2.2 Minyak Pala
Buah pala menghasilkan biji pala nutmeg dan pembungkus biji fuli; maces. Umumnya setelah dikeringkan, kedua hasil itu diekspor langsung. Di
negara perantara, atau pemakai, biji dan fuli yang utuh dan besar, langsung digunakan untuk rempah-rempah. Biji dan fuli yang kecil dan cacat, dijadikan
serbuk untuk disuling, dikempa atau dijadikan oleoresin Harris, 1987. Minyak pala merupakan cairan jernih hampir tidak berwarna sampai kuning
muda. Sifat-sifat minyak dari biji teryata tidak berbeda dengan minyak dari fuli pala. Bahkan kebanyakan minyak pala dihasilkan dari campuran biji dan fuli pala.
Minyak pala jika di biarkan di udara terbuka akan berubah menjadi kental karena terjadi pristiwa polimerisasi dan berbau terpentin atau berbau campuran yang
tidak menyenangkan Harris, 1987. Kecuali disuling, serbuk biji dan fuli pala dapat dikempa menggunakan alat
pengempa tekanan udara panas. Cara ini menghasilkan nutmeg concrete pekat, mencair pada suhu 45°C, ini mengandung minyak terbang sekitar 12, damar,
dan juga gliseril miristikat. Dalam industri wewangian, biasanya minyak pala dicampur dengan air lavender untuk menghasilkan bau yang harum dan lembut
serta sulit ditiru Harris, 1987. Sejak akhir tahun 1960-an, negara-negara yang maju menghasilkan mace-
oleoresin dan nutmeg oleoresin. Kedua oleoresin ini mempunyai pasaran yang luas dalam industri makanan, seperti daging, kue, acar, sampai ke saus tomat.
Kedua oleoresin ini lebih digemari dari pada nutmeg concrete karena bentuknya cair meskipun konsistensinya kental Harris, 1987.
Mace oleoresin dan nutmeg oleoresin bisa digunakan secara terpisah atau saling melengkapi. Mace oleoresin membawa rasa hangat dan pedas dari pala,
tetapi kurang mengandung aroma. Sementara nutmeg oleoresin mengandung aroma pala, tetapi kurang memiliki rasa. Rendemen untuk mace oleoresin berkisar
antara 30-35, dan nutmeg oleoresin sekitar 35-40. Produsen dan sekaligus pengekspor kedua oleoresin terbesar adalah Inggris dan Amerika Serikat Harris,
1987. Pada prinsipnya komponen dalam biji pala dan fuli terdiri dari minyak atsiri,
minyak lemak, protein, selulosa, pentosan, pati, resin dan mineral-mineral. Persentase dari komponen-komponen bervariasi dipengaruhi oleh klon, mutu dan
lama penyimpanan serta tempat tumbuh. Kandungan minyak lemak dari biji pala utuh bervariasi dari 25 sampai 40, sedangkan pada fuli antara 20 sampai
30. Biji pala yang dimakan ulat mempunyai presentase minyak atsiri lebih tinggi dari pada biji utuh karena pati dan minyak lemaknya sebagian dimakan
oleh serangga. Biji pala mengandung minyak atsiri sekitar 2-16 dengan rata- rata pada 10 dan fxed oil minyak lemak sekitar 25-40 karbohidrat sekitar
30 dan protein sekitar 6 Yuliani dan Satuhu, 2012.
2.2.1 Mutu minyak pala dan fuli pala Nutmeg oil ialah minyak hasil sulingan serbuk biji pala. Sedangkan
penyulingan fuli menghasilkan mace oil. Dalam dunia perdagangan, kedua
minyak itu tidak dibedakan, karena kesamaan unsur-unsur yang dikandung. Rendemen nutmeg oil dan mece oil sekitar 7–15, mengandung unsur-unsur:
eugenol, iso-eugenol, terpineol, borneol, linalol, geraniol, safrole, aldehyde, terpene, dan cairan bebas. Minyak-minyak itu berwarna kuning Harris, 1987.
Parameter syarat mutu minyak fuli menurut SNI 06-2322-1991 dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini:
Table 1. Parameter Syarat Mutu Minyak Fuli Menurut SNI 06-2322-1991
No. Jenis Uji Satuan
Persaratan 1
Keadaan : -
1.1 Bau -
Khas minyak fuli 1.2 Rasa
- Pedas agak kelat
1.3 Warna -
Bening 2
Bobot Jenis 20
o
C20
o
C -
0.880 - 0.940 3
Indeks bias
n
D
20
- 1.4780 - 1.5010
4 Kelarutan dalam etanol 70
- 1:2 jernih
5 Zat-zat asing :
- -
5.1 Minyak Pelikan -
Negatif 5.2 Minyak Terpentin
- Negatif
5.3 Minyak Lemak -
Negatif 5.4 Alkohol Tambahan
- Negatif
2.3 Pasca Panen Buah Pala