang seimbang dan proporsional antara keagamaan dan keilmuan umum
serta life skill. Pendekatan pendidikannya menggabungkan cara dan metode
yang sesuai dan efektif. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut
di atas, maka ada beberapa permasalahan yang menarik untuk diteliti.
Adapun rumusan masalah penelitian tersebut antara lain:
1. Bagaimana
strategi pendidikan pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta
dalam membentuk karakter bangsa terhadap santri? 2.
Apa saja karakter bangsa yang terbentuk dalam kehidupan sehari‐
hari di pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta?
Merujuk pada rumusan masalah penelitian di atas, maka
penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Untuk
mengetahui strategi pendidikan pondok pesantren Ta’mirul Islam
dalam membentuk karakter bangsa terhadap santri. 2.
Untuk mengetahui macam‐macam karakter bangsa yang terbentuk
dalam kehidupan sehari‐hari di pondok pesantren Ta’mirul Islam
Surakarta.
9
B. METODE PENELITIAN