Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Program Taman Anak Sholeh (Tas) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (Lazim) Jakarta

PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK PROGRAM
TAMAN ANAK SHOLEH (TAS) LEMBAGA AMIL ZAKAT
INSAN MULIA (LAZIM) JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

ENENG HERAWATI
NIM 109053000058

KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H /2013 M

PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK PROGRAM
TAMAN ANAK SHOLEH (TAS) LEMBAGA AMIL ZAKAT
INSAN MULIA (LAZIM) JAKARTA
Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Eneng Herawati
NIM: 109053000058
Di Bawah Bimbingan

Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA
NIP: 196606051994031005

KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1434 H

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya sendiri yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana I (SI)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bekasi,01 Mei 2013

Eneng Herawati

PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Program Taman Anak
Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta telah
diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa 28 Mei 2013 skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi
Islam (S.Kom.I) pada Konsentrasi Manajemen ZISWAF Jurusan Manajemen

Dakwah.
Jakarta 28 Mei 2013
Sidang Munaqosah
Ketua Merangkap Anggota,

Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. H. Mahmud Jalal, M.A

H. Mulkanasir, BA., S.Pd, M.M

NIP.195204221981031002

NIP.195501011983021001
Anggota,

Penguji I

Penguji II


Drs. H. Mahmud Jalal, M.A

Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., M.M

NIP.195204221981031002

NIP.196708181998031002
Pembimbing,

Drs. H. Hassanuddin Ibnu Hibban,
NIP.106606051994031005

ABSTRAK
Eneng Herawati
Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Program Taman Anak Sholeh (TAS)
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan sumberdaya manusia, jenis pendidikan
secara umum ada du yaitu pendidikan formal dan nonformal. Pendayagunaan dana

zakat untuk pendidikan nonformal seperti program Taman Anak Sholeh (TAS)
akan memberikan manfaat yang besar bagi mustahik yang membutuhkan. Jika
manajemen pendayagunaannya sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui bagaimana
manajemen
pendayagunaan dana zakat untuk program Taman Anak Sholeh (TAS) serta
kontribusi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta terhadap program
tersebut. Penelitian ini menggunkan metode kualitatif deskriptif, yaitu data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan laporan penelitian akan bersifat
kutipan-kutipan atau member gambaran penyajian laporan dengan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian pendayagunaan dana zakat untuk program TAS
LAZIM Jakarta ditinjau dari manajemen pendayaguaan dana zakat masih belum
bisa dikatakan berhasil karena beberapa faktor, diantaranya minimnya dana yang
disalurkan untuk program TAS. Sebagai contoh kontribusinya berupa bantuan
SPP gratis untuk 30 orang peserta didik, bantuan gaji guru atau relawan sebesar
Rp.600.000 untuk empat orang perbulannya selain itu mereka juga mendapat
training, bantuan sarana prasarana diawal program sebesar Rp.3.000.000 untuk
membeli karpet, meja lipat, buku-buku, juz ama, Iqro, Al-Quran, perlengkapan
alat tulis, buku pemantau kegiatan dan lain sebagainya. Total bantuan perbulannya

kurang lebih Rp.1.000.000 untuk operasional. Sedangkan jika diakumulasikan
dana yang sudah didistribusikan LAZIM untuk Program TAS kurang lebih sekitar
Rp.40.000.000.
Kata Kunci : Pendayagunaan, Dana Zakat, dan Pendidikan

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan ke haribaan Allah SWT Tuhan
Penguasa Alam Semesta, dan dengan limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah menyelamatkan kita
semua dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang yakni Din Al-Islam.
Penyusunan sekripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir
perkuliahan sebagai wujud dari partisipasi serta persiapan penulis dalam
mengembangkan diri untuk mengaktualisasikan ilmu pengetahuan yang telah
penulis peroleh selama menimba ilmu pengetahuan dibangku perkuliahan
sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pada

masyarakat umumnya.
Bab demi bab terselesaikan sudah dalam sebuah bentuk karya ilmiah
skripsi yang Insya Allah berguna untuk penulisan dan orang lain nantinya.
Halangan dan rintangan dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan
para dosen maupun pengajar lain yang memiliki intensitas ilmu di bidang
kelembagaan, khususnya dalam bidang pendayagunaan zakat. Penulis merasa
bahwasanya terselesaikannya penulisan sekripsi ini banyak dibantu oleh banyak
orang yang selalu berhubungan langsung maupun tidak langsung kepada penulis,
dan hanya ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka semua,
diantaranya:

ii

1. Orang tua penulis, Ayahanda Didin Tahrudin dan Ibunda Kartika serta
Kakak tercinta Deden Mulyana tidak lupa sang Adik Rena Restiana.
2. DR. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fak. Ilmu Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
4. H. Mulkanasir B.A, S.Pd, M.M, selaku sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah

5. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan perhatian bimbingan serta pengarahan, sehingga
sekripsi ini bisa cepat terselesaikan.
6. Ketua penguji beserta anggota penguji yang telah menguji dan
memberikan pengarahan perbaikan untuk skripsi ini.
7. Segenap pengurus LAZIM Jakarta, yang telah membantu penulis,
khususnya direktur LAZIM Bapak Nurohman beserta Ibu Rini selaku
Pembimbing untuk Program Taman Anak Sholeh.
8. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, yang telah membantu dalam menyediakan sumber-sumber
pustaka selama penulis merampungkan skripsi ini.
9. Teman-teman MD dan MHU yang selalu memberikan semangat dan
motivasi.
10. Orang tua asuh yang tercinta Ibu Eti Maryati, ST. dan Bapak Bambang
Haryadi

iii

Akhirnya hanya kepada Allah jualah kami berserah diri dan mudahmudahan skripsi ini bermanfaat. Meskipun penulis menyadari masih banyak
terdapat kelemahan dan kekurangan, karena kesempurnaannya hanya milik Allah

SWT.
Bekasi, 01 Mei 2013

Penulis

iv

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK .....................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ...................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................


iii

BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah .........................................................................

1

B.

Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .........................................

4

C.

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ..............................................

4


D.

Tinjauan Pustaka .....................................................................................

6

E.

Metodologi Penelitian .............................................................................

6

F.

Sistematika Penelitian .............................................................................

9

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA
ZAKAT DAN PENDIDIKAN
A.

Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat untuk Bidang Pendidikan
1.

Pengertian ......................................................................................

11

2.

Dalil AL-Quran dan Hadits tentang Pendayagunaan Zakat ..........

12

3.

Sumber Dana Zakat .......................................................................

15

4.

Pandangan Imam Madzhab dan Ulama Kontemporer tentang
Pendayagunaan Zakat ....................................................................

B.

22

Aspek Manajemen Pendayagunaan Zakat
1.

Pengertian ......................................................................................

30

2.

Kegiatan Manajemen.....................................................................

34

a.

Perencanaan............................................................................

34

b.

Pengorganisasian ....................................................................

37

c.

Pelaksanaan ............................................................................

38

d.

Pengawasan ............................................................................

40

v

C.

Pemberdayaan Bidang Pendidikan
1.

Pengertian ......................................................................................

40

2.

Unsur-unsur Pendidikan ................................................................

42

3.

Pemberdayaan Bidang Pendidikan ................................................

47

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PROGRAM TAMAN ANAK
SHOLEH (TAS)
A.

Sejarah Berdirinya Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta dan
Program Taman Anak Sholeh (TAS) .....................................................

48

B.

Visi dan Misi Program Taman Anak Sholeh (TAS) ...............................

52

C.

Struktur Organisasi Program Taman Anak Sholeh (TAS) .....................

53

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT PADA BIDANG
PENDIDIKAN
A.

B.

Manajemen Pendayagunaan Dana Zakat untuk Program Taman Anak
Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta ........

53

1.

Perencanaan ...................................................................................

54

2.

Pengorganisasian ...........................................................................

56

3.

Pelaksanaan ...................................................................................

58

4.

Controling dan Evaluasi ................................................................

62

Kontribusi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta terhadap
Program Taman Anak Sholeh (TAS)

C.

1.

Bantuan Biaya SPP........................................................................

62

2.

Bantuan Sarana dan Prasarana ......................................................

64

3.

Bantuan Gaji Guru ........................................................................

66

4.

Pelatihan untuk Guru……………………………………………

67

Analisis Manajemen Pendayagunaan Dana Zakat dan Kontribusi Lembaga
Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta untuk Program Taman Anak
Sholeh (TAS) ..........................................................................................

vi

68

BAB V PENUTUP
A.

Kesimpulan .............................................................................................

71

B.

Saran .......................................................................................................

72

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

73

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat dan pendayagunaannya membutuhkan manajemen yang baik, agar
bukan hanya bernilai ibadah tapi juga bisa memberikan manfaat yang optimal
untuk mustahiq. Ajaran zakat pada masa-masa perkembangan Islam bukan hanya
merupakan perwujudan dari ketaatan perintah

Allah dan Rosulnya sekaligus

menjadi kekuatan sosial yang berfungsi memperkokoh bangunan kebersamaan
diantara sesama umat muslim. Jika pada masa Nabi zakat diperuntukkan bagi
fakir miskin, yatim piatu, termasuk janda-janda sholihah yang ditinggal suaminya
karena gugur di medan perang. Sejalan dengan berkemkembangnya masyarakat
muslim dari waktu ke waktu, pelaksanaan ajaran zakatpun menghadapi
permasalahan yang tidak ada pada masa Nabi dan para sahabatnya. Seorang
pemikir Islam kontemporer, Yusuf Qardawi, merumuskan berbagai rumusan
fiqhyah dalam zakat. Berbagai telaah menyebutkan bahwa untuk memelihara
tujuan disyariatkannya zakat diperlukan ijtihad-ijtihad sosial yang memberikan
efek produktif bagi kemaslahatan umat.1 Dengan alasan tersebut pendayagunaan
sekarang ini memfokuskan pada lima program utama yaitu program ekonomi,
program sosial, program kesehatan, program dakwah dan program pendidikan,
kelima program tersebut memang penting untuk kemaslahatan umat islam.
Pendayagunaan dana zakat selama ini lebih cenderung dialokasikan pada
program ekonomi, program sosial, program kesehatan, dan program dakwah.

Dikutip dari Kata Pengantar Penasehat Syari’ah Baitul Maal Pupuk Kujang KH. DR.
Miftah Faridl
1

2

Sedangkan pendidikan yang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
proses kehidupan seolah dipandang “sebelah mata” karena pendayagunaan zakat
melalui program pendidikan tidak bisa secara instan merubah mustahiq menjadi
muzakki. Padahal pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam
menunjang kehidupan bangsa dimasa depan, melalui pendidikan manusia sebagai
subjek pembangunan dapat dididik, dibina, dan dikembangkan potensipotensinya, bahkan dari usia dini sekalipun. Intinya pendidikan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan dan kesejahteraan manusia.
Pendayagunaan dana zakat untuk program pendidikan secara umum
terbagi dua yaitu pendidikan yang bersifat formal dan nonformal. Formal, bentuk
pendayagunaannya seperti beasiswa, renovasi bangunan sekolah TK, SD, SMP
sampai SMA, ada juga yang melengkapi sarana prasarana mengajar dan lain
sebagainya. Nonformal, membuat perpustakaan umum, mendirikan sekolah
agama untuk melengkapi pendidikan formal, menggaji guru honorer, dan lain
sebagainya.
Pendidikan merupakan sebuah proses transformasi masyarakat dari
kebodohan menuju kecerdasan. Pendidikan adalah proses perubahan masyarakat
dari ketidakmampuan menjadi keahlian. Sekaligus pendidikan adalah sarana
mengubah kemalasan menjadi kesadaran oleh karena itu pendidikan menjadi
fondasi yang penting dalam perubahan masyarakat menuju kesejahteraan.
Sehingga

pendidikan

harus

mendapatkan

prioritas

yang

tinggi

dalam

pembangunan.2
Selain itu, dengan pendidikan diharapkan mampu menciptakan sumber
2

Muhamad Zaenudin, Pendayagunaan Zakat Lembaga Amil Zakat Portalinfaq Untuk
Pendidikan Anak Pemulung Di Bantar Gebang Bekasi, 2010, h.5

3

daya manusia yang berkualitas dan berwawasan serta membentuk peradaban
manusia yang bermartabat dan juga baik (sholeh). Namun pendidikan di Indonesia
sekarang ini seolah tidak pernah surut dari permasalahan seperti minimnya biaya,
sarana prasarana dan lain-lain.
Adanya pendayagunaan dana zakat diharapkan mampu meminimalisir
permasalahan pendidikan tersebut. Agar pendayagunaan ini sesuai dengan
harapan maka harus ada sebuah lembaga amil zakat yang peduli terhadap
pendayagunaan yang bersifat pemberdayaan, khususnya pemberdayaan dana zakat
pada sektor pendidikan dengan tidak melupakan aspek fiqh dan manajemen
pendayagunaan zakat agar sesuai dengan syariat Islam.
Di antara salah satu Lembaga Amil Zakat yang melakukan gebrakan baru
dalam mengembangkan pemberdayaan zakat dalam rangka memberdayakan
mustahiq adalah Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta. Keunikan
dari LAZIM adalah pendayagunaannya yang fokus pada pendayagunaan yang
bersifat kreatif (empowering atau pemberdayaan masyarakat).
Salah satu program pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta adalah membuat program Taman Anak
Soleh. Seperti yang sudah dikemukakan di atas kata kunci dari berhasil atau
tidaknya lembaga tersebut memberdayakan mustahiq melalui program itu adalah
terlahirnya generasi yang soleh. Maka harus ada sebuah penelitian secara ilmiah
agar bisa mengklasifikasikan unsur-unsur pendidikan apa saja yang menjadi
objek pendayagunaan zakat pada sektor pendidikan itu sendiri. Dengan alasan
tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pendayagunaan
Dana Zakat untuk Program Taman Anak Soleh (TAS) Lembaga Amil Zakat
Insan Mulia (LAZIM) Jakarta.

4

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu meluas dan keluar dari tema
persoalan, maka dalam hal ini peneliti membatasi pada bahasan Dana Zakat
dan Program Pendidikan.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana manajemen pendayagunaan dana zakat untuk program Taman
Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta?
2. Apa saja kontribusi yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Insan Mulia
(LAZIM) Jakarta untuk program Taman Anak Sholeh (TAS)?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisa bagaimana manajemen pendayagunaan dana zakat
untuk program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan
Mulia (LAZIM) Jakarta
2. Untuk mengetahui apa saja kontribusi yang dilakukan Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta untuk program Taman Anak
Sholeh (TAS)
b. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitan ini tentang pemberdayaan zakat dalam
upaya mengangkat kesejahteraan mustahiq diharapkan bermanfaat baik secara
teoritis maupun praktis.

5

1. Kegunaan Teoritis.
Secara teoritis diharapkan sebagai bentuk dalam mengembangkan
konsep dalam pendayagunaan zakat yang baik dan efektif sesuai dengan
makna diperintahkan zakat.
Selain itu bisa dijadikan sebagai literatur dan rujukan terutama yang
berkaitan dengan masalah pendayagunaan zakat dan memberikan pemahaman
bagi pihak akademisi khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk melakukan kajian mendalam mengenai pengelolaan zakat untuk
pendidikan khususnya mahasiswa jurusan manajemen dakwah konsentrasi
manajemen ZISWAF.
2. Kegunaan Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi lembaga amil zakat yang
diteliti dan pedoman bagi Lembaga Amil Zakat yang lain dalam pelaksanaan
pendayagunaan zakat dengan baik dan efektif melalui sebuah program, serta
sebagai sumbangan positif bagi lembaga yang lain dalam hal pemahaman
tentang pendayagunaan zakat dan sebagai sumbangan positif bagi dunia
akademisi untuk menambah wawasan di bidang hazanah keilmuan tentang
pendayagunaan zakat.
D. Tinjauan Pustaka
Ada penelitian terdahulu yang pembahasannya hampir mirip dengan yang
ditulis oleh penulis. Adapun penelitian tersebut diantaranya:
Karya milik Muhammad Zainuddin dengan judul ”Pendayagunaan Zakat
Lembaga Amil Zakat Portalinfaq untuk Pendidikan Anak Pemulung Di Bantar
Gebang Bekasi". Dalam penelitian ini Muhammad Zainuddin hanya memaparkan

6

bagaimana pendayagunaan dana zakat dalam pendidikan untuk anak-anak
pemulung yang berada di Bantar Gebang Bekasi.
Karya milik Nurul Fajriyah dengan judul “ Pola Pendayagunaan Dana Zakat
pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya
Meningkatkan Mutu Pendidikan". Berisi tentang pola pendayagunaan

atau

pendistribusian dalam upaya peningkatan pendidikan kota Tangerang serta faktor
penghambat dan pendukung dalam pendayagunaan dana zakat di BAZDA kota
Tangerang.
Persamaan penulisan skripsi ini dengan karya di atas terletak pada
pendayagunaan dana zakat untuk sektor pendidikan, sedangkan perbedaannya
terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Dimana subjeknya adalah Lembaga
Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta sedangkan objeknya adalah
pendayagunaan dana zakat untuk program Taman Anak Soleh (TAS).
E. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian sosiologis atau
empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, berikut beberapa
prosedur pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya:
1. Sumber Data
Yang dijadikan sumber data oleh peneliti yaitu:
a. Data-data tertulis baik yang sudah dipublikasikan seperti buku-buku
tentang manajemen pendayagunaan zakat dan majalah islam yang
memberitakan pemberdayaan zakat, buletin tentang pendayagunaan
zakat ataupun yang tidak dipublikasikan seperti dokumen dari

7

sekretariat atau pengurus Lembaga Amil Jakat Insan Mulia (LAZIM)
Jakarta.
b. Data dari narasumber yakni, narasumber biasa diambil dari
masyarakat umum yang dianggap mampu dan memahami terhadap
masalah yang diajukan seperti para muzakki atau para pegawai di
LAZIM Jakarta yang menjadi donatur merangkap amil dan
narasumber utama Ketua LAZIM serta tokoh-tokoh agama dan
tokoh masyarakat.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Pengamatan langsung atau dengan melakukan observasi dilokasi
Lembaga Amil Jakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta.
b. Peneliti melakukan beberapa wawancara dengan pengurus LAZIM,
dan beberapa mustahiq yang telah menjadi objek dari program taman
anak soleh.
c. Peneliti juga mengumpulkan data menggunakan dokumentasi dari
majalah Islam, buku bulletin, dokumen dari pengurus LAZIM Jakarta
beserta gambar dan foto-foto.
3. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Maka yang peneliti akan lakukan yakni:
a. Peneliti akan mengamati langsung dilokasi seperti mengamati
berjalannya program taman anak soleh dan aktifitas di lingkungan
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta.

8

b. Peneliti melakukan wawancara dengan pengurus LAZIM dan beberapa
muzakki yang telah memberikan dananya.
c. Peneliti membaca dari berbagai majalah islam, bulletin LAZIM
Jakarta, dokumen dari pengurus LAZIM, gambar dan foto.
4. Metode Analisa
Proses analisa diawali dengan membaca kembali keseluruhan data
yang telah diperoleh baik melalui wawancara dan pengamatan maupun
dari

dokumen,

gambar,

dan

foto-foto.

Selanjutnya

peneliti

mengkategorikan data yang telah diperoleh berdasarkan pendekatan yang
digunakan, selanjutnya data yang diperoleh di klasifikasikan kembali
apakah data yang didapat berhubungan dengan judul.
Setelah melakukan tahap pengkategorian dan klasifikasi maka data
tersebut dibandingkan dengan melihat pada pendekatan yang digunakan.
Karena peneliti menggunakan pendekatan kualitatif maka metode
analisanya adalah analisa kualitatif atau deskriptif analisis yaitu peneliti
mencoba mendeskripsikan perilaku perubahan dengan menggunakan
beberapa teori.
5. Objek dan Subjek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Pendayagunaan Dana Zakat untuk
Program

Taman

Anak

Sholeh

(TAS)

ditinjau

dari

manajemen

pendayagunaannya serta kontribusi LAZIM untuk program TAS. Subjek
penelitiannya adalah Bapak Nurohman sebagai Direktur LAZIM, Bapak
Abdul Apif Hamid sebagai Manajer Pendayagunaan LAZIM, Ibu Rini
sebagai pembimbing, Inayah dan Faizah sebagai guru, Ibu Pepi sebagai

9

orang tua siswa untuk Program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta yang terletak di Jl. Bangka IV No.
28C

Pela

Mampang,

Jakarta

Selatan

12720.

Alamat

Web,

www.lazim.jakarta@yahoo.co.id
F. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah pengkajian, penulisan pemahaman dan penyusunan
skripsi ini, maka penulis membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari lima
bab, dengan susunan sebagai berikut:
Bab IPendahuluan, dalam bab ini penulis menerangkan secara garis besar
mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan teoritis, pada bab ini membahas mengenai pengertian
pendayagunaan, sifat pendayagunaan dan sumber dana zakat serta yang berkaitan
dengan manajemen juga fiqh pendayagunaan zakat, dan pendidikan disertai unsurunsur pendidikan.
Bab III Gambaran umum dalam bab ini penulis menerangkan tentang
profil Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta dan program Taman
Anak Sholeh (TAS), visi misi, struktur organisasi program Taman Anak Sholeh
(TAS).
Bab IV Analisis Pendayagunaan Dana Zakat yang Dilakukan oleh LAZIM
Jakarta untuk Bidang Pendidikan, dalam bab ini penulis menerangkan
pendayagunaan dana zakat LAZIM Jakarta untuk program Taman Anak Sholeh
(TAS) ditinjau dari manajemen serta kontribusinya.

10

Bab V Penutup, menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.3

3

Bahrudin Tanjung dan Ardial, Pedoman Penulisan Ilmiah, Prenada Media Group,
Jakarta, 2009, h.56-60

11

BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA
ZAKAT DAN PENDIDIKAN
A. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat Pada Bidang Pendidikan
1. Pengertian
a. Pengertian Aspek
Dalam bahasa aspek bermakna tanda atau sudut pandangan atau
pemunculan, atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi dan
sebagainya.
b. Pengertian Fiqh
Menurut bahasa artinya faham, sedangkan menurut istilah fiqh
merupakan salah satu bidang ilmu dalam syariat islam yang secara khusus
membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan
manusia, baik kehidupan pribadi,sesame manusia atau dengan Tuhannya.
c. Pengertian pendayagunaan
Sesuai

kutipan

pemakalah

dari

www.artikata.com

bahwa

pendayagunaan bermakna pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil
dan manfaat.
d. Pengertian Zakat
Arti zakat secara bahasa adalah tumbuh, berkembang atau bisa juga
membersihkan atau mensucikan. Sedangkan dalam istilah berarti “sejumlah

12

harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang
berhak” disamping berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri” 4
e. Aspek Fiqh berarti pandangan ilmu hukum islam terhadap sesuatu.
f. Pendayagunaan Zakat berarti mengusahakan zakat agar mampu
mendatangkan hasil yang lebih manfaat.
g. Pendidikan adalah usaha yang disengaja diadakan baik langsung maupun
dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam
perkembangan mecapai kedewasaan
h. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat berarti pandangan ilmu fiqh tentang
pendayagunaan atau pemanfaatan dana zakat untuk bidang pendidikan.
2.Dalil Al-Quran dan Hadits tentang Pendayagunan Zakat
Al-Quran Surat At-Taubah:60

Artinya:

“ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk
jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana”.

4

Fahrudin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, 2008),

h. 13

13

Al-Quran Surat At-Taubah ayat 103

Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Adapun dalil dari As-Sunnah atau Hadits adalah sabda Nabi Shalallahu
Alaihi Wassalam dalam sebuah haditsnya :

Dari Ibnu Abbas ra. Bahwasanya Nabi saw. pernah mengutus Muadz ke
Yaman , Ibnu Abbas menyebutkan hadits itu, dan dalam hadits itu beliau
bersabda : Sesungguhnya Allah telah memfardhukan atas mereka sedekah
(zakat) harta mereka yang di ambil dari orang-orang kaya di antara
mereka dan dikembalikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. HR
Bukhary dan Muslim, dengan lafadz Bukhary.

14

Dari Salim bin Abdullah bin 'Umar dari bapaknya ( Umar bin Khatab )
mudah-mudahan Allah meridhoi mereka, bahwasanya Rasulullah pernah
memberikan Umar bin Khatab suatu pemberian, lalu Umar berkata "
berikanlah kepada orang yang lebih fakir dari saya, lalau Nabi bersabda
"Ambilah dahulu, setelah itu milikilah ( kembangkanlah ) dan sedekahkan
kepada orang lain dan apa yang datang kepadamu dari harta semacam ini
sedang engkau tidak membutukannya dan bukan engkau minta, maka
ambilah. Dan mana-mana yang tidak demikian maka janganlah engkau
turutkan nafsumu. HR Muslim.

Dalam ayat dan hadits diatas jelaslah bahwa zakat itu diberikan dan
diambil dari orang-orang tertentu untuk diberikan kepada orang-orang
tertentu. Yakni dalam surat at-taubah:60 dijelaskan tentang siapa sajakah
yang berhak menerima zakat.
Arah dan kebijaksanaan pendayagunaan dana zakat yang dimaksud
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha pemerintah dalam
rangka memanfaatkan hasil pengumpulan zakat kepada sasaran dalam
pengertian yang lebih luas sesuai cita dan rasa secara tepat guna, efektif
manfaatnya dengan sistem distribusi yang serba guna tentunya yang
produktif, sesuai dengan pesan dan kesan syariat serta tujuan sosial yang
ekonomis dari zakat.
Sebelum membahas lebih lanjut, perlu kita jadikan dasar pemikiran
tentang pendayagunaan zakat bahwa :
a. Allah tidak menetapkan perbandingan yang tetap antara bagian
masing-masing delapan pokok alokasi ( asnaf )
b. Allah tidak menetapkan delapan asnaf harus diberi semuanya. Allah
hanya menetapkan zakat dibagikan kepada delapan asnaf tidak boleh
keluar daripada itu.

15

c. Allah tidak menetapkan harus dibagikan dengan segera setelah masa
pungutan zakat, dan tidak ada ketentuan bahwa semua hasil pungutan
zakat (baik sedikit maupun banyak) harus tetap dibagikan semuanya.
d. Allah tidak menetapkan bahwa yang diserah terimakan itu berupa in
cash (uang tunai) atau in kind (bermacam-macam hasil alam)
3. Sumber Dana Zakat
Menurut Al-Qur’an, yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah harta
bernada atau kekayaan

(QS. 9:103). Jenis-jenis kekayaan tersebut dapat

dikelompokkan sebagai berikut:
a) Emas dan Perak
Semua ulama sepakat bahwa emas dan perak wajib dikeluarkan
zakatnya (QS. 9:34). Mengenai nisab emas ada tiga pendapat ulama.
Pertama, umumnya ulama termasuk Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
Hanafi, Imam Hanbal dan pengikutnya, berpendapat bahwa nisab emas
adalah 20 dinar atau kurang lebih sama dengan 96 gram emas. Kedua,
ulama lain, termasuk Hasan bin Abu Hasan al-Basari dan sebagian
pengikut Dawud bin Khalaf al-Isfahani, berpendapat bahwa pada emas
dikenakan zakat jika sudah mencapai jumlah 40 dinar. Ketiga, ulama yang
lainnya lagi berpendapat bahwa nisab emas sama dengan nilai tukar atau
harga 200 dirham, baik jika emas itu telah mencapai jumlah 20 dinar
maupun jika kurang dari 20 dinar. Akan tetapi, jika emas itu telah
mencapai 40 dinar, maka yang dijadikan pegangan adalah jumlah
dinarnya. Dalam hal ini mirip dengan pendapat kedua. Adapun kadar zakat
emas adalah 2,5% dan haulnya satu tahun. Mengenai perak, para ulama

16

sependapat bahwa nisabnya 200 dirham atau sekitar 672 gram. Kadar
zakat dan haulnya sama dengan emas.5
b) Hewan Ternak
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa jenis hewan yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah unta, lembu/sapi/kerbau, dan kambing. Kuda
yang dipelihara untuk piaraan, pengangkutan, dan perang tidak wajib
dikeluarkan zakatnya. Sedangkan kuda yang diperdagangkan dan diternakkan
wajib dikeluarkan zakatnya karena mempunyai sifat berkembang. Hewan
ternak lainnya yang juga wajib dikeluarkan zakatnya adalah ayam, unggas,
bebek, dan binatang lain sejenisnya. Haul dari hewan ternak tersebut adalah
satu tahun.
Mengenai nisab unta yang jumlahnya lebih dari l20 ekor, ada dua
pendapat. Pertama, setiap bertambah 40 ekor unta, zakatnya 1 ekor binti labun
(unta betina yang berumur 2 tahun lebih), dan setiap bertambah 50 ekor unta,
zakatnya 1 ekor hiqqah (unta betina yang berumur 3 tahun lebih). Maka
apabila seseorang memiliki 130 ekor unta, ia dikenakan zakat sebanyak 1 ekor
hiqqah dan 2 ekor bintilabun. Pendapat ini didukung oleh Imam Malik, Imam
Syafi’i, dan para pengikut mereka. Dasar hukum yang digunakan ialah risalah
zakat yang diperintahkan Rasulullah SAW dan dilaksanakan oleh Khalifah
Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khattab. Hadis ini menjelaskan sabda
Nabi SAW yang artinya: ” Adapun jika lebih dari 120 ekor, maka pada tiaptiap 40 ekor dikenakan seekor unta binti labun, dan pada tiap-tiap 50 ekor
dikenakan seekor unta hiqqah.”
5

(http://chamzawi.wordpress.com/sumber zakat/ . diakses sabtu tgl 13 April 2013)

17

Kedua, fukaha (ahli fikih) Kufah, yaitu Abu Hanifah dan para
pengikutnya serta as-Sauri, berpendapat bahwa apabila jumlah unta lebih
dari 120 ekor, maka ketentuannya kembali kepada semula, yaitu pada tiaptiap 5 ekor unta dikenakan zakat seekor kambing. Maka apabila seseorang
memiliki unta sebanyak 125 ekor, zakatnya ialah 2 ekor hiqqah dan seekor
kambing. Pendapat ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Bakar bin Amr bin Hazm, yang artinya: “Jika unta lebih dari 120 ekor,
maka zakatnya dimulai dengan memakai ketentuan semula.” Jumhur
(mayoritas) fukaha lebih menguatkan pendapat pertama karena hadisnya
lebih sahih.
Adapun tentang jenis kambing yang dikeluarkan untuk zakat, para
ulama berbeda pendapat. Imam Malik berpendapat bahwa jenis kambing
yang dizakatkan adalah jenis kambing yang terbanyak bilangannya. Jika
sama banyaknya, petugas zakat boleh memilih. Hal ini sama dengan
pendapat Imam Abu Hanifah. Sementara Imam Syafi’i berpendapat bahwa
petugas zakat mengambil yang pertengahan dan bermacam-macam jenis.
Namun ada ulama yang menetapkan untuk tidak mengambil kambing
jantan, kambing.yang buta sebelah, dan kambing tua sebagai zakat.
c) Harta Perdagangan.
Para ulama sepakat bahwa harta perdagangan wajib dikeluarkan
zakatnya apabila telah mencapai nisab dan haulnya. Hal ini didasarkan pada
firman Allah SWT yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik- baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu” (QS.2:267).

18

Nisab harta perdagangan sama dengan nisab emas dan perak. Sedangkan
haulnya satu tahun dan kadar zakatnya 2,5% atau 1/40 dari harga barang
dagangannya.
d) Hasil Tanaman dan Buah-Buahan
Gandum, padi, kurma, dan anggur kering wajib dikeluarkan zakatnya
apabila telah mencapai nisabnya pada waktu memanen. Hal ini didasarkan
pada hadis yang artinya: “Bahwa Rasulullah SAW mengutus mereka ke
Yaman untuk mengajari manusia soal agama. Maka mereka dipersilakan
untuk tidak memungut zakat kecuali dari yang empat macam ini: gandum,
sya’ir (gandum), kurma dan anggur kering” (HR. Daruqutni, al-Hakim, atTabrani, dan al-Baihaki yang mengatakan bahwa periwayatnya dapat
dipercaya dan badis ini hadis muttasil).
Adapun nisab hasil tanaman adalab lima wasaq (652,8/653 kg).
Sedangkan kadar pungutan zakatnya adalab 10% apabila tanaman itu disiram
air bujan dan 5% jika tanaman itu disiram dengan mempergunakan alat.
Sedangkan tanaman yang kadang-kadang disiram dengan menggunakan alat
dan kadang-kadang disiram air hujan dengan perbandingan yang sama, maka
zakatnya 7,5%. Mengenai basil pertanian ini, zakatnya dikeluarkan di saat
memanen hasil tanaman atau buah-buahan.
Di Indonesia, disepakati bahwa semua hasil tumbuh-tumbuhan yang
bernilai ekonomis wajib dikeluarkan zakatnya. Hasil tanaman dan buahbuahan yang wajib dikeluarkan zakatnya antara lain adalah:
1. Biji-bijian, seperti padi, jagung, kacang bijau, kacang tanah, dan
kacang kedelai.

19

2. Umbi-umbian dan sayur-sayuran, seperti ubi, kentang, ubi kayu, ubi
jalar, bengkuang, bawang, cabe, petai, kol, dan bayam.
3. Buah-buahan, seperti kelapa, pisang, durian, rambutan, duku, salak,
apel, jeruk, pepaya, alpukat, mentimun, pala, lada, dan pinang.
4. Tanaman hias, seperti anggrek dan segala jenis bunga.
5. Tanaman keras, seperti karet, kelapa sawit, cengkih, kopi, kayu
cendana, kayu jati, dan kayu manis.
6. Rumput-rumputan, seperti serai (minyak serai) dan bambu.
7. Daun- daunan, seperti teh dan tembakau.
e) Harta Rikaz dan Ma’din
Harta Rikaz adalah harta-harta yang terpendam atau tersimpan.
Termasuk ke dalam harta Rikaz ini antara lain berbagai macam harta benda
yang disimpan oleh orang-orang terdahulu di dalam tanah, seperti emas,
perak, tembaga, dan pundi-pundi berharga. Adapun ma’dinadalah pemberian
bumi yang terbentuk dari benda lain tetapi berharga, seperti emas, perak,
timah, besi, intan, batu permata, akik, batu bara, dan minyak bumi. Orang
yang menemukan benda- benda ini diwajibkan mengeluarkan zakatnya 1/5
bagian. Zakat Rikaz wajib tanpa syarat nisab (ukuran jumlah) dan tanpa haul
(ukuran waktu). Dalam harta ma’din, meskipun waktu satu tahun penuh (haul)
tidak diperhitungkan, tetapi zakatnya wajib dikeluarkan pada saat barangbarang/benda-benda itu ditemukan. Nilai barang tambang tersebut harus
mencapai satu nisab uang, yaitu 20 misqal (96 gram) untuk emas dan 200
dirham (672 gram) untuk perak. Adapun kadar zakatnya 2,5%. Sementara itu
dijelaskan bahwa harta ma’din tidak ada nisabnya dan kadar zakatnya 1/5.

20

f) Hasil Laut
Jumhur ulama berpendapat bahwa hasil laut, baik berupa mutiara,
merjan (manik-manik), zabarjad (kristal untuk batu permata) maupun ikan,
ikan paus, dan lain-lainnya, tidak wajib dizakati. Namun Imam Ahmad bin
Hanbal (Imam Hanbali) berpendapat bahwa hasil laut wajib dikeluarkan
zakatnya apabila sampai satu nisab. Pendapat terakhir ini nampaknya sangat
sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang ini karena hasil ikan yang telah
digarap oleh perusahaan-perusahaan besar dengan peralatan modern
menghasilkan uang yang sangat banyak. Nisab ikan senilai 200 dirham (672
gram perak). Mengenai zakat hasil laut ini memang tidak ada landasannya
yang tegas, sehingga di antara para ulama sendiri terjadi perbedaan pendapat.
Namun jika dilihat dari surah al-Baqarah ayat 267, jelas bahwa setiap usaha
yang menghasilkan uang dan memenuhi syarat, baik nisab maupun haulnya,
wajib dikeluarkan zakatnya. Adapun waktu mengeluarkan zakatnya sama
seperti tanaman, yaitu di saat hasil itu diperoleh.
g) Harta Profesi
Zakat harta profesi termasuk dalam kelompok zakat mal, yaitu al-mal
al-mustafad (kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk
usaha baru yang sesuai dengan syariat agama). Adapun profesi yang dimaksud
antara lain dokter, insinyur, dan pengacara. Para ulama sepakat bahwa harta
pendapatan wajib dikeluarkan zakatnya apabila mencapai batas nisab. Adapun
nisabnya sama dengan nisab uang, dengan kadar zakat 2,5%.
Mengenai harta profesi ini, para ulama berbeda pendapat dalam hal
hasil pendapatan. Abu Hanifah mengatakan, harta pendapatan itu dikeluarkan

21

zakatnya apabila mencapai masa setahun penuh, kecuali jika pemiliknya
mempunyai harta sejenis. Untuk itu harta penghasilan dikeluarkan pada
permulaan tahun dengan syarat sudah mencapai batas nisab. Tetapi Imam
Malik berpendapat bahwa harta penghasilan tidak dikeluarkan zakatnya
sampai satu tahun penuh, baik harta tersebut sejenis dengan harta pemiliknya
atau tidak sejenis. Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat
bahwa harta penghasilan itu dikeluarkan zakatnya bila mencapai waktu satu
tahun meskipun ia memiliki harta sejenis yang sudah cukup nisab.
h) Investasi
Para ulama yang berpandangan luas berpendapat bahwa hasil investasi,
seperti hasil sewa gedung, pabrik, taksi, dan bus, wajib dikeluarkan zakatnya.
Namun mereka berbeda pendapat mengenai cara memandang kekayaan itu,
yakni apakah harus diperlakukan sebagai modal perdagangan yang harus
dihitung setelah satu tahun dan dipungut zakatnya sebesar 2,5% dari
keseluruhan atau hanya dibatasi atas hasil investasi dan keuntungan saja jika
nilainya cukup satu nisab. Pendapat pertama menyatakan bahwa pemilik
benda- benda yang diinvestasikan, seperti gedung, kapal terbang, kapal laut,
taksi, bus, dan sejenisnya, diperlakukan sama seperti pemilik barang dagang.
Dengan demikian gedung itu harus dinilai harganya setiap tahun, lalu
ditambahkan keuntungannya yang ada, dan kemudian dikeluarkan zakatnya
2,5%. Menurut pendapat kedua, zakat tidak dipungut dari keseluruhan harga
setiap tahun, tetapi dipungut dari keuntungan dan hasil investasi. Kadar
zakatnya 2,5% tanpa mempersyaratkan satu tahun. Sedangkan menurut
pendapat ketiga, zakat dikenakan berdasarkan hasilnya, bukan berdasarkan

22

modalnya, dengan kadar zakat 10% dari hasil bersih apabila hasil bersih
setelah biaya-biaya dikeluarkan dapat diketahui. Tetapi apabila hasil bersih
tidak bisa diketahui, maka zakat dikenakan berdasarkan seluruh hasil dengan
kadar zakat sebesar 5%. Adapun nisabnya sama dengan nisab uang, yakni 96
gram emas.
4.Pandangan Imam Madzhab dan Ulama Kontemporer tentang
pendayagunaan zakat
Para Ulama telah Ijma' bahwa kedelapan asnaf tersebut adalah para
mustahiq zakat, walaupun dalam pendistribusiannya sebagian ulama ada yang
berpendapat harus dibagikan secara merata seperti Imam Syafi'i namun
sebagian ulama lain berpendapat bahwa zakat tidak harus diberikan kepada
semua asnaf tersebut. Khalifah Umar bin Khatab pada masa pemerintahannya
tidak memberikan zakat kepada muallaf, dan hal ini tidak dipermasalahkan
oleh sahabat Nabi lainnya sehingga menjadi ijma'.
Dalam perkembangannya para mustahiq zakat tersebut mengalami
beberapa perubahan dan pengembangan pemikiran. Sjechul Hadi Permono
memberikan beberapa pengembangan dari para mustahiq zakat, beliau
menukil pendapat dari Shawki Isma’il Shehatah yang menyatakan bahwa
bagian untuk fakir miskin dapat diberikan kepada lembaga-lembaga yang
mengurusi santunan kepada fakir miskin serta untuk kepentingan umum yang
berupa pelayanan umum. Ini berarti bisa saja dana zakat bagi fakir miskin
digunakan untuk membuat balai pengobatan cuma-cuma ataupun rumah sakit
yang dikhususkan bagi kelompok fakir miskin. Sedangkan mengenai riqab
yaitu hamba sahaya karena saat ini telah tidak ada lagi perbudakan maka

23

untuk asnaf ini bisa dipindahkan kepada para tawanan perang Muslim atau
juga untuk membantu Negara muslim yang ingin lepas dari perbudakan dan
penjajahan Negara lain, hal ini tentu sesuai dengan makna riqab yang
menghilangkan

segala

bentuk

perbudakan.

Sementara

makna

fi

sabilillahdikembangkan oleh Sahri Muhammad dengan jalan iman dan
ilmu/teknologi yaitu jalan untuk kemaslahatan agama dan masyarakat umum.
Demikian juga mustahiq-mustahiq zakat yang lain, walaupun jumlahnya tetap
delapan asnaf namun interpretasinya semakin berkembang.
Begitulah dengan berubahnya waktu ternyata alokasi bagi para
mustahiq zakat berkembang, namun hal ini tidaklah mengurangi manfaat dari
zakat

bahkan

akan

semakin

terasa

manfaatnya

ketika

kita

bisa

memberdayakannya.
Adapun pola penyaluran harta zakat kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dapat digunakan dengan dua cara yaitu :
a. Zakat Konsumtif
Zakat konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan
perjalanan dan lain-lain. Fungsi ini adalah asal dari fungsi zakat yaitu
memberikan zakat untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti zakat fitrah yang
memang diberikan untuk konsumsi fakir miskin selama hari raya. Dalilnya
adalah firman Allah ta'ala dalam QS Al-Baqarah ayat 273 :ٌ

24

“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui”.

Ayat di atas menceritakan tentang orang-orang miskin yang tidak
suka meminta-minta kepada manusia, kepada mereka diberikan zakat
untuk kebutuhan mereka dalam bentuk zakat konsumtif.
b. Zakat Produktif
Adapun zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada fakir
miskin berupa modal usaha atau yang lainnya yang digunakan untuk usaha
produktif yang mana hal ini akan meningkatkan taraf hidupnya, dengan
harapan seorang mustahiq akan bisa menjadi muzakki jika dapat
menggunakan harta zakat tersebut untuk usahanya. Hal ini juga pernah
dilakukan oleh Nabi, dimana beliau memberikan harta zakat untuk
digunakan shahabatnya sebagai modal usaha. Hal ini seperti yang
disebutkan oleh Didin Hafidhuddin yang berdalil dengan hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim yaitu ketika Rasulullah memberikan uang zakat
kepada Umar bin Al-Khatab yang bertindak sebagai amil zakat seraya
bersabda :

“Ambilah dahulu, setelah itu milikilah (berdayakanlah) dan sedekahkan
kepada orang lain dan apa yang datang kepadamu dari harta semacam ini
sedang engkau tidak membutukannya dan bukan engkau minta, maka

25

ambilah. Dan mana-mana yang tidak demikian maka janganlah engkau
turutkan nafsumu. HR Muslim”. 6
Kalimat

‫َفتَ َموَله‬

(fatamawalhu)

berarti

mengembangkan

dan

mengusahakannya sehingga dapat diberdayakan, hal ini sebagai satu
indikasi bahwa harta zakat dapat digunakan untuk hal-hal selain kebutuhan
konsumtif, semisal usaha yang dapat menghasilkan keuntungan. Hadits
lain berkenaan dengan zakat yang didistribusikan untuk usaha produktif
adalah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, katanya :
Bahwasanya Rasulallah tidak pernah menolak jika diminta sesuatu
atas nama Islam, maka Anas berkata "Suatu ketika datanglah seorang
lelaki dan meminta sesuatu pada beliau, maka beliau memerintahkan untuk
memberikan kepadanya domba (kambing) yang jumlahnya sangat banyak
yang terletak antara dua gunung dari harta shadaqah, lalu laki-laki itu
kembali kepada kaumnya seraya berkata " Wahai kaumku masuklah kalian
ke dalam Islam, sesungguhnya Muhammad telah memberikan suatu
pemberian yang dia tidak takut jadi kekurangan !" HR. Ahmad dengan
sanad shahih.
Pemberian kambing kepada muallafah qulubuhum di atas adalah
sebagai bukti bahwa harta zakat dapat disalurkan dalam bentuk modal
usaha.
Pendistribusian zakat secara produktif juga telah menjadi pendapat
ulama sejak dahulu. Masjfuk Zuhdi mengatakan bahwa Khalifah Umar bin
Al-Khatab selalu memberikan kepada fakir miskin bantuan keuangan dari
zakat yang bukan sekadar untuk memenuhi perutnya berupa sedikit uang
6

Abu Bakar Muhammad (Penerjemah) Terjemahan Subulus Salam II. hal. 588

26

atau makanan, melainkan sejumlah modal berupa ternak unta dan lain-lain
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Demikian juga
seperti yang dikutip oleh Sjechul Hadi Permono yang menukil pendapat
Asy-Syairozi yang mengatakan bahwa

seorang fakir yang mampu

tenaganya diberi alat kerja, yang mengerti dagang diberi modal dagang,
selanjutnya An-Nawawi dalam syarah Al-Muhazzab merinci bahwa
tukang jual roti, tukang jual minyak wangi, penjahit, tukang kayu, penatu
dan lain sebagainya diberi uang untuk membeli alat-alat yang sesuai, ahli
jual beli diberi zakat untuk membeli barang-barang dagangan yang
hasilnya cukup buat sumber penghidupan tetap.
Pendapat Ibnu Qudamah seperti yang dinukil oleh Yusuf
Qaradhawi mengatakan “Sesungguhnya tujuan zakat adalah untuk
memberikan kecukupan kepada fakir miskin….”

Hal ini juga seperti

dikutip oleh Masjfuk Zuhdi yang membawakan pendapat Asy-Syafi’i, AnNawawi, Ahmad bin Hambal serta Al-Qasim bin Salam dalam kitabnya
Al-Amwal, mereka berpendapat bahwa fakir miskin hendaknya diberi
dana yang cukup dari zakat sehingga ia terlepas dari kemiskinan dan dapat
mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya secara mandiri.
Secara umum tidak ada perbedaan pendapat para ulama mengenai
dibolehkannya penyaluran zakat secara produktif. Karena hal ini hanyalah
masalah tekhnis untuk menuju tujuan inti dari zakat yaitu mengentaskan
kemiskinan golongan fakir dan miskin.
Pendidikan adalah kebutuhan yang amat primer bagi setiap
individu. Efek pendidikan begitu menyeluruh, mulai dari pola pikir,

27

keyakinan, dan sikap hidup yang berujung pada kualitas

hidup.

Singkatnya performance lahir dan batin manusia sangat dipengaruhi oleh
pendidikan yang didekatnya.
Sebegitu pentingnya pendidikan bagi manusia, pada awalnya, baik
pendidikan pada tingkat keluarga maupun di luar keluarga, dapat diakses
dengan gratis. Barulah setelah pendidikan utamanya di luar keluarga
mengalami perkembangan pesat dalam bentuk pelaksanaannya, menjadi
kebutuhan primer yang beribiaya. Akibatnya, sebagian orang mampu
mengakses dengan baik, tetapi sebagian lain kebutuhan primernya itu tak
terpenuhi.
Harta zakat sebagai alat bantu pengentasan masalah sosial, telah
ditetapkan untuk didistriusikan kepada delapan asnaf yang sudah diuraikan
di atas, diantara delapan asnaf yang diantaranya adalah fakir miskin, yaitu
dua kelompok manusia yang berciri khusus tidak mampu memenuhi
keutuhan dasarnya, baik sebagai makhluk hidup yang berarti perlu pangan
dan kesehatan, sebagai makhluk sosial butuh sandang, pangan, papan dan
pasangan (zawj/zawjah), serta sebagai khalifah Allah yang harus bermodal
pendidikan. Atas dasar itu penyaluran dana zakat dalam sektor pendidikan
adalah sangat beralasan secara syar’i. Secara rinci alasan tersebut dapat
disusun sebagai berikut:
1) Pendidikan adalah termasuk kebutuhan primer, maka dari itu pihak yang
lemah ekonomi sehingga terhalang dari memenuhi keutuhan pendidikan
adalah termasuk fakir yang berhak atas dana zakat.

28

2) Bila demi kebutuhan fisik guna keberlangsungan hidup layak dalam
kehidupan duniawi sesaat berupa pangan, sandang, dan papan saja zakat
dapat diberikan, apalagi secara qiyas awlawi terkait dengan pendidikan
yang membawa kepada kemaslahatan ukrawi yang tiada batasnya, maka
lebih layak disalurkan.
3) Secara manusiawi akar masalah kemiskinan adalah pada minimnya
pendidikan, sehingga seseorang tidak mampu mengetahui potensi dirinya,
mengembangkannya, dan apalagi memanfaatkannya. Begitu pula, akibat
minimnya pendidikan ia juga tidak mampu mengeksplorasi potensi
lingkungannya, tetumbuhan, hewan, tanah, air, dan kekayaan yang
dikandungnya.7
Memang perlu ditegaskan bahwa maksud dari pengalokasian zakat dalam
sektor pendidikan, penggunaannya dalam bentuk:
1) Membiayai

orang miskin

untuk

mendapat

pendidik