dari 4 anggota keluarga, yaitu Ibu Ni Wayan Astiti sendiri sebagai kepala keluarga, 2 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan.
Keluarga dari Ibu Ni Wayan Astiti ini dapat dikatakan sebagai salah satu keluarga pra-sejahtera karena dilihat dari segi perekonomian keluarga yang hanya
ditopang dari penghasilan Ibu Ni Wayan Astiti dan putera pertama sangat tergolong “pas-pas’an” untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan tak jarang mereka
harus berhutang jika ada keperluan mendesak. Ibu Ni Wayan Astiti harus menanggung seorang anak yang masih bersekolah di tingkat SMP selain itu juga
harus merelakan putra bungsunya untuk tidak dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP karena ketiadaan biaya pendidikan.
Ibu Ni Wayan Astiti bersama 3 orang anak tinggal dalam sebuah rumah yang berukuran 7x4 meter atau 28 m
2
, dengan 1 kamar tidur, 1 dapur, 1 ruang tamu dan 1 kamar mandi. Keadaan ini cukup miris juga keadaan lantai rumah yang masih
beralaskan tanah cukup membuat keadaan rumah berdebu dan kotor sehingga dapat mengganggu kesehatan. Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak
memperparah keadaan rumah keluarga tersebut.
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan
Ekonomi keluarga dampingan merupakan salah satu indikator dari standar tingkat kesejahteraan keluarga yang bersangkutan. Pengukuran tingkat kesejahteraan
bertujuan untuk melihat dan mengidentifikasi sumber penghasilan keluarga dampingan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Pada aspek ekonomi
keluarga dampingan akan dibahas beberapa indikator utama sirkulasi dana dari keluarga dampingan yakni pendapatan keluarga sebagai sumber pemasukan serta
pengeluaran sebagai hasil atas penggunaan dana yang didapatkan oleh keluarga dampingan yang bersangkutan yang dalam hal ini adalah keluarga Ibu Ni Wayan
Astiti.
1.2.1 Pendapatan Keluarga
Keluarga Ibu Ni Wayan Astiti merupakan salah satu keluarga pra-sejahtera yang bertempat tinggal di Banjar Bantang, Desa Bantang. Ibu Ni Wayan Astiti hanya
dapat mengenyam pendidikan hingga sekolah dasar, namun itupun tidak tamat sehingga sangat susah untuk mencari pekerjaan yang layak. Keluarga ini pun juga
tidak memiliki lahan milik sendiri untuk dijadikan kebun sehingga tidak dapat meringankan beban ekonomi keluarga.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ibu Ni Wayan Astiti bekerja serabutan dengan pendapatan yang tidak menentu. Terkadang beliau mendapat
penghasilan kira-kira Rp. 50.000,00 per hari tergantung pekerjaan yang diambil. Waktu kerja yang dibutuhkan pun tidak menentu sesuai dengan pekerjaan yang
diambil. Meskipun putra beliau sudah bekerja, namun pendapatannya tidak bisa membantu terlalu banyak. Pendapatan putra Ibu Ni Wayan Astiti per hari hanya
sekitar Rp. 50.000,00, dan itupun juga terpotong dengan biaya keperluan sehari-hari putra Ibu Ni Wayan Astiti. Hal ini dikarenakan putra Ibu I Ni Wayan Astiti hanya
bekerja sebagai buruh pabrik kayu
1.2.2 Pengeluaran Keluarga
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sudah tentu Ibu Ni Wayan Astiti harus mengatur pengeluaran rumah tangga seperti untuk konsumsi, kesehatan, sosial dan
lain – lain.
Adapun rincian dari berbagai keperluan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Kebutuhan sehari
– hari Konsumsi Perincian untuk kebutuhan sehari-hari keluarga Ibu Ni Wayan Astiti dalam
sebulan adalah sebagai berikut : Belanja per-hari : Rp 35.000,00 x 30 hari = Rp 1.050.000,00
Untuk biaya MCK tidak dianggarkan tergantung keperluan. b. Kesehatan
Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting karena sangat mempengaruhi produktivitas seseorang. Hal ini juga sangat diperhatikan oleh