2. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure JNC VII 2003
diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu normal, prehipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 Chobanian et al., 2003.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan The Joint National Committee on Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure JNC VII
Klasifikasi TD Sistolik mmHg
TD Diastolik mmHg Normal
120 80
Prehipertensi 120 – 139 80
– 89 Hipertensi stage 1
140 – 159 90 – 99
Hipertensi stage 2 ≥ 160
≥ 100
Hipertensi menurut etiologi, dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: a.
Hipertensi primer merupakan kasus yang paling banyak terjadi pada 95 pasien. Penyebab hipertensi jenis ini belum diketahui secara pasti Tjay
Rahardja, 2002. b.
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi akibat dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah Depkes RI, 2006.
Kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal hipertensi renal, hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, dan obat Nafrialdi, 2007.
3. Gejala Hipertensi
Menurut Dipiro et al., 2008 kelainan hipertensi tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Hipertensi primer tanpa komplikasi biasanya memperlihatkan
gejala umum hipertensi sakit kepala, pusing, tinitus, dan pingsan yang hampir sama dengan kebanyakan orang normotensi Gray et al., 2006. Sedangkan pada
hipertensi sekunder keluhan dapat mengarah ke penyakit penyebabnya Kabo, 2011.
4. Tatalaksana Hipertensi
Penatalaksanaan terapi pada pasien hipertensi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a. Terapi Non Farmakologi
Pasien dengan hipertensi melakukan terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup, menjaga pola makan, diet rendah garam, aktivitas fisik,
dan menghindari konsumsi alkohol Chobanian et al., 2003. Perubahan pola
Gambar 1: Algoritme terapi hipertensi Dipiro et al., 2008
hidup seperti di atas dapat dicoba sampai 12 bulan untuk hipertensi stage 1 tanpa faktor resiko dan tanpa target organ damage. Hipertensi yang disertai kelainan
penyerta compelling indications seperti gagal jantung, paska infark miokard, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan riwayat penyakit stroke, terapi
farmakologi dimulai dari hipertensi stage 1 Nafrialdi, 2007. b.
Terapi Farmakologi Menurut McGowan 2001, terapi non farmakologis yang dilakukan pada
pasien hipertensi kadang tidak cukup, sehingga diperlukan terapi farmakologis menggunakan obat penurun tekanan darah. Terapi menggunakan obat merupakan
pilihan utama dalam perawatan penderita tekanan darah tinggi Semple, 1995. Pengobatan hipertensi berdasarkan kepada:
Pemberian obat secara bertahap merupakan cara yang biasa digunakan untuk pasien hipertensi. Obat yang diberikan pada terapi awal adalah obat dengan
dosis terendah dan bertahap ditingkatkan. Hal ini tergantung pada respon pasien terhadap terapi, biasanya dengan membiarkan 4 minggu untuk melihat efek Gray
et al., 2006.
5. Pemilihan Obat Anti Hipertensi
Pemilihan obat adalah memilih obat yang sesuai dengan yang dibutuhkan pasien, disesuaikan dengan jumlah kunjungan pasien, pola penyakitnya,
formularium serta buku standar diagnosis dan terapi Kusumadewi, 2011. WHO 1985 mendefinisikan pemilihan obat atas dasar pengobatan rasional apabila
pasien menerima obat sesuai dengan kebutuhan klinis, dosis, dan rentang waktu dengan harga terendah WHO, 2002. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok
bergantung pada keparahan penyakit dan respon pasien terhadap obat-obat anti hipertensi IONI, 2008. Pemilihan obat pada pasien hipertensi dengan penyakit
lain yang menyertai didasarkan pada:
Tabel 2. Petunjuk pemilihan obat untuk pasien hipertensi dengan indikasi komplikasi
Indikasi komplikasi Obat yang direkomendasikan
Diuretik BB
ACEI ARB
CCB Aldo ANT
Gagal jantung
3 3
3 3
3
Paska infark miokard
3 3
3 Resiko tinggi penyakit koroner
3 3
3 3
Diabetes mellitus
3 3
3 3
3
Gagal ginjal kronik
3 3
Pencegahan stroke berulang
3 3
Keterangan: ∗
Obat anti hipertensi untuk indikasi komplikasi didasarkan pada manfaat dari outcome studies atau pedoman klinis yang ada; indikasi komplikasi dimanajemen secara paralel sesuai dengan tekanan darahnya.
∗ Kondisi uji klinis yang telah menunjukkan manfaat dari kelas tertentu obat antihipertensi
6. Penggolongan Obat Anti Hipertensi