Uji Alkaloid Uji Saponin Uji Terpenoid dan Steroid

kamar dan tidak boleh terkena sinar matahari selama ± 24 jam dan dilakukan pengadukan sesekali. Setelah ± 24 jam, sampel disaring dengan menggunakan kertas saring sehingga diperoleh filtrat dan ampas, kemudian filtrat dievaporasi dengan rotary evaporator untuk memisahkan pelarut dengan ekstrak kulit buah manggis. Ekstrak dimasukkan kedalam botol vial dan dilakukan pemekatan ekstrak dengan penangas air water bath sampai seluruh pelarutnya habis menguap dan diperoleh ekstrak pekat. Lakukan perlakuan yang sama pada larutan etil asetat dan metanol secara berturut-turut dengan menggunakan pengenceran tunggal. Uji Fitokimia Uji fitokimia kulit buah manggis merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui senyawa-senyawa kimia yang terdapat di dalam kulit buah manggis. Tahapan pengujian ini dilakukan berdasarkan metode Harborne 1998.

a. Uji Alkaloid

Ekstrak sampel diambil 4 ml dimasukkan masing-masing 1 ml kedalam 4 tabung reaksi. Tabung pertama ditambah 2 tetes pereaksi Bouchardat, apabila terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam maka sample positif alkaloid. Tabung kedua ditambah 2 tetes pereaksi Dragendroff, apabila terbentuk endapan berwarna merahjingga maka sampel positif alkaloid. Tabung ketiga ditambah 2 tetes pereaksi Mayer, apabila terbentuk endapan berwarna putihkuning maka sampel positif alkaloid. Tabung keempat ditambah 2 tetes pereaksi Wagner, apabila terbentuk endapan berwarna coklat maka sampel positif alkaloid. Universitas Sumatera Utara b. Uji Senyawa Golongan FenolikFlavonoidTanin Ekstrak sampel diambil 1 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambah FeCl 3 1 apabila terjadi perubahan warna menjadi hitam maka positif mengandung fenolik.

d. Uji Saponin

Ekstrak sampel sebanyak 2 ml ditambahkan akuades kemudian dikocok selama 1 menit. Apabila menimbulkan busa ditambahkan HCl 1 N, apabila busa stabil selama 10 menit dengan ketinggian 1-3 cm, maka ekstrak positif mengandung saponin.

e. Uji Terpenoid dan Steroid

Ekstrak sampel diambil 2 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan 2 tetes pereaksi Lieberman-Bouchard apabila terbentuk warna biruhijau positif terpensteroid. Pengujian dengan CeSO 4 dilakukan dengan metode Thin Layer Chromatography TLC dengan cara ekstrak sampel diteteskan ke plat TLC kemudian disemprot dengan pereaksi CeSO 4 dan dipanaskan diatas hot plate. Perubahan warna yang terjadi di plat diamati dan dibandingkan dengan standar tripenoid dan β-sitosterol yang terbentuk. Persiapan Bakteri dan Jamur Pembuatan media tumbuh bakteri dan jamur dapat dilihat pada Lampiran 1. Bakteri Aeromonas hydropila dan Edwardsiella tarda diinokulasi ke media TSA sedangkan jamur Saprolegnia sp. diinokulasikan ke media PDA. Inokulum selanjutnya diinkubasi pada suhu 28 ˗35 o C selama 24 jam untuk bakteri Universitas Sumatera Utara Aeromonas hydropila, Edwardsiella tarda dan 7 hari untuk jamur Saprolegnia sp. Stok kultur bakteri yang ada diambil biakannya dengan jarum ose steril dan suspensikan ke dalam tabung yang berisi 3 ml larutan NaCl fisiologis 0,9. Kemudian dihomogenkan dengan vortex hingga diperoleh kekeruhan suspensi sebanding dengan kekeruhan larutan Mc Farland sama dengan 0,5 x 10 8 CFUml. Pembuatan larutan Mc Farland dapat dilihat pada Lampiran 3. Jamur dipotong 0,5 x 0,5 cm dengan menggunakan pisau steril kemudian diletakkan ke media PDA baru. Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji Konsentrasi yang akan digunakan yaitu 0 Kontrol negatif; 20; 40; 60 dan 80 bv. Larutan dibuat dengan cara menimbang ekstrak kulit buah manggis sebanyak 0,8 g yang dilarutkan dengan DMSO sebanyak 1 ml. Larutan dengan konsentrasi 60, 40 dan 20 dibuat dengan cara pengenceran dari konsentrasi 80 dengan DMSO 0,5 ml. Untuk kontrol positif digunakan kloramfenikol 30µgml untuk bakteri dan disk nistatin 100µgml untuk jamur dan kontrol negatif digunakan DMSO. Pengujian Ekstrak Kulit Buah Manggis Terhadap Bakteri dan Jamur Pengujian ekstrak kulit buah manggis dilakukan dengan metode difusi disk menggunakan kertas cakram berdiamter 6 mm. Cakram dimasukkan ke dalam botol vial yang telah berisi larutan ekstrak dengan konsentrasi 20; 40; 60 dan 80, ditunggu ± 1 jam hingga larutan ekstrak meresap ke dalam cakram. Universitas Sumatera Utara Sebanyak 10 ml TSA dan PDA masing-masing dituangkan ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat. Pada suspensi bakteri dicelupkan lidi kapas steril dan diusapkan perlahan-lahan pada permukaan media secara merata dan ditunggu hingga mengering pada suhu kamar. Cakram yang telah ditetesi ekstrak dengan konsentrasi berbeda dan antibiotik diletakkan secara teratur pada permukaan media uji dengan menggunakan pinset steril. Pada media tumbuh jamur yang berumur 2 hari diletakkan cakram yang telah ditetesi ekstrak dengan konsentrasi berbeda dan antibiotik secara teratur dengan menggunakan pinset steril dan diinkubasi selama 7 hari. Pengamatan Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri dan Jamur Pengamatan untuk bakteri dilakukan setelah masa inkubasi yaitu dengan melihat adanya zona hambatan daerah bening di sekitar cakram. Diameter zona hambat diukur dengan jangka sorong. Diameter zona hambat diukur dengan mengurangkan diameter zona hambat dengan diameter kertas cakram Gambar 6. Gambar 6. Perhitungan Zona Hambat Bakteri; a: Diameter paper disk, b : Diameter daerah yang tidak ditumbuhi bakteri, c : Daerah yang ditumbuhi bakteri, b-a : Diameter zona hambat Universitas Sumatera Utara Pengamatan untuk jamur ditentukan dengan cara mengukur jari-jari pertumbuhan hifa normal dikurang dengan jari-jari pertumbuhan hifa yang terhambat oleh ekstrak Gambar 7. Gambar 7. Perhitungan Zona Hambat Jamur; a: Pertumbuhan koloni jamur, b: Zona hambat ekstrak kulit buah manggis terhadap koloni jamur, c: Blank disk yang berisi ekstrak, d: Letak koloni jamur yang ditanam, x: Koloni jamur yang pertumbuhannya terhambat, y: Koloni jamur yang pertumbuhannya normal, y-x : Jari-jari zona hambat Uji Toksisitas Kulit Buah Manggis Pengujian toksisitas kulit buah manggis ini dilakukan dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT. Kista A. salina ditetaskan dalam bejana yang sudah berisi air dengan salinitas 83 ppt dan dilengkapi dengan alat aerasi. Selanjutnya dibiarkan selama 48 jam hingga kista menetas dan tumbuh dewasa naupli. Larutan induk ekstrak kulit buah manggis untuk setiap uji dibuat dengan melarutkan 20 mg dalam 2 ml pelarut DMSO. Larutan uji 1000 ppm dibuat dengan memipet larutan induk sebanyak 500 μl, sedangkan larutan uji 100 ppm dengan memipet 50 μl dan 10 ppm dibuat 5 μl dari larutan induk. Masing-masing larutan uji dimasukkan ke dalam vial dan ditambahkan air dengan salinitas 83 ppt 250 gram garam laut + 3 liter akuades hingga volumenya 5000 μl. Sebanyak 10 Universitas Sumatera Utara ekor larva udang A. salina dimasukkan ke dalam vial. Masing-masing konsentrasi dibuat ulang sebanyak 5 kali 5 vial dan 1 vial untuk kontrol. Kematian A. salina diamati setelah 24 jam. Analisis Data Pengujian Fitokimia Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui senyawa-senyawa kimia yang terdapat di dalam kulit buah manggis. Pengamatan dilakukan langsung setelah pemberian bahan-bahan sesuai dengan senyawa fitokimia yang akan diuji. Pengujian Daya Antimikroba Perlakuan yang diberikan yaitu ekstrak kulit buah manggis yang berbeda yaitu perlakuan P 0 DMSO, P 1 20, P 2 40, P 3 60, P 4 80 dan P 5 antibiotik untuk uji antimikroba. Perlakuan dilakukan sebanyak 5 kali ulangan untuk setiap konsentrasi. Pengujian Brine Shrimp Perlakuan yang diberikan yaitu P 0 kontrol, P 1 10 ppm, P 2 100 ppm dan P 3 1000 ppm. Perlakuan dilakukan sebanyak 5 kali ulangan untuk setiap konsentrasi. Pengamatan A. salina dilakukan setelah 24 jam. Analisis data menggunakan analisis probit untuk menentukan LC 50 . Perhitungan LC 50 dilakukan dengan menggunakana persamaan regresi linier yaitu y = a + bx yang didapat dari grafik hubungan antara log konsentrasi dengan mortalitas probit menggunakan program Microsoft Excel. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Fitokimia Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana Dari hasil pengujian fitokimia ekstrak kulit buah manggis dengan menggunakan pelarut metanol, etil asetat dan n-heksana memperlihatkan bahwa secara keseluruhan ekstrak kulit buah manggis mengandung senyawa metabolit sekunder seperti terpensteroid, alkaloid dan fenolik tanin dan flavonoid. Hasil pengujian fitokimia kulit buah manggis dengan masing-masing pelarut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil uji fitokimia kulit buah manggis Garcinia manggostana Golongan Senyawa Pereaksi Ekstrak metanol Ekstrak etil asetat Esktrak n-heksana Fenolik Flavonoid Tanin FeCl 3 + + - Terpen Steroid Lieberman-Bouchard Cerium sulfat CeSO 4 TLC + + + + + + Alkaloid Bouchardat Dragendroff Mayer Wagner - + - - - + - - - - - - Saponin Aqua-HCl - - - Ekstraksi Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana Ekstraksi kulit buah manggis dilakukan dengan menggunakan pelarut metanol, etil asetat dan n-heksana dengan metode maserasiperendaman simplisia kulit buah manggis. Hasil ekstraksi kulit buah manggis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil ekstraksi kulit buah manggis Garcinia mangostana Hasil Pelarut Metanol Etil asetat n-Heksana Warna Merah kehitaman Merah kecoklatan Kuning Berat ekstrak gram 16,54 7,4 3,51 Universitas Sumatera Utara Uji Toksisitas Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana Dari hasil pengujian ekstrak kulit buah manggis terhadap Artemia salina memperlihatkan tingginya jumlah kematian pada kisaran LC 50 antara 100- 1000ppm. Hasil uji toksisitas berdasarkan konsentrasi ekstrak kulit buah manggis dengan masing-masing pelarut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji toksisitas kulit buah manggis Garcinia mangostana dengan metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT Pelarut Konsentrasi ppm Total Populasi Jumlah Kematian LC 50 ppm Metanol 10 100 1000 50 50 50 14 25 34 114,384 Etil Asetat 10 100 1000 50 50 50 10 20 29 372,524 n-Heksana 10 100 1000 50 50 50 9 22 27 431,811 Uji Aktivitas Antimikroba Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi cakram dengan menggunakan blanc disc ukuran 6 mm. Ekstrak kulit buah manggis menunjukkan adanya zona hambat pada ketiga mikroba uji. Aktivitas antimikroba dapat terlihat dengan mengamati zona bening yang terbentuk disekitar cakram dan menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Zona hambat bakteri A. hydrophila dan E. tarda dapat dilihat setelah masa inkubasi selama 24 jam. Zona hambat jamur Saprolegnia sp. dapat dilihat setelah 3 hari sampai hifa normal tumbuh menutupi cawan petri. Hasil pengujian aktivitas antimikroba dapat dilihat pada Tabel 4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Hasil pengamatan antimikroba dengan metode difusi Mikroba Uji Konsentrasi Diameter Zona Hambat mm metanol etil asetat n-heksana A. hydrophila DMSO 20 40 60 80 Kloramfenikol 3,2 3,9 4,1 8,4 33,82 4,6 4,8 6,08 10,4 33,82 4,2 5,64 7,7 7,8 32,66 E. tarda DMSO 20 40 60 80 Kloramfenikol 3,2 5,4 6,4 8,8 34,76 4,8 6,8 8,2 12 34,76 1,2 2,4 4,4 6,4 33,61 Saprolegnia sp. DMSO 20 40 60 80 Nistatin 1,4 2,8 4,4 6,2 11,45 1,6 3,2 5,8 7,8 11,45 1,2 2,2 3,6 5,4 10,32 Hasil pengujian ekstrak kulit buah manggis terhadap pertumbuhan bakteri A. hydrophila, E. tarda dan jamur Saprolegnia sp. menunjukkan adanya zona hambat pada ekstrak kulit buah manggis dengan pelarut metanol, etil asetat dan n- heksana. Besarnya zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak terlihat dengan terhambatnya pertumbuhan bakteri dan jamur disekitar cakram Lampiran 12. Universitas Sumatera Utara Pembahasan Uji Fitokimia Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa alkaloid pereaksi Bouchardat, Dragendroff, Mayer, dan Wagner, fenolikflavonoidtanin FeCl 3 , terpensteroid CeSO 4 +Lieberman Bouchard dan saponin Aqua pada ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana. Uji fitokimia terhadap senyawa terpensteroid dengan menggunakan pereaksi CeSO 4 +Lieberman Bouchard menunjukkan hasil yang positif terhadap ketiga ekstrak tersebut. Hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau kebiruan yang menunjukkan adanya senyawa terpensteroid. Senyawa terpensteroid selanjutnya diuji dengan menggunakan metode Thin Layer Cromatography TLC ditambah pereaksi CeSO 4 1. Hasil positif terdapat pada ketiga ekstrak yang ditandai dengan perubahan warna ekstrak yang menyerupai warna standar β-sitosterol dan triterpenoida. Uji fitokimia terhadap senyawa alkaloid dengan menggunakan pereaksi Dragendroff menunjukkan hasil yang positif terhadap ekstrak metanol dan etil asetat. Hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah pada pereaksi Dragendroff. Uji fitokimia terhadap senyawa fenolikflavonoidtanin dengan menggunakan pereaksi FeCl 3 menunjukkan hasil yang positif terhadap ekstrak metanol dan etil asetat. Hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hitam. Perubahan warna dari uji fitokimia dapat dilihat pada Lampiran 11. Asifa 2014 menyebutkan bahwa ekstrak n-heksana kulit buah manggis mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, kuinon dan terpenoid. Ekstrak metanol Universitas Sumatera Utara kulit buah manggis mengandung senyawa saponin, triterpenoid, tanin dan polifenol, flavonoid serta alkaloid yang dikemukakan oleh Windarini dkk 2013. Putri dkk 2013 menyatakan bahwa etil asetat merupakan pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi kulit buah manggis karena dapat menarik senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, polifenol dan triterpenoid. Ekstraksi Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana Hasil ekstraksi kulit buah manggis dengan menggunakan pelarut metanol diperoleh ekstrak pekat sebanyak 16,54 gram dengan warna merah kehitaman, pelarut etil asetat menghasilkan ekstrak pekat sebanyak 7,4 gram dengan warna merah kecoklatan sedangkan pelarut n-heksana menghasilkan ekstrak pekat sebanyak 3,51 gram dengan warna kuning. Menurut Achmadi 1992 ekstraksi adalah peristiwa pemindahan zat terlarut solute antara dua pelarut yang tidak saling bercampur dengan tujuan untuk memperoleh ekstrak murni. Proses ekstraksi dengan pelarut yang berbeda sifat kepolarannya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat senyawa antimikroba yang terdapat dalam kulit buah manggis. Hal ini dilakukan karena setiap pelarut dengan sifat kepolarannya masing-masing akan melarutkan komponen-komponen yang berbeda termasuk komponen yang aktif sebagai antimikroba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak pekat kulit buah manggis yang dihasilkan paling banyak terekstrak pada pelarut metanol yang bersifat polar. Ketaren 1986 menyatakan bahwa jenis dan mutu pelarut yang digunakan menentukan keberhasilan proses ekstraksi. Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat Universitas Sumatera Utara yang diinginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik dan mudah terbakar. Uji Toksisitas Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana Uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Letahlity Test BSLT merupakan suatu uji yang digunakan untuk mengetahui senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak. Tanaman. Suatu ekstrak dianggap toksik apabila memiliki nilai LC 50 1000 ppm sedangkan untuk senyawa murni dikatakan toksik apabila LC 50 200 ppm Meyer dkk., 1982. Uji toksisitas terhadap Artemia salina dengan ekstrak metanol dilakukan dengan 5 kali pengulangan pada masing-masing konsentrasi 10, 100, 1000 ppm. Pada konsentrasi 10, 100, 1000 ppm jumlah kematian berturut-turut mencapai 10, 20 dan 29 ekor dengan total populasi 50 ekor setiap konsentrasi. Hasil analisa persen kematian yang dikonversikan ke nilai probit dan menghitung persamaan regresi linier untuk mendapatkan nilai LC 50 , didapatkan nilai LC 50 terhadap ekstrak metanol sebesar 372,524 ppm maka hasil uji BSLT ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana dikategorikan toksik terhadap A. salina. Data hasil perhitungan nilai LC 50 dapat dilihat pada Lampiran 14. Tingkat kematian dapat ditemukan secara langsung melalui perbandingan konsentrasi yang berkisar dari konsentrasi terendah hingga konsentrasi tertinggi. Dengan kata lain, kematian Artemia disebabkan oleh peningkatan konsentrasi dalam sampel Apurba, 2013. Hasil uji toksisitas ekstrak etil asetat pada konsentrai 10, 100, 1000 ppm berturut-turut mencapai 9, 22, 27 ekor dengan total populasi 50 ekor setiap Universitas Sumatera Utara konsentrasi. Nilai LC 50 yang didapat yaitu sebesar 431,811 ppm yang dikategorikan toksik sedangkan nilai LC 50 ekstrak n-heksana diperoleh sebesar 114,384 ppm. Nilai LC 50 ekstrak etil asetat kulit buah manggis tidak berbeda jauh dengan penelitian Fatimawati dkk 2013 ekstrak kulit buah manggis yakni 418 ppm. Nilai LC 50 ekstrak n-heksana paling toksik dibandingkan dengan ekstrak metanol dan etil asetat. Widya 2013 menyatakan bahwa ekstrak yang dihasilkan dengan pelarut n-heksana mengandung senyawa non polar yang memiliki ukuran kecil sehingga mudah untuk masuk ke dalam membran sel melalui proses difusi yang menyebabkan sel lebih cepat mengalami kerusakan atau mati. Meilani 2006 menambahkan bahwa keadaan membran kulitnya yang sangat tipis memungkinkan terjadinya difusi zat dari lingkungan yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuhnya. n-Heksana merupakan pelarut yang bersifat paling tidak polar sehinggga ekstrak yang dihasilkan pun bersifat non polar. Komponen yang umumnya larut dalam n-heksana adalah lilin, lemak, dan komponen terpenoid Nuraini, 2007. Komponen yang terkandung dalam n-heksana inilah yang menyebabkan persen kematian Artemia salina lebih besar dibandingkan etil asetat dan metanol. Uji toksisitas dengan metode BSLT ini juga menggunakan 2 jenis kontrol yaitu dengan menggunakan kontrol air laut dan kontrol DMSO yang merupakan pelarut yang digunakan untuk melarutkan bahan ekstrak metanol, etil asetat dan n- heksana yang digunakan pada penelitian ini. Nilai persen mortalitas yang cukup rendah pada kontrol air laut dan kontrol DMSO menunjukkan bahwa air laut dan DMSO yang digunakan pada penelitian ini bukan merupakan penyebab kematian A. salina. Universitas Sumatera Utara Uji Aktivitas Antimikroba Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana Uji aktivitas antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur uji ditunjukkkan oleh ukuran areal bening yang membentuk lingkaran disekitar kertas cakram sehingga dapat dihitung diameter penghambatannya. Terbentuknya areal bening disebabkan karena adanya bahan antimikroba pada ekstrak kulit buah manggis sehingga pertumbuhan bakteri dan jamur terhambat. Hasil uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri A. hydophila, E. tarda dan jamur Saprolegnia sp. menunjukkan hasil bahwa kontrol negatif yang berupa DMSO tidak membentuk zona benting ataupun zoba hambat disekitar cakram pada ketiga mikroba tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa DMSO yang digunakan sebagai pelarut pembuatan variasi konsentrasi tidak memiliki aktivitas antimikroba sehingga aktivitas antimikroba hanya berasal dari larutan uji bukan pelarut yang digunakan. Widowati dan Harfia 2009 menyatakan bahwa DMSO merupakan pelarut yang dapat digunakan untuk melarutkan sebagian ekstrak yang tidak dapat larut dalam air dan pada konsentrasi dibawah 3 DMSO tidak toksik kepada sel. Pengujian aktivitas antibakteri digunakan klromfenikol sebagai kontrol positif dimana hasil pengujian menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan terbentuknya zona bening disekitar cakram yaitu sebesar 33,82 mm untuk A. hydophila dan sebesar 34,76 mm untuk E. tarda. Siswandono dan Soekardjo 1995 menyatakan bahwa kloramfenikol digunakan sebagai antibiotik bersfifat bakteriostatik dan mempunyai spektrum luas. Telaah lain menyebutkan bahwa kloramfenikol memberikan efek dengan cara bereaksi pada sub unit 50S ribosom dan menghalangi aktivitas enzim peptidil transferase. Enzim ini berfungsi untuk Universitas Sumatera Utara membentuk ikatan peptida antara asam amino terakhir yang sedang berkembang. Sebagai akibatnya, sintesis protein bakteri akan terhenti seketika Pratiwi, 2008. Pengujian aktivitas antijamur digunakan nistatin sebagai kontrol positif dimana hasil pengujian menunjukkan adanya zona hambat disekitar cakram yaitu sebesar 11,45 mm untuk Saprolegnia sp. Pelczar dan Chan 2005 menyatakan bahwa cara kerja nistatin adalah merusak sel-sel khamir, juga sel cendawan lain dengan cara bergabung dengan sterol yang terdapat dalam membran sel. Hal ini mengakibatkan kacaunya organisasi di dalam struktur molekuler membran, diikuti dengan gangguan pada fungsinya. Pengujian aktivitas ekstrak metanol menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat pada bakteri E. tarda yaitu sebesar 8,8 mm pada konsentrasi 80, kemudian bakteri A. hydrophila sebesar 8,4 mm pada konsentrasi 80 dan jamur Saprolegnia sp. sebesar 6,2 mm pada konsentrasi 80. Adanya aktivitas antimikroba tersebut kemungkinan disebabkan karena kerja dari senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam kulit buah manggis Garcinia mangostana seperti fenolikflavonoidtanin, terpensteroid dan alkaloid. Perbedaan luas hambatan disebabkan oleh bahan penyusun dinding atau membran sel dari setiap mikroba uji yang berbeda. Menurut Pratiwi 2008 Golongan fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisidial namum tidak bersifat sporisidial dengan mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri serta aktif pada pH asam. Golongan ini juga merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme sehingga menyebabkan isi sel keluar. Mekanisme antimikroba senyawa fenolik adalah mengganggu kerja di dalam membran sitoplasma mikroba termasuk diantaranya Universitas Sumatera Utara adalah mengganggu transport aktif dan kekuatan proton Davidson dan Branen, 1993. Pengujian aktivitas ekstrak etil asetat menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat pada bakteri E. tarda yaitu sebesar 12 mm pada konsentrasi 80, kemudian bakteri A. hydrophila sebesar 10,4 mm pada konsentrasi 80 dan jamur Saprolegnia sp. sebesar 7,8 mm pada konsentrasi 80. Menurut Naufalin 2005 alkaloid dan glikosida merupakan senyawa yang sudah diketahui memiliki aktivitas antimikroba. Sinergisme dari senyawa fitokimia dalam ekstrak etil asetat diduga lebih mudah berdifusi dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri karena memiliki polaritas yang optimum. Harborne 1998 menyatakan bahwa ketersediaan alkaloid dapat mengganggu terbentuknya komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga dapat mengakibatkan sel bakteri menjadi lisis. Pengujian aktivitas ekstrak n-heksana menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat pada bakteri A. hydrophila yaitu sebesar 7,8 mm pada konsentrasi 80, kemudian bakteri E. tarda sebesar 6,4 mm pada konsentrasi 80 dan jamur Saprolegnia sp. sebesar 5,4 mm pada konsentrasi 80. Fessenden dan Fessenden 1997 menyatakan bahwa steroid merupakan senyawa yang paling penting diantara senyawa yang aktif dari segi biologi. Banyak steroid dengan gugus karbonil dan hidroksil pada karbon 11 mempunyai aktivitas yang serupa. Salah satu senyawa steroid yang digunakan sebagai bahan Universitas Sumatera Utara obat dan zat antibakterial adalah β-sitosterol yang diisolasi dari tanaman Trema orientalis yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif. Dari hasil uji aktivitas antimikroba diperoleh data diameter zona hambat ketiga ekstrak kulit buah manggis yang menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat mempunyai daya antimikroba yang kuat, ekstrak metanol dan n-heksana mempunyai daya antimikroba yang sedang tetapi ekstrak n-heksana juga mempunyai daya antimikroba yang cenderung lemah. Hasil uji antibakteri A. hydrophila dapat dilihat pada Gambar 8, E. tarda dapat dilihat pada Gambar 9 dan Saprolegnia sp. dapat dilihat pada Gambar 10. Davis dan Stout 1971 menyatakan bahwa daerah hambatan sebesar 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm kuat, daerah hambatan 5-10 mm sedang dan kurang dari 5 mm lemah. Berdasarkan hasil pengamatan ekstrak n-heksana menghasilkan zona hambat yang paling kecil dalam penelitian ini dibandingkan dengan zona hambat yang dihasilkan ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat kulit buah manggis. Ketidakefektifan ekstrak n-heksana dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji diduga berkaitan dengan sifat n-heksana yang sangat tidak polar sehingga hanya sedikit komponen zat aktif yang larut di dalamnya. Menurut Naufalin 2005 ekstrak heksana mengandung minyak atsiri yang bersifat antimikroba, namun kontak antara senyawa antimikroba dan minyak atsiri dengan sel bakteri terhalang oleh adanya minyak dan lemak dalam ekstrak heksana. Minyak dan lemak lainnya mengganggu proses difusi dan melindungi bakteri dari senyawa antibakteri. Berdasarkan hasil pengamatan ekstrak etil asetat menghasilkan zona hambat yang paling besar dalam penelitian ini dibandingkan dengan zona hambat Universitas Sumatera Utara yang dihasilkan ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana kulit buah manggis. Menurut Kanazawa dkk 1995 suatu senyawa yang mempunyai polaritas optimum akan mempunyai aktivitas antimikroba maksimum, karena untuk interaksi suatu senyawa antibakteri dengan bakteri diperlukan keseimbangan hidrofilik-lipofilik. Adawiyah 1998 menyatakan bahwa etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semi polar. Sifat etil asetat yang semi polar menyebabkan ekstrak etil asetat akan memiliki dua sifat kelarutan yaitu hidrofilik dan lipofilik. Berdasarkan hasil pengamatan ekstrak metanol menunjukkan terbentuknya zona hambat meskipun diameter penghambatannya tidak sebesar ekstrak etil asetat. Metanol merupakan pelarut yang bersifat polar. Davidson dan Naidu 2000 menyatakan bahwa komponen yang banyak terdapat pada tumbuh- tumbuhan dan bersifat polar antara lain senyawa dari golongan fenolik. Mekanisme komponen antibakteri fenolik umumnya akan berinteraksi dengan protein yang ada pada dinding sel atau sitoplasma melalui ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Mekanisme lain kemungkinan adalah dengan mengganggu aktivitas enzim dalam sel. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil uji fitokimia ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana dengan pelarut metanol, etil asetan dan n-heksana mengandung senyawa fenolikflavonoidtanin, terpensteroid dan alkaloid. 2. Ekstrak kulit buah manggis mampu menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila, E.tarda dan jamur Saprolegnia sp. dan ekstrak kulit buah manggis dengan pelarut etil asetat merupakan pelarut yang paling efektif. 3. Ekstrak kulit buah manggis bersifat toksik terhadap A. salina L dengan LC 50 114,384 ppm pada ekstrak n-heksana, 372,524 pada ekstrak metanol dan 431,811 ppm pada ekstrak n-heksana. Saran Sebaiknya dilakukan pengujian lebih lanjut secara In vivo terhadap ekstrak etil asetat kulit buah manggis Garcinia mangostana karena merupakan ekstrak yang paling aktif dalam menghambat bakteri A. hydrophila, E. tarda dan jamur Saprolegnia sp. dengan langsung menguji terhadap ikan yang terserang bakteri dan jamur agar dapat lebih mengetahui ekstrak kulit buah manggis dapat dijadikan sebagai obat alami. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Achmadi, S. 1992. Kimia Kayu. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Adawiyah, D. R. 1998. Kajian Pengembangan Metode Ekstraksi Komponen Antimikroba Buah Atung Parinarium gaberium Hassk.. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Afrianto, E dan Liviawaty, E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanasius, Yogyakarta. Apurba,S. P., S. H. Bhuyan., F. Khatun., M. S. Liza., M. Matin., dan Md. F. Hossain. 2013. Assessment of Cytotoxic Activity of Two Medicinal Plants Using Brine Shrimp Artemia salina as an Experimental Tool. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. 4 3: 1125-1130. Aras, T. R. 2013. Uji Toksisitas Ekstrak Teripang Holothuria scraba Terhadap Artemia salina. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Ardananurdin, A., Sri, W dan Mahono, W. 2004. Uji Efektifitas Dekok Bunga Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella typhi Secara In Vitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 20 1: 30-34. Ardhie, A. M. 2004. Dermatitis dan Peran Steroid dalam Penanganannya. 17 4: 157-163. Asifa, U. S. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L.Terhadap Pertumbuhan Shigella flexneri Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjung Pura, Pontianak. Ayuningtyas, A. K. 2008. Efektivitas Campuran Meniran Phyllanthus niruri dan Bawang Putih Allium sativum untuk Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias gariepenus. Skripsi. Prodi Teknologi dan Manajemen Akuakultur Institut Pertanian Bogor, Bogor. Belal, S. K. M., Ahmed, H. A. R., Doha S. M., Hosam E. H. O dan Nibal, A. H. 2009. Protective Effect of Pomegranate Fruit Juice Against Aeromonas hydrophila induced Intestinal Histopatholigical Changes in Mice. World Applied Sciences Journal. 7 2: 245-254. Darmawan, I. 2011. Bioaktivitas Minyak Atsiri Pohon Suren Toona Sinensis Roemor Berdasarkan Uji Brine Shrimp Lethality Test BSLT. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Universitas Sumatera Utara Davidson, P. M. 1993. Antimicrobials in Food: Parabens. Marcel Dekker, New York. Davidson, P. M dan A. S. Naidu. 2000. Antimicrobials in Food: Phyto-phenols. Marcel Dekker, New York. Davis, W. W. dan Stout, T. R. 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Assay. Applied Microbiology. 22 4: 659-665. Dewilda, Y., Reri, A dan Fano, F. I. 2012. Degradasi Senyawa Fenol Oleh mikroorganisme Laut. Jurnal Teknik Lingkungan. 9 1: 59-73. Dzen, S. M., Roekistiningsih., Sanarto, W. S., Sri. 2003. Bakteriologi Medik. Banyumedia Publishing, Malang. Fachry, A. R., RM, A. S dan Guntur, S. 2012. Kondisi Optimal Proses Ekstraksi Tanin dari Daun Jambu Biji Menggunakan Pelarut Etanol. Prosiding SNTK TOPI. Fakultas Teknik. Universitas Sriwijaya, Indralaya. Fatimawati., A. Yudistira dan F. Wahantow. 2013. Acute Toxicity Test Of Etanol Extract From Mangosteen Pericarp Garcinia mangostana L. Against Artemia salina Leach Larvae Using Brine Shrimp Lethality Test BSLT. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2 1: 97-101. Fessenden, R. J dan J. S. Fessenden. 1997. Kimia Organik. Penerbit Erlangga, Jakarta. Gan, S., Yurian, K., Istianda. 1980. Farmakologi dan Terapi. Edisi Ke-2. UI Press, Jakarta. Grandiosa, R. 2010. Efektivitas Penggunaan Larutan Filtrat Jintan Hitam Nigella sativa dengan Konsentrasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila Secara In-Vitro dan Uji Toksisitasnya Terhadap Ikan Mas Cyprinus carpio. Laporan Penelitian Mandiri. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Harborne. J.B., 1998. Phytochemical Methods. Chapman and Hall: London. Hasanah, N. 2012. Khasiat Istimewa Manggis. Dunia Sehat, Jakarta. Heinrich, M., Joanne, B., Simon, G dan Elizabeth, M. W. 2010. Farmakologi dan Fitoterapi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Jawetz, E., Joseph, M., Edward, A. A., Geo, F. B., Jamet, S. B dan Nicholas, L. O. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi I. Penerjemah: Mudihardi, E., Kuntaman., Wasito, E. B., Mertamiasih, M., Harsono, S., Alimsardjono, L. Salemba Medika, Jakarta. Kanazawa, A., T. Ikeda dan T. Edo. 1995. A Novel Approach to Mode of Action of Cationic Biocides: Morphological Effect on Antibacterial Activity. Journal of Applied Bacteriology. 78: 55-60. Universitas Sumatera Utara Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta. Kordi, G. H. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta, Jakarta. Kurniawan, A. 2012. Penyakit Akuatik. UBB Press, Pangkalpinang. Lenny, S. 2006. Senyawa Terpenoida dan Steroida. Karya Ilmiah. Departemen Kimia, FMIPA. Universitas Sumatera Utara, Medan. Malangngi, L. P., Meiske, S. S dan Jessy, J. E. P. 2012. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat Persea americana Mill.. Jurnal MIPA Unsrat Online. 1 1: 5-10. Mawaddah, R. 2008. Kajian Hasil Riset Potensi Antimikroba Alami dan Aplikasi dalam Bahan Pangan di Pusat Informasi Teknologi Pertanian Fateta IPB. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Meilani, S. W. 2006. Uji Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Suren Toona sureni Merr. dan Ki Bonteng Platea latifolia BL. Menggunakan Brine Shrimp Lethality Test BSLT. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor . Meyer, B. N., Ferrigni N. R., Putman J. E., Jacobsen L. B., Nichols D. E dan McLauglin J. L., 1982. Brine Shrimp: A convenient general bioassay for active plant constituents. Planta Med. 45: 34-35. Nadirah, M., M. Najiah danS. Y. Teng. 2012. Characterization of Edwardsiella tarda Isolated from Asian Seabass, Lates calcalifer. International Food Research Journal. 19 3: 1247-1252. Naufalin, R. 2005. Kajian Sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang Nicolaia speciosa Horan terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nuraini, A. D. 2007. Ekstraksi KOmponen Antibakteri dan Antioksidan dari Biji Teratai Nymphaea pubescens Wild. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Paramawati, R. 2010. Dahsyatnya Manggis untuk Menumpas Penyakit. PT Gro Media Pustaka, Jakarta. Park, S. B., T. Aoki dan T. S. Jung. 2012. Pathogenesis of and Strategies for Preventing Edwardsiella tarda Infection in Fish . Veterinary Research. 43: 1-11. Pasnik, D. J., Joyce, J. E dan Philip, H. K. 2009. Fecal String Associated with Streptococcus agalactiae Infection in Nile Tilapia, Oreochromis niloticus. The Open Veterinary Science Journal. 3: 6-8. Universitas Sumatera Utara Pelczar M.J dan Chan E.C.S., 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi 1 dan 2. Penerjemah Ratna. S. H. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta. Pratiwi, S. I. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga, Jakarta. Prihatman, K. 2001. Saponin untuk Pembasmi Hama Udang. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung, Bandung. Putri, W. S., N. K. Warditiani dan L. P. F. Larasanty. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L.. Jurnal Farmasi Udayana. 2 4: 56-60. Saleh, C. 2009. Senyawa Steroid dari Tumbuhan Sidawayah Woodfordia floribunda Salisb.. Jurnal Kimia Mulawarman. 6 2: 1-6. Siswandono dan B. Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Penerbit Airlangga University Press, Surabaya. Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Tan, Y. P., Q. Lin., X. H. Wang., S. Joshi., C. L. Hew., dan K. Y. Leung. 2002. Comparative Proteomic Abalysis of Extracellular Proteins of Edwardsiella tarda. Infection and Immunity. 70 11: 6475-6480. Widayanti, S. M., A. S. Permana dan H. D. Kusumaningrum. 2009. Kapasitas dan Kadar ANtioksidan Ekstrak Tepung Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L. Pada Berbagai Pelarut Dengan Metode Maserasi. Jurnal Pascapanen Pertanian. 6 2: 61-68. Widowati L dan Harfia M., 2009. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 50 Umbi Keladi Tikus Typhonium flagelliforme Lood Bi Terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7 In Vitro. Media Litbang Kesehatan. 19 1. 9-14. Widya, D. R. 2013. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Teratai Nymphaea pubescens L terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae dan Jamur Saprolegnia sp. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan. Windarini, L. G. E., K. W. Astuti dan N. K. Warditiani. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L.. Jurnal Farmasi Udayana. 2 4: 1-8. Wyatt, L. E., R. Nickelson dan C. Vanderzant. 1979. Edwardsiella tarda in Freshwater Catfish and Their Environment. Applied and Environmental Microbiology. 38 4: 710-714. Yasita, D dan Intan, D. W. 2009. Optimasi Proses Ekstrak pada Pembuatan Karanginan dari Rumput Laut Eucheuma cottoni untuk Mencapai Foodgrade. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro, Semarang. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur Media Trypticase Soy Agar TSA Sebanyak 40 g bubuk TSA dilarutkan dalam 1000 ml akuades yang ditempatkan dalam Erlenmeyer 1 liter dan dipanaskan pada penangas air sambil diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk, kemudian disterilkan dengan autoclave pada suhu 121 o C dengan tekanan uap 1atm selama 15 menit. Setelah itu dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau cawan yang telah steril, setelah memadat disimpan dalam lemari es dengan plastik steril. Media Potato Dextrose Agar PDA Sebanyak 10g bubuk PDA dilarutkan dalam 500 ml akuades yang ditempatkan dalam Erlenmeyer 1liter dan dipanaskan pada penangas air sambil diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk, kemudian disterilkan dengan autoclave pada suhu 121 o C dengan tekanan uap 1atm selama 15 menit. Setelah itu dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau cawan yang telah steril, lalu disimpan pada lemari es dengan plastik steril Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Sterilisasi Alat dan Bahan Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas stensil kemudian di masukkan ke dalam oven dengan suhu 150 o C selama 4 jam. Bahan atau media dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121 o C dengan tekanan 15psi per square inci selama 15 menit. Untuk alat yang tidak tahan panas tinggi disterilisasi dengan zat kimia berupa alkohol 70. Lampiran 3. Pembuatan Larutan Baku McFarland Larutan baku McFarland terdiri atas dua komponen, yaitu larutan BaCl 2 1 dan H 2 SO 4 1. Sebanyak 0,05 mL larutan BaCl 2 1 dicampurkan dengan 9.95ml larutan H 2 SO 4 1 dan dikocok hingga homogen. Kekeruhan larutan diukur pada panjang gelombang 620nm dengan menggunakan akuades sebagai blangkonya. Nilai absorban larutan baku harus berada di kisaran 0,08 sampai dengan 0.13. Larutan baku McFarland 0,5 ekuivalen dengan suspensi sel bakteri dengan konsentrasi 0.5 × 10 8 CFUml. Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Proses Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Manggis Kulit buah manggis yang telah kering dan simplisia Penimbangan dan penuangan pelarut Proses penyaringan setelah maserasi dan Pemisahan ekstrak dengan pelarut menggunakan rotary evaporator Proses pemekatan ekstrak dengan water bath Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Proses Pengujian Toksisitas A. salina Kista A. salina dan wadah penetasan Proses pemipetan larutan uji dengan mikropipet, Proses pengukuran air 5ml dan Proses pemasukan A. salina Setelah pengamatan 24 jam Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji Larutan induk adalah konsentrasi 80, yaitu dengan perbandingan 0,8 gram dalam 1 ml DMSO bv. Untuk membuat konsentrasi 60, 40 dan 20 dilakukan dengan pengenceran sebagai berikut: a. Konsentrasi 60 V 1 x 80 = 0,5 x 80 V 1 = 0,375 ml = 3 75μl b. Konsentrasi 40 V 1 x 80 = 0,5 x 40 V 1 = 0,25 ml = 250 μl c. Konsentrasi 20 V 1 x 80 = 0,5 x 20 V 1 = 0,125 ml = 12 5μl V 1 N 1 =V 2 N 2 Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. Analisis Kriteria Bakteri Aeromonas hydrophila Uji motilitas motil dan uji OF positif fermentative Pewarnaan gram negatif berwarna merah dan berbentuk batang pendek Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Analisis Kriteria Bakteri Edwardsiella tarda Uji MR positif VP negative dan Citrat negatif Pewarnaan gram negatif berwarna merah dan berbentuk batang pendek Universitas Sumatera Utara Lampiran 9. Analisis Kriteria Jamur Saprolegnia sp. Pengujian Jamur secara morfologi Hasil pengamatan mikroskopis Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Proses Pengujian Antimikroba Penimbangan ekstrak, Penghomogenan ekstrak dengan vortex dan penyiapan suspensi bakteri Pembandingan dengan Larutan McFarland dan Pengolesan suspense bakteri pada media Perendaman cakram, peletakan cakram pada media uji dan pengukuran zona hambat Universitas Sumatera Utara a b e d c f a b c d e f a b c d e f Lampiran 11. Hasil Skrining Fitokimia Kulit Buah Manggis Hasil skrining fitokimia pelarut metanol dengan pereaksi: a. FeCl 3 , b. Wagner, c. Dragendroff, d. Mayer, e. Bouchardat dan f. Aqua Hasil skrining fitokimia pelarut etil asetat dengan pereaksi: a.Aqua, b. Wagner, c. Bouchardat, d. Mayer, e. Dragendroff dan f. FeCl 3 Hasil skrining fitokimia pelarut n-heksana dengan pereaksi: a.Aqua, b. Wagner, c. Bouchardat, d. Mayer, e. Dragendroff dan f. FeCl Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil Pengujian Antimikroba a b c Hasil pengujian antibakteri terhadap bakteri A. hydrophila dengan pelarut a metanol b etil asetat c n-heksana a b c Hasil pengujian antibakteri terhadap bakteri Edwardsiella tarda dengan pelarut a metanol b etil asetat c n-heksana a b c Hasil pengujian antijamur terhadap jamur Saprolegnia sp. dengan pelarut a metanol b etil asetat c n-heksana d kontrol negatif DMSO e kontrol positif nistatin Universitas Sumatera Utara Lampiran 13. Data Awal Kematian A. salina Pada Berbagai Konsentrasi Perlakuan Ulangan U 1 U 2 U 3 U 4 U 5 Rata-rata Kontrol air laut Kontrol DMSO 2 1 2 2 1,4 1 2 2 1 2 1,6 Metanol 10 ppm 2 3 2 1 2 2 100 ppm 4 5 3 4 4 4 1000 ppm 6 7 6 5 5 5,8 Etil asetat 10 ppm 1 2 3 1 2 1,8 100 ppm 5 5 3 4 5 4,4 1000 ppm 6 6 4 5 6 5,4 n-heksana 10 ppm 3 4 2 3 2 2,8 100 ppm 6 6 5 4 4 5 1000 ppm 8 7 6 7 6 6,8 Universitas Sumatera Utara Lampiran 14. Contoh Perhitungan Penentuan LC 50

a. Ekstrak Kulit Buah Manggis dengan Pelarut Metanol

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Batang Rhizophora MUCRONATA Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas HYDROPHILA, Streptococcus AGALACTIAE Dan Jamur Saprolegnia SP. Secara In Vitro

9 60 98

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Teratai (Nymphaea pubescens L) Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae dan Jamur Saprolegnia sp.

0 48 97

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Manggis(Garcinia mangostana) Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila, Streptococcus Agalactiae dan Jamur Saprolegnia sp.

0 0 20

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Manggis(Garcinia mangostana) Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila, Streptococcus Agalactiae dan Jamur Saprolegnia sp.

0 0 14