1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dan kemajuan jaman dewasa ini demikian pesat, terutama perkembangan dalam bidang teknologi. Oleh karena itu, merupakan tugas berat
bagi dunia pendidikan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia untuk dapat membina dan membawa anak didik ke arah kemajuan. Pendidikan harus
dapat menghasilkan manusia yang cakap, aktif, dan kreatif. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan sebagai wahana
pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat melepaskan diri dari keterbelakangan. Pendidikan juga mampu menanamkan
kapasitas baru bagi manusia dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru, sehingga dapat diperoleh manusia yang produktif
Pendidikan pada
hakekatnya adalah
suatu usaha
sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan individu secara optimal, dilakukan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pengelolaan pendidikan
yang dianut dan dijalankan di Indonesia selama ini sampai dengan periode awal tahun 2000-an bersifat sentralistik, dimana pemerintah pusat sangat dominan
dalam pengambilan kebijakan. Sebaliknya, pemerintah daerah dan sekolah bersifat pasif, hanya sebagai penerima dan pelaksana kebijakan pemerintah pusat. Pola kerja
sentralistik ini sering mengakibatkan adanya kesenjangan antara kebutuhan riil sekolah dengan kebijakan pemerintah pusat.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sistem sentralistik kurang bisa memberikan pelayanan yang efektif, tidak mampu menjamin kesinambungan
kegiatan di tingkat lokal atau daerah, memiliki keterbatasan dalam beradaptasi dengan permasalahan lokal, dan menciptakan rasa ketergantungan pada pihak lain
dari pada rasa mandiri. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan pendidikan di sekolah yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan jaman yaitu
pengelolaan pendidikan dari sentralistik menuju desentralistik, langkah ini merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, efisiensi dan pemerataan.
Pola desentralistik tersebut memungkinkan sekolah memiliki otonomi yang luas dalam pengelolaan pendidikan. Dengan otonomi yang lebih besar maka sekolah
memiliki kewenangan yang lebih besar pula dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam
mengembangkan program-program yang tentu saja lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki sekolah. Demikian pula dengan pengambilan keputusan
partisipatif, yaitu melibatkan warga sekolah secara langsung sehingga rasa memiliki warga sekolah semakin meningkat.
Dengan struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara desentralisasi maka kepala sekolah tidak semata-mata merupakan seorang guru kepala, tetapi
menurut M. Ngalim Purwanto, 2002: 130 kepala sekolah adalah seorang pemimpin profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap hasil-hasil
yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab langsung terhadap pemerintah dan masyarakat setempat. Semua kegiatan sekolah yang dijalankan mendapat
pengawasan dan social control yang langsung dari pemerintah dan masyarakat setempat. Dalam tataran makro pendidikan nasional diharapkan mampu
menghasilkan manusia dan masyarakat Indonesia yang demokratis-religius, berjiwa mandiri, bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, dan
menekankan keunggulan sehingga tercapai kemajuan dan kemakmuran. Tujuan yang demikian mulia ini mempersyaratkan kepedulian keluarga, masyarakat,
bersama-sama dengan organisasi dan institusi pendidikan nasional yang mandiri, mampu untuk selalu melakukan inovasi menuju sistem pendidikan nasional yang
unggul. Manajemen berbasis sekolah mnegkondisikan pengkoordinasian dan
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara otonomis atau mandiri oleh sekolah dalam kerangka nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang
terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah bertujuan untuk memandirikan
atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan otonomi kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif. Tujuan tersebut sesuai dengan Depdiknas, 2001: 4 dijabarkan sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatakan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatakan tanggungjawab sekolah pada orang tua, masyarakat,dan pemerintah tentang mutu sekolah.
4. Meningkatkan kopetinsi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Kenyataan yang mengejutkan muncul ketika kita dihadapkan pada suatu
kondisi bahwa kualitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan di Indonesia sangat rendah. Berdasarkan laporan UNDP United Nations Development Programme
dalam Human Development Report 2005 tentang kualitas pembangunan manusia tampak bahwa dari 174 negara yang diurutkan berdasarkan kualitas manusia atau
bangsanya, Indonesia hanya berada pada peringkat ke-112. Sebagai perbandingan, Singapore sudah mencapai peringkat ke-28, Brunei Darussalam ke-31, Malaysia ke-
58, Thailand ke-74, dan Filipina ke-85. Negara tetangga dekat lainnya, Australia bahkan sudah berada pada peringkat ke-4; Negara ini bersaing ketat dengan Swedia
peringkat ke-3, Eslandia peringkat ke-2, dan Norwegia peringkat ke-1 Uno, 2007: 132 Pendidikan sebagai salah satu indikator tersebut menunjukkan bahwa
kualitas pendidikan Indonesia sangat rendah. Perubahan secara menyeluruh harus segera dilaksanakan agar keberhasilan
di bidang pendidikan dapat ditingkatkan. Keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada manajemen kepemimpinan, kinerja guru dalam melaksanakan tugas,
profesionalisme, motivasi serta kepedulian semua warga sekolah terhadap pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan fokus perhatian dalam rangka
meningkatkan SDM. Untuk itu, kualitas profesi tenaga kependidikan perlu terus ditingkatkan. Tenaga kependidikan khususnya kepala sekolah dan guru harus
memiliki kompetensi yang meyakinkan dalam segi pengetahuan, metode mengajar,
keterampilan, penguasaan kurikulum, materi atau bahan pelajaran, metode mengajar, teknik evaluasi, dan memiliki komitmen terhadap tugas serta memiliki
disiplin yang tinggi. Kompetensi guru dimaksud perlu terus dikembangkan secara terprogram dan berkelanjutan melalui suatu sistem pembinaan yang dapat
meningkatkan kualitas profesional guru. Sistem pembinaan yang diharapkan adalah suatu pola pembinaan yang
mampu meningkatkan dan mendorong guru untuk belajar, dan senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan maupun
sikap sehingga memberikan dampak positif dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sistem
pembinaan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya yang ideal menurut Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, 2001: 34 hendaknya melibatkan semua stakeholders meliputi:
kepala dinas dan jajarannya, kepala sekolah, guru, dan elemen masyarakat. Kepala sekolah perlu memiliki wawasan, pengetahuan dan keterampilan di bidang
pembinaan serta pengelolaan atau manajemen sekolah. Untuk mencapai maksud tersebut, perlu ditempuh cara pengembangan profesi antara sesama kepala sekolah
sebagai teman sejawat maupun melalui organisasi dan institusi formal. Pengembangan profesi kepala sekolah melalui akademik seperti seminar, lokakarya,
semiloka, temu ilmiah, symposium, diskusi panel, dan sebagainya akan berdampak kepada peningkatan kualitas kepala sekolah dalam mengelola lembaga yang
dipimpinnya. Agenda rutin masyawarah kerja kepala sekolah diyaakini ternyata
mampu menjadi wadah tukar pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan memimpin.
Tugas dan kewajiban kepala sekolah, disamping mengatur jalannya sekolah, juga harus dapat bekerja sama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Menurut
Purwanto, 2002: 75 kepala sekolah berkewajiban membangkitkan semangat staf guru-guru dan pegawai sekolah untuk bekerja lebih baik; membangun dan
memelihara kekeluargaan, kekompakan dan persatuan antara guru-guru, pegawai dan murid-muridnya; mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana
sekolah dan tahu bagaimana menjalankannya; memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan guru-guru dan pegawai-pegawai.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, terdapat beberapa faktor penentu keberhasilan. Utamanya kualitas profesi guru dalam
pengelolaan sekolah ataupun dalam pengelolaan kelas. Sedangkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan sekolah tersebut sangat ditentukan oleh manajemen
kepemimpinan kepala sekolah. Keberhasilan pengelolaan sekolah ditentukan pula oleh pengelolaan situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas yang baik merupakan
wahana bagi terjadinya interaksi belajar mengajar yang baik dalam rangka peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan. Pengelolaan kelas yang efektif dan
efisien harus didukung dengan motivasi dan kompetensi guru yang bersangkutan. Motivasi sangat penting dalam kaitannya dengan upaya mencapai prestasi. Di
sekolah, motivasi yang harus dibangun adalah komponen guru, tenaga kependidikan dan siswa-siswa. Pada dasarnya motivasi bersumber pada kebutuhan.
Dalam pengelolaan sekolah, supaya tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien, maka kepala sekolah dalam memimpin harus melaksanakan fungsi-fungsi
manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemberian motivasi, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan inovasi Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah, 1996: 87. Dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsi manajemen tersebut, kepala sekolah perlu memperhatikan dan berupaya mengikuti atau
menerapkan prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut : a. Pembagian kerja
b. Pendelegasian wewenang dan tugas c. Kesatuan perintah
d. Kesatuan kerja e. Disiplin
f. Mendahulukan kepentingan sekolah dari pada kepentingan pribadi g. Penghargaan dan sanksi
h. Inisiatif i. Efektif dan efisiensi serta prinsip keterpaduan
Agar guru melaksanakan tugasnya dengan baik, maka guru harus selalu mendapat perhatian, pembinaan dan bimbingan terutama dalam hal mengatasi
masalah-masalah baru yang sukar untuk dipecahkan. Untuk itu perlu secara terencana, teratur dan berkelanjutan dilaksanakan usaha-usaha perbaikan dan
pengembangan profesi. Dengan demikian, agar prestasi kerja guru dapat meningkat yang akhirnya berdampak pada meningkatnya prestasi siswa, maka sangat penting
dalam melaksanakan tugas seorang kepala sekolah memiliki gaya kepimimpinan yang baik serta mampu memberikian motivasi secara terus menerus dan
terprogram kepada guru.
Kepemimpinan memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah.Mengenai pentingya kepemimpinan dalam
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, Mulyasa 2005: 107 mengemukakan : ”Kepe i pi a erupaka suatu hal ya g sa gat pe ti g dala a aje e berbasis
sekolah. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam
situasi ya g ko dusif”. Kartono 2008: 6 mengemukakan bahwa kepemimpinan berfungsi atas dasar
kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang-orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian satu tujuan tertentu. Untuk dapat
mencapai tujuan sekolah, perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja guru. Usaha mendorong kinerja guru tidak dapat dilepaskan dari gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya Mulyasa, 2005: 108. Selanjutnya disebutkan bahwa gaya kepemimpinan
merupakan suatu pola perilaku seseorang yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya. Gaya kepemimpinan dan kemampuan memberikan motivasi yang baik akan
memudahkan suatu institusi dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan efektif
sesuai dengan situasi dan kebutuhan guru dan pegawai lainnya. Untuk dapat menerapkan gaya kepemimpinan dan motivasi yang efektif seorang pemimpin harus
memiliki karakternilai-nilai dalam kepemimpinan. Nilai dalam kepemimpinan adalah hal-hal yang dipercaya dan diperjuangkan. Kepemimpinan yang tidak dibangun atas
karakternilai-nilai akan
menghambat pertumbuhan
pemimpin dan
gagal
menumbuhkan rasa percaya dan tenang dalam diri pengikutnya. Nilai-nilai kepemimpinan meliputi : 1 Tanggung jawab, 2 Disiplin, 3Jujur, 4 Sederhana, 5 Kerja
keras, 6 Mandiri, 7 Adil, 8 Berani, dan 9 Peduli kartono,2008: 31. Pelaksanaan nilai-nilai kepemimpinan secara konsisten sangat membantu kepala sekolah untuk
mempengaruhi anak buahnya, sebab sebaik-baiknya perintah adalah contoh. Gaya kepemimpinan dan motivasi yang efektif dan dibangun oleh karakternilai-nilai
kepemimpinan yang baik akan memudahkan dalam mencapai tujuan. SMP Negeri 1 Eromoko yang terletak di Dusun Songputri Desa Sindukarto
Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri I Eromoko telah menghantarkan sekolahan ini menjadi sekolah yang menonjol
dibandingkan sekolah sejenis yang ada di Sub rayon Woryantoro Kabupaten Wonogiri. Indikasi keberhasilan SMP Negeri I Eromoko adalah kepercayaan yang tinggi dari
masyarakat di desa Eromoko dan sekitarnya. Peserta didik sekolah ini tidak hanya berasal dari wilayah satu Kecamatan Eromoko saja, akan tetapi meliputi Kecamatan-
kecamatan yang ada disekitarnya. Padahal di daerah tersebut terdapat beberapa sekolah sejenis, di antaranya : SMP Negeri 2 Eromoko, SMP Negeri I Pracimantoro , SMP
Negeri 2 Pracimantoro, SMP Negeri 3 Pracimantoro, SMP Negeri I Wuryantoro, SMP Negeri 2 Wuryantoro ,SMP Muhammadiyah Eromoko, dan SMP Pancasila Eromoko.
Fenomena ini tidak terlepas dari kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga menjadi sekolah yang
dipercaya oleh masyarakat. Kepala Sekolah yang mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif dan didukung oleh karakternilai-nilai kepemimpinan yang
baik sangat membantu sekolah dalam mencapai tujuan, yaitu meningkatnya prestasi guru dan peserta didik secara optimal.
Melihat latar belakang tersebut di atas, maka peneulis ingin mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan dan Motivasi kepala sekolah dalam peningkatan
prestasi guru, maka peneliti bermaksud untuk mengetahui jawabannya, yang dikaji berdasar pada Kepemimpinan Kepala Sekolah, Studi Kasus SMP Negeri I Eromoko,
Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri
B. Fokus Penelitian