PENDIDIKAN INKLUSIF

AHMAD NAWAWI
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UPI BANDUNG
2010

SIAPAKAH?
ANAK LUAR BIASA
ANAK PENYANDANG CACAT
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENDIDIKAN INKLUSIF


Pendidikan inklusif adalah Layanan
pendidikan yang mengikutsertakan anak
berkebutuhan khusus (ABK) belajar
bersama anak normal (non-ABK) usia
sebayanya di kelas reguler/biasa yang
terdekat dengan tempat tinggalnya.


PENDIDIKAN INKLUSIF


“Pendidikan inklusif berarti bahwa sekolah
harus MENERIMA/mengakomodasi semua
anak, tanpa kecuali ada perbedaaan secara
fisik, intelektual, sosial, emosional, bahasa,
atau kondisi lain, termasuk anak penyandang
cacat dan anak berbakat, anak jalanan, anak
yang bekerja, anak dari etnis, budaya, bahasa,
minoritas dan kelompok anak-anak yang
tidak beruntung dan terpinggirkan. Inilah
yang dimaksud dengan one school for all.”

PENDIDIKAN INKLUSIF


yang dimaksud dengan pendidikan inklusif
adalah system penyelenggaraan pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada semua

peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya. (Permendiknas
no. 70 th 2009, pasal 1)

LANDASAN PENDIDIKAN
INKLUSIF









DI DUNIA

1948: Deklarasi universal hak asasi manusia;
1989: Konvensi PBB tentang hak anak;
1990: Deklarasi dunia tentang pendidikan
untuk semua, Jomtien;
1993: Peraturan standar tentang Persamaan
Kesempatan bagi para penyandang cacat;
1994: Pernyataan Salamanca dan Kerangka
Aksi tentang Pendidikan Kebutuhan Khusus;

DI DUNIA


1999: Tinjauan 5 tahun Salamanca;



2000: Kerangka Aksi Forum Pendikan Dunia,
Dackar;




2000: Tujuan Pembangunan Millenium yang
berfokus pada penurunan angka Kemisnikan
dan Pembangunan;



2001: Flagship Pendidikan Untuk Semua
(PUS) tentang Pendidikan dan Kecacatan.

DI INDONESIA


Fasafah negara “BHINEKA TUNGGAL IKA”



Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1)
yang menegaskan “setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan”;




Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (2)
yang menegaskan “setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya”;

DI INDONESIA


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5
ayat (1) yang menegaskan “setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu”;

UU no. 20 th 2003



PENJELASAN PASAL 15:



Pasal 15



Pendidikan khusus merupakan
penyelenggaraan pendidikan untuk peserta
didik yang berkelainan atau peserta didik yang
memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif atau berupa
satauan pendidikan khusus pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah.

UU No. 23 tahun 2002


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak, Pasal 51
yang menegaskan “anak yang
menyandang cacat fisik dan atau
mental diberikan kesempatan yang
sama dan aksesbilitas untuk
memperoleh pendidikan biasa dan
pendidikan luar biasa”.

UU No. 4 th 1997
ttg PENYANDANG CACAT


BAB III Pasal 6: Setiap penyandang cacat
berhak memperoleh:



1. Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis,
dan jenjang pendidikan;




BAB IV Pasal 11: Setiap penyandang cacat
mempunyai kesamaan kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan pada satuan, jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan
jenis dan derajat kecacatannya.

UU No. 4 th 1997
ttg PENYANDANG CACAT


BAB IV Pasal 12: Setiap lembaga pendidikan
memberikan kesempatan dan perlakuan yang
sama kepada penyandang cacat sebagai peserta
didik pada satuan, jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatan serta kemampuannya.

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009



TENTANG PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI
PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI
KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI
KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT
ISTIMEWA

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009


PASAL 3 ayat (1):



“Setiap peserta didik yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, dan sosial atau
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa berhak mengikuti pendidikan secara
inklusif pada satuan pendidikan tertentu

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009



PASAL 3 ayat (2):
“Peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) terdiri atas:















tunanetra;
tunarungu;
tunawicara;
tunagrahita;
tunadaksa;
tunalaras;
berkesulitan belajar;
lamban belajar;
autis;
memiliki gangguan motorik;
menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif
lainnya;
memiliki kelainan lainnya;
tunaganda

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009


PASAL 7: “Satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif
menggunakan kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang
mengakomodasi kebutuhan dan
kemampuan peserta didik sesuai
dengan bakat, minat, dan minatnya. “

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009


PASAL 8: “Pembelajaran pada
pendidikan inklusif
mempertimbangkan prinsipprinsip pembelajaran yang
disesuikan dengan karakteristik
belajar peserta didik. “

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009


PASAL 11 ayat (1): “Satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif berhak
memperolah bantuan profesional sesuai
dengan kebutuhan dari pemerintah
kabupaten/kota. “



Ayat (2): “Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat dapat memberikan
bantuan profesional kepada satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif. “

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009


PASAL 12: “Pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota melakukan pembinaan
dan pengawasan pendidikan inklusif sesuai dengan
kewenangannya.”



PASAL 13: “Pemerintah memberikan penghargaan
kepada pendidik dan tenaga kependidikan pada
satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif,
satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif,
dan/atau pemerintah daerah yang secara nyata
memiliki komitmen tinggidan berprestasi dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif. “

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009


Pasal 14



“Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
inklusif yang terbukti melanggar ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
ini diberikan sanksi administratif sesuai
dengan ketentuan dan peraturan perundangundangan. “

MAHA SUCI ALLOH
YANG TELAH MENCIPTAKAN
SEMUANYA BERPASANG-PASANGAN
(AL QUR’AN 23:36)
SUNNATULLOH

Exceptional children are those who require special
education and related services if they are to
realize their full human potential (Hallahan and
Kauffman, 1986:5)
Penyandang cacat adalah mereka yang
memerlukan pendidikan khusus dan layanan yang
sesuai untuk mengembangkan potensinya.

 Kelainan Fisik
Tunanetra
Tunarungu
Tunadaksa

 Kelianan Emosi/Sosial/Perilaku
Tunalaras

 Kelainan Kecerdasan/Mental
Tunagrahita
Berbakat
Bagaiman dengan kelainan yang lain? (autis, ADHD, dll)

• Kebutuhan individu (individual needs)
• Tidak bisa belajar kalau bising
• Tidak bisa tidur kalau lampu menyala

• Kebutuhan pengecualian (exceptional needs)
• Membaca dengan meraba
• Berbahasa isyarat

• Kebutuhan umum (common needs)
• Tidak dapat konsentrasi karena sedang sedih
• Menyediri karena minder

(Norwich, 1996)

ALB:

ABK:

Diidentifikasi berdasarkan
jenis kecacatan

• Diidentifikasi berdasarkan
jenis kebutuhan

Sebagian dari ABK

• Bukan sekedar pengganti
istilah ALB
• Lebih manusiawi

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PERMANEN
TUNANETRA
TUNARUNGU
TUNAGRAHITA
TUNADAKSA
TUNALARAS

TEMPORER
EKONOMI
SOSIAL
BUDAYA
ALAM

Anak
Lambat
Belajar
Anak Berbakat

Anak
Berkesulitan
Belajar

Anak dengan
Gangguan
Penglihatan

Anak
Berkelainan
Majemuk
Anak
Berkebutuhan
Khusus/
Berkelainan

Anak
dengan
Gangguan
Pendengaran

Anak dengan
Gangguan
Autistik

Anak dengan
Gangguan
Intelektual

Anak
dengan
Gangguan
Fisik dan
Motorik

Anak
dengan
Gangguan
Emosi &
Perilaku

Pendidikan khusus adalah pengajaran yang dirancang
secara khusus untuk memenuhi kebutuhan individu
penyandang cacat. Dalam pendidikan khusus
mencakup beberapa komponen yang harus
diperhatikan oleh guru pada saat bekerja dengan
penyandang cacat. Komponen tersebut meliputi
lingkungan fisik (misalnya menyediakan jalan tanjakan
yang dapat dilalui oleh anak dengan cacat fisik),
prosedur pengajaran, isi/materi pengajaran, dan
penggunaan alat yang diadaptasi (misalnya komputer
bicara, talking wacht untuk anak tunanetra)

 Pendidikan Luar Biasa
Bahasa Belanda

 Pendidikan Khusus
Bahasa Inggris

 Pendidikan Kebutuhan Khusus
Mencakup nuansa inklusi

Pasal 5
(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus.
(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus.
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.

Pasal 32
(1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan /atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.

 Pasal 15
Pendidikan khusus merupakan
penyelenggaraan pendidikan untuk peserta
didik yang berkelainan atau peserta didik yang
memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif atau berupa
satauan pendidikan khusus pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah.

 Segregasi
SLB
 Integrasi
Sekolah Terpadu (integrasi)
 Inklusi
Sekolah untuk semua

PLB (special education)
Pendidikan bagi penyandang cacat
Tidak mempersoalkan seting / tempat
Segregasi
Penyandang cacat belajar di sekolah khusus (SLB)
Integrasi

Penyandang cacat belajar di sekolah reguler
Mengubah penyandang cacat menyesuaikan sistem

Inklusi
Pendidikan untuk semua (memperhatikan kebutuhan khusus)
Mengubah sistem untuk semua anak

Center for Studies on Inclusive Education (CSIE)
Hak belajar bersama
Tidak harus dipisah karena cacat
Tuntutan diakhiri segregasi
Kekurangan dan kelebihan
Prestasi akademik dan sosial baik
Semua pengajaran dapat dilakukan
Lebih efisien
Segregasi tidak nyaman
Hidup dalam masyarakat normal
Persahabatan dan saling menghargai

wassalam