Perancangan Kampanye Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Konstruksi

(1)

(2)

i LEMBAR PENGESAHAN

PERANCANGAN KAMPANYE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI

Abiyoga Juanda NIM. 51912087

Telah di setujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Akhir pada Tanggal (…..../……../…....)

Menyetujui, Pembimbing

Drs. Agus Rahmat Mulyana, M.Ds

Dekan Fakultas Desain

Prof. Dr. Primadi Tabrani NIP. 4127 32 06 036

Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual

M. Syahril Iskandar, S.Sn., M.Ds. NIP. 4127 32 06 012


(3)

(4)

ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Abiyoga Juanda NIM : 51912087

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Dengan ini menyatakan bahwa karya beserta Laporan Tugas Akhir / Skripsi ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain.

Penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini maka saya menerima sangsi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Bandung,

Abiyoga Juanda NIM. 51912087


(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Abiyoga Juanda

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 12 November 1994

Alamat : Perum Pondok Timur Indah

Blok i Nomor 171 Rt/Rw 07/15

Kecamatan Mustika Jaya Bekasi Timur,

Kota Bekasi 17158

Nomor telepon : 081220268115

Agama : Islam

E-Mail : abiyogajuanda94@gmail.com

Pendidikan

 2000 – 2005 : SDN Margahayu 13  2006 – 2009 : SMPN 26 Bekasi  2009 – 2012 : SMAN 9 Bekasi ( IPS )

 2012 – Selesai : UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA ( S1 Desain Komunikasi Visual )


(7)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI

DK 37503/ Tugas Akhir Semester II 2015-2016

Oleh :

Abiyoga Juanda 51912087

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(8)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Maksud dan Tujuan Perancangan ... 4

BAB II PERANCANGAN KAMPANYE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI ... 5

II.1 Landasasn Teori... 5

II.1.1 Kampanye ... 5

II.1.2 Kampanye Sosial ... 5

II.1.3 Manfaat Kampanye ... 6

II.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Proyek Konstruksi ... 6

II.2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 6

II.2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 7

II.2.1.2 Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 7

II.2.1.3 Fungsi dari Kesehatan Kerja ... 8

II.2.1.4 Fungsi dari Keselamatan Kerja ... 8

II.2.1.5 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 8


(9)

vii

II.2.2.1 Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja ... 10

II.2.2.2 Dampak Kecelakaan Kerja ... 11

II.2.3 Alat Perlindungan Diri ... 12

II.2.3.1 Jenis-Jenis Alat Perlindungan Diri ... 13

II.2.3.2 Tujuan Penggunaan Alat Perlindungan Diri... 17

II.2.3 Proyek Konstruksi ... 18

II.2.3.1 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi ... 18

II.2.3.2 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi .... 19

II.3 Analisa ... 20

II.3.1 Hasil Observasi dan Wawancara ... 20

II.3.2 Hasil Kuesioner ... 21

II.4 Resume dan Solusi ... 25

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN ... 26

III.1 Strategi Perancangan ... 26

III.1.1 Khalayak Sasaran ... 26

III.1.1.1 Target Audience ... 26

III.1.1.2 Cusumer Insight ... 27

III.1.1.3 Cusumer Journey ... 28

III.1.2 Strategi Komunikasi ... 29

III.1.2.1 Pendekatan Komunikasi ... 29

III.1.2.2 Pendekatan Verbal ... 29

III.1.2.3 Pendekatan Visual ... 29

III.1.2.4 Materi Pesan ... 30

III.1.3 Mandatory ... 30

III.1.4 Strategi Kreatif ... 30

III.1.5 Strategi Media ... 31

III.1.5.1 Media... 32

III.1.6 Strategi Distribusi dan Penyebaran Media ... 33

III.2 Konsep Visual ... 33

III.2.1 Identitas Visual... 34


(10)

viii

III.2.3 Huruf ... 35

III.2.4 Warna ... 36

III.2.5 Ilustrasi ... 38

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA DAN APLIKASI MEDIA ... 40

IV.1 Teknis Produksi ... 40

IV.1.1 Hardware ... 40

IV.1.2 Software ... 40

IV.2 Media Utama ... 41

IV.2.1 Poster... 41

IV.2.1.1 Poster Attention ... 41

IV.2.1.2 Poster Interest ... 45

IV.3 Media Pendukung ... 47

IV.3.1 Brosur ... 47

IV.3.2 X-banner ... 48

IV.3.3 Gantungan Kunci ... 50

IV.3.4 Pin ... 51

IV.3.5 Stiker ... 51

IV.3.6 Kaos ... 52

IV.3.7 Media Sosial... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(11)

57

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

DK3N. 2007, Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional. Jakarta : Penerbit DK3N

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Suproyono, Rakhmat. 2010,Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi. Yokyakarta : Penerbit Andi Publisher

Sucipto, Cecep. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Penerbit Gosyen Publishing

Suma‟mur. 1985. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Penerbit Gunung Agung

Widodo, Suparmo. 2015. Manajemen Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta : Penerbit Pustaka pelajar

Wijayanti, Asri. 2012. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta : Penerbit Sinar Grafika

Venus, Antara. (2004). Manajemen Kampanye. Jakarta: Penerbit Simbiosa Rekatama Media.

Franklin F. J. (2009). Periklanan, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sumber Artikel Internet

Aji, Ridwan. “Angka Kecelakaan Masih Tinggi, Siapa Yang Peduli?”. 10 april

2016. Diambil dari:

http://properti.kompas.com/read/2016/02/12/213000621/Angka.Kecelakaa n.Masih.Tnggi.Siapa.yang.Peduli.


(12)

1 BAB I

.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian dikalangan pemerintah dan industri sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di Indonesia masih terabaikan, hal ini ditunjukan dengan angka kecelakaan yang masih tinggi dan tingkat kepedulian perusahaan terhadap keselamatan kerja yang masih rendah. Pada tahun 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata per hari 414 kasus kecelakaan kerja. Masalah mengenai K3 ini terjadi juga pada penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi, Bahkan setiap tahun rata-rata terjadi kasus kecelakaan kerja sebesar 32% dari keseluruhan kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia. Angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan sektor industri lainnya seperti pertambangan, manufaktur dan lain-lain.

Bidang jasa konstruksi merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat rentan terhadap kecelakaan. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam suatu proyek konstruksi antara lain, faktor perilaku pekerja konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar keselamatan kerja, pemilihan metode kerja yang kurang tepat, perubahan tempat kerja, peralatan yang digunakan dan faktor kurang disiplinnya para tenaga kerja di dalam mematuhi ketentuan mengenai K3 yang antara lain mengatur tentang pemakaian alat pelindung diri. Dari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja sebagaimana disebutkan, menunjukkan bahwa kecelakaan kerja terjadi umumnya lebih disebabkan oleh kesalahan manusia (human error), baik dari aspek kompetensi para pelaksana konstruksi maupun pemahaman arti pentingnya penyelenggaraan K3, hal ini didukung juga dengan masih banyak pekerja konstruksi yang tidak mengindahkan ketentuan seperti tidak memakai helm keselamatan, alas kaki yang layak (boot), ikat pinggang, kacamata pengaman, dan lain sebagainya disaat bekerja.


(13)

2 Menurut Zaenal Mulyadi direktur PT. Khazanah Mitra Sinergi yang bergerak dibidang konsultan safety dan pelatihan K3 bahwa kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia kebanyakan karena kurangnya disiplin pekerja dalam hal pemakaian APD (alat pelindung diri) dan tidak mengikuti peraturan yang ada. Menurut Zaenal pekerja harus terus diingatkan dan diawasi terus menerus, di Indonesia penggunaan K3 sendiri belum menjadi budaya atau keterbiasaan, dalam hal ini pemerintah telah melakukan pelatihan mengenai BBS (behavior based safety). Untuk memperkecil resiko kecelakaan kerja, sejak awal tahun 1980-an pemerintah mengeluarkan peraturan khusus sektor konstruksi yaitu peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1980 lebih tepatnya pada BAB XVI pasal 99 tentang penggunaan alat penyelamat diri dan pelindung diri. Rendahnya kesadaran pekerja ditambah kurangnya penegakan hukum oleh pemerintah. Sehingga mengakibatkan penerapan peraturan keselamatan kerja masih jauh dari optimal pada akhirnya menyebabkan masih tingginya kecelakaan kerja., kurang optimalnya pelaksanaan K3 juga dipengaruhi oleh faktor ketersediaan alat dan penerapan asas tepat guna alat K3 untuk pekerja konstruksi.

Selama ini pihak kontraktor hanya memperhatikan penyediaan alat dan kuantitas alat penunjang K3 saja, tanpa memperhatikan pemilihan spesifikasi alat penunjang K3 yang seharusnya disesuaikan dengan kondisi fisik dan kenyamanan pekerja dalam penerapan penggunaannya. Dengan demikian hal tersebut sering secara sengaja maupun tidak sengaja dijadikan alasan utama oleh pekerja dalam hal penyimpangan standar keselamatan kerja yang berkaitan dengan peralatan K3, misalnya para pekerja tidak mengenakan helm saat bekerja dengan alasan helm tersebut berat, terlalu besar, atau kurang nyaman dipakai para pekerja tidak mengenakan kacamata pelindung ketika menggunakan mesin pemotong besi dengan alasan kacamata tersebut tidak nyaman dipakai karena terlalu besar dan tidak sesuai dengan ukuran orang Indonesia pada umumnya, atau alasan tidak dipakainya safety boot karena terlalu berat.

Apabila hal tersebut diatas sudah dapat dilaksanakan, yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah tingkat kesadaran para pekerja konstruksi, terhadap pentingya penggunaan peralatan K3. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa tingkat


(14)

3 kesalahan penerapan K3 pada proyek konstruksi, juga dipengaruhi oleh tingkat kesadaran para pekerja dalam melengkapi diri dengan alat perlindungan diri selama bekerja. Sehingga penyediaan alat perlindungan diri yang sesuai, harus disertai dengan peningkatan kesadaran para pekerja dan pembekalan pengetahuan yang tepat akan K3 dalam suatu proyek konstruksi secara berkesinambungan. Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah gerakan untuk memotivasi pekerja agar mematuhi peraturan K3 mengenai alat perlindungan diri.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang ada dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

 Jumlah kecelakaan kerja proyek konstruksi di Indonesia paling tinggi yaitu sebesar 32% dibandingkan dengan jumlah kecelakaan di sektor lain.

 Seringnya pekerja menggunakan alasan tidak terbiasa dalam menggunakan alat perlindung diri.

 Rendahnya kesadaran pekerja konstruksi mengenai pentingnya alat perlindung diri.

I.3 Rumusan Masalah

Permasalahan-permasalahan yang timbul mengenai pentingnya K3 di perusahaan antara lain:

 Bagaimana cara untuk memotivasi pekerja mengenai pentingnya penggunaan alat perlindung diri?

 Bagaimana merubah pola pikir bahwa alat pelindung diri tidak nyaman digunakan?


(15)

4 I.4 Batasan Masalah

Dengan luasnya ruang lingkup masalah yang terjadi, maka batasan masalah yang digunakan yaitu :

 Ditujukan untuk pekerja konstruksi, usia 20-45 tahun

 Wilayah proyek pembangunan stasiun Cibitung, Kabupaten Bekasi I.5 Maksud dan Tujuan Perancangan

Dalam perancangan informasi ini memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:

 Menambah pemahaman mengenai pentingnya penggunaan alat pelindung diri ketika bekerja pada proyek konstruksi.

 Mengurangi angka kecelakaan kerja proyek konstruksi di Indonesia.  Untuk meningkatkan kesadaran tenaga kerja akan K3.


(16)

5 BAB II. PERANCANGAN KAMPANYE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK KOSNTRUKSI

II.1 Landasan Teori II.1.1 Kampanye

Menurut Rogers dan Storey kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu, Sedangkan menurut Pfau dan Parrot kampanye adalah suatu proses yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang ditetapkan.

Kampanye merupakan wujud tindakan komunikasi yang terencana yang ditujukan untuk memepengaruhi masyarakat, kampanye menggunakan berbagai saluran informasi untuk menyampaikan gagasan – gagasan yang akan disampaikan untuk mempengaruhi masyarakat, kampanye setidaknya harus mengandung empat hal yaitu harus ada efek atau dampak tertentu, jumlah sasaran dalam ruang lingkup yang besar, hanya dilakukan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir, selain mengandung empat hal diatas kampanye haruslah memiliki sumber yang jelas, sumber yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus yang bertindak selaku penanggung jawab suatu kampanye, sehingga membuat individu yang menerima pesan dapat mengidentifikasi pesan tersebut.

Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, kampanye merupakan kegiatan komunikasi dari sebuah lembaga yang memberikan pesan kepada masyarakat untuk membangkitkan kepedulian juga merubah perilaku melalui suatu media dalam waktu tertentu.

II.1.2 Kampanye Sosial

Menurut Antar venus, Kampanye sosial yaitu suatu kegiatan kampanye yang mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan, dan bersifat non-komersil. Tujuan dari kampanye sosial adalah


(17)

6 untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial yang sedang terjadi.

Setelah dipahaminya pengertian kampanye sosial maka penulis akan menggunakan kampanye sosial sebagai kampanye kesehatan yang dapat mengajak masyarakat untuk memerangi pola hidup tidak sehat, dan memberikan himbauan, informasi, maupun penyuluhan mengenai kesehatan.

II.1.3 Manfaat Kampanye

Kampanye mampu memberikan manfaat yang sangat besar dalam penanggulangan suatu masalah, sebab kampanye merupakan salah satu jenis komunikasi masa yang mampu menyampaikan pesan secara sistematis untuk mencapai khalayak yang luas dan tersebar. Dalam menyampaikan strategi pesan yang tepat dan dilaksanakan dengan sungguh-sunguh maka pesan yang akan disampaikan bisa diterima dan dicerna dengan baik oleh target audiens sehingga tujuan dari kampanye pun akan tercapai.

II.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Proyek Konstruksi II.2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Istilah „keselamatan dan kesehatan kerja‟, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam


(18)

7 mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi ( Rijanto, 2010 ).

II.2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan (Suma‟mur, 1988).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja mulai menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak tahun 1970. Undang-undang tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang dikeluarkan sebagai upaya awal pemerintah dalam menggalakkan keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Keselamatan kerja bersifat teknik dan sasarannya adalah lingkungan kerja. Keselamatan kerja berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaaan. Keselamatan kerja juga menyangkut seluruh proses produksi dan distribusi barang maupun jasa. Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup, menjamin keselamatan setiap orang lain di tempat kerja, dan meningkatkan produksi (Cecep, 2014).

II.2.1.2 Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam ilmu K3 berkontribusi dalam upaya perlindungan kesehatan para pekerja dengan upaya promosi kesehatan, pemantauan dan survailan kesehatan seerta upaya peningkatan daya tubuh dan kebugaran pekerja. Sementara peran keselamatan kerja adalah menciptakan sistem kerja yang aman atau yang mempunyai potensi resiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan loss.


(19)

8 II.2.1.3 Fungsi dari Kesehatan Kerja

 Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari bahaya kesehatan ditempat kerja

 Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktek kerja termasuk desain tempat kerja

 Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja  Melaksanakan surveilan terhadap kesehatan kerja

 Terlibat dalam proses rehabilitasi  Mengelolah P3K dan tindakan darurat II.2.1.4 Fungsi dari Keselamatan Kerja

 Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek berbahaya  Untuk desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dab program

 Terapkan, dokumentasikan dan informasikan rekan lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya

 Ukur, periksa kembali keefektifitas pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya

II.2.1.5 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Cecep (2014), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

 Setiap tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

 Perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya mungkin.  Memelihara keamanan semua hasil produksi.

 Menjamin pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi tenaga kerja.  Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

 Untuk menghindari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

 Untuk melindungi tenaga kerja dan memberi rasa aman pada saat bekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kebijakan yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat


(20)

9 kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja.

II.2.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak ada unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal diluar lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat (Suma‟mur, 1997).

Gambar II.1 Kecelakaan Kerja

(sumber gambar: https//komunitask3.files.wordpress.com201408china-27700-dead-missing-in-workplace-accidents-in-first-half-of-2013.jpg diakses pada

12/7/15)

Pencegahan kecelakaan dapat dipelajari dari kecelakaan itu sendiri dan kecelakaan yang hampir terjadi. Dengan mempelajari atau menginvestigasi kecelakaan kerja, perusahaan bisa mengetahui penyebab kecelakaan dan dapat mencegahnya serta memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan atau perkantoran. Terdapat dua jenis kecelakaan yaitu:

 Kecelakaan kerja akibat langsung perkerjaan


(21)

10 II.2.2.1 Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja

Menurut Cecep (2014) penyebab kecelakaan kerja dapat ditinjau dari 3 aspek: A.Faktor manusia

 Umur

Umur mempunyai pengaruh penting terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja.

 Tingkat Pendidikan

Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaannya yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan pelatihan yang diberikan.

 Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tarjadinya kecelakaan kerja akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya ditempat kerja yang bersangkutan (Suma‟mur, 1989).

Faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Hasil penelitian Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional 80%-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia.

B.Faktor Pekerjaan  Giliran Kerja (shift)

Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam. Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari. Pergeseran waktu kerja dari pagi, siang dan malam hari dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja (Suparno, 2015)


(22)

11 Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda diberbagai kesatuan operasi dalam suatu proses.

Jam kerja serta jenis pekerjaan bisa menimbulkan kecelakaan kerja karena resiko-resiko setiap pekerja berbeda.

C. Faktor Lingkungan  Lingkungan Fisik

 Pencahayaan  Kebisingan  Lingkungan Kimia

Faktor kimia merupakan salah satu faktor yang memungkinkan penyebab kecelakaan akibat kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produksi, hasil suatu produksi dari hasil proses, proses produksi sendiri maupun limbah dari suatu produksi.

 Lingkungan Biologi

Bahaya biologi disebabkan oleh jasat renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain yang ada ditempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, allergi, dan sengatan serangga maupun gigitan binatang lain ataupun berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Cecep, 2014)

II.2.2.2 Dampak Kecelakaan Kerja A.Kerugian bagi instansi

Biaya pengangkutan korban kerumah sakit, biaya pengobatan, nguburan jika sampai korban meninggal dunia, hilangnya waktu kerja korban dan rekan-rekannya yang membantu sehingga menghambat kelancaran pekerjaan, mencari pengganti atau melatih tenaga kerja baru, memperbaiki atau mengganti mesin yang rusak dan kemunduran mental pera pekerja.


(23)

12 B.Kerugian bagi korban

Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai mengakibatkan korban cacat atau meninggal dunia, ini mengakibatkan hilangnya pencari nafkah bagi keluarga.

C.Kerugian bagi masyarakat dan Negara

Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya produksi yang mengakibatkan naiknya harga produksi perusahaan tersebut dan merupakan pengaruh bagi harga dipasaran.

Kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja dapat berupa kerugian yang bersifat ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung antara lain kerusakan, mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan dan perawatan korban, tunjangan kecelakaan. Sedangkan penderitaan non ekonomi antara lain, berupa pendenderitaan korban baik kematian maupun cidera.

II.2.3 Alat Perlindungan Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Menurut Suma‟mur (2009), alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja.

Gambar II.2 Alat Perlindungan Diri

(sumber gambar: http//26.indonetwork.co.idpdimage015764001_apd4.jpg diakses pada 12/7/15)


(24)

13 II.2.3.1 Jenis-Jenis Alat Perlindungan Diri

Alat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia NomorPer.08/MEN/VII/2010) (Cecep, 2014). maka jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut :

 Alat Pelindung Kepala (Head Cover)

Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan. Tujuan pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau benda keras, baik yang sifatnya jatuh, melayang atau meluncur termasuk melindungi diri dari panas radiasi bahan-bahan kimia korosif. Jenis pekerjaan yang memerlukan alat pelindung kepala misalnya pekerjaan di bawah mesin-mesin maupun pekerjaan di sekitar konduktor energi yang terbuka. Contoh alat pelindung kepala adalah topi plastik, topi plastik berlapis asbes, topi aluminium, dan topi logam.

Gambar II.3 Alat Pelindung Kepala (sumber gambar:http3.bp.blogspot.com

Bpmn1A1rtNAUHwJ6MGwifIAAAAAAAAADQfPkt7OHQZws1600safety_helmet.jp diakses pada 12/7/15)

 Alat Pelindung Mata (Eye Protection)

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahaya karena percikan atau kemasukan debu-debu, gas-gas, uap, cairan korosif, partikel-partikel melayang atau terkena radiasi gelombang elektromagnetik.


(25)

14 a. Kacamata biasa

b. Kaca mata goggles yaitu kaca mata yang tertutup semua, tetapi terdapat lubang-lubang kecil sebagi ventilasi.

c. Tameng muka

Gambar II.4 Alat Pelindung Mata (sumber gambar:

http3.bp.blogspot.com-P2WDhX6V95MUHwJXXMthRIAAAAAAAAAB45LPhhkwjtVMs1600Alat

-Pelindung-Mata-dan-Wajah.jpg diakses pada 12/7/15)  Alat Pelindung Telinga (Hearing Protection)

Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga dalam. Alat ini diperlukan apabila tingkat kebisingan di tempat kerja sudah mencapai 85 dB diatas 8 jam sehari.

Alat pelindung telinga terdiri dari 3 macam, yaitu : a. Kapas.

b. Sumbat telinga (Ear Plugs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 25-30 dB.

c. Tutup telinga (Ear Muffs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 10-15 dB lebih besar dari sumbat telinga.


(26)

15 Gambar II.5 Alat Pelindung Telinga

(sumber gambar: http2.bp.blogspot.com-

TBEBTgjJXXQUHwJp-FwQGIAAAAAAAAACQRDKZxUklWh8s16005785.jpg diakses pada 12/7/15)

 Alat Pelindung Pernapasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernapasan diperlukan di tempat kerja dimana udara didalamnya tercemar. Secara umum ada 2 macam alat pelindung pernapasan, yaitu :

a. Respirator atau Purifying Respirator.

Alat ini berfungsi untuk membersihkan udara yang akan dihirup oleh pekerja. Alat ini digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya penapasan debu, kabut, asap, gas dan uap.

b. Breathing Apparatus atau Air Supply Respirator

Alat ini berfungsi untuk memberikan udara bersih atau oksigen kepada pekerja yang menggunakannya.

Gambar II.6 Alat Pelindung Pernafasan (sumber gambar:

http1.bp.blogspot.comhAIo9jJKPfQUkshpp43wqIAAAAAAAABsk0PPpUfkeLlws160 0Pernafasan.png diakses pada 12/7/15)


(27)

16  Alat Pelindung Tangan dan Jari-jari (Hand Gloves)

Alat pelindung tangan ini paling banyak digunakan, karena kecelakaan yang paling banyak terjadi pada tangan dari keseluruhan kecelakaan yang ada. Menurut bentuknya, sarung tangan dapat dibedakan menjadi :

a. Sarung tangan biasa (Gloves)

b. Sarung tangan yang dilapisi dengan plat logam (Grantlet) yang digunakan di lengan.

c. Mitth, sarung tangan untuk 4 jari yang terbungkus.

Gambar II.7 Alat Pelindung Tangan

(sumber gambar: http4.bp.blogspot.com-

76pCPXR_W6UUksh-q-oTkIAAAAAAAABssAhsHpfNPfhUs1600Tangan.png diakses pada 12/7/15)

 Alat Pelindung Kaki (Foot Cover)

Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda berat, percikan asam dan basa yang korosif, cairan panas dan terinjak benda- benda tajam. Contoh alat pelindung kaki seperti sepatu kulit, sepatu karet, sepatu bot karet, sepatu anti slip, sepatu dilapisi baja, sepatu plastik, sepatu dengan sol kayu/gabus, pelindung betis, tungkai dan mata kaki. Sepatu Keselamatan disesuaikan dengan jenis resiko, seperti:

 untuk mencegah tergelincir,dipakai sol anti slip luar dari karet alam atau sintetik dengan bermotif timbul ( permukaanya kasar)

 untuk mencegah tusukan dari benda-benda runcing,sol dilapisi logam.  terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat,tak

boleh menggunakan paku.

 sepatu atau sandal yang beralaskan kayu, baik dipakai pada tempat kerja yang lembab,lantai yang panas. dan sepatu boot dari karet sintetis,untuk pencegahan bahan-bahan kimia.


(28)

17 Gambar II.8 Alat Pelindung Kaki

(sumber gambar:

http3.bp.blogspot.com-UhCQ2I3XoSMUITrMiPFvXIAAAAAAAAAC0rbO8sfgGdGIs1600ALAT+PELINDU

NG+TANGAN+KAKI.png diakses pada 12/7/15)

 Alat Pelindung Tubuh

Alat pelindung tubuh berupa pakaian dapat berbentuk apron yaitu pakaian pelindung tubuh yang menutupi sebagian tubuh mulai dari dada sampai lutut dan berbentuk over alls yaitu pakaian pelindung tubuh yang menutupi seluruh bagian tubuh.

Gambar II.9 Alat Pelindung Tubuh

(sumber gambar:

httpmandirikaryateknindo.co.idwp-contentuploads201502Alat-Pelindung-Tubuh.png diakses pada 12/7/15) II.2.3.2 Tujuan Penggunaan Alat Perlindungan Diri

Pemakaian APD bertujuan untuk melindungi tenaa kerja dan juga merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan (Cecep, 2014)


(29)

18 II.2.3 Proyek Konstruksi

pengertian proyek konstruksi menurut Ervianto (2005) adalah satu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengelola sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.

Pada umumnya, proyek konstruksi diartikan sebagai proses pelaksanaan pembangunan fisik, yang dilaksanakan oleh kontraktor. Padahal proyek konstruksi sebenarnyanya sudah dimulai sejak timbulnya gagasan/ide dari pemilik proyek untuk membangun, yang kemudian proses selanjutnya akan melibatkan dan dipengaruhi oleh berbagai unsur seperti konsultan, kontraktor, termasuk pemiliknya sendiri.

Proses pembangunan proyek kontruksi gedung pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya, maka tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan konstruksi ini merupakan penyumbang angka kecelakaan yang cukup tinggi. Banyaknya kasus kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja sangat merugikan banyak pihak terutama tenaga kerja bersangkutan bahkan dapat menelan korban jiwa.

II.2.3.1 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu (Ervianto 2005) :

 Bangunan gedung : rumah, kantor, pabrik, dan lain-lain. Ciri-ciri kelompok bangunan gedung adalah :

 Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.  Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relative sempit dan kondisi

pondasi pada umumnya sudah diketahui.

 Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan

 Bangunan sipil : jalan, jembatan, bendugan, dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri kelompok bangunan sipil adalah :

 Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia.


(30)

19  Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan

kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.  Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan masalah.

II.2.3.2 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi

Perundang-undangan K3 adalah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi para Ahli K3 guna menerapkan K3 ditempat kerja. Berikut merupakan kumpulan perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Republik Indonesia yang memuat isi sebagai berikut antara lain (Asri, 2012) :

 undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

 Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan


(31)

20 Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi

 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida

 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan

 Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja

II.3 Analisa

II.3.1 Hasil Observasi dan Wawancara

Pak Heri (narasumber) umur 35 tahun, yang telah bekerja di PT. Modern Surya Jaya selama 2 tahun. Pak Heri telah menikah dan dikaruniai 2 orang anak. Tugas pak Heri adalah sebagai petugas yang ditugaskan untuk mengecor kerangka bangunan stasiun Cibitung. Ketika diwawancara menegenai pengetahuan tentang K3 pada proyek konstruksi, pak Heri mengetahui standar-standar penggunaan alat perlindungan diri. Menurut pak Heri perusahaan selalu menyadiakan alat perlindung diri seperti helm, rompi, sepatu, sarung tangan dan lain-lain tetapi ketika penulis melakukan wawancara kebanyakan pekerja yang sedang bekerja di proyek stasiun Cibitung tidak menggunakan sarung tangan dan masker debu. Ketika ditanya mengenai alasan tidak memakai alat perlindung diri karena ketidak nyamanan seperti ketika memakai helm kepalanya jadi pusing, memakai sepatu kakinya jadi panas. “Pelatihan sering diberikan oleh perusahaan minimal seminggu sekali” ungkap pak Heri, pelatihan yang diberikan biasanya menegenai resiko dalam mengerjakan tugas seperti bekerja aman dengan tidak melakukan pekerjaan ketika kereta sedang melewati proyek stasiun tersebut serta pengarahan mengenai pentingnya alat perlindungan diri dan sanksi yang diberikan apabila tidak mematuhi perturan untuk wajib memakai alat perlindung diri ketika memasuki area proyek.


(32)

21 II.3.2 Hasil Kuesioner

Dalam penelitian ini telah dilakukan metode kuesioner yang dimulai pada tanggal 23 april 2016 sampai dengan 29 april 2016. dengan jumlah responden 19 orang yang terdiri dari masyarakat yang sudah bersetatus belum menikah da sudah menikah. Kuesioner dilakukan pada pengerjaan proyek pembangunan stasiun cibitung,bekasi. Jumlah pertanyaan dalam survey yang di ajukan sebanyak 22 pertanyaan. Berikut ini pemaparan dari hasil kuesioner mengenai K3 untuk tenaga kerja di perusahaan.

 Keselamatan kerja

Berdasarkan data yang telah terkumpul dari 19 responden maka dapat diperoleh bahwa:

1) Setuju sebesar 89.47% dan kurang setuju sebesar 10.53% bahwa perusahaan selalu menyediakan pelindung kerja seperti helm, sepatu boots, sarung tangan, dan masker yang dapat menghindari saya dari kecelakaan kerja.

2) Setuju sebesar 21.05% dan kurang setuju sebesar 78.95% bahwa semua peralatan kerja dalam kondisi baik dan layak pakai.

3) Setuju sebesar 15.79% dan kurang setuju sebesar 84.21% bahwa pemilihan alat dan mesin sesuai dengan pekerjaan.

4) Setuju sebesar 10.53% dan kurang setuju sebesar 89.47% bahwa semua bagian dari peralatan yang berbahaya telah diberi suatu tanda-tanda.

5) Setuju sebesar 26.32% dan kurang setuju sebesar 73.68% bahwa setiap karyawan yang bekerja berada dalam kondisi lingkungan kerja yang aman dan bersih.

6) Setuju sebesar 5.26% dan kurang setuju sebesar 94.74% bahwa perusahaan melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan saya

7) Setuju sebesar 15.79% dan kurang setuju sebesar 84.21% bahwa perusahaan memberikan pelatihan bagi setiap karyawan untuk bertindak dengan aman


(33)

22 8) Setuju sebesar 21.05% dan kurang setuju sebesar 78.95% bahwa

perusahaan memberikan metode/ petunjuk kerja yang dapat mempermudah pekerjaan saya

Gambar II.10 Keselamatan Kerja (sumber gambar: dokumentasi pribadi)

 Kesehatan Kerja

Berdasarkan data yang telah terkumpul dari 19 responden maka dapat diperoleh bahwa:

1) Setuju sebesar 15.00% dan kurang setuju sebesar 85.00% bahwa Perusahaan menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan.

2) Sangat setuju sebesar 5.00% ,setuju sebesar 85.00% dan kurang setuju 10.00% bahwa perusahaan memberikan jaminan kesehatan kepada setiap karyawan.

3) Setuju sebesar 5.00% dan kurang setuju sebesar 95.00% bahwa waktu yang diberikan untuk melaksanakan pekerjaan sudah sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan.


(34)

23 4) Setuju sebesar 10.00% dan kurang setuju sebesar 90.00% bahwa perusahaan memberikan pendidikan mengenai pentingnya kesehatan dalam menyelesaikan pekerjaan.

5) Setuju sebesar 95.00% dan kurang setuju sebesar 5.00% bahwa melalui pendidikan yang saya peroleh, saya dapat menjalankan tugas dan dapat memperbaiki kualitas kerja saya.

6) Setuju sebesar 95.00% dan kurang setuju sebesar 5.00% bahwa setiap karyawan yang sakit akan dirujuk ke rumah sakit yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Gambar II.11 Kesehatan Kerja (sumber gambar: dokumentasi pribadi)

 Kesadaran akan K3

Berdasarkan data yang telah terkumpul dari 19 responden maka dapat diperoleh bahwa:

1) Setuju sebesar 47.37% dan kurang setuju sebesar 52.63% bahwa saya mengetahui karakteristik peralatan kerja yang disediakan oleh perusahaan.


(35)

24 2) Setuju sebesar 38.84% dan kurang setuju sebesar 63.16% bahwa saya mengetahui fungsi peralatan kerja yang disediakan perusahaan.

3) Setuju sebesar 31.58% dan kurang setuju sebesar 68.42% bahwa saya memahami mekanisme kerja peralatan yang disediakan perusahaan.

4) Setuju sebesar 47.37% dan kurang setuju sebesar 52.63% bahwa saya mampu menggunakan peralatan kerja dengan efektif.

5) Setuju sebesar 31.58% dan kurang setuju sebesar 68.42% bahwa saya mampu menyelesaikan pekerjaan saya dengan baik.

6) Setuju sebesar 31.58% dan kurang setuju sebesar 68.42% bahwa saya mengetahui tentang K3.

7) Setuju sebesar 38.89% dan kurang setuju sebesar 61.11% bahwa saya selalu teliti dalam melaksanakan pekerjaan saya.

8) Setuju sebesar 52.63% dan kurang setuju sebesar 47.37% bahwa dengan program-program yang disediakan perusahaan dapat meningkatkan semangat dan kualitas kerja saya.

Gambar II.12 Kesadaran akan K3 (sumber gambar: dokumentasi pribadi)


(36)

25

II.4 Resume dan Solusi

Berdasarkan analisa data diatas yang diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa pokok masalah yang menjadi permasalahan pada K3 kurangnya kesadaran pekerja untuk memakai alat perlindungan diri, hukuman tidak diberlakukan dengan optimal serta tidak ada nya reward untuk pekerja yang telah baik dalam mengikuti peraturan agar lebih memotivasi perkerja sehingga menjadi terbiasa untuk bertindak aman dalam bekerja.

Dengan demkian maka solusi yang baik adalah dengan membuat perancangan kampanye mengenai pentingnya alat perlindungan diri, sehingga dapat mengurangi resiko-resiko kecelakaan kerja.


(37)

26 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan

Untuk memberikan pemahaman K3 kepada pekerja tentang pentingnya pemakaian alat pelindung diri maka dibutuhkan suatu komunikasi yang mampu menyampaikan suatu informasi yang dapat dengan mudah dimengerti oleh komunikan. Dalam hal ini penulis memberikan solusi berupa kampanye bagi pekerja sebagai target audience. Dalam perancangan kampanye pentingnya penggunaan alat pelindung diri ini menggunakan visual berupa ilustrasi yang bertujuan untuk menarik perhatian para pekerja untuk selalu menggunakan alat pelindung diri ketika berada di proyek konstruksi.

Gambar III.1 SWOT

Sumber: Data Pribadi (15 juni 2016) III.1.1 Khalayak Sasaran

III.1.1.1 Target Audience

a. Demografis

Usia : 20 - 45 tahun Jenis Kelamin : Pria


(38)

27 Ekonomi : Menengah Kebawah dan Menengah

Pendidikan : lulusan SD, SMP, SMK dan SMA Pekerjaan : Karyawan

b. Psikografis

⋅ Banyak fikiran mengenai ekonomi ⋅ Fisik yang kelelahan

⋅ Sering terkena paparan sinar matahari

⋅ Berkeinginan selalu prima dan bugar agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya

c. Geografis

Kabupaten Bekasi, yang bekerja di pembangunan stasiun cibitung III.1.1.2 Consumer Insight

Pengertian Consumer Insight Menurut Amalia E. Maulana yaitu proses mencari tahu secara lebih mendalam, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklan. Untuk kampanye K3 target audiens adalah pekerja proyek konstruksi kelas menengah dan menengah keatas. Audien yang dituju adalah yang memiliki pola hidup yang kurang seimbang dan tingkat kesibukan yang tinggi.

Berikut insight dari target audience: • Ingin mengerjakan perkerjaan baik

• Ingin selau menegerjakan pekerjaan dengan cepat

• Tidak ingin mengerjakan perkerjaan dengan rumit atau melakukan shortcut dalam pekerjaan

Dengan target audience yang sedang bekerja dengan insight dari target yaitu sesorang yang tidak ingin direpotkan dengan hal-hal yang dapat mengganggu aktifitasnya, maka kampanye K3 dalam menggunakan alat pelindung diri dibuat dengan tidak melibatkan target audien secara langsung, dengan arti kata media ataupun pesan yang ditujukan dengan media yang mudah didilihat oleh target audience tanpa menggangu aktifitasnya.


(39)

28 III.1.1.3 Consumer Journey

Untuk menentukan cara penyampaian ide yang sudah dibentuk kedalam media-media yang akan digunakan maka diperlukan perencanaan yang baik agar mendapatkan interaksi yang menjangkau sasaran dengan tepat maka diperlukan daftar aktifitas dari target audiens. Consumer journey ini lah yang nantinya akan digunakan untuk aplikasi dari media yang telah dibentuk.

Tabel III.1 aktivitas target audience Sumber: Pribadi Data (14 Juni 2016)

Waktu Aktivitas Point of Contact

05.00 - 05.30 Bangun tidur, sholat Kontrakan, peralatan sholat

06.00 - 06.30 Mandi Peralatan mandi

07.00 - 07.30 Berangkat menuju proyek

Jalan raya, kendaraan, bertemu orang banyak

07.30 Sampai proyek Gedung,pintu masuk proyek,

peralatan, teman kerja

07.45 Pengarahan dari

pengawas dan perusahaan

Pembagian alat pelindung diri, catatan pengerjaan proyek, shelter proyek

12.00 - 13.00 Istirahat sholat dan makan

Warteg, masjid, pintu gerbang proyek

13.00 - 16.30 Masuk kembali ke proyek

Gerbang masuk, gedung

16.30 - 17.00 Selesai bekerja dan kembali di berikan arahan

shelter proyek, melaporkan hasil kerja

17.00 - 18.00 Pulang ke kontrakan Jalan raya, kendaraan, bertemu orang banyak

18.00 - 19.30 Makan malam warteg


(40)

29 III.1.2 Strategi Komunikasi

Tujuan komunikasi dalam kampanye K3 adalah dengan memberikan informasi yang bersifat persuasif pada para pekerja dengan tujuan agar para pekerja mengikuti aturan K3 dilakukan di proyek konstruksi. Selain itu juga dapat mengingatkan bahwa pentingnya alat pelindung diri untuk mengcegah kecelakaan kerja.

III.1.2.1 Pendekatan Komunikasi

Komunikasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu penyampaian pesan yang menghubungkan antara satu dengan yang lain untuk memberi tahu atau untuk merubah sikap, pendapat, dan perilaku baik berupa lisan atu tulisan. Maka dalam perancangan media informasi akan menekankan akibat-akibat yang muncul apabila tidak menggunakan alat pelindung diri. Dalam pendekatan komunikasi yang akan dilakukan, maka akan melalui dua cara yaitu pendekatan verbal dan pendekatan visual

III.1.2.2 Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal dilakukan melalui sudut pandang keamanan dan sisi emosional yang berhubungan dengan keluarga pekerja yang bersifat semi formal dan menggunakan bahasa sehari-hari. Pendekatan komunikasi ini berdasarkan data dan sumber yang berhubungan dengan standar penggunaan alat pelindung diri pada proyek konstruksi. Semua data yang didapat dirangkum menjadi informasi yang jelas agar mudah tersampaikan informasinya, serta dapat memperkuat visual yang akan ditampilkan. Bahasa yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana, singkat dan jelas agar tersampaikan dan dimengerti dengan baik kepada target audience.

III.1.2.3 Pendekatan Visual

Berdasarkan dari target sasaran utama maka pendekatan visual yang akan digunakan yaitu visual berupa ilustrasi dan teks. Dalam teori efek superioritas gambar, disebutkan bahwa orang cenderung lebih mudah mengingat-ingat memori dalam bentuk gambar visual. Gambar visual lebih mudah diingat sebesar 84% daripada teks hanya sebesar 44%. Disebutkan pula bahwa setelah 72 jam


(41)

30 kemudian orang hanya akan mengingat 10% dari pesan yang disampaikan dalam bentuk teks tanpa gambar. Dan untuk pesan yang hanya dalam bentuk gambar, ingatan orang akan pesan tersebut meningkat jadi 35%. Dan jika pesan mengandung teks dan juga gambar yang menarik, ingatan orang akan pesan tersebut meningkat lebih tinggi hingga 65%. Ilustrasi yang digambarkan akan disederhanakan namun tetap terlihat dengan jelas. Visual yang akan ditampilkan pada kampanye ini adalah gambar laki-laki yang menggambarkan seorang pekerja yang terkena kecelakaan kerja.

III.1.2.4 Materi Pesan

Materi pesan yang digunakan pada perancangan kampanye K3 ini mengacu pada tujuan perancangannya itu sendiri. Materi pesan tersebut berisi informasi tentang standar penggunaan alat pelindung diri, serta akibat yang terjadi apabila tidak menggunakan alat pelindung diri. Pesan ini bermaksud untuk memberikan informasi kepada pekerja sehingga akan timbul kepedulian akan keamanan dan timbul suatu usaha berfikir kerja bersih, sehat, dan aman. Headline kampanye ini berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan Tagline dalam kampanye ini adalah

Kerja aman !!! demi anda dan keluarga. III.1.3 Mandatory

Mandatory merupakan istilah yang digunakan kepada lembaga yang menjadi landasan media informasi ini tersebar atau dipublikasikan. Biasanya dari lembaga swasta untuk prihal masalah informasi mengenai masalah umum atau juga lembaga negara untuk masalah sosial dan masyarakat.

Dalam hal media ini, yang bekerja sama adalah lembaga negara karena pembahasan informasi lebih di utamakan kepada target audiens umum yaitu pekerja konstruksi yang dibawahi Ditjen Bina Konstruksi yang bertugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan jasa konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

III.1.4 Strategi Kreatif

Strategi kreatif pengemasan media kampanye sosial keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi, disampaikan berupa media cetak poster yang


(42)

31 dikemas dengan menggabungkan unsur ilustrasi fotografi, dan tifografi yang sesuai. Agar kampanye ini berjalan dengan lancar, dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

 Pendekatan Kreatif

Konsep strategi kreatif dalam pembuatan Head line visual didasarkan dari hasil penelitian dilapangan yaitu akibat yang terjadi tidak menggunakan APD (alat pelindung diri). maka headline nya yaitu ”Pikirkan resikonya jangan menyesal di kemudian hari”, Yang mempunyai artian sebagai berikut : banyaknya resiko yang akan terjadi bila pekerja mengalami kecelakaan kerja

 Pendekatan Visual

Pencarian gagasan visual berawal dari pesan yang akan disampaikan melalui kampanye ini yaitu menggunakan majas perbandingan alegori, majas yang menyatakan sesuatu kiasan atau penggambaran lain.

Gambar III.2 Poster Attention

Sumber: Data Pribadi (15 juni 2016)

III.1.5 Strategi Media

Dilihat dari permasalahan yang dihadapi, maka pemilihan suatu media diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjawab permasalahan. Strategi media yang akan dipakai untuk melakukan kampanye sosial keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi adalah poster sebagai media utama. Media


(43)

32 tambahan ataupun media pendukung juga sangat membantu dalam mendukung media utama agar penyampaian pesan dapat tersampaikan dengan baik kepada target audiens.

III.1.5.1 Media A. Poster

Poster dibuat dalam 2 macam strategi yaitu attention dan interest. Attention dibuat dalam ukuran yang lebih besar dan ditempelkan di tempat umum seperti papan pengumuman agar menjadi sebuah perhatian. Dan interest dibuat dalam ukuran yang lebih kecil dibandingkan attention dan ditempel atau dipajang pada papan pengumuman umum juga papan pengumuman di kantor. Keduanya bertujuan agar target audiens dapat tertarik untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap.

B. Brosur

Brosur juga dibuat sebagai media informasi yang masih sedikit yang merujuk target audiens untuk mendapatkan informasi lebih untuk mendukung media utama.

C. Banner / X Banner

X-banner dan banner dibuat untuk tahap informasi namun informasi yang disampaikan masih merujuk untuk target audiens mendapatkan informasi yang lebih dan terfokus pada media utama.

D. Media Sosial

Media sosial yang dibuat adalah Facebook dan Twitter, kedua media sosial ini sebagai tahap interest dan sekaligus media informasi yang memberikan informasi dari awal sampai akhir yang mendukung media yang lain.

E. Stiker dan Gantungan Kunci

Stiker dan gantungan kuncipun dibagikan untuk masyarakat maupun target audiens untuk kepedulian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan sebagai media pengingat.


(44)

33 F. Kaos

Kaos dibagikan untuk masyarakat maupun target audiens untuk kepedulian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan sebagai media pengingat.

III.1.6 Strategi distribusi dan waktu Penyebaran Media Tabel III.2 Penyebaran Media Sumber: Data Pribadi (14 Juni 2016)

Tahap 1 Oktober November Desember Distribusi

Attention 2016 2016 2016

Poster 1 X X X X X X Tempat masuk

proyek Tahap 2

Interest

Poster 2, 3 X X X X X X Tempat masuk dan

mading Facebook X X X X X X X X X Media Sosial Twitter X X X X X X X X X Media Sosial Tahap 3

Media Informasi

X-Banner X X X X X X Kantor

Brosur X X X X X X Saat instruksi kerja

Tahap 4 Reminding

Stiker X X X X Saat instruks i kerja

Gantungan

dan pin X X X X

III.2 Konsep Visual

Tema pada perancangan kampanye sosial ini memperlihatkan yang berisi tentang apa saja akibat yang ditimbulkan bila sampai kecelakaan kerja. Keselarasan format desain, ilustrasi, layout, huruf, dan pemilihan warna yang sesuai dengan


(45)

34 consumer journey, yang membuat target audiens tertarik untuk melihatnya dan dapat mengerti dengan isi pesan yang disampaikan dalam kampanye ini.

III.2.1 Identitas Visual

Logo merupakan suatu bentuk gambar atau sekedar sketsa dengan arti tertentu, dan mewakili suatu arti dari perusahaan, daerah, perkumpulan, produk, negara, lembaga/ Organisasi dan hal-hal lainnya yang dianggap membutuhkan hal yang singkat dan mudah diingat sebagai pengganti dari nama sebenarnya.

Gambar III.3 safety helmet and family (a), logo (b)

Sumber: (a) http://safetytreatment.org/wp-content/ uploads/2011/11/ zhelmet.jpg (15 juni 2016)

(b) Data Pribadi (15 Juni 2016)

Identitas visual pada kampanye “Perancangan Kampanye Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Konstruksi” berupa logo. Logo yang ditampilkan adalah sebuah pembentukan dari beberapa elemen-elemen visual seperti bentuk helm yang diambil dari salah satu alat safety dan menggunakan tulisan kerja aman demi anda dan keluarga yang dapat memperkuat keutuhan keseluruhan logo III.2.2 Tata Letak

Menurut Rakhmat Supriono untuk mendapatkan layout yang baik diperlukan adanya :

• Kesatuan komposisi yang baik dan enak untuk dilihat. • Variasi, agar tidak monoton/membosankan.


(46)

35 • Irama, yang berupa pengulangan bentuk atau unsur-unsur layout dan warna. • Harmoni adalah keselarasan atau keserasian hubungan antara unsur-unsur

yang memberikan kesan kenyamanan dan keindahan

Tata letak atau layout adalah pengaturan elemen-elemen yang ada menjadi sebuah satu kesatuan.

Gambar III.4 layout

Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)

III.2.3 Huruf

Tipografi harus difahami sebagai persoalan yang menyangkut proses yang benar dan hasil akhir yang baik serta mampu berkomunikasi dengan baik. tersampaikan secara visual ataupun makna yang tersirat didalamnya.

dalam perancangan ini tipografi yang digunakan meliputi:  title

subtitle / headline

content

Arial digunakan untuk content atau body text karena mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi, sedangkan clarendon blk bt digunakan untuk title atau tagline karena bentuk font yang tegas dapat membuat kesan yang serius.


(47)

36

Gambar III.5 Huruf

Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)

Gambar III.6 Aplikasi Huruf Pada Headline

Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)

III.2.4 Warna

warna di ambil dari simbol atau tanda yang biasanya disebut safety sign di jalan, di kantor, di kompek perumahan, didalam gedung dan lain-lain. tujuan dari pemasangan simbol-simbol tersebut pastinya memiliki tujuan. sesuai dengan peruntukannya, selain tanda atau tulisan, simbol keselamatan tersebut memiliki etika kode warna.


(48)

37

Gambar III.7 Warna

Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)

Gambar III.8 Aplikasi Warna Pada Media Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)


(49)

38 III.2.5 Ilustrasi

Ilustrasi berasal dari kata illustrate yang berarti menghias, mengiringi, mendukung. Menurut Widyatmoko (2006) ilustrasi berguna sebagai proses pemahaman terhadap suatu objek, sebagai fasilitas berbagai macam orang dengan berbagai macam latar belakang dalam rangka merespon sebuah gambar. Sebuah unsur verbal yang divisualkan dalam sebuah kesan dan makna tersendiri (content/ meaning). Dalam suatu bentuk veral, non fiksi, ilustrasi disajikan lebih terbatas dalam penyampaiannya agar tidak terjadi salah persepsi.

Perancangan media kampanye ini mengambil referensi dari foto-foto akibat yang ditimbulkan apa bila kcelakaan kerja dan dimodifikasi melalui sketsa dengan sederhana namun tidak mengurangi maksud dan arti pada sketsa.

Gambar III.9 Proses Poster Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)


(50)

39

Gambar III.10 Proses Poster Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)


(51)

40 BAB IV. TEKNIS PRODUKSI MEDIA DAN APLIKASI MEDIA

IV.1 Teknis Produksi

Dalam memasuki teknis sebuah media, kita harus terlebih dahulu harus menyiapkan beberapa rencana yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama yang harus dilakukan pada pembuatan sebuah poster kampanye keselamatan dan kesehatan kerja adalah mempersiapkan segala peralatan, data dan sarana penunjang yang dibutuhkan

dalam pembuatan sebuah posterini adalah Hadware dan Software. Tahap ini sangat

penting dalam proses pembuatan poster, agar pada pelaksanaanya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Tahap berikutnya adalah tahap perencanaan, tahap ini terdiri dari penentuan ide atau gagasan, tata letak dan penempatan elemen-elemen serta desain dan produksinya.

IV.1.1 Hardware (Perangkat Keras)

Melalui kecangihan teknologi komputer pada saat ini para desainer dapat membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dan menghasilkan suatu karya digital yang lebih baik dan bagus.

Hardware yang mendukung dalam proses pembuatan poster dan brosure dan media pendukung ini adalah sebagai berikut:

 Laptop 

 Mouse

Dan bagian pada kamera :  Kamera

 Lensa 

 Flash

IV.1.2 Software (Perangkat Lunak)

Dalam perancangan pembuatan poster dan brosure Kampanye keselamatan dan kesehatan kerja, menggunakan beberapa software desain untuk pembuatan poster dan brosure ini, diantaranya:


(52)

41

CorelDraw

Software CorelDraw ini digunakan untuk membuat sebuah layout, logo dan tampilan dari poster dan brosure Kampanye keselamatan dan kesehatan kerja.

Adobe Photoshop

Pada perancangan kampanye ini software Adobe Photoshop ini digunakan untuk pengolahan gambar fotografi (editing foto).

IV.2 Media Utama IV.2.1 Poster

Poster merupakan media yang mempunyai karakteristik penekanan visual yang terletak pada ilustrasinya sehingga fungsi dari ilustrasi tersebut digunakan sebagai bahasa gambar dalam menginformasikan sesuatu. Poster merupakan alat untuk mengiklankan sesuatu, sebagai alat propaganda, dan protes, serta maksud-maksud lain untuk menyampaikan berbagai pesan. Selain itu, poster digunakan secara perorangan sebagai sarana dekorasi yang murah meriah terutama bagi anak muda (Adi Kusrianto, 2007 : 338).

IV.2.1.1 Poster Attention

Media poster ini digunakan pada tahap pertama dari pelaksanaan kampanye, yaitu tahap pengenalan. Poster 1 memberikan attention kepada target audience berupa poster yang hanya berisikan konten gambar manusia tanpa kaki, kaki diganti dengan tulisan-tulisan yang akan terjadi bisa kehilangan kaki. Ditambah dengan headline “Pikirkan Resikonya Jangan Menyesal Dikemudian Hari” headline tersebut bertujuan untuk membuat pekerja menjadi penasaran dengan kampanye yang dilakukan,

Ukuran : 297mm x 420mm (A3) Material : Art Paper 210 Gram Teknis Produksi : Cetak Offset


(53)

42

Gambar IV.1 Poster Attention Pertama


(54)

43

Gambar IV.2 Poster Attention Kedua


(55)

44

Gambar IV.3 Poster Attention Ketiga


(56)

45 IV.2.1.2 Poster Interest

Media poster ini digunakan pada tahap pertama dari pelaksanaan promosi, yaitu tahap pengenalan. Poster 2 memberikan interest kepada target audience berupa poster yang hanya berisikan konten gambar helm pecah akibat adanya benda jatuh. Ditambah dengan headline “Benda Jatuh Bisa Sangat Berbahaya, Jika Anda Tidak Melindungi Kepala Anda” headline tersebut bertujuan untuk membuat pekerja tertarik dan mengetahui kampanye yang sedang berlangsung,

Ukuran : 297mm x 420mm (A3) Material : Art Paper 210 Gram Teknis Produksi : Cetak Offset

Gambar IV.4 Poster Interest Pertama


(57)

46

Gambar IV.5 Poster Interest Kedua


(58)

47 IV.3 Media Pendukung

Media pendukung adalah kumpulan dari beberapa media yang dirancang untuk memberukan informasi keberadaan dan pelengkap dari media utama.

IV.3.1 Brosur

Brosur ini digunakan pada tahap informasi. Karena media brosur dapat memuat banyak informasi serta media ini pun dapat menjelaskan secara rinci. Brosur ini disebarkan pada saat memberikan instruksi kerja pada mulai awal kerja.

Ukuran : 297mm x 210mm (A4) Material : Art Paper 150 Gram Teknis Produksi : Cetak Offset

Gambar IV.6 Brosur Depan Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)


(59)

48

Gambar IV.7 Brosur Isi Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)

IV.3.2 X- Banner

Untuk memenuhi segala kebutuhan pengaplikasian media, x-banner dibutuhkan sebagai media informasi pelengkap yang efektif, fungsi media ini memberikan pesan informasi mengenai bahaya apa saja yang dapat terjadi di proyek konstruksi. Pemasangan media ini akan ditempatkan pada kantor yang ada di proyek konstruksi.

Ukuran : 60 cm x 160 cm Material : jerman


(60)

49

Gambar IV.8 X Banner Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)


(61)

50 IV.3.3 Gantungan Kunci

Setiap orang selalu membawa tas dan berbagai macam kunci, baik kunci rumah maupun kunci kendaraan bermotor ketika mereka pergi keluar rumah. Gantungan kunci berguna sebagai alat hias sebuah kunci dimana agar kunci bisa terihat lebih indah, juga gantungan kunci dibuat agar kunci terlihat lebih besar dan mudah diingat. Gantungan kunci dimanfaatkan sebagai mendia pendukung untuk mengingatkan kampanye pentingnya penggunaan APD.

Ukuran : 7 cm Material : Plastik Teknis Produksi : Print

Gambar IV.9 Gantungan Kunci Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)


(62)

51 IV.3.4 Pin

Pin dapat juga digunakan sebagai salah satu media pengingat kampanye dengan menampilkan konsep desain logo, dan diameter 7cm. Pin dapat dipakai dimana saja tergantung selera, dan memungkinkan untuk menjadi perhatian khalayak umum yang melihatnya.

Ukuran : 7 cm Material : Plastik Teknis Produksi : Print

Gambar IV.10 Pin

Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)

IV.3.5 Sticker

Stiker ini selalu kita lihat dimana-mana, di kendaraan, jendela rumah, alat-alat elektronik seperti computer, laptop, kulkas, dan lain-lain. Stiker menjadi salah satu media pendukung yang baik karena stiker bisa ditempatkan dimana saja. Stiker dimanfaatkan sebagai media pendukung untuk selalu mengikatkan pesan yang disampaikan.

Ukuran : 5 cm x 5 cm Material : Stiker


(63)

52

Gambar IV.11 Stiker

Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)

IV.3.6 Kaos/T-shirt

Kaos atau yang lebih dikenal dengan T-Shirt, selain berfungsi sebagai penutup tubuh, dapat juga digunakan sebagai media pengingat untuk menyampaikan sebuah pesan, sehingga banyak orang yang sengaja atau tanpa sengaja membaca pesan yang tertulis di kaos tersebut. Dengan menampilkan logo, tulisan, dan pemilihan warna yang tepat akan menampilkan kesan tersendiri bagi orang yang memakai maupun yang melihatnya, secara tidak langsung orang yang memakai kaos ini ikut mengingatkan isi dari kaos yang dipakai. Sebagai media pengingat, kaos dibuat dengan desain yang minimalis namun mampu menarik orang untuk memakainya

Ukuran : All size

Material : catton combat Teknis Produksi : sablon


(64)

53

Gambar IV.12 Kaos

Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)

IV.3.7 Media Sosial

Pada masa seperti sekarang banyak masyarakat menggunakan media sosial untuk berkomunikasi. Media sosial digunakan oleh hampir semua kalangan dan semua umur. Beberapa media sosial yang paling banyak digunakan oleh masyarakat seperti facebook dan twitter. Digunakannya media sosial sebagai media penyebar informasi mengenai pesan yang disampaikan kampanye keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi.

Facebook

-Memiliki cover foto 851x315 pixel. Antara profile foto ada jarak 210 pixel. -Timeline preview 403x403 pixel.

-View foto di Lightbox 960, 720 pixel. Full foto 2048x2048


(65)

54 -Preview video 403 x 226 pixel

-Bila meng-upload foto dengan lebar 2048pixel, pastikan ketika di simpan dengan High Quality.

Twitter

-Memiliki gambar depan dinamis dengan presentasi. -Gambar Header 520x260 pixel

-Berbagi gambar 375 x375 pixel -Video preview 435 x 244 pixel

Gambar IV.13 Media Sosial Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)


(66)

55

Gambar IV.14 Informasi Pada Media Sosial Pertama Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)


(67)

56

Gambar IV.15 Informasi Pada Media Sosial Kedua Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)


(1)

51 IV.3.4 Pin

Pin dapat juga digunakan sebagai salah satu media pengingat kampanye dengan menampilkan konsep desain logo, dan diameter 7cm. Pin dapat dipakai dimana saja tergantung selera, dan memungkinkan untuk menjadi perhatian khalayak umum yang melihatnya.

Ukuran : 7 cm Material : Plastik Teknis Produksi : Print

Gambar IV.10 Pin

Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)

IV.3.5 Sticker

Stiker ini selalu kita lihat dimana-mana, di kendaraan, jendela rumah, alat-alat elektronik seperti computer, laptop, kulkas, dan lain-lain. Stiker menjadi salah satu media pendukung yang baik karena stiker bisa ditempatkan dimana saja. Stiker dimanfaatkan sebagai media pendukung untuk selalu mengikatkan pesan yang disampaikan.

Ukuran : 5 cm x 5 cm Material : Stiker


(2)

52 Gambar IV.11 Stiker

Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)

IV.3.6 Kaos/T-shirt

Kaos atau yang lebih dikenal dengan T-Shirt, selain berfungsi sebagai penutup tubuh, dapat juga digunakan sebagai media pengingat untuk menyampaikan sebuah pesan, sehingga banyak orang yang sengaja atau tanpa sengaja membaca pesan yang tertulis di kaos tersebut. Dengan menampilkan logo, tulisan, dan pemilihan warna yang tepat akan menampilkan kesan tersendiri bagi orang yang memakai maupun yang melihatnya, secara tidak langsung orang yang memakai kaos ini ikut mengingatkan isi dari kaos yang dipakai. Sebagai media pengingat, kaos dibuat dengan desain yang minimalis namun mampu menarik orang untuk memakainya

Ukuran : All size

Material : catton combat Teknis Produksi : sablon


(3)

53 Gambar IV.12 Kaos

Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016) IV.3.7 Media Sosial

Pada masa seperti sekarang banyak masyarakat menggunakan media sosial untuk berkomunikasi. Media sosial digunakan oleh hampir semua kalangan dan semua umur. Beberapa media sosial yang paling banyak digunakan oleh masyarakat seperti facebook dan twitter. Digunakannya media sosial sebagai media penyebar informasi mengenai pesan yang disampaikan kampanye keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi.

Facebook

-Memiliki cover foto 851x315 pixel. Antara profile foto ada jarak 210 pixel. -Timeline preview 403x403 pixel.

-View foto di Lightbox 960, 720 pixel. Full foto 2048x2048


(4)

54 -Preview video 403 x 226 pixel

-Bila meng-upload foto dengan lebar 2048pixel, pastikan ketika di simpan dengan High Quality.

Twitter

-Memiliki gambar depan dinamis dengan presentasi. -Gambar Header 520x260 pixel

-Berbagi gambar 375 x375 pixel -Video preview 435 x 244 pixel

Gambar IV.13 Media Sosial Sumber: Data Pribadi (15 Juni 2016)


(5)

55 Gambar IV.14 Informasi Pada Media Sosial Pertama


(6)

56 Gambar IV.15 Informasi Pada Media Sosial Kedua