BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE).

(1)

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU

(DOOR CURTAIN PORTIERE)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

oleh

Alhayyu Bestari Wahyurisani 1103543

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

oleh

Alhayyu Bestari Wahyurisani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

© Alhayyu Bestari Wahyurisani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

WAHYURISANI, ALHAYYU BESTARI. (2015). Batik Bermotif Angklung pada Tirai Pintu (Door Curtain Portiere). Departemen Pendidikan Seni Rupa.

Motif batik mengalami perkembangan baik secara fungsi maupun dari segi nilainya. Pada jaman dahulu, batik digunakan hanya untuk pakaian para bangsawan di Keraton. Namun, batik kini telah mengalami perubahan fungsi, siapapun dapat menggunakannya. Selain dalam bentuk pakaian, batik juga dapat diterapkan pada benda lainnya seperti tas, dompet, bandana, taplak meja hingga tirai. Batik dengan berbagai motif dapat menjadi inspirasi bagi pembatik lainnya untuk lebih kompetitif dan kreatif dalam menciptakan motif-motif baru. Tema kearifan lokal misalnya, seperti alat-alat musik daerah yang perlu dilestarikan keberadaannya. Batik dengan motif angklung merupakan salah satu upaya pelestarian dua kearifan lokal dalam satu karya, yakni budaya membatik dan menjadikan alat musik tradisional angklung sebagai motifnya. Kemudian batik tersebut diterapkan pada tirai pintu dengan tujuan membuat karya tersebut menjadi unik. Penciptaan ini bermanfaat bagi masyarakat umum maupun bagi bidang pendidikan dalam mengembangkan motif batik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode research-led practice atau praktik yang dipandu dengan penelitian. Sebelum membuat karya, terdapat penelitian mengenai minat pasar terhadap batik dengan motif angklung dan tirai pintu. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner atau angket yang disebar pada responden berusia 13-15 tahun di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cimahi. Selain itu, teknik pengumpulan data juga dilakukan dengan cara observasi/pengamatan serta studi dokumentasi di galeri batik, baik yang sudah pernah menciptakan batik bermotif angklung maupun belum. Berdasarkan hasil pembahasan, karya batik bermotif angklung pada tirai pintu ini memiliki unsur dan prinsip dasar seni rupa dan desain yang dapat dikaji dengan jelas. Selain itu, karya dalam bidang kriya ini juga memiliki nilai jual dan dengan keunikan dan mengandung unsur kearifan lokal, yakni batik dan motif angklung.


(6)

ABSTRACT

WAHYURISANI, ALHAYYU BESTARI. (2015). Angklung Motif of Batik which is Applied to Door Curtain Portiere. Art Education Departement.

The motif of batik has many progresses from its value to its function. Used to be, the use of batik is especially for the aristocrat of Keraton in Java, but the rules is not valid in this era. Everyone could use batik which have many kinds of motif without prohibition from Keraton. Batik is not only about cloth, it could be applied to other things such as bag, clutch, bandanna, table-cloth and curtain. Many kinds motif of batik could inspire the others to be more competitive and creative in creating new motif. There are local wisdom themes motif of batik which contains traditional games, folklore and musical things. Those culture must be kept eternally by society in this country. Angklung motif of batik is one of solution to keep two local wisdom into unity. This artwork has angklung motif as a subject of reserch which offers the unique look because it was applied to door curtain portiere. Method of this research is research-led practice or the other words, practice which is led by the research before making an artwork. The research was divided into three parts, there are documentary studied, question-air and observations. Documentary studied contains of report by the research before, photos and pictures. Question-air was intended to adolescent from 13-15 years old which was contained of their interest to batik, angklung and door curtain portiere in Junior High School 1 Cimahi. The last part is an observations which was done to get data about angklung motif of batik and also about the creator who have made batik and also applied it to be a curtain. All the data was concluded then from the question-air which was recapitulated could help to make an artwork. Then, after creating an artwork, it was visualized by the theory. Based on visualiziation of the artwork, angklung motif of batik which is applied to door curtain portiere has element and principal of art and design then it could be studied clearly. Beside it, this craft artwork is marketable with its unique part and full of culture called batik and angklung motif.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penciptaan ... 4

E. Manfaat Penciptaan ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Batik ... 6

1. Pengertian Batik ... 6

2. Motif Hias pada Batik ... 7

3. Proses Pembuatan Batik ... 17

B. Angklung ... 25

1. Pengertian dan Sejarah Singkat Angklung ... 25

2. Jenis-jenis Angklung ... 26

C. Tirai Pintu (Door Curtain Portiere) ... 28

D. Unsur dan Prinsip Dasar Visual Seni Rupa ... 32

1. Unsur-unsur Visual Seni Rupa ... 32

2. Prinsip Visual Seni Rupa ... 37

E. Penelusuran Selera Remaja terhadap Tirai Pintu Batik ... 41

F. Gagasan Awal ... 42

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN ... 44

A. Metode Penciptaan ... 44


(8)

C. Pembuatan Karya ... 47

1. Prosedur Penciptaan ... 47

2. Teknik dan Medium Penciptaan ... 53

3. Proses Berkarya ... 65

BAB IV VISUALISASI DAN PEMBAHASAN KARYA ... 73

A. Penciptaan Motif Angklung ... 73

1. Motif Angklung pada Karya 1 ... 73

2. Motif Angklung pada Karya 2 ... 76

3. Motif Angklung pada Karya 3 ... 79

B. Penciptaan Batik Bermotif Angklung pada Tirai Pintu ... 83

1. Penciptaan pada Karya 1 ... 90

2. Penciptaan pada Karya 2 ... 96

3. Penciptaan pada Karya 3 ... 102

C. Visualisasi Batik Bermotif Angklung pada Tirai Pintu ... 108

1. Visualisasi Karya Kesatu ... 108

2. Visualisasi Karya Kedua ... 116

3. Visualisasi Karya Ketiga ... 123

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 131

A. Simpulan ... 131

B. Saran ... 132

1. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa ... 132

2. Bagi Masyarakat Umum ... 132

3. Bagi Bidang Pendidikan ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133

LAMPIRAN ... 136 RIWAYAT HIDUP


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rumus Pencelupan Naphtol ... 22

Tabel 2.2 Resep pencelupan indigosol ... 24

Tabel 2.3 Kode zat warna procion ... 25

Tabel 2.4 Fungsi Tirai ... 28

Tabel 2.5 Standar ukuran pintu ... 29

Tabel 2.6 Konsep Dasar Seni Rupa dan Desain ... 32

Tabel 3.1 Rumus dan Kode pencelupan pada karya 1, 2 dan 3 ... 69

Tabel 4.1 Penjabaran Hasil Merengga pada Karya 1 ... 73

Tabel 4.2 Pilihan Stilasi Angklung 1 ... 75

Tabel 4.3 Alasan Responden dalam pemilihan stilasi pertama ... 75

Tabel 4.4 Penjabaran Hasil Merengga pada Karya 2 ... 76

Tabel 4.5 Pilihan Stilasi Angklung 2 ... 79

Tabel 4.6 Alasan Responden dalam memilih stilasi kedua ... 79

Tabel 4.7 Penjelasan Hasil Merengga pada motif angklung 3 ... 80

Tabel 4.8 Pilihan Stilasi Angklung 3 ... 82

Tabel 4.9 Alasan Responden dalam pemilihan stilasi ketiga ... 82

Tabel 4.10 Hasil Rekapan Pilihan Warna ... 83

Tabel 4.11 Alasan Responden dalam pemilihan kelompok warna ... 84

Tabel 4.12 Hasil Rekapan desain Tirai Pintu ... 86


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Desain Batik Karya Susi Susyanti ... 2

Gambar 2.1 Contoh isian (isen-isen) garis lurus dan lengkung ... 8

Gambar 2.2 Contoh Tahapan Merengga Motif Tumbuhan (Daun) ... 9

Gambar 2.3 Contoh Tahapan Merengga Motif Binatang (Rusa) ... 9

Gambar 2.4 Contoh Merengga Motif Manusia ... 10

Gambar 2.5 Batik Motif Kawung Pijetan ... 11

Gambar 2.6 Batik Motif Keluarga si Pitung dari Kota Bekasi ... 11

Gambar 2.7 Batik Bermotif Burung Garuda ... 12

Gambar 2.8 Batik Bermotif Bunga Anggur ... 13

Gambar 2.9 Batik Bermotif Benda Kecil, Kuda Lumping (ebeg) ... 13

Gambar 2.10 Contoh gambar Batik Kreasi Baru, Motif Benda Kecil ... 14

Gambar 2.11 Contoh Batik Bermotif Angklung di Rumah Batik Komar ... 15

Gambar 2.12 Motif Benda Rereng Kacapi asal Cianjur ... 16

Gambar 2.13 Motif flora Sekar Awi Alit dari Kota Cimahi ... 16

Gambar 2.14 Gawangan ... 17

Gambar 2.15 Wajan untuk Membatik ... 18

Gambar 2.16 Malam Batik yang belum dicairkan ... 18

Gambar 2.17 Canting Batik Tulis... 19

Gambar 2.18 Kompor (anglo) ... 19

Gambar 2.19 Dingklik ... 19

Gambar 2.20 Grup Angklung Pertama, pandu-pandu Pasoendan ... 26

Gambar 2.21 Struktur Angklung Pengiring ... 27

Gambar 2.22 Struktur Angklung Melodi ... 27

Gambar 2.23 Jenis-jenis Angklung ... 28

Gambar 2.24 Tirai Pintu pada Kamar Remaja ... 29

Gambar 2.25 Salah satu Tirai sebagai Penghias Pintu ... 30

Gambar 2.26 Tirai Pintu Berbahan Kain Flanel ... 30

Gambar 2.27 Tirai Pintu Berbahan plastik ... 31

Gambar 2.28 Contoh Struktur rail (tempat menggantungkan tirai) ... 31

Gambar 2.29 Berbagai Bentuk Lingkaran pada Benda Interior ... 33


(11)

Gambar 2.31 Interval Tangga Ukuran Garis ... 34

Gambar 2.32 Lingkaran Warna sistem Munsell ... 35

Gambar 2.33 Lingkaran warna laras harmonis/analogus ... 36

Gambar 2.34 Kontras 2 warna komplementer... 36

Gambar 2.35 Kontras dua warna bias komplementer/split komplemen ... 36

Gambar 2.36 Kontras 3 warna (triad komplementer)... 37

Gambar 2.37 Kontras 4 warna (tetrad komplementer) ... 37

Gambar 2.38 Contoh Irama yang terjadi pada olahraga dayung ... 38

Gambar 2.39 Contoh Kesatuan dengan pendekatan Garis ... 38

Gambar 2.40 Contoh Dominasi dengan Perbedaan Ukuran ... 39

Gambar 2.41 Contoh Keseimbangan Asimetris ... 40

Gambar 2.42 Contoh Keseimbangan Simetris ... 40

Gambar 2.43 Contoh Proporsi ... 40

Gambar 3.1 Kerangka Berkarya ... 45

Gambar 3.2 Angklung Melodi... 47

Gambar 3.3 Pilihan Warna ke-1 ... 49

Gambar 3.4 Pilihan Warna ke-2 ... 49

Gambar 3.5 Pilihan Warna ke-3 ... 49

Gambar 3.6 Pilihan Warna ke-4 ... 49

Gambar 3.7 Pilihan Warna ke-5 ... 49

Gambar 3.8 Pilihan Warna ke-6 ... 49

Gambar 3.9 Pilihan Warna ke-7 ... 49

Gambar 3.10 Pilihan Warna ke-8 ... 49

Gambar 3.11 Pilihan Warna ke-9 ... 49

Gambar 3.12 Desain Tirai 1 ... 50

Gambar 3.13 Desain Tirai 2 ... 50

Gambar 3.14 Desain Tirai 3 ... 50

Gambar 3.15 Desain Tirai 4 ... 50

Gambar 3.16 Desain Tirai 5 ... 50

Gambar 3.17 Desain Tirai 6 ... 50

Gambar 3.18 Desain Tirai 7 ... 50


(12)

Gambar 3.20 Desain Terpilih 1 ... 51

Gambar 3.21 Desain Terpilih 2 ... 52

Gambar 3.22 Desain Terpilih 3 ... 52

Gambar 3.23 Pensil yang digunakan ... 53

Gambar 3.24 Kertas hasil printing untuk proses penjiplakan ... 54

Gambar 3.25 Gunting yang digunakan saat memotong kain ... 54

Gambar 3.26 Meja Jiplak ... 54

Gambar 3.27 Dingklik yang digunakan oleh peneliti ... 55

Gambar 3.28 Canting tulis yang digunakan ... 55

Gambar 3.29 Gawangan... 56

Gambar 3.30 Kompor Minyak Tanah ... 56

Gambar 3.31 Wajan sebagai wadah untuk malam ... 57

Gambar 3.32 Kuas yang digunakan pada proses nyolet ... 57

Gambar 3.33 Sarung Tangan Karet ... 58

Gambar 3.34 Ember ... 58

Gambar 3.35 Celemek ... 59

Gambar 3.36 Panci ... 59

Gambar 3.37 Gelas ukur ... 60

Gambar 3.38 Kain Katun Dobby ... 60

Gambar 3.39 malam batik ... 61

Gambar 3.40 Pewarna colet jenis procion sebelum dilarutkan ... 61

Gambar 3.41 Pewarna colet jenis procion setelah dilarutkan ... 61

Gambar 3.42 Pewarna colet jenis naphtol ... 62

Gambar 3.43 Soda Abu ... 62

Gambar 3.44 Larutan Teepol ... 63

Gambar 3.45 Larutan Hidrogen Peroksida ... 63

Gambar 3.46 Air sebagai Pelarut ... 63

Gambar 3.47 Kain tile ... 64

Gambar 3.48 Kertas Dupleks ... 64

Gambar 3.49 Benang Rajut ... 64

Gambar 3.50 Kayu Peyangga untuk rail tirai... 65


(13)

Gambar 3.52 Proses Mengetel kain ... 65

Gambar 3.53 Proses Penjiplakan pada Karya 1 ... 66

Gambar 3.54 Proses Penjiplakan pada Karya 2 ... 66

Gambar 3.55 Proses Penjiplakan pada Karya 3 ... 66

Gambar 3.56 Proses Pencantingan pada Karya 1 ... 67

Gambar 3.57 Proses Pencantingan pada Karya 2 ... 67

Gambar 3.58 Proses Pencantingan pada Karya 3 ... 67

Gambar 3.59 Proses nyolet warna jingga dan krem pada karya 1 ... 68

Gambar 3.60 Proses nyolet warna coklat dan krem pada karya 2 ... 68

Gambar 3.61 Proses nyolet warna tosca dan krem pada karya 3 ... 68

Gambar 3.62 Karya 1 setelah dicelup dengan warna cokelat ... 70

Gambar 3.63 Proses Pencelupan Karya kedua dengan warna Magenta ... 71

Gambar 3.64 Karya 3 setelah dicelup dengan warna ungu ... 71

Gambar 3.65 Proses Pelorodan ... 72

Gambar 4.1 Warna 1, kelompok warna pilihan terbanyak ke-1 ... 85

Gambar 4.2 Warna 4, kelompok warna pilihan terbanyak ke-2 ... 85

Gambar 4.3 Warna 3, kelompok warna pilihan terbanyak ke-3 ... 86

Gambar 4.4 Desain Tirai Pintu 1, Pilihan Terbanyak ke-1 ... 88

Gambar 4.5 Desain Tirai Pintu 2, Pilihan Terbanyak ke-2 ... 88

Gambar 4.6 Desain Tirai Pintu 8, Pilihan terbanyak ke-3 ... 88

Gambar 4.7 Ilustrasi Pencelupan naphtol pada Karya 1 ... 90

Gambar 4.8 Proses Penempelan bagian Tirai Pintu ... 91

Gambar 4.9 Struktur Rangka Tirai pada Karya 1 ... 92

Gambar 4.10 Tahapan finishing Tirai... 92

Gambar 4.11 Karya 1 ... 93

Gambar 4.12 Karya 1 tampak samping kanan ... 94

Gambar 4.13 Karya 1 tampak samping kiri ... 95

Gambar 4.14 Ilustrasi Pencelupan indigosol pada Karya 2... 96

Gambar 4.15 Proses Penerapan batik pada bagian Tirai Pintu... 97

Gambar 4.16 Rangka Tirai ... 98

Gambar 4.17 Tahap finishing Karya ke-2 ... 98


(14)

Gambar 4.19 Karya 2 tampak samping kanan ... 100

Gambar 4.20 Karya 2 tampak samping kiri ... 101

Gambar 4.21 Ilustrasi Pencelupan naphtol pada Karya 3 ... 102

Gambar 4.22 Proses Pembuatan bagian Tirai Pintu ... 103

Gambar 4.23 Penjahitan Renda dan Pemasangan Tali ... 104

Gambar 4.24 Penempelan Batik pada Tirai ... 104

Gambar 4.25 Karya 3 tampak depan ... 105

Gambar 4.26 Karya 3 tampak samping kanan ... 106

Gambar 4.27 Karya 3 tampak samping kiri ... 107

Gambar 4.28 Visualisasi Motif Angklung ke-1 ... 108

Gambar 4.29 Analisis Visual Bentuk ... 109

Gambar 4.30 Analisis Visual Arah... 110

Gambar 4.31 Kelompok Warna yang menjadi bagian dari Karya ke-1 ... 111

Gambar 4.32 Tekstur pada Karya ke-1 ... 112

Gambar 4.33 Analisis Visual Irama ... 112

Gambar 4.34 Analisis Visual Keseimbangan ... 113

Gambar 4.35 Analisis Visual Proporsi ... 114

Gambar 4.36 Analisis Visual pada Motif Angklung 2 ... 115

Gambar 4.37 Visualisasi Bentuk pada Karya 2 ... 116

Gambar 4.38 Analisis Visual Arah... 117

Gambar 4.39 Analisis Visual Warna pada Karya 2 ... 118

Gambar 4.40 Tekstur pada Karya kedua ... 119

Gambar 4.41 Analisis Visual Irama pada Karya 2 ... 120

Gambar 4.42 Analisis Visual Keseimbangan pada Karya 2 ... 121

Gambar 4.43 Analisis Visual Proporsi ... 122

Gambar 4.44 Analisis Visual Kesederhanaan ... 122

Gambar 4.45 Visualisasi Motif Angklung ke-3 ... 123

Gambar 4.46 Analisis Visual Bentuk ... 124

Gambar 4.47 Analisis Visual Arah... 125

Gambar 4.48 Analisis Visual Warna pada Karya 3 ... 126

Gambar 4.49 Tekstur pada Warna ketiga ... 127


(15)

Gambar 4.51 Analisis Visual Keseimbangan Karyake-3 ... 128 Gambar 4.52 Analisis Visual Proporsi ... 129 Gambar 4.53 Analisis Visual Kesederhanaan ... 130


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belalang Masalah

Motif batik di Indonesia sejauh ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Motif-motif batik yang ada bukan hanya motif batik resmi yang dipakai pada zaman dahulu, seperti misalnya motif larangan yang hanya dapat digunakan oleh keluarga Keraton saja, melainkan juga terdapat pengembangan bentuk dari benda-benda kekinian maupun benda-benda alam yang sudah lazim terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Inovasi motif hias pada batik juga tidak menghilangkan bentuk aslinya. Misalnya, motif batik Luar Angkasa yang berasal dari kota Bandung, kemudian motif batik Sekar Awi Alit dari kota Cimahi, motif Pagi Sore Keluarga Bekasi, motif batik Pelung Areuy, motif batik Mamaos Maen Po Ngaos dari Cianjur hingga motif batik yang menampilkan alat-alat musik tradisional seperti motif batik Rereng Kacapi hingga motif Kacapi Suling yang berasal dari Cianjur.

Dalam hal ini, ternyata batik bermotif hias alat musik tradisional juga termasuk dalam motif hias pada batik yang berkembang. Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Pembuatan motif hias angklung pada batik merupakan salah satu cara peneliti untuk turut serta dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Batik dan angklung dikolaborasikan dalam satu karya yang mengandung dua unsur kebudayaan ini juga diharapkan menjadi salah satu cara peneliti untuk berkontribusi dalam mengangkat nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Indonesia.

Munculnya variasi motif hias pada batik membuktikan bahwa masyarakat di Indonesia semakin mencintai budayanya, baik dengan mengembangkan motif-motif yang sudah ada maupun menciptakan motif-motif baru yang desainnya disesuaikan dengan model masa kini. Dengan berkembangnya variasi motif batik yang ada dewasa ini, tentu akan menarik minat masyarakat dari segala usia untuk menggunakan kain batik, baik yang berfungsi sebagai pakaian, lukisan hingga benda interior.


(17)

2

Batik secara turun temurun pada umumnya dikenal oleh masyarakat luas dalam bentuk kain panjang yang kemudian difungsikan hanya sebagai pakaian saja. Namun, seiring berkembangnya waktu batik kini dapat dinikmati dalam dalam berbagai bentuk produk kesenian dan tetap memiliki nilai fungsional. Seperti tas, dompet, pernak-pernik mulai dari kalung hingga bandana serta tirai.

Tirai pada umumnya digunakan sebagai penutup jendela serta sebagai media tembus (filter) cahaya. Namun, pada kenyataannya tirai juga dapat berfungsi sebagai pemisah ruangan ataupun penutup pintu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995 hlm. 1061). Tirai batik juga sudah pernah diciptakan berikut dengan karya tulisnya. Hanya saja, pada karya ini tirai batik menggunakan motif hias kuda laut serta tirai yang berfungsi sebagai penutup jendela dengan gaya roman shade. Karya ini dibuat oleh Sugianto pada tahun 2008 dengan judul Motif Hias Stilasi Kuda Laut pada Gorden Model Roman Shade dengan Teknik Batik Tulis.

Batik bermotif angklung juga sudah pernah dibuat dan diproduksi oleh Rumah Batik Komar di jalan Cigadung Raya Timur I no. 5 Bandung. Desain angklung yang diperbanyak adalah hasil karya Susi Susyanti, pemenang lomba desain angklung dengan judul Bermain Angklung di atas Mega. Perlombaan tersebut adalah program kerjasama Saung Angklung Udjo (SAU) dengan Rumah Batik Komar dengan hasil akhir kain batik yang sudah diproduksi diaplikasikan pada seragam untuk SAU, samping serta bendo untuk SAU. Perlombaan tersebut diselenggarakan pada bulan Desember tahun 2014 lalu.

Gambar 1.1 Desain Batik Angklung Karya Susi Susyanti Sumber Gambar:

https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10154855406005241.1073741872.143949185240&ty pe=1 (diakses tanggal 29 juni 2015)


(18)

3

Karya yang akan dibuat oleh peneliti merupakan batik bermotif angklung memiliki bentuk berbeda, yakni stilasi angklung dibuat sedemikian rupa dengan teknik pemiuhan bentuk dengan unsur garis yang lebih menarik. Kemudian, peneliti menerapkan karya batik tersebut pada tirai sebagai penutup pintu (door curtain portiere) yang juga dapat berfungsi sebagai hiasan pintu kamar/elemen estetis.

Batik Bermotif Angklung pada Tirai Pintu (Door Curtain Portiere) merupakan inovasi dari pengembangan motif batik yang juga bertujuan untuk melestarikan budaya di Indonesia serta mewujudkan penampilan baru dari fungsi batik, yakni sebagai hiasan yang dibuat secara khusus sebagai penutup pintu dan sebagai penghias kamar. Tirai pintu biasanya terbuat dari bahan plastik, manik-manik, maupun kulit kerang. Peneliti ingin membuat tirai pintu yang unik, yakni menggunakan kain batik yang telah dikembangkan motifnya dan diterapkan pada tirai pintu.

Pemilihan angklung sebagai objek yang akan dijadikan sebagai motif batik diharapkan dapat menjadi pegangan moral bahwa sesuatu harus dilakukan secara seimbang sebagaimana harmoni yang tercipta saat angklung dibunyikan secara bersamaan.Selain itu, peneliti juga berharap dengan mengangkat angklung sebagai ide gagasan pembuatan motif batik dapat mengingatkan kita pada nilai-nilai kearifan lokal dan turut melestarikan kebudayaan yang berada di tatar Sunda. Sehingga generasi muda sekarang akan mengingat kembali dan mencari tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada fakta-fakta yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, identifikasi permasalahan yang dapat diuraikan ialah sebagai berikut:

1. Batik sebagai warisan budaya adiluhung di Indonesia yang telah diakui oleh dunia perlu dilestarikan keberadaannya.

2. Angklung sebagai alat musik khas Jawa Barat dapat dijadikan sebagai motif batik yang unik, karena sudah terlalu banyak batik bermotif hias flora, fauna, geometris dan figuratif.


(19)

4

3. Tirai pintu bermotif angklung sebagai elemen estetis yang secara visual terlihat setiap hari akan mengingatkan kita pada nilai-nilai budaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, terdapat tiga rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menciptakan motif angklung untuk tirai pintu?

2. Bagaimana visualisasi dari batik bermotif angklung pada tirai pintu?

D. Tujuan Penciptaan

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penciptaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan motif hias stilasi angklung;

2. Menerapkan proses penciptaan batik bermotif angklung pada tirai pintu; 3. Memvisualisasikan batik bermotif angklung pada tirai pintu.

E. Manfaat Penciptaan 1. Bagi Peneliti

Bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan motif angklung dan mengangkat nilai-nilai kearifan lokal yang divisualisasikan dalam berkarya batik tulis. Selain itu, peneliti juga dapat turut serta dalam mengembangkan dua unsur kearifan lokal dalam satu kesempatan, yakni angklung dan batik. 2. Bagi Jurusan

Bermanfaat dalam pengembangan motif batik yang telah distilasi dan dikembangkan dari bentuk angklung.

3. Bagi Masyarakat/Umum

Penciptaan ini bermanfaat untuk mengingatkan kembali pada masyarakat bahwa nilai-nilai kearifan lokal perlu kita jaga dan lestarikan.


(20)

5

4. Bagi Bidang Pendidikan

Bagi bidang pendidikan diharapkan memberikan ide baru bahwa penciptaan batik untuk tirai atau benda apapun dapat disederhanakan dengan memadukan batik dalam ukuran skala sentimeter dengan kain jenis lain.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pengantar karya Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini meliputi latar belakang penciptaan, rumusan masalah, tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, proses penciptaan dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Pada bab ini bagian yang tercantum ialah penjabaran kajian pustaka mengenai angklung, tirai pintu, batik serta unsur dan prinsip dasar visual seni rupa. Selain itu, peneliti juga mencantumkan tinjauan faktual mengenai angklung sebagai ide gagasan pembuatan motif batik serta gagasan awal penciptaan karya ini.

BAB III Metode dan Proses Penciptaan

Pada bab ini peneliti menjabarkan metode yang digunakan dalam penciptaan karya ini dilengkapi dengan proses penciptaan beserta dokumentasinya.

BAB IV Analisis Karya Hasil Penciptaan

Pada bab ini terdapat hasil deskripsi karya dan deskripsi proses pembuatan. Dalam bab ini juga terdapat analisis visual karya yang dikaitkan dengan kajian teori pada BAB II.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan jawaban terhadap tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan berupa poin-poin inti selama pengerjaan serta saran bagi hasil karya yang telah dibuat agar dapat bermanfaat bila ada penelitian lanjutan dengan tema serupa.


(21)

44

BAB III

METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan

Peneliti menggunakan metodologi Research-led Practice atau praktik yang dipandu dengan penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Murwanti dalam Seminar Nasional Pendidikan Seni, ‘Mencapai Pendidikan Seni Melalui Riset

Penciptaan Seni yang Ilmiah’:

...Praktik yang dipandu Penelitian adalah metodologi yang paling sering ditemukan di Indonesia, di mana peneliti – baik seniman, desainer, maupun kriyawan melakukan riset awal tentang subject matter, pasar, fungsi, maupun material sebelum melakukan praktik. Dalam praktik yang dipandu penelitian, praktik berfungsi sebagai instrumen... (Murwanti, 2014 hlm. 5) Metode yang digunakan oleh peneliti ialah metode penciptaan proposisional, yakni peneliti menawarkan alternatif karya maupun pemahaman seni yang sudah ada, tetapi penelitian ini juga menawarkan orisinalitas berupa karya yang mampu memberikan pengalaman baru bagi audiens. (Leonard dan Amborse, 2012 dalam Murwanti, tahun 2014 hlm. 7)

Sebelum menciptakan karya, peneliti melakukan riset terhadap pasar dan mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Teknik Studi Dokumen

Merupakan teknik pengumpulan data melalui laporan penelitian, foto dan gambar. 2. Teknik Angket (Kuesioner)

Merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan selera pasar dan berfungsi untuk menentukan pemilihan desain pembuatan karya. 3. Teknik Pengamatan/Observasi

Merupakan serangkaian pengamatan terhadap objek penelitian. Berikut merupakan uraian dari objek penciptaan mengenai stilasi dan bentuk angklung, tirai pintu serta minat remaja putri terhadap objek tersebut.

Selain itu, sebelum mencipta karya peneliti juga membuat bagan yang berisi tahapan penciptaan untuk mempermudah peneliti selama proses berkarya. Bagan ini juga berfungsi untuk membantu peneliti membuat karya secara sistematis


(22)

45

sehingga tahapan yang sudah maupun belum dilaksanakan dapat terlihat dengan jelas. Berikut merupakan bagan yang dirancang oleh peneliti:

Gambar 3.1 Kerangka Berkarya Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ide Awal Tirai Pintu

Angklung

Kelompok

Warna Desain Tirai

Stilasi Angklung

8 Pilihan 9 Pilihan

8 Pilihan

Penyebaran Angket Tirai Batik Bermotif Angklung

3 Desain Terpilih

3 Stilasi Terpilih 3 Warna Terpilih

Proses Penciptaan

Persiapan

Pembatikan

Finishing Batik

Penciptaan Tirai


(23)

46

B. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survai dan melalui instrumen kuesioner (angket). Hal ini ditujukan untuk mendapatkan pilihan terbanyak pada stilasi, kelompok warna serta desain tirai pintu sesuai dengan selera pasar remaja putri. Setelah hasil angket tersebut direkap, peneliti menjadikan rekapan tersebut sebagai acuan dalam membuat karya.

Angket ini diberikan kepada 100 siswi SMPN 1 Cimahi kelas 8 sebanyak 80 orang serta kelas 9 sebanyak 20 orang. Penyebaran angket dilaksanakan pada hari Jumat, 31 Juli 2015 pada pukul 09.00 sampai dengan 14.30 WIB dengan target remaja putri (siswi), yakni dari usia 13-15 tahun.

Usia tersebut dipilih karena sudah memasuki usia remaja awal dan pertengahan, sehingga sudah mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak, mengembangkan diri sebagai individu yang unik serta mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Selain itu, pada usia ini juga remaja sudah mampu membuat keputusan-keputusan sehingga jika diberikan sebuah pertanyaan, mereka mampu menjelaskan alasan secara rasional. (Agustiani, Tahun 2006 hlm. 29)

Berikut merupakan tiga pertanyaan inti yang diajukan oleh peneliti kepada responden:

1. Pilihlah tiga motif angklung yang telah distilasi serta tuliskan alasannya! 2. Pilihlah tiga kelompok warna yang cocok untuk motif angklung tersebut,

tuliskan alasannya!

3. Pilihlah tiga desain tirai pintu yang cocok untuk motif angklung tersebut, berikan pula alasannya!

Pilihan terbanyak dari stilasi, warna dan desain tirai pintu kemudian dipadukan dalam satu objek dan diterapkan pada karya batik tulis yang dibuat oleh peneliti. Hasil data survai kuesioner dapat dilihat pada lembar lampiran, sedangkan rekapan survai dapat dilihat pada BAB IV Pembahasan dan Visualisasi Karya.


(24)

47

C. Pembuatan Karya

Data yang telah terkumpul dan diolah kemudian dijadikan sebagai acuan oleh peneliti dalam proses pengerjaan karya.

1. Prosedur Penciptaan

a. Membuat Stilasi Angklung (merengga/menstilir)

Stilasi angklung dibuat dengan menggunakan aplikasi CorelDRAW X4 dengan tujuan mempermudah proses penjiplakan. Pola dapat dibuat sesuai dengan ukuran aslinya.

Gambar 3.2 Angklung Melodi Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi


(25)

48

b. Membuat komposisi warna

Stilasi Angklung 4

Stilasi Angklung 6 Stilasi Angklung 5

Stilasi Angklung 8 Stilasi Angklung 7


(26)

49

Gambar 3.4 Pilihan Warna ke-2

Gambar 3.5 Pilihan Warna ke-3 Gambar 3.3

Pilihan Warna ke-1

Gambar 3.8 Pilihan Warna ke-6 Gambar 3.7

Pilihan Warna ke-5 Gambar 3.6

Pilihan Warna ke-4

Gambar 3.11 Pilihan Warna ke-9 Gambar 3.9

Pilihan Warna ke-7

Gambar 3.10 Pilihan Warna ke-8


(27)

50

c. Membuat desain tirai

Gambar 3.13 Desain Tirai 2 Gambar 3.12

Desain Tirai 1

Gambar 3.15 Desain Tirai 4 Gambar 3.14

Desain Tirai 3

Gambar 3.17 Desain Tirai 6 Gambar 3.16

Desain Tirai 5

Gambar 3.19 Desain Tirai 8 Gambar 3.18


(28)

51

d. Desain Terpilih

Setelah stilasi, kelompok warna serta desain tirai terpilih melalui angket, peneliti membuat pengembangan dari ketiga unsur tersebut. Pengembangan yang dibuat adalah sebagai berikut:

Gambar 3.20 Desain Terpilih 1 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi


(29)

52

Gambar 3.21 Desain Terpilih 2 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.22 Desain Terpilih 3 Sumber Gambar: Dokumetasi Pribadi


(30)

53

2. Teknik dan Medium Penciptaan

Pada umumnya, proses pembuatan motif batik pada kain menggunakan teknik repeat atau pengulangan. Pengulangan motif tersebut dilakukan agar ketika pola dipindahkan pada kain yang berukuran lebih besar maka motif-motif tersebut tetap bersatu dan tersambung. Sedangkan, penciptaan motif batik pada karya ini memiliki perbedaan dengan batik pada umumnya. Motif yang dibuat dalam karya ini tidak menggunakan teknik repeat.

Selain itu, perbedaan yang terdapat pada karya ini dengan batik pada umumnya ialah penggunaan bahan. Terdapat bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan karya ini. Bahan-bahan tambahan tersebut yakni benang rajut berbahan katun, kain tile, kayu, serta kertas dupleks. Berikut merupakan rincian alat, bahan serta proses penciptaan:

a. Alat

Alat-alat yang digunakan oleh peneliti selama proses membatik adalah sebagai berikut:

1) Pensil

Pensil digunakan pada saat proses penjiplakan pola batik pada kain.

Gambar 3.23 Pensil yang digunakan Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

2) Kertas

Kertas merupakan stilasi angklung yang telah dicetak sesuai ukuran asli untuk mempermudah peneliti dalam menjiplak pola batik.


(31)

54

Gambar 3.24 Kertas hasil printing pola batik untuk peroses penjiplakan Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi

3) Gunting

Alat ini digunakan untuk menggunting kain sesuai ukuran yang telah ditentukan.

Gambar 3.25 Gunting yang digunakan saat memotong kain Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

4) Meja Jiplak

Meja kaca yang di bawahnya terdapat lampu peneliti gunakan saat menjiplak pola.

Gambar 3.26 Meja Jiplak Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi


(32)

55

5) Dingklik

Dingklik adalah bangku kecil yang digunakan oleh peneliti selama proses mencanting/pemalaman.

Gambar 3.27 dingklik yang digunakan oleh peneliti Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi

6) Canting

Canting tulis ialah alat yang digunakan oleh peneliti untuk menerapkan malam pada kain.

Gambar 3.28 Canting tulis yang digunakan Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi


(33)

56

7) Gawangan

Gawangan digunakan untuk menggantungkan kain selama proses nyanting dan nyolet.

Gambar 3.29 Gawangan Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

8) Kompor

Kompor berfungsi untuk memanaskan malam di atas wajan saat mencanting.

Gambar 3.30 Kompor minyak tanah Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

9) Wajan


(34)

57

Gambar 3.31 Wajan sebagai wadah untuk malam Sumber Gambar: dokumentasi pribadi

10) Kuas

Alat ini digunakan selama proses nyolet berlangsung. Bagian kain yang dicolet adalah permukaan yang bidang gambarnya kecil.

Gambar 3.32 Kuas yang digunakan pada proses nyolet Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi

11) Sarung Tangan Karet


(35)

58

Gambar 3.33 Sarung tangan karet Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

12) Ember

Ember berfungsi untuk menganji kain, pencelupan warna serta proses pembilasan kain.

Gambar 3.34 Ember


(36)

59

13) Celemek

Celemek digunakan oleh peneliti selama proses pengerjaan berlangsung.

Gambar 3.35 Celemek Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

14) Panci

Panci besar yang digunakan oleh peneliti berfungsi untuk mencuci kain dengan larutan teepol serta pada proses pelorodan.

Gambar 3.36 Panci


(37)

60

15) Gelas Ukur

Gelas ukur digunakan untuk menuangkan air dengan takaran yang tepat.

Gambar 3.37 Gelas ukur Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

b. Bahan

1) Kain Katun Dobby

Kain katun dobby adalah bahan utama yang digunakan dalam penciptaan karya sebelum menjadi kain batik.

Gambar 3.38 Kain Katun Dobby Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi


(38)

61

2) Tepung Tapioka/Kanji 3) Malam

Malam digunakan sebagai bahan perintang pada kain.

Gambar 3.39 malam batik Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

4) Pewarna Colet

Pewarna colet digunakan untuk mewarnai bidang kain yang kecil.

5) Pewarna Celup

Pewarna celup digunakan untuk memberi warna pada bidang kain yang lebih besar.

Gambar 3.41 Pewarna colet jenis procion setelah dilarutkan dalam

air Gambar 3.40 Pewarna colet jenis

procion sebelum dilarutkan dalam air


(39)

62

Gambar 3.42 Pewarna celup jenis naphtol Sumber gambar: dokumentasi pribadi

6) Soda Abu

Soda abu berfungsi untuk mempermudah proses pelorodan.

Gambar 3.43 soda abu Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi

7) Teepol (CH53) dan Hidrogen Peroksida (H2O2)

Teepol digunakan sebagai cairan pembasah kain agar daya serap kain terhadap warna menjadi lebih baik, sedangkan Hidrogen Peroksida digunakan untuk memutihkan kain.


(40)

63

8) Air

Air adalah bahan pelarut warna yang digunakan baik pada proses pencelupan maupun proses nyolet.

Gambar 3.46 Air sebagai pelarut Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

9) Kain tile

Kain ini digunakan sebagai renda yang membentuk draperi pada setiap bagian lingkaran tirai serta sebagai renda pada bagian rail tirai.

Gambar 3.44 Larutan Teepol Sumber Gambar: Dokumentasi

Pribadi

Gambar 3.45 Larutan Hidrogen Peroksida


(41)

64

Gambar 3.47 Kain tile Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

10) Kertas Dupleks

Gambar 3.48 Kertas Dupleks Sumber Gambar: dokumentasi pribadi

11) Benang Rajut

Benang rajut digunakan untuk tempat melekatnya butiran-butiran gambar pada tirai.

Gambar 3.49 Benang Rajut Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi


(42)

65

12) Kayu Penyangga

Gambar 3.50 Kayu penyangga untuk rail tirai Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

3. Proses Berkarya a. Menggunting kain

b. Mengetel dan Menganji kain

Gambar 3.51 Proses menganji kain Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.52 Proses mengetel kain Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi


(43)

66

c. Membuat pola

Gambar 3.53 Proses penjiplakan pada karya 1 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.54 Proses penjiplakan pada karya 2 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.55 Proses Penjiplakan pola pada karya 3 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi


(44)

67

d. Mencanting

Gambar 3.56 Proses pencantingan pada Karya 1 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.57 Proses Pencantingan pada Karya 2 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.58 Proses Pencantingan pada Karya 3 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi


(45)

68

e. Nyolet

Proses nyolet dilakukan untuk mewarnai bidang gambar yang kecil.

Gambar 3.59 Proses nyolet warna jingga dan krem pada karya 1 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.60 Proses nyolet warna coklat dan krem pada karya 2 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi


(46)

69

Gambar 3.61 Proses nyolet pada karya 3 dengan warna tosca dan krem Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

f. Ngabiron

Ngabiron adalah proses pemalaman yang dilakukan untuk menutup warna yang telah dicolet

g. Proses pencelupan kain

Pada proses pencelupan kain, peneliti mencelup sendiri pada karya 1 dan 3 dengan menggunakan naphtol (10 gram naphtol, 20 gram garam, 6 gram caustic soda dan TRO) yang dilarutkan dalam air. Sedangkan pada karya 2, peneliti menggunakan jasa pencelupan indigosol di Hasan Batik Bandung. Rumus dan kode pencelupan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rumus dan kode pencelupan pada karya 1, 2 dan 3 Sumber: Dokumentasi Pribadi

Karya ke- Jenis Pewarna Kode Pewar na Volume Zat Pelarut Jenis Pembangkit (gram) Warna yang Dihasilkan

1 Naphtol 10 gr

AS-G 3 gr TRO 6 gr 2 liter Air Panas 1 liter Air 20 gr Garam Merah B Cokelat


(47)

70

Causti c soda

Dingin

2 Indigosol 5 gr IR 600 ml Air panas 1,2 liter Air dingin

HCl 5 sdm

NaNO2 2

sdm

Air dingin 3 liter

Magenta/pi nk

3 Naphtol 10 gr

AS-BO 3 gr TRO 6 gr Causti c soda 2 liter Air Panas 1 liter Air Dingin

20 gram Garam Violet B

Ungu

Gambar 3.62 Karya 1 setelah dicelup dengan warna cokelat Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi


(48)

71

Gambar 3.63 Proses pencelupan karya ke-2 dengan warna magenta Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.64 Karya 3 setelah dicelup dengan warna ungu Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi


(49)

72

h. Proses pelorodan

Proses pelorodan dilakukan untuk melepaskan malam pada kain dengan cara direbus dengan air dan soda abu. Resep yang peneliti gunakan adalah 3 sendok teh soda abu, 10 liter air untuk ½ meter kain.

Gambar 3.65 Proses Pelorodan Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

i. Pembuatan Tirai

Setelah kain dilorod hingga benar-benar bersih kemudian dikeringkan, tahapan selanjutnya ialah pembuatan tirai. Pembuatan tirai mengacu pada desain terpilih yang sudah tertera pada poin d (lihat hlm.48).

j. Tahapan Penyelesaian (Finishing)

Setelah tirai selesai dibuat, tahapan selanjutnya adalah menggantungkan tirai. Tirai pintu nan cantik bergantung menghiasi pintu kamar.


(50)

131

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Batik bermotif angklung dibuat setelah adanya berbagai tahapan pengolahan motif. Dalam karya ini, motif batik diciptakan dengan teknik merengga dan unsur garis yang dominan muncul pada motif angklung di setiap karya ialah unsur garis lengkung dan garis lurus.

Motif angklung dapat dikembangakan kembali menjadi bentuk-bentuk yang lebih kreatif dan dekoratif dengan permainan unsur titik, garis dan bidang. Bahkan, selain motif angklung pembuatan motif-motif dari objek lain dapat lebih berkembang dengan mengangkat tema kearifan lokal yang dapat diangkat dari setiap daerah di Indonesia yang memiliki ciri khas.

Batik bermotif angklung yang diterapkan pada tirai pintu memiliki proses pengerjaan dalam jangka waktu cukup lama. Waktu pembuatan yang dibutuhkan dalam penyelesaian karya tersebut ialah kurang lebih selama tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut juga termasuk proses-proses yang mengalami kegagalan dan pengulangan pembuatan karya.

Batik bermotif angklung memang cocok diterapkan pada tirai pintu. Paduan warna yang ceria pada karya tersebut melambangkan semangat jiwa muda sesuai dengan rentang usia responden yang memilih, yakni 13-15 tahun yang masih menggebu. Namun, dibalik kesesuaiannya, karya ini juga tentu memiliki kekurangan, yakni biaya pembuatan yang mahal sehingga jika dipasarkan harga jual akan mahal dan tidak sebanding dengan pasar yang tidak terlalu luas dalam rentang usia remaja.

Secara visual, unsur-unsur seni rupa yang paling sering muncul dan mendominasi karya ialah unsur bentuk, arah, warna dan tekstur. Sedangkan prinsip yang utama muncul ialah irama, keseimbangan, proporsi serta kejelasan. Ketiga karya tersebut telah memiliki semua unsur dan prinsip dasar seni rupa yang menjadikan karya tersebut mudah untuk dianalisis serta dilihat dengan jelas.


(51)

132

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI

a. Cara mendapatkan ide untuk mendapatkan objek gambar selain dengan melihat secara langsung, gambar, karya orang lain melalui majalah atau katalog ialah dapat menemukannya dengan cara sendiri;

b. Setiap daerah memiliki ciri khas kesenian dan kebudayaan yang dapat diangkat temanya dalam melestarikan nilai kearifan lokal;

c. Bagi peneliti selanjutnya, bila ingin membatik pada media kain katun dobby ataupun kain yang memiliki tekstur kasar, per lu kesabaran serta keterampilan dalam menerapkan malam di atas kain, karena tekstur yang kasar membuat lilin terkadang tidak tembus pada bagian belakang. Kain katun dobby lebih sulit dicanting dibandingkan dengan kain katun mori prima dan primissima;

2. Bagi Masyarakat Umum

Agar selalu mewariskan budaya di negara Indonesia agar tidak terjadi kepunahan budaya. Selain itu, nilai-nilai kearifan lokal juga perlu lebih dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Bidang Pendidikan

Batik dengan berbagai motif dapat dipelajari dalam bidang pendidikan, khususnya batik yang diterapkan pada tirai pintu. Dalam bidang pendidikan, penciptaan batik untuk tirai dapat disederhanakan dengan memadukan batik dalam ukuran skala sentimeter dengan kain jenis lain.


(52)

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

Daftar Pustaka Sumber Buku:

Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.

Andarini & Adjie. (2012). 25 Inspirasi Tirai Cantik Paling Favorit untuk Semua Jenis dan Tipe Rumah. Depok: Pustaka Makmur.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hampshire, M. & Stephenson, K. (2006). Communicating with Pattern Circles and Dots.

Hamzuri. (1994). Batik Klasik. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Hurlock, E. (1994). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Isyanti. (2003). Sistem Pengetahuan Kerajinan Tradisional: tenun Gedhog di Tuban, Propinsi Jawa Timur. Yogyakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Julianita, N. (1996). Batik nan Cantik. Bandung: Museum Negeri Propinsi Jawa Barat

Kudiya, K, dkk. (2013). Buku Batik Jawa Barat Jilid III. Bandung: Yayasan Batik Jawa Barat.

Paine, M. (1987). Fabric Magic. New York: Pantheon Books.

Rosso & Nurafni. (2008). Pesona Batik Warna Alam. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.

Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara: kajian khusus tentang ornamen Indonesia. Semarang: Dahara Prize.

Susanto, S. (1973). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan.

Susanto, S. (1984). Seni Teknologi Kerajinan Batik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Utoro & BA. (1979). Pola-pola Batik dan Pewarnaan untuk SMK. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wiramihardja, O. (2010). Panduan Bermain Angklung. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan.


(53)

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

Wulandari, A. (2011). Batik Nusantara: Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan Industri Batik. Yogyakarta: Andi Offset.

Sumber Jurnal:

Murwanti, A. (2014). Mencapai Pendidikan Seni Indonesia Melalui Riset

Penciptaan Seni yang Ilmiah. Orientasi Pendidikan Seni dalam

Membangun Mental dan Budaya Kreatif, hlm. 5.

Sobandi, B. (2010). Alam sebagai Sumber Penciptaan Karya Batik. Ritme: Jurnal Seni dan Pengajarannya, 3(9), hlm. 21-31.

Sumber Katalog:

(2012). Stegbar: windows and doors standard sizes version six. Pdf file: tidak diterbitkan.

Sumber Gambar:

Kudiya, Komarudin, dkk. (2013). Buku Batik Jawa Barat Jilid III. Bandung: Yayasan Batik Jawa Barat.

Rosso & Nurafni. (2008). Pesona Batik Warna Alam. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.

Wiramihardja, O. (2010). Panduan Bermain Angklung. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan. Majalah Gadis Edisi 23 Maret-1 April 2007

Dokumentasi Pribadi.

Sumber Skripsi:

Sugianto, V. (2008). Motif Hias Stilasi Kuda Laut pada Gorden Model Roman Shade dnegan Teknik Batik Tulis. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Cahyani. (2008). Bed Cover Batik: eksplorasi motif stilasi bunga krisan. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Internet:

(2015, 7 Juni). Diakses dari http://www.tukangangklung.com/2011/05/teori-dasar-tentang-nada-diatonis-atau.html


(54)

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

(2015, 29 Juni ). Diakses dari

https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10154855406005241.1073741 872.143949185240&type=1

(2015, 2 September). Diakses dari

http://tokobojonegoro.com/wp-content/uploads/2013/08/KOMPOR-CANTHING-1-SET.jpg (2015, 8 September). Diakses dari

http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/images/stories/fgallery/20120212155 41425.jpg

(2015, 8 September). Diakses dari

http://i1206.photobucket.com/albums/bb453/donny221/P2176359.jpg

http://i00.i.aliimg.com/wsphoto/v0/959347164/Romantic-wall-stickers-bead-font-b-curtain-b-font-waistline-stickers-bedroom-door-kitchen-cabinet-set.jpg http://www.souvenir.iap-m.com/2014/02/tirai-flanel.html

http://www.iscst.org/pages/ISCSTConf/ISCST2008/Session2/Becerra_ISCST08.p df


(1)

72

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

UniversitasPendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

h. Proses pelorodan

Proses pelorodan dilakukan untuk melepaskan malam pada kain dengan cara direbus dengan air dan soda abu. Resep yang peneliti gunakan adalah 3 sendok teh soda abu, 10 liter air untuk ½ meter kain.

Gambar 3.65 Proses Pelorodan Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

i. Pembuatan Tirai

Setelah kain dilorod hingga benar-benar bersih kemudian dikeringkan, tahapan selanjutnya ialah pembuatan tirai. Pembuatan tirai mengacu pada desain terpilih yang sudah tertera pada poin d (lihat hlm.48).

j. Tahapan Penyelesaian (Finishing)

Setelah tirai selesai dibuat, tahapan selanjutnya adalah menggantungkan tirai. Tirai pintu nan cantik bergantung menghiasi pintu kamar.


(2)

131

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

UniversitasPendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Batik bermotif angklung dibuat setelah adanya berbagai tahapan pengolahan motif. Dalam karya ini, motif batik diciptakan dengan teknik merengga dan unsur garis yang dominan muncul pada motif angklung di setiap karya ialah unsur garis lengkung dan garis lurus.

Motif angklung dapat dikembangakan kembali menjadi bentuk-bentuk yang lebih kreatif dan dekoratif dengan permainan unsur titik, garis dan bidang. Bahkan, selain motif angklung pembuatan motif-motif dari objek lain dapat lebih berkembang dengan mengangkat tema kearifan lokal yang dapat diangkat dari setiap daerah di Indonesia yang memiliki ciri khas.

Batik bermotif angklung yang diterapkan pada tirai pintu memiliki proses pengerjaan dalam jangka waktu cukup lama. Waktu pembuatan yang dibutuhkan dalam penyelesaian karya tersebut ialah kurang lebih selama tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut juga termasuk proses-proses yang mengalami kegagalan dan pengulangan pembuatan karya.

Batik bermotif angklung memang cocok diterapkan pada tirai pintu. Paduan warna yang ceria pada karya tersebut melambangkan semangat jiwa muda sesuai dengan rentang usia responden yang memilih, yakni 13-15 tahun yang masih menggebu. Namun, dibalik kesesuaiannya, karya ini juga tentu memiliki kekurangan, yakni biaya pembuatan yang mahal sehingga jika dipasarkan harga jual akan mahal dan tidak sebanding dengan pasar yang tidak terlalu luas dalam rentang usia remaja.

Secara visual, unsur-unsur seni rupa yang paling sering muncul dan mendominasi karya ialah unsur bentuk, arah, warna dan tekstur. Sedangkan prinsip yang utama muncul ialah irama, keseimbangan, proporsi serta kejelasan. Ketiga karya tersebut telah memiliki semua unsur dan prinsip dasar seni rupa yang menjadikan karya tersebut mudah untuk dianalisis serta dilihat dengan jelas.


(3)

132

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

UniversitasPendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI

a. Cara mendapatkan ide untuk mendapatkan objek gambar selain dengan melihat secara langsung, gambar, karya orang lain melalui majalah atau katalog ialah dapat menemukannya dengan cara sendiri;

b. Setiap daerah memiliki ciri khas kesenian dan kebudayaan yang dapat diangkat temanya dalam melestarikan nilai kearifan lokal;

c. Bagi peneliti selanjutnya, bila ingin membatik pada media kain katun dobby ataupun kain yang memiliki tekstur kasar, per lu kesabaran serta keterampilan dalam menerapkan malam di atas kain, karena tekstur yang kasar membuat lilin terkadang tidak tembus pada bagian belakang. Kain katun dobby lebih sulit dicanting dibandingkan dengan kain katun mori prima dan primissima;

2. Bagi Masyarakat Umum

Agar selalu mewariskan budaya di negara Indonesia agar tidak terjadi kepunahan budaya. Selain itu, nilai-nilai kearifan lokal juga perlu lebih dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Bidang Pendidikan

Batik dengan berbagai motif dapat dipelajari dalam bidang pendidikan, khususnya batik yang diterapkan pada tirai pintu. Dalam bidang pendidikan, penciptaan batik untuk tirai dapat disederhanakan dengan memadukan batik dalam ukuran skala sentimeter dengan kain jenis lain.


(4)

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

UniversitasPendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

133

Daftar Pustaka Sumber Buku:

Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.

Andarini & Adjie. (2012). 25 Inspirasi Tirai Cantik Paling Favorit untuk Semua Jenis dan Tipe Rumah. Depok: Pustaka Makmur.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hampshire, M. & Stephenson, K. (2006). Communicating with Pattern Circles and Dots.

Hamzuri. (1994). Batik Klasik. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Hurlock, E. (1994). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Isyanti. (2003). Sistem Pengetahuan Kerajinan Tradisional: tenun Gedhog di Tuban, Propinsi Jawa Timur. Yogyakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Julianita, N. (1996). Batik nan Cantik. Bandung: Museum Negeri Propinsi Jawa Barat

Kudiya, K, dkk. (2013). Buku Batik Jawa Barat Jilid III. Bandung: Yayasan Batik Jawa Barat.

Paine, M. (1987). Fabric Magic. New York: Pantheon Books.

Rosso & Nurafni. (2008). Pesona Batik Warna Alam. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.

Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara: kajian khusus tentang ornamen Indonesia. Semarang: Dahara Prize.

Susanto, S. (1973). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan.

Susanto, S. (1984). Seni Teknologi Kerajinan Batik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Utoro & BA. (1979). Pola-pola Batik dan Pewarnaan untuk SMK. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wiramihardja, O. (2010). Panduan Bermain Angklung. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan.


(5)

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

UniversitasPendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

134

Wulandari, A. (2011). Batik Nusantara: Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan Industri Batik. Yogyakarta: Andi Offset.

Sumber Jurnal:

Murwanti, A. (2014). Mencapai Pendidikan Seni Indonesia Melalui Riset

Penciptaan Seni yang Ilmiah. Orientasi Pendidikan Seni dalam

Membangun Mental dan Budaya Kreatif, hlm. 5.

Sobandi, B. (2010). Alam sebagai Sumber Penciptaan Karya Batik. Ritme: Jurnal Seni dan Pengajarannya, 3(9), hlm. 21-31.

Sumber Katalog:

(2012). Stegbar: windows and doors standard sizes version six. Pdf file: tidak diterbitkan.

Sumber Gambar:

Kudiya, Komarudin, dkk. (2013). Buku Batik Jawa Barat Jilid III. Bandung: Yayasan Batik Jawa Barat.

Rosso & Nurafni. (2008). Pesona Batik Warna Alam. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.

Wiramihardja, O. (2010). Panduan Bermain Angklung. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan. Majalah Gadis Edisi 23 Maret-1 April 2007

Dokumentasi Pribadi.

Sumber Skripsi:

Sugianto, V. (2008). Motif Hias Stilasi Kuda Laut pada Gorden Model Roman Shade dnegan Teknik Batik Tulis. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Cahyani. (2008). Bed Cover Batik: eksplorasi motif stilasi bunga krisan. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Internet:

(2015, 7 Juni). Diakses dari http://www.tukangangklung.com/2011/05/teori-dasar-tentang-nada-diatonis-atau.html


(6)

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

UniversitasPendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

135

(2015, 29 Juni ). Diakses dari

https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10154855406005241.1073741 872.143949185240&type=1

(2015, 2 September). Diakses dari http://tokobojonegoro.com/wp-content/uploads/2013/08/KOMPOR-CANTHING-1-SET.jpg

(2015, 8 September). Diakses dari

http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/images/stories/fgallery/20120212155 41425.jpg

(2015, 8 September). Diakses dari

http://i1206.photobucket.com/albums/bb453/donny221/P2176359.jpg

http://i00.i.aliimg.com/wsphoto/v0/959347164/Romantic-wall-stickers-bead-font-b-curtain-b-font-waistline-stickers-bedroom-door-kitchen-cabinet-set.jpg http://www.souvenir.iap-m.com/2014/02/tirai-flanel.html

http://www.iscst.org/pages/ISCSTConf/ISCST2008/Session2/Becerra_ISCST08.p df