Proses Berkarya Pembuatan Karya

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU DOOR CURTAIN PORTIERE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Mencanting Gambar 3.56 Proses pencantingan pada Karya 1 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Gambar 3.57 Proses Pencantingan pada Karya 2 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Gambar 3.58 Proses Pencantingan pada Karya 3 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU DOOR CURTAIN PORTIERE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e. Nyolet Proses nyolet dilakukan untuk mewarnai bidang gambar yang kecil. Gambar 3.59 Proses nyolet warna jingga dan krem pada karya 1 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Gambar 3.60 Proses nyolet warna coklat dan krem pada karya 2 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU DOOR CURTAIN PORTIERE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.61 Proses nyolet pada karya 3 dengan warna tosca dan krem Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi f. Ngabiron Ngabiron adalah proses pemalaman yang dilakukan untuk menutup warna yang telah dicolet g. Proses pencelupan kain Pada proses pencelupan kain, peneliti mencelup sendiri pada karya 1 dan 3 dengan menggunakan naphtol 10 gram naphtol, 20 gram garam, 6 gram caustic soda dan TRO yang dilarutkan dalam air. Sedangkan pada karya 2, peneliti menggunakan jasa pencelupan indigosol di Hasan Batik Bandung. Rumus dan kode pencelupan yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Rumus dan kode pencelupan pada karya 1, 2 dan 3 Sumber: Dokumentasi Pribadi Karya ke- Jenis Pewarna Kode Pewar na Volume Zat Pelarut Jenis Pembangkit gram Warna yang Dihasilkan 1 Naphtol 10 gr AS-G 3 gr TRO 6 gr 2 liter Air Panas 1 liter Air 20 gr Garam Merah B Cokelat Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU DOOR CURTAIN PORTIERE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Causti c soda Dingin 2 Indigosol 5 gr IR 600 ml Air panas 1,2 liter Air dingin HCl 5 sdm NaNO 2 2 sdm Air dingin 3 liter Magentapi nk 3 Naphtol 10 gr AS- BO 3 gr TRO 6 gr Causti c soda 2 liter Air Panas 1 liter Air Dingin 20 gram Garam Violet B Ungu Gambar 3.62 Karya 1 setelah dicelup dengan warna cokelat Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU DOOR CURTAIN PORTIERE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.63 Proses pencelupan karya ke-2 dengan warna magenta Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Gambar 3.64 Karya 3 setelah dicelup dengan warna ungu Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU DOOR CURTAIN PORTIERE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu h. Proses pelorodan Proses pelorodan dilakukan untuk melepaskan malam pada kain dengan cara direbus dengan air dan soda abu. Resep yang peneliti gunakan adalah 3 sendok teh soda abu, 10 liter air untuk ½ meter kain. Gambar 3.65 Proses Pelorodan Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi i. Pembuatan Tirai Setelah kain dilorod hingga benar-benar bersih kemudian dikeringkan, tahapan selanjutnya ialah pembuatan tirai. Pembuatan tirai mengacu pada desain terpilih yang sudah tertera pada poin d lihat hlm.48. j. Tahapan Penyelesaian Finishing Setelah tirai selesai dibuat, tahapan selanjutnya adalah menggantungkan tirai. Tirai pintu nan cantik bergantung menghiasi pintu kamar. Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU DOOR CURTAIN PORTIERE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Batik bermotif angklung dibuat setelah adanya berbagai tahapan pengolahan motif. Dalam karya ini, motif batik diciptakan dengan teknik merengga dan unsur garis yang dominan muncul pada motif angklung di setiap karya ialah unsur garis lengkung dan garis lurus. Motif angklung dapat dikembangakan kembali menjadi bentuk-bentuk yang lebih kreatif dan dekoratif dengan permainan unsur titik, garis dan bidang. Bahkan, selain motif angklung pembuatan motif-motif dari objek lain dapat lebih berkembang dengan mengangkat tema kearifan lokal yang dapat diangkat dari setiap daerah di Indonesia yang memiliki ciri khas. Batik bermotif angklung yang diterapkan pada tirai pintu memiliki proses pengerjaan dalam jangka waktu cukup lama. Waktu pembuatan yang dibutuhkan dalam penyelesaian karya tersebut ialah kurang lebih selama tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut juga termasuk proses-proses yang mengalami kegagalan dan pengulangan pembuatan karya. Batik bermotif angklung memang cocok diterapkan pada tirai pintu. Paduan warna yang ceria pada karya tersebut melambangkan semangat jiwa muda sesuai dengan rentang usia responden yang memilih, yakni 13-15 tahun yang masih menggebu. Namun, dibalik kesesuaiannya, karya ini juga tentu memiliki kekurangan, yakni biaya pembuatan yang mahal sehingga jika dipasarkan harga jual akan mahal dan tidak sebanding dengan pasar yang tidak terlalu luas dalam rentang usia remaja. Secara visual, unsur-unsur seni rupa yang paling sering muncul dan mendominasi karya ialah unsur bentuk, arah, warna dan tekstur. Sedangkan prinsip yang utama muncul ialah irama, keseimbangan, proporsi serta kejelasan. Ketiga karya tersebut telah memiliki semua unsur dan prinsip dasar seni rupa yang menjadikan karya tersebut mudah untuk dianalisis serta dilihat dengan jelas. Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU DOOR CURTAIN PORTIERE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI a. Cara mendapatkan ide untuk mendapatkan objek gambar selain dengan melihat secara langsung, gambar, karya orang lain melalui majalah atau katalog ialah dapat menemukannya dengan cara sendiri; b. Setiap daerah memiliki ciri khas kesenian dan kebudayaan yang dapat diangkat temanya dalam melestarikan nilai kearifan lokal; c. Bagi peneliti selanjutnya, bila ingin membatik pada media kain katun dobby ataupun kain yang memiliki tekstur kasar, per lu kesabaran serta keterampilan dalam menerapkan malam di atas kain, karena tekstur yang kasar membuat lilin terkadang tidak tembus pada bagian belakang. Kain katun dobby lebih sulit dicanting dibandingkan dengan kain katun mori prima dan primissima; 2. Bagi Masyarakat Umum Agar selalu mewariskan budaya di negara Indonesia agar tidak terjadi kepunahan budaya. Selain itu, nilai-nilai kearifan lokal juga perlu lebih dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi Bidang Pendidikan Batik dengan berbagai motif dapat dipelajari dalam bidang pendidikan, khususnya batik yang diterapkan pada tirai pintu. Dalam bidang pendidikan, penciptaan batik untuk tirai dapat disederhanakan dengan memadukan batik dalam ukuran skala sentimeter dengan kain jenis lain. Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU DOOR CURTAIN PORTIERE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 133 Daftar Pustaka Sumber Buku: Agustiani, H. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama. Andarini Adjie. 2012. 25 Inspirasi Tirai Cantik Paling Favorit untuk Semua Jenis dan Tipe Rumah. Depok: Pustaka Makmur. Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hampshire, M. Stephenson, K. 2006. Communicating with Pattern Circles and Dots. Hamzuri. 1994. Batik Klasik. Jakarta: Penerbit Djambatan. Hurlock, E. 1994. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Isyanti. 2003. Sistem Pengetahuan Kerajinan Tradisional: tenun Gedhog di Tuban, Propinsi Jawa Timur. Yogyakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Julianita, N. 1996. Batik nan Cantik. Bandung: Museum Negeri Propinsi Jawa Barat Kudiya, K, dkk. 2013. Buku Batik Jawa Barat Jilid III. Bandung: Yayasan Batik Jawa Barat. Paine, M. 1987. Fabric Magic. New York: Pantheon Books. Rosso Nurafni. 2008. Pesona Batik Warna Alam. Bandung: Gramedia Pustaka Utama. Sunaryo, A. 2009. Ornamen Nusantara: kajian khusus tentang ornamen Indonesia . Semarang: Dahara Prize. Susanto, S. 1973. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan. Susanto, S. 1984. Seni Teknologi Kerajinan Batik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Utoro BA. 1979. Pola-pola Batik dan Pewarnaan untuk SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wiramihardja, O. 2010. Panduan Bermain Angklung. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan.