HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA REMAJA DI SUKOHARJO Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Kemampuan Kognitif Pada Remaja di Sukoharjo Jawa Tengah.

(1)

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA REMAJA DI SUKOHARJO

JAWA TENGAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

ALVIANI SUCI ARDITYAWATI J 500 130 084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA REMAJA DI SUKOHARJO

JAWA TENGAH

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ALVIANI SUCI ARDITYAWATI J 500 130 084

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Pembimbing Utama

Dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes. NIK.676


(3)

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain yang tertulis dalam naskah ini kecuali telah disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 25 Februari 2017

Penulis

ALVIANI SUCI ARDITYAWATI J 500 130084


(5)

ABSTRAK

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA REMAJA DI SUKOHARJO JAWA TENGAH

Alviani Suci Ardityawati, M. Shoim Dasuki

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Remaja merupakan aset bangsa yang akan melanjutkan pembangunan di masa yang akan datang. Sebaran tingkat kemampuan kognitif di dunia 25% masih dibawah rata-rata, salah satu penyebab kemampuan kognitif rendah adalah kadar hemoglobin kurang. Kadar hemoglobin kurang dapat menyebabkan lekas lelah, konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif pada siswa remaja di Sukoharjo Jawa Tengah. Jenis penelitian ini observasional analitik, dengan metode pendekatan Crosss Sectional, teknik sampling menggunakan Cluster Sampling. Dari hasil analisis uji Chi-Square diperoleh nilai p sebesar 0,015. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif pada siswa SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

Kata Kunci : Kadar hemoglobin, Kemampuan kognitif, Remaja. ABSTRACT

Teenagers are a national asset for future development. The distribution of cognitive performance is still below average in 25% of all countries, and one known cause of low cognitive performance is low hemoglobin levels. A low hemoglobin level may cause fatigue, lower studying concentration and lower academic performance. To determine correlation of between hemoglobin levels and cognitive performance in teenager students at Sukoharjo, Central Java. This research is an analytical observational study with a cross-sectional approach, in which sampling were conducted using Cluster Sampling. Results of Chi-Square analysis revealed a p value of 0,015. Conclusion presence of correlation between hemoglobin levels and cognitive performance in teenager students of SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.


(6)

1. PENDAHULUAN

Remaja merupakan aset bangsa yang akan melanjutkan pembangunan di masa yang akan datang. Sebagai generasi penerus bangsa, remaja perlu memiliki kesehatan yang baik agar mampu berkreasi dan berprestasi secara optimal. Oleh karena itu remaja perlu menjadi salah satu prioritas dalam rangka peningkatam program kesehatan masyarakat agar tercipta sumber daya manusia yang baik (Muljati et al., 2016).

Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh kemampuan kognitif. Dalam bidang pendidikan, kemampuan kognitif dimanfaatkan untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar yang dapat dicapai oleh suatu individu dalam menyelesaikan masalah apakah cepat atau lambat, faktor yang turut menentukan adalah faktor kemampuan kognitif dari individu yang bersangkutan. Kemampuan kognitif dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling berkaitan. Kemampuan kognitif yang tinggi biasanya diikuti prestasi yang membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi yang dimilikinya akan lebih mudah meraih keberhasilan (Magiwa et al., 2014).

Sebaran tingkat kemampuan kognitif manusia di dunia adalah 25% masih di bawah rata-rata, 50% mencapai nilai rata-rata, dan 25% mencapai nilai diatas rata-rata (Sarwono, 2016). Masalah kesehatan dan sosial yang sedang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai masalah tentang gizi, seperti kurangnya gizi dan anemia gizi besi. Dampak dari rendahnya status gizi berdampak pada kualitas sumber daya manusia, oleh sebab itu status gizi dapat mempengaruhi kecerdasan, dan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Muhilal, 2004 dalam Putrihantini et al., 2013).

Kadar hemoglobin yang rendah menyebabkan kemampuan sel darah merah mengikat oksigen menurun. Sementara itu, oksigen diperlukan dalam semua proses metabolisme zat gizi dalam tubuh untuk menghasilkan energi, sehingga tampak letih, lelah dan lesu. Oksigen juga sangat penting bagi perkembangan dan aktivitas sel-sel otak. Tanpa suplai oksigen yang cukup,


(7)

sel-sel otak tidak dapat berkembang dan beraktivitas secara optimal (Georgieff, 2007 dalam (Hidayati et al., 2010).

Prevalensi kadar hemoglobin kurang di dunia diperkirakan 1,32 miliar orang atau sekitar 25% dari populasi manusia di dunia, dimana Asia memiliki jumlah tertinggi(Jain & Chandra, 2012). Menurut data dari Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi kejadian kadar hemoglobin rendah di Indonesia adalah 21,7% dengan penderita yang berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan umur 15-24 tahun sebesar 18,4% (Kemenkes RI, 2014). Angka kejadian di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai 57,1 %. Dimana pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya masih mencapai angka lebih dari 15% dan anemia pada usia sekolah sebesar 26,5% (Dinkes Prov.Jateng, 2014). Kadar hemoglobin rendah dapat menyebabkan lekas lelah, konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Disamping itu juga menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi (Permaesih & Herman, 2005).

Pada penelitian sebelumnya sudah cukup banyak dilakukan tetapi dalam pengukuran kemampuan kognitif masih menggunakan nilai raport siswa, dalam penelitian ini pengukuran kemampuan kognitif menggunakan tes SPM (Standard Progressive Matrices) yang lebih tinggi validitasnya.

Dari data diatas, angka kejadian kadar hemoglobin kurang di Indonesia masih sangat tinggi dan merupakan permasalahan kesehatan dunia. Oleh sebab itu, peneliti tertarik meneliti hubungan kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif pada anak remaja.

2. METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan case control untuk mempelajari hubungan kadar hemoglobim dengan kemampuan kognitif pada remaja. Penelitian ini di lakukan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, Jawa Tengah dan pelakasanaan pada bulan


(8)

Pertama Muhamadiyah 1 Kartasura kelas VII, VIII, IX Tahun Ajaran 2016-2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Cluster Sampling dimana pengambilan sampel mengacu pada kelompok. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 71 siswa.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan protein diperoleh melalui pengukuran kadar hemoglobin mengunakan alat tes darah portable hemoglobin digital sedangkan variebel terikat adalah kemampuan kognitif yang diperoleh dengan tes Standard Progressive Matrices (SPM) yang dilakukan oleh Biro Konsultasi dan Pemeriksaan Psikologis (BKPP) Fakulitas Psikologi UMS. Setelah itu kemudian dianalisis dan perbedaan antara variabel ditentukan dengan uji analisis statistik Chi-Square dengan program SPSS for Windows 19.0.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Karakteristik Subjek Penelitian

Dilakukannya penelitian terhadap siswa dan siswi SMP Dilakukannya penelitian terhadap siswa dan siswi SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo, Jawa Tengah pada bulan November. Dengan metode teknik sampling menggunakan Cluster Sampling. Diperoleh sampel sebanyak 71 sampel yang merupakan siswa dan siswi kelas VII, VIII, dan IX di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

Tabel 6. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Responden Jumlah (N) Persentase (%)

Laki – laki Perempuan Umur 12 13 14 15 25 21 8 12 17 9 54,3 45,7 17,0 26,0 37,5 19,5

Total Responden 46 100

(Sumber: Data Primer, 2017)

Berdasarkan data tabel diatas didapatkan pada usia 12 tahun sebanyak 8 orang (17,0 %), umur 13 tahun yakni 12 orang (26,0 %), umur


(9)

14 tahun yaitu 17 orang (37, 5 %), umur 15 tahun sebanyak 9 orang (19,5 %). Oleh karena itu didapatkan dari umur 12-15 tahun sebanyak 46 orang. Dari jenis kelamin menunjukan bahwa lebih dari setengah (54,3 %) responden berjenis kelamin laki–laki.

Tabel 1.1 Distribusi Kejadian Hemoglobin Kurang Menurut Usia

Usia (tahun) N (%)

12 13 14 15 Jumlah 15,78 39,47 28,94 15,78 100 (Sumber Data Primer, 2016).

Dari tabel 1.1 diperoleh data bahwa kejadian kadar hemoglobin kurang terbanyak pada kelompok usia 13 tahun sebanyak 39,47% diikuti kelompok usia 14 tahun (28,94%), usia 12 dan 15 yang memiliki persentase sama masing-masing (15,78%).

Tabel 1.2 Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N (%)

Laki-laki 42,25

Perempuan Jumlah

57,74 100 (Sumber Data Primer, 2016).

Sedangkan distribusi kejadian hemoglobin kurang menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 1.3 Distribusi Hemoglobin Kurang Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N (%)

Laki-laki 57,90

Perempuan Jumlah

42,10 100 (Sumber Data Primer, 2016).

Pada tabel 1.3 diatas dapat diketahui bahwa distribusi kejadian hemoglobin kurang menurut jenis kelamin yaitu 57,90% untuk laki-laki


(10)

Berdasarkan tingkat kemampuan kognitif sampel terbanyak adalah siswa dengan tingkat kemampuan kognitif buruk yaitu sebesar 45 (63,39%) siswa, sedang untuk sampel dengan tingkat kemampuan kognitif baik adalah 26 (36,61%) siswa.

Tabel 1.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai Kemampuan Kognitif

Kemampuan Kognitif N (%)

Baik 36,61

Buruk Jumlah

63,39 100 (Sumber Data Primer, 2016).

3.2Hasil Penelitian dan Analisis Data

Pengaruh kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif pada remaja di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura telah diperoleh data kemudian diolah secara statistik dengan metode analisis Chi-Square, dimana analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kadar hemoglobin (variabel bebas) dengan kemampuan kognitif (variabel terikat) pada siswa remaja.

Tabel 4.6 Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Kemampuan Kognitif. Kemampuan

Kognitif

Status Kadar Hb N P value

Kurang Normal

N % N % N %

Baik 9 34,6 17 65,4 26 100 0,015

Buruk Jumlah

29 64,4 16 35,6 45 100

38 53,5 46 46,5 71 100

(Sumber Data Primer, 2016).

Hasil analisis hubungan kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif pada siswa remaja di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengan diperoleh siswa yang mengalami hemoglobin kurang dengan tingkat kemampuan kognitif buruk sebanyak 29 siswa (64,4%) dan 9 anak mengalami hemoglobin kurang (34,6%) dengan kemampuan kognitif baik. Sedangkan siswa yang memiliki kadar hemoglobin normal dengan kemampuan kognitif buruk


(11)

sebanyak 16 siswa (35,6%), dan 17 siswa (65,4%) memiliki tingkat kemampuan kognitif baik.

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p sebesar 0,015 (p<0,05) secara statistik nilai tersebut bermakna, hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif. 3.3Pembahasan

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII,VIII, IX yang bersekolah di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Proporsi anak laki-laki adalah 41 orang dan perempuan 30 orang. Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan p sebesar 0.015 dari nilai p ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dan kemampuan kognitif, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat banyak remaja yang mengalami kadar hemoglobin kurang. Kadar hemoglobin kurang jika nilai normal hemoglobin kurang dari 12 g/dl untuk wanita dan pada laki laki yang berumur kurang dari sama dengan 15 tahun yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 13 g/dl (WHO, 2011).

Remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai sejumlah perubahan biologis, kognitif, dan emosional. Perubahan biologis yaitu pertambahan tinggi badan, perubahan hormonal, dan kematangan seksual. Perubahan kognitif yang terjadi adalah meningkatnya berfikir abstrak, idealistik, dan logis. Masa remaja adalah masa yang lebih banyak membutuhkan zat gizi yang optimal. Usia 12-14 tahun termasuk dalam masa peralihan dari remaja awal menuju remaja akhir diamana merupakan masa pencarian identitas, dan pada masa ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan atau memilih makan di luar. Kebiasaan ini dapat mengakibatkan remaja mengalami kerawanan pangan yang berhubungan dengan asupan zat gizi yang rendah dan beresiko terjadi hemoglobin di dalam tubuh rendah (Dea & Apoina, 2014).


(12)

Menurut (Kiswari, 2014) anak usia remaja rentan mengalami hemoglobin kurang karena kehilangan berlebihan darah antara lain karena infestasi parasit. Kadar hemoglobin kurang dapat disebabkan oleh karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan darah dari tubuh (perdarahan), proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin C, vitamib B12 dan folat.

Sedangkan menurut (Bakta, 2013) kadar hemoglobin kurang diakibatkan karena jumlah efektif Sel Darah Merah (SDM) berkurang, sehingga pengiriman oksigen ke jaringan menurun akibatnya jaringan akan mengalami anoksia organ target, pada sistem cardiovaskuler akan timbul gejala seperti lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak waktu bekerja, sedangkan pada sistem saraf dapat timbul gejala sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, lesu.

Kemampuan kognitif berhubungan dengan hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar nilai kognitif responden pada kategori buruk, dan sebagian kecil berada pada kategori baik. Penyebab utama hemoglobin kurang adalah ketidak cukupan asupan besi yang tersedia, orang dengan kadar hemoglobin kurang biasanya sering merasa sakit kepala, dan pusing. Dampak negatif dari hemoglobin kurang adalah dapat mengganggu proses mental serta menurunkan kecerdasan, gangguan imunitas, dan menurunkan kapasitas dalam berfikir. Sebagian besar siswa dengan hemoglobin normal mendapatkan hasil kemampuan kognitif baik dan sebagian kecil pada kategori cukup (Husjain et al., 2014).

Hasil penelitian (Hidayati et al., 2010) dengan nilai p sebesar 0,0012 membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kejadian anemia (kadar hemoglobin kurang) dengan prestasi belajar, anak yang anemia memiliki prestasi belajar yang lebih secara signifikan dibangingkan dengan anak yang tidak anemia (kadar hemoglobin normal). Berdasarkan penelitian (Mulyadi et al., 2014) hasil analisis statistik dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara anemia


(13)

dengan hasil belajar dengan nilai p = 0,04. (Husjain et al., 2014) dalam penelitiannya, diperoleh nilai p = 0,03 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara hemoglobin dengan nilai prestasi belajar. Dari analisis diperoleh nilai OR = 9,643 artinya responden dengan hemoglobin kurang mempunyai peluang 9,643 kali untuk meningkatkan prestasi belajar dibandingkan responden dengan kadar hemoglobin normal. Kelemahan pada penelitian ini adalah masih belum ditemukannya validitas alat yang digunakan dalam pengecekan kadar hemoglobin darah pada subjek penelitian dan belum bisanya mengendalikan faktor perancu seperti faktor status ekonomi, status gizi, kondisi lingkungan, asupan gizi, dan infeksi.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada 71 responden di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, Sukoharjo dapat disimpulkan terdapat hubungan positif yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif siswa remaja di Sukoharjo, Jawa Tengah. Untuk itu sebaiknya pihak sekolah melaksanakan kegiatan dalam upaya meningkatkan kadar hemoglobin siswa salah satunya dengan perbaikan gizi untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak sekolah, dengan mengadakan kantin sekolah yang memenuhi persyaratan gizi.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih kepada Dr. M Shoim Dasuki, M. Kes., Dr. Erna Herawati, Sp. KJ., dan Dr. Tri Agustina, M. Gizi. yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan saran yang sangat penting bagi skripsi ini mulai dari awal pengajuan hingga skripsi ini selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsalam, M. & Daniel, A. 2002. Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi. Sari Pediatri, IV(2), pp.74-77.

Anon. 2011-2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at: http://kbbi.web.id/mampu [Accessed 1 august 2016].


(14)

Dea, I. & Apoina, K. 2014. Hubungan status gizi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja. JNC, III(2), pp.33-39.

Dinkes Prov Jateng. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.[Online]Available at:http: //www.dinkesjatengprov.go.id/v2015/ dokumen/profil2014/Profil_2014.pdf [Diakses 28 august 2016].

Hidayati, L., Hadi, H., Lestariana, W. & Kumara, A. 2010. Anemia dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan, XVI(2), p. 1.

Hoffbrand, A.V. & Moss, P.A.H. 2013. Kapita Selekta Hematologi. 6th ed. Jakarta: EGC.

Husjain, D., Chairlan & Mardiana. 2014. Analisis Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Penghuni Asrama Poltekkes Jakarta III. I(2), pp.93-100.

Jain, M. & Chandra, J. 2012. Correlation Batween Haematological and Congnitive Profile of Anaemic and Non Anemic School Age Girls. Curr Pediatr Res, XVI(2), p.1.

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014. [Online] Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf[Diakses

3September 2016].

Kiswari, R. 2014. Hematologi & Transfusi. 1st ed. Jakarta: Erlangga. Kramer, J.D. 1996. AKU. Jakarta: Adventure Works Press.

Kumolohadi, Kumolohadi, R. & Suseno, M.N. 2012. Intelligenz Struktur Test Dan Standard Progressive. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 1(2), pp.79-85.

Magiwa, R., Wungouw, H. & Pangemanan, D. 2014. Kemampuan Intelligence Quotient (IQ) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik, II(3), pp.1-2.

Muljati, S., Luciasari, E., Permaesih, D. & Permanasari, Y. 2016. Puslitbang. [Online] Available at: http: //www.pusat3.litbang.depkes.go.id / pusat3_v1/news-152- masalah-kesehatan-dan-gizi-remaja.html [Accessed 3 August 2016].

Mulyadi, Jilli, L. & Elvira, L. 2014. Hubungan Antara Anemia Dengan Hasil Belajar Siswi Kelas 3 Sapa Kecamatan Tengan Kabupaten Minahasa Tengah. Sam Ratulangi Journal of Public Health, 1(2), pp. 25-27.

Permaesih, D. & Herman, S. 2005. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Anemia Pada Remaja. Bul. Penel. Kesehatan, XXXIII(4), p.2.


(15)

Pramono, O. 2015. Membaca Watak, IQ dan Pikiran. 1st ed. Yongyakarta: Kauna Pustaka.

Prince, S. & Wilson, L. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC.

Proverawati, A. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. 1st ed. Yongyakarta: Nuha Medika.

Sarwono, S. 2016. Psikologi Remaja. 1st ed. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutirna, H. & Samsudin, A. 2015. Landasan Kependidikan Teori dan Praktik. 1st ed. Bandung: Refika Aditama.

WHO. 2008. Worldwide prevalence of anaemia 19932005.Spanyol : WHO global database on anaemia.

WHO. 2011. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity.VMNIS,p.3.


(1)

Berdasarkan tingkat kemampuan kognitif sampel terbanyak adalah siswa dengan tingkat kemampuan kognitif buruk yaitu sebesar 45 (63,39%) siswa, sedang untuk sampel dengan tingkat kemampuan kognitif baik adalah 26 (36,61%) siswa.

Tabel 1.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai Kemampuan Kognitif

Kemampuan Kognitif N (%)

Baik 36,61

Buruk Jumlah

63,39 100 (Sumber Data Primer, 2016).

3.2Hasil Penelitian dan Analisis Data

Pengaruh kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif pada remaja di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura telah diperoleh data kemudian diolah secara statistik dengan metode analisis Chi-Square, dimana analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kadar hemoglobin (variabel bebas) dengan kemampuan kognitif (variabel terikat) pada siswa remaja.

Tabel 4.6 Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Kemampuan Kognitif. Kemampuan

Kognitif

Status Kadar Hb N P value Kurang Normal

N % N % N %

Baik 9 34,6 17 65,4 26 100 0,015

Buruk Jumlah

29 64,4 16 35,6 45 100 38 53,5 46 46,5 71 100 (Sumber Data Primer, 2016).

Hasil analisis hubungan kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif pada siswa remaja di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengan diperoleh siswa yang mengalami hemoglobin kurang dengan tingkat kemampuan kognitif buruk sebanyak 29 siswa (64,4%) dan 9 anak mengalami hemoglobin kurang (34,6%) dengan kemampuan kognitif baik. Sedangkan siswa yang


(2)

sebanyak 16 siswa (35,6%), dan 17 siswa (65,4%) memiliki tingkat kemampuan kognitif baik.

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p sebesar 0,015 (p<0,05) secara statistik nilai tersebut bermakna, hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif. 3.3Pembahasan

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII,VIII, IX yang bersekolah di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Proporsi anak laki-laki adalah 41 orang dan perempuan 30 orang. Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan p sebesar 0.015 dari nilai p ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dan kemampuan kognitif, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat banyak remaja yang mengalami kadar hemoglobin kurang. Kadar hemoglobin kurang jika nilai normal hemoglobin kurang dari 12 g/dl untuk wanita dan pada laki laki yang berumur kurang dari sama dengan 15 tahun yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 13 g/dl (WHO, 2011).

Remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai sejumlah perubahan biologis, kognitif, dan emosional. Perubahan biologis yaitu pertambahan tinggi badan, perubahan hormonal, dan kematangan seksual. Perubahan kognitif yang terjadi adalah meningkatnya berfikir abstrak, idealistik, dan logis. Masa remaja adalah masa yang lebih banyak membutuhkan zat gizi yang optimal. Usia 12-14 tahun termasuk dalam masa peralihan dari remaja awal menuju remaja akhir diamana merupakan masa pencarian identitas, dan pada masa ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan atau memilih makan di luar. Kebiasaan ini dapat mengakibatkan remaja mengalami kerawanan pangan yang berhubungan dengan asupan zat gizi yang rendah dan beresiko terjadi hemoglobin di dalam tubuh rendah (Dea & Apoina, 2014).


(3)

Menurut (Kiswari, 2014) anak usia remaja rentan mengalami hemoglobin kurang karena kehilangan berlebihan darah antara lain karena infestasi parasit. Kadar hemoglobin kurang dapat disebabkan oleh karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan darah dari tubuh (perdarahan), proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin C, vitamib B12 dan folat.

Sedangkan menurut (Bakta, 2013) kadar hemoglobin kurang diakibatkan karena jumlah efektif Sel Darah Merah (SDM) berkurang, sehingga pengiriman oksigen ke jaringan menurun akibatnya jaringan akan mengalami anoksia organ target, pada sistem cardiovaskuler akan timbul gejala seperti lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak waktu bekerja, sedangkan pada sistem saraf dapat timbul gejala sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, lesu.

Kemampuan kognitif berhubungan dengan hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar nilai kognitif responden pada kategori buruk, dan sebagian kecil berada pada kategori baik. Penyebab utama hemoglobin kurang adalah ketidak cukupan asupan besi yang tersedia, orang dengan kadar hemoglobin kurang biasanya sering merasa sakit kepala, dan pusing. Dampak negatif dari hemoglobin kurang adalah dapat mengganggu proses mental serta menurunkan kecerdasan, gangguan imunitas, dan menurunkan kapasitas dalam berfikir. Sebagian besar siswa dengan hemoglobin normal mendapatkan hasil kemampuan kognitif baik dan sebagian kecil pada kategori cukup (Husjain et al., 2014).

Hasil penelitian (Hidayati et al., 2010) dengan nilai p sebesar 0,0012 membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kejadian anemia (kadar hemoglobin kurang) dengan prestasi belajar, anak yang anemia memiliki prestasi belajar yang lebih secara signifikan dibangingkan dengan anak yang tidak anemia (kadar hemoglobin normal). Berdasarkan penelitian (Mulyadi et al., 2014) hasil analisis statistik dalam penelitian ini


(4)

dengan hasil belajar dengan nilai p = 0,04. (Husjain et al., 2014) dalam penelitiannya, diperoleh nilai p = 0,03 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara hemoglobin dengan nilai prestasi belajar. Dari analisis diperoleh nilai OR = 9,643 artinya responden dengan hemoglobin kurang mempunyai peluang 9,643 kali untuk meningkatkan prestasi belajar dibandingkan responden dengan kadar hemoglobin normal. Kelemahan pada penelitian ini adalah masih belum ditemukannya validitas alat yang digunakan dalam pengecekan kadar hemoglobin darah pada subjek penelitian dan belum bisanya mengendalikan faktor perancu seperti faktor status ekonomi, status gizi, kondisi lingkungan, asupan gizi, dan infeksi.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada 71 responden di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, Sukoharjo dapat disimpulkan terdapat hubungan positif yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan kemampuan kognitif siswa remaja di Sukoharjo, Jawa Tengah. Untuk itu sebaiknya pihak sekolah melaksanakan kegiatan dalam upaya meningkatkan kadar hemoglobin siswa salah satunya dengan perbaikan gizi untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak sekolah, dengan mengadakan kantin sekolah yang memenuhi persyaratan gizi.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih kepada Dr. M Shoim Dasuki, M. Kes., Dr. Erna Herawati, Sp. KJ., dan Dr. Tri Agustina, M. Gizi. yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan saran yang sangat penting bagi skripsi ini mulai dari awal pengajuan hingga skripsi ini selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsalam, M. & Daniel, A. 2002. Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi. Sari Pediatri, IV(2), pp.74-77.

Anon. 2011-2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at: http://kbbi.web.id/mampu [Accessed 1 august 2016].


(5)

Dea, I. & Apoina, K. 2014. Hubungan status gizi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja. JNC, III(2), pp.33-39.

Dinkes Prov Jateng. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.[Online]Available at:http: //www.dinkesjatengprov.go.id/v2015/ dokumen/profil2014/Profil_2014.pdf [Diakses 28 august 2016].

Hidayati, L., Hadi, H., Lestariana, W. & Kumara, A. 2010. Anemia dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan, XVI(2), p. 1.

Hoffbrand, A.V. & Moss, P.A.H. 2013. Kapita Selekta Hematologi. 6th ed. Jakarta: EGC.

Husjain, D., Chairlan & Mardiana. 2014. Analisis Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Penghuni Asrama Poltekkes Jakarta III. I(2), pp.93-100.

Jain, M. & Chandra, J. 2012. Correlation Batween Haematological and Congnitive Profile of Anaemic and Non Anemic School Age Girls. Curr Pediatr Res, XVI(2), p.1.

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014. [Online] Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf[Diakses

3September 2016].

Kiswari, R. 2014. Hematologi & Transfusi. 1st ed. Jakarta: Erlangga. Kramer, J.D. 1996. AKU. Jakarta: Adventure Works Press.

Kumolohadi, Kumolohadi, R. & Suseno, M.N. 2012. Intelligenz Struktur Test Dan Standard Progressive. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 1(2), pp.79-85.

Magiwa, R., Wungouw, H. & Pangemanan, D. 2014. Kemampuan Intelligence Quotient (IQ) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik, II(3), pp.1-2.

Muljati, S., Luciasari, E., Permaesih, D. & Permanasari, Y. 2016. Puslitbang. [Online] Available at: http: //www.pusat3.litbang.depkes.go.id / pusat3_v1/news-152- masalah-kesehatan-dan-gizi-remaja.html [Accessed 3 August 2016].

Mulyadi, Jilli, L. & Elvira, L. 2014. Hubungan Antara Anemia Dengan Hasil Belajar Siswi Kelas 3 Sapa Kecamatan Tengan Kabupaten Minahasa Tengah. Sam Ratulangi Journal of Public Health, 1(2), pp. 25-27.

Permaesih, D. & Herman, S. 2005. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Anemia Pada Remaja. Bul. Penel. Kesehatan, XXXIII(4), p.2.


(6)

Pramono, O. 2015. Membaca Watak, IQ dan Pikiran. 1st ed. Yongyakarta: Kauna Pustaka.

Prince, S. & Wilson, L. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC.

Proverawati, A. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. 1st ed. Yongyakarta: Nuha Medika.

Sarwono, S. 2016. Psikologi Remaja. 1st ed. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutirna, H. & Samsudin, A. 2015. Landasan Kependidikan Teori dan Praktik. 1st ed. Bandung: Refika Aditama.

WHO. 2008. Worldwide prevalence of anaemia 1993–2005.Spanyol : WHO global database on anaemia.

WHO. 2011. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity.VMNIS,p.3.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA REMAJA DI SUKOHARJO Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Kemampuan Kognitif Pada Remaja di Sukoharjo Jawa Tengah.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI (STUNTING DAN TIDAK STUNTING) DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF REMAJA DI SUKOHARJO, JAWA Hubungan Antara Status Gizi (Stunting dan Tidak Stunting) dengan Kemampuan Kognitif Remaja di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI (STUNTING DAN TIDAK STUNTING) DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF REMAJA DI SUKOHARJO, JAWA Hubungan Antara Status Gizi (Stunting dan Tidak Stunting) dengan Kemampuan Kognitif Remaja di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

0 3 12

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZINK DENGAN ANEMIA PADA REMAJA DI SUKOHARJO, JAWA TENGAH Hubungan Antara Asupan Zink dengan Anemia pada Remaja di Sukoharjo, Jawa Tengah.

0 5 16

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA DI SUKOHARJO JAWA TENGAH Hubungan Antara Asupan Protein dengan Anemia Pada Remaja di Sukoharjo Jawa Tengah.

0 4 13

HUBUNNGAN ASU Hubungan Antara Asupan Protein Dengan Kemampuan Kognitif Pada Remaja Di Sukoharjo, Jawa Tengah.

0 4 14

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA REMAJA DI SUKOHARJO, JAWA TENGAH Hubungan Antara Asupan Protein Dengan Kemampuan Kognitif Pada Remaja Di Sukoharjo, Jawa Tengah.

0 6 12

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, VITAMIN C DAN ASAM FOLAT DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI Hubungan Asupan Protein, Vitamin C Dan Asam Folat Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di SMK Negeri 1 Sukoharjo.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENSTRUASI DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO.

0 0 6

Hubungan Asupan Magnesium dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri Penderita Anemia di Sukoharjo.

0 0 11