Optimalisasi Produksi Usaha Tepung Mocaf Pada Pt Multi Usaha Wisesa Di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA TEPUNG MOCAF
PADA PT MULTI USAHA WISESA DI KECAMATAN
GUNUNG PUTRI, KABUPATEN BOGOR

AISATUL MUSTAQIMAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Produksi
Usaha Tepung Mocaf pada PT Multi Usaha Wisesa di Kecamatan Gunung Putri,
Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Aisatul Mustaqimah
NIM H34100054

x

ABSTRAK
AISATUL MUSTAQIMAH. Optimalisasi Produksi Usaha Tepung Mocaf pada
PT Multi Usaha Wisesa di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.
Tepung mocaf adalah produk tepung berbahan dasar ubi kayu yang proses
pembuatannya melalui tahapan fermentasi. Tepung ini merupakan salah satu
produk substitusi dari produk tepung terigu. Penelitian ini menganalisis mengenai
optimalisasi produksi tepung mocaf yang diproduksi oleh PT Multi Usaha Wisesa,
Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis
kombinasi produksi tepung mocaf Goodhealth agar mencapai kondisi optimal
dalam meminimumkan biaya, mendeskripsikan alokasi sumberdaya yang ada
pada PT Multi Usaha Wisesa sebagai kendala produksi tepung mocaf untuk

mencapai kondisi yang optimal, dan menganalisis pengaruh perubahan input
produksi, hal ini pengurangan jumlah tenaga kerja dan peningkatan harga ubi
kayu terhadap kondisi optimal. Penelitian ini menggunakan metode analisis
pemrograman linier dengan alat analisis LINDO. Hasil optimal menunjukkan
bahwa pada kondisi aktual perusahaan telah mencapai nilai biaya produksi
minimum. Solusi optimal perusahaan dalam menghadapi perubahan pengurangan
tenaga kerja menunjukkan perolehan nilai biaya terkecil perusahaan.
Kata kunci: biaya minimum, optimalisasi produksi, PT Multi Usaha Wisesa, tepung
mocaf.

ABSTRACT
AISATUL MUSTAQIMAH. Optimization of Production of Modified Cassava
Flour Enterprises in PT Multi Usaha Wisesa in Gunung Putri District, Bogor
Regency. Supervised by ANNA FARIYANTI.
Mocaf flour is a flour product made from cassava that produced through
the process of fermentation. This flour is one of the substitution product from
wheat flour. The study analyzed the production optimization mocaf flour
produced by PT Multi Usaha Wisesa, Gunung Putri district, Bogor Regency. The
purposes of this study are to analyze the combination of starch production mocaf
Goodhealth in to achieve optimal conditions in the minimize costs, describe the

allocation of resources in PT Multi Usaha Wisesa as constraints for the production
of mocaf flour achieve optimal conditions, and analyze the effect of changes in
input production, in this case reducing the amount of labor and increasing the
price of cassava. To analyze this study used linear programming method and
LINDO program as a tools in this study. The optimal result indicate that the actual
condition of the company has reached a minimum value of the cost of production.
Optimum solution of the company faced change indicate a reduction in the
amount of labor acquisition cost showed the minimum value of production
company.
Keywords : minimizing cost, modified cassava flour, optimization of production,
PT Multi Usaha Wisesa.

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA TEPUNG MOCAF
PADA PT MULTI USAHA WISESA DI KECAMATAN
GUNUNG PUTRI, KABUPATEN BOGOR

AISATUL MUSTAQIMAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Optimalisasi Produksi Usaha Tepung Mocaf pada PT Multi Usaha Wisesa,
Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor”. Shalawat serta salam senantiasa
diucapkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan suri tauladan
terbaik bagi seluruh umat manusia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr.Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku
pembimbing atas bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam pembuatan
skripsi ini, Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama dan Tintin

Sarianti, SP.MM selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan
masukannya untuk perbaikan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada
Ir. Harmini, M.Si yang senantiasa memberikan arahan dan dukungan serta
membantu dalam menjalani masa-masa perkuliahan sebagai wali akademik. Tidak
lupa, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Verani Restia Wijaya selaku
pembahas seminar dalam seminar hasil penelitian. Ucapan terima kasih dan
apresiasi penulis sampaikan kepada Bapak Haris Mulyono selaku manajer pabrik
PT Multi Usaha Wisesa, Bapak Subekti Sudarmanto selaku plant manager PT
Multi Usaha Wisesa, Ibu Eva Ferdiana selaku manajer pemasaran PT Multi Usaha
Wisesa dan pembimbing lapang dan segenap staff produksi di PT Multi Usaha
Wisesa yang telah membantu dan membimbing penulis dalam memberikan
informasi dalam kegiatan produksi yang dijalankan oleh PT Multi Usaha Wisesa,
Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua saya H. Dadang
Hermawan, SE dan Dra. Asde Murni, adik-adik saya tercinta Zulfikar Hadad,
Ahmad Farhan Hadad, dan Audi Rahman Hadad serta seluruh keluarga atas
dukungan, doa, dan kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya untuk para sahabat terkasih Erjodi Cahyo N, Rara Tama P, Dian W.
Maulasa, Rosalin Nur A, Sarastika T, sahabat TPB IPB A05 dan A06 dan para
sahabat Agribisnis 47, khususnya teman sebimbingan Arina Pradiahsari, Caca

Pratica dan Ajeng Caesari atas segala dukungan, motivasi, dan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Aisatul Mustaqimah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

xxi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

6

Manfaat Penelitian

7

Ruang Lingkup Penelitian


7

TINJAUAN PUSTAKA

7

Studi Empiris Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour)

7

Optimalisasi Produksi

8

KERANGKA PEMIKIRAN

9

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

9
15
18

Lokasi dan Waktu Penelitian

18

Jenis dan Sumber Data

18

Metode Pengumpulan Data

18

Model Pemrograman Linier


19

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

23

Manajemen Perusahaan

25

Proses Produksi Tepung Mocaf Goodhealth

27

HASIL DAN PEMBAHASAN

31

Hasil Pengoptimuman oleh LINDO


45

Analisis Primal pada Kondisi Optimal

45

Analisis Dual pada Kondisi Optimal

47

Analisis Sensitivitas pada Kondisi Optimal

51

Analisis Post Optimal

58

Perbandingan Kondisi Aktual Perusahaan, Kondisi Optimal, Kondisi
Skenario 1 dan Skenario 2

65

SIMPULAN DAN SARAN

67

Simpulan

67

Saran

68

DAFTAR PUSTAKA

68

LAMPIRAN

70

RIWAYAT HIDUP

86

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Produksi ubi kayu menurut provinsi, 2008-2012 (ton)
Volume ekspor beberapa tanaman pangan olahan 2008-2012 (Ton)
Jumlah penjualan dan jumlah permintaan tepung mocaf pada
PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Pembelian ubi kayu pada PT Multi Usaha Wisesa periode April
2013-Maret 2014
Data penjualan tepung mocaf pada PT Multi Usaha Wisesa periode
April 2013-Maret 2014
Total gaji operator pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013Maret 2014
Jumlah bahan baku produksi PT Multi Usaha Wisesa periode April
2013-Maret 2014
Harga satuan bahan baku dan bahan baku lain PT Multi Usaha
Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Total biaya produksi PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013Maret 2014
Biaya produksi tepung mocaf premium dan hi-fiber pada PT Multi
UsahaWisesa periode April 2013-Maret 2014
Jumlah ketersediaan singkong dan nilai koefisien ubi kayu dalam
memproduksi tepung mocaf pada PT Multi Usaha Wisesa periode
April 2013-Maret 2014
Jumlah kebutuhan dan koefisien starter bimo-cf pada PT Multi
Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Jumlah ketersediaan dan nilai koefisien jam kerja tenaga kerja
PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Jumlah penggunaan dan koefisien mesin pencuci PT Multi Usaha
Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Jumlah penggunaan dan koefisien mesin perajang PT Multi Usaha
Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Jumlah penggunaan dan koefisien mesin peniris PT Multi Usaha
Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Jumlah penggunaan dan koefisien mesin pengering pada PT Multi
Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Jumlah penggunaan dan koefisien mesin penepung pada PT Multi
Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Jumlah penggunaan dan koefisien mesin pengayak pada PT Multi
Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Jumlah permintaan pada tepung mocaf premium pada PT Multi
Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Perbandingan kondisi aktual dan optimal tepung mocaf premium
pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Perbandingan kondisi aktual dan optimal pada tepung mocaf
hi-fiber pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Hasil analisis dual pada penggunaan bahan baku ubi kayu dan starter
bimo-cf pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014

1
2
4
5
24
27
27
28
29
32

33
35
36
37
38
39
40
41
42
43
46
47
48

24 Analisis dual penggunaan mesin-mesin produksi pada PT Multi
Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
49
25 Analisis dual pada kendala jam kerja tenaga kerja pada PT Multi
Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
50
26 Analisis dual pada kendala transfer hasil produksi tepung mocaf pada
PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
50
27 Analisis dual pada kendala permintaan tepung mocaf premium dan
tepung mocaf hi-fiber pada PT Multi Usaha Wisesa periode April
2013-Maret 2014
51
28 Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan optimalisasi
produksi pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret
2014
52
29 Analisis sensitivitas bahan baku ubi kayu dan starter bimo-cf
pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
53
30 Analisis sensitivitas pada kepekaan kendala mesin pencuci dan mesin
penyawut pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret
2014
54
31 Analisis sensitivitas pada kepekaan kendala mesin peniris dan mesin
pengering pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret
2014
55
32 Analisis sensitivitas pada kepekaan kendala mesin penepung dan
mesin pengayak pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013Maret 2014
55
33 Analisis sensitivitas jam kerja tenaga kerja pada PT Multi Usaha
Wisesa periode April 2013-Maret 2014
56
34 Analisis sensitivitas kendala transfer pada PT Multi Usaha Wisesa
periode April 2013-Maret 2014
57
35 Analisis sensitivitas permintaan tepung mocaf premium dan hi-fiber
pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
58
36 Total biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi per satuan output
saat adanya perubahan pengurangan jumlah tenaga kerja sebanyak 1
orang pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
59
37 Ketersediaan jam kerja tenaga kerja setelah mengalami pengurangan
jumlah tenaga kerja pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013Maret 2014
60
38 Perbandingan jumlah produksi tepung mocaf premium pada kondisi
aktual dan optimal pada pengurangan jumlah tenaga kerja pada PT
Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
61
39 Perbandingan jumlah produksi tepung mocaf premium pada kondisi
aktual dan optimal pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013Maret 2014
62
40 Total biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi per satuan output
saat kenaikan biaya ubi kayu sebanyak 20% pada PT Multi Usaha
Wisesa periode April 2013-Maret 2014
63
41 Perbandingan jumlah produksi tepung mocaf premium pada kondisi
aktual dengan optimal pada skenario 2 pada PT Multi Usaha Wisesa
periode April 2013-Maret 2014
64

42 Perbandingan jumlah produksi tepung mocaf hi-fiber pada kondisi
aktual dan optimal saat skenario 2 pada PT Multi Usaha Wisesa
periode April 2013-Maret 2014
43 Perbandingan kondisi aktual, kondisi optimal, kondisi skenario 1, dan
kondisi skenario 2 pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013Maret 2014

64

65

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Gambar Peta Isokuan dan isocost
Kurva Kombinasi Output
Kerangka Pemikiran Operasional
Tepung mocaf goodhealth premium dan tepung mocaf goodhealth
hi-fiber
Struktur Organisasi PT Multi Usaha Wisesa
Proses Produksi Tepung Mocaf
Mesin Pencuci pada PT Multi Usaha Wisesa
Mesin Penyawut pada PT Multi Usaha Wisesa
Mesin Pengering pada PT Multi Usaha Wisesa
Mesin Penepung pada PT Multi Usaha Wisesa
Mesin Pengayak pada PT Multi Usaha Wisesa

11
12
17
23
25
30
37
38
39
40
41

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data Produksi Ubi kayu Menurut Provinsi, 2008-2012
2 Hasil Olahan LINDO PT Multi Usaha Wisesa bulan April 2013-Maret
2014
3 Hasil Olahan LINDO Skenario 1 PT Multi Usaha Wisesa bulan April
2013-Maret 2014
4 Hasil Olahan LINDO Skenario 2 PT Multi Usaha Wisesa bulan April
2013-Maret 2014

70
71
76
81

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman pangan merupakan subsektor penyumbang terbesar bagi
perekonomian diantara subsektor pertanian lainnya. Beberapa jenis tanaman
pangan unggul di Indonesia diantaranya yaitu padi, jagung, kacang tanah, kacang
kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, dan talas. Komoditas tersebut termasuk
ke dalam tanaman pangan unggul di Indonesia disebabkan oleh jenis tanaman
pangan tersebut memiliki peran sebagai sumber karbohidrat dan sumber protein
yang telah biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia (Purwono dan
Purnamawati 2011). Komoditas tanaman pangan tersebut dapat digunakan sebagai
bahan baku berbagai jenis produk olahan yang dapat menghasilkan keuntungan.
Kegiatan pengolahan berbagai komoditas tanaman pangan ini dapat menjadi awal
pengembangan bagi produk pertanian di Indonesia.
Ubi kayu merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang diminati dalam
pengolahan menjadi produk-produk yang memiliki nilai tambah. Hal ini didasari
mudahnya memperoleh ubi kayu di Indonesia. Tabel 1 memperlihatkan
pertumbuhan produksi ubi kayu yang ada di provinsi dengan jumlah produksi ubi
kayu terbesar di Indonesia. Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami
pertumbuhan yang baik terutama pada daerah-daerah yang memiliki jumlah
produksi ubi kayu yang tinggi seperti Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur. Salah satu pertumbuhan ubi kayu tertinggi berada pada provinsi Jawa
Barat yaitu mengalami peningkatan sebanyak 4.49 persen selama tahun 20112012 (BPS 2013).
Tabel 1 Produksi ubi kayu menurut provinsi, 2008-2012 (ton)
No Provinsi
2008
Lampung
7 721 882
Jawa Timur
3 533 772
Jawa Tengah
3 325 099
Jawa Barat
2 034 854
Nusa
928 974
Tenggara
Timur
Sumber : BPS 2013. (diolah)

1
2
3
4
5

2009
7 569 178
3 222 637
3 676 809
2 086 187
913 053

Tahun
2010
8 637 594
3 667 058
3 876 242
2 014 402
1 032 538

2011
9 193 676
4 032 081
3 501 458
2 058 785
962 128

2012*)
8 370 479
3 344 263
3 336 490
2 151 218
896 355

Pertumbu
han20112012(%)

-8.95
-17.06
-4.71
4.49
-6.84

Produksi ubi kayu di Jawa Barat menjadi pertimbangan suatu perusahaan
dalam mengolah produksi ubi kayu disebabkan oleh mudahnya memperoleh
bahan baku dari supplier. Beberapa contoh daerah yang memproduksi ubi kayu di
provinsi Jawa Barat yaitu daerah Ciamis, Cilengsi, Parung, Citeureup, Bogor, dan
Sukabumi. Selain mudahnya memperoleh bahan baku ubi kayu, tanaman pangan
ini juga merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki harga
relatif murah. Komoditi ubi kayu juga merupakan komoditi tanaman pangan yang
dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan baik produk pangan maupun
non-pangan. Ubi kayu memiliki nama ilmiah Manihot Esculenta mengandung
karbohidrat yang tinggi sehingga ubi kayu telah dikenal sebagai salah satu

2

makanan pokok di Indonesia. Keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha
agribisnis ubi kayu akan lebih besar apabila komoditas tersebut diolah sehingga
memiliki nilai tambah. Bahan baku ubi kayu menjadi salah satu komoditas pilihan
yang digunakan sebagai bahan dasar produk. Peranan komoditas ubi kayu dalam
perekonomian nasional menjadikan bisnis ubi kayu termasuk usaha yang
menjanjikan. Tabel 2 merupakan beberapa data volume ekspor komoditi olahan di
Indonesia periode 2008-2012.
Tabel 2 Volume ekspor beberapa tanaman pangan olahan 2008-2012 (Ton)
Komoditas
2008
Beras Olahan
356
Gandum Olahan
461 107
Jagung Olahan
1 168
Kacang Tanah
2 438
Kedelai
7 239
Olahan Olahan
Ubi kayu Olahan
36 990
Sumber : BPS 2013. (diolah)

2009
788
454 177
1 335
2 610
7 593
8 354

Tahun
2010
465
614 191
2 560
3 669
8 267
23 814

2011
687
546 506
20 472
3 474
8 191
90 008

2012
194
63 047
35 842
4 592
31 626
7 340

Pertumbuhan
2011-2012 %
-71.77
-88.46
75.08
32.19
286.11
-91.2

Ketahanan pangan tidak hanya terkait dengan ketersediaan produk pangan
pokok dalam negri saja, namun juga ketersediaan terhadap produk-produk lokal
yang berbahan dasar komoditas lokal. Volume ekspor beberapa tanaman pangan
olahan di Indonesia menunjukkan nilai pertumbuhan yang menurun drastis pada
tahun 2011-2012 yaitu komoditi olahan ubi kayu. Hal ini menunjukkan sedikitnya
produsen yang mengolah ubi kayu segar sebagai produk olahan di Indonesia
ataupun produk olahan ubi kayu belum memenuhi kriteria produk yang dapat di
ekspor. Penurunan yang signifikan ini memerlukan jawaban untuk
mengembangkan perusahaan pada skala industri maupun rumah tangga dalam
mengolah ubi kayu yang sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan.
Beberapa diantara produk yang berbahan baku ubi kayu diantaranya
adalah tepung singkong, tepung tapioka, bioetanol, sorbitol, gula cair, nata, tiwul,
keripik singkong (Salim 2011). Produk olahan ubi kayu pada penelitian ini akan
dibahas mengenai tepung mocaf yang merupakan tepung yang berperan sebagai
produk substitusi dari tepung terigu. Tepung mocaf merupakan tepung ubi kayu
yang dalam proses pembuatannya melalui tahap fermentasi. Proses fermentasi ini
yang membedakan proses tepung mocaf dengan tepung yang berbahan dasar ubi
kayu yang lain (Salim 2011). Perbedaan ini menjadikan tepung mocaf memiliki
keunggulan dibandingkan dengan tepung yang berbahan baku ubi kayu lainnya
yaitu tepung mocaf merupakan produk substitusi terigu, sehingga Indonesia
mampu mengolah tepung ini dengan bahan baku lokal yaitu ubi kayu, berbeda
dengan tepung terigu yang berbahan dasar gandum. Pada bidang industri tepung
mocaf dapat menghemat biaya produksi bagi pelaku industri yang menggunakan
tepung terigu sebagai bahan baku karena harganya yang lebih murah. Hal ini
menyebabkan permintaan akan produk tepung mocaf ini meningkat.
Mocaf adalah produk tepung dari singkong yang diproses menggunakan
prinsip memodifikasi sel singkong secara fermentasi dengan bakteri yang
digunakan yaitu starter Bimo-CF. Beberapa kegunaan tepung mocaf diantaranya
ialah dapat menjadi produk substitusi tepung terigu, bebas glutein sehingga
penyandang autis dapat mengonsumsi makanan yang berbahan baku tepung mocaf

3

ini, dan secara garis besar dapat memiliki manfaat yang berdampak kepada
ketahanan pangan nasional dengan bahan baku yang digunakan merupakan
produk lokal. Selain itu, pengolahan tepung mocaf dapat menciptakan peluang
usaha dan lapangan kerja bagi pelaku usaha, serta dapat menciptakan
kesejahteraan bagi petani singkong (Salim 2011).
Salah satu perusahaan yang memproduksi produk ini di kawasan Kabupaten
Bogor, Jawa Barat adalah PT Multi Usaha Wisesa. Bogor merupakan salah satu
wilayah yang terkenal memiliki potensi dalam bidang pertanian. Kabupaten Bogor
juga merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dalam memproduksi ubi
kayu dapat ditunjukkan dengan nilai produksi ubi kayu yang tiap tahunnya
mengalami peningkatan, seperti pada Tahun 2011 sebesar 167 295 Ton menjadi
185 239 Ton pada Tahun 2012 (BPS 2013). Selain itu, akses dalam memperoleh
bahan baku yaitu singkong dapat diperoleh dengan mudah karena kawasan berada
pada daerah Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan
pertumbuhan produksi ubi kayu yang terus meningkat tiap tahunnya. Supplier
dalam memperoleh bahan baku pada PT Multi Usaha Wisesa juga berasal dari
daerah sekitar Gunung Putri juga berada di daerah Jawa Barat seperti Ciamis,
Cilengsi, Citeureup, Jonggol, Bogor, dan Sukabumi. Pemilihan penelitian ini
disebabkan oleh tepung mocaf Goodhealth ialah produsen dan distributor tepung
mocaf dengan kualitas baik. Tepung mocaf Goodhealth ini juga merupakan salah
satu contoh tepung yang dibuat dari singkong murni tanpa campuran apapun
dengan melewati proses fermentasi dan juga kandungannya bebas glutein.
Besarnya permintaan produk tepung mocaf Goodhealth dan eksistensi produk ini
mampu membuat produk ini bertahan dipasar dan memiliki pelanggan yang tetap
mempertahankan kepercayaannya kepada penggunaan tepung mocaf Goodhealth
tersebut.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengoptimuman kegiatan
produksi tepung mocaf. Pengoptimuman pada kegiatan produksi dilakukan
dengan harapan dapat memberikan informasi bagaimana suatu usaha dapat
memaksimalkan sumberdaya yang ada untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
usaha, sehingga pada proses produksi dapat diperoleh minimum biaya untuk
menghemat pengeluaran perusahaan. Pengoptimuman juga dilakukan untuk
melihat bagaimana kondisi produksi optimal dalam memproduksi tepung mocaf
agar mampu memenuhi permintaanindustri dengan keterbatasan sumberdaya
yang dimiliki oleh PT Multi Usaha Wisesa. Keterbatasan kendala yang dimiliki
oleh perusahaan ini menyebabkan pemilihan topik kepada optimalisasi produksi
tepung mocaf sehingga dapat dilihat bagaimana kondisi optimum yang dapat
dicapai perusahaan dengan membandingkan dengan kondisi aktual perusahaan
pada periode April 2013-Maret 2014. Oleh sebab itu, penelitian ini menjadi
penting untuk dilakukan.
Perumusan Masalah
PT Multi Usaha Wisesa merupakan perusahaan tepung mocaf yang
menjadikan komoditas ubi kayu memiliki nilai tambah. Produksi mocaf tidak
terlepas dari kendala yang menimbulkan permasalahan dalam menghambat
kegiatan produksinya. Oleh sebab itu, diperlukan perencanaan produksi dalam
menghasilkan tepung mocaf dan memperkirakan permasalahan yang ada atau

4

yang mungkin terjadi dalam proses produksi tepung mocaf. Salah satu
permasalahan yang muncul pada PT Multi Usaha Wisesa adalah jumlah
permintaan tepung mocaf yang belum mampu dipenuhi oleh perusahaan. Tabel 3
memperlihatkan jumlah permintaan tepung mocaf pada PT Multi Usaha Wisesa.
Permintaan dan hasil produksi yang berfluktuatif pada PT Multi Usaha
Wisesa akan berdampak pada penerimaan yang diperoleh perusahaan. Hal
tersebut dapat terjadi disebabkan oleh sumberdaya yang ada pada PT Multi Usaha
Wisesa, baik sumberdaya fisik maupun nonfisik dalam kegiatan produksinya
belum optimal. Oleh sebab itu, permintaan pada tepung mocaf belum dapat
dipenuhi oleh PT Multi Usaha Wisesa, hal ini dapat mengurangi penerimaan
perusahaan sedangkan pada biaya produksi perusahaan akan menyebabkan
pengeluaran perusahaan mencapai biaya yang tinggi. Hal ini menimbulkan
permasalahan terhadap keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan tersebut.
Perencanaan produksi yang baik juga akan memperkirakan jumlah permintaan
pasar yang disesuaikan dengan jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan. Oleh
sebab itu, perencanaan produksi penting dilakukan.
Tabel 3 Jumlah penjualan dan jumlah permintaan tepung mocaf pada PT Multi
Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014
Bulan Produksi

Penjualan (kg)
Premium
Hi-Fiber
Apr-13
964
111
Mei-13
1 227
59
Jun-13
737
58
Jul-13
919
135
Agust-13
55
6
Sep-13
806
79
Okt-13
599
56
Nop-13
1 016
154
Des-13
394
95
Jan-14
964
289
Feb-14
301
159
Mar-14
1 160.5
82
Sumber : PT Multi Usaha Wisesa 2014.

Permintaan (kg)
Premium
Hi-Fiber
1 222
170
1 011
75
755
73
795
102
137
24
543
75
581
93
655
187
439
104
822.5
247.5
376
183
551
140

Jumlah penjualan pada Tabel 3 menunjukkan jumlah lebih rendah yang
signifikan pada bulan April dan Agustus 2013 dibandingkan jumlah permintaan
pada bulan tersebut. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut jumlah produksi
tepung mocaf pada PT Multi Usaha Wisesa belum optimal yang disebabkan oleh
faktor produksi seperti perolehan bahan baku yang tidak sesuai dengan jumlah
pesanan sehingga jumlah tepung yang dihasilkanpun tidak sesuai dengan jumlah
permintaan yang diinginkan pasar. Faktor lain yang dihadapi PT Multi Usaha
Wisesa dalam memenuhi jumlah permintaan yaitu belum optimalnya faktor
produksi seperti jam kerja mesin pengering yang membutuhkan waktu cukup lama
dalam proses pengeringannya sehingga kegiatan produksi menjadi terhambat.
Permasalahan ini juga disebabkan oleh permasalahan lain yang dihadapi oleh PT
Multi Usaha Wisesa.

5

Permasalahan lain yang dihadapi oleh PT Multi Usaha Wisesa adalah
dalam mendapatkan bahan baku ubi kayu dengan harga yang sesuai dengan biaya
produksi perusahaan. Banyaknya persaingan dengan pelaku usaha agribisnis
lainnya dalam penggunaan ubi kayu menyebabkan supplier memanfaatkan
kondisi tersebut dengan memberikan harga tinggi pada perusahaan. Sedangkan,
harga beli ubi kayu yang tinggi dapat menambah biaya produksi dan berdampak
kepada minimum keuntungan yang diperoleh, sehingga mengakibatkan produksi
tepung yang dihasilkan perusahaan tiap bulannya menjadi tidak menentu. Hal ini
akan berdampak kepada biaya produksi yang tinggi. PT Multi Usaha Wisesa
dalam kegiatan perolehan bahan baku seringkali menghadapi persaingan dengan
industri bahan baku pembuat keripik singkong. Industri pembuatan keripik
singkong memiliki nilai biaya produksi lebih tinggi yaitu dapat mencapai Rp1 500
hingga Rp2 000 perkilogram ubi kayu, sedangkan pada industri pengolahan
tepung biaya produksi pada ubi kayu hanya berada pada kisaran Rp900 hingga
Rp1 300. Hal ini menjadi permasalahan yang menyebabkan sulitnya memperoleh
bahan baku dari supplier. Oleh sebab itu, PT Multi Usaha Wisesa perlu menyiasati
permasalahan tersebut karena hal ini menyebabkan jumlah pembelian perusahaan
menjadi tidak menentu tiap bulannya. Berikut data pembelian ubi kayu yang ada
pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013-Maret 2014 Tabel 4.
Tabel 4 Pembelian ubi kayu pada PT Multi Usaha Wisesa periode April 2013Maret 2014
Bulan
Apr-13
Mei-13
Jun-13
Jul-13
Aug-13
Sep-13
Okt-13
Nov-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14

Pembelian(kg)
4 759
3 204
5 345
2 083
0
2 186
1 545
2 044
3 448
3 019
1 358
1 563

Sumber : PT Multi Usaha Wisesa 2014.

Perencanaan produksi juga mempertimbangkan faktor produksi yang
berkaitan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, ketersediaan jam kerja mesinmesin produksi dan jam kerja tenaga kerja juga menjadi faktor yang perlu
diperhatikan dalam proses produksi yang dilakukan PT Multi Usaha Wisesa
dalam merencanakan kegiatan produksi yang sesuai dengan tujuan perusahaan
yaitu meminimumkan biaya produksi. Penggunaan akan sumberdaya yang ada
pada perusahaan tersebut memiliki pengaruh terhadap hasil produksi tepung
mocaf. Biaya yang dikeluarkan pada proses produksi belum mampu mencapai
optimal dalam menghasilkan tepung mocafnya. Pada PT Multi Usaha Wisesa
tenaga kerja produksi diberikan upah secara rutin tiap bulannya dengan sesuai
upah buruh pada umumnya. Sehingga berapapun jumlah tepung mocaf yang

6

mereka produksi tidak mempengaruhi kenaikan atau penurunan upah. Oleh sebab
itu, perlu diperhatikan apakah jam kerja tenaga kerja pada PT Multi Usaha Wisesa
menjadi batasan dalam kondisi optimal minimum biaya produksinya.
Pada ketersediaan jam kerja mesin dalam mengolah ubi kayu menjadi
sawut kemudian menjadi tepung membutuhkan mesin produksi yang memiliki
kapasitas mesin yang disesuaikan dengan jumlah bahan baku yang tersedia.
Kapasitas mesin juga menjadi tolak ukur berapa jumlah tepung yang dapat
dihasilkan tiap harinya dengan kapasitas mesin yang ada. Permasalahan akan
muncul apabila jumlah bahan baku dan jumlah tepung yang dihasilkan tidak
sesuai dengan jumlah yang seharusnya dapat dicapai dalam kegiatan produksinya.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh kapasitas mesin yang belum memadai. Begitupun
sebaliknya, kapasitas mesin yang memadai tidak mampu menghasilkan jumlah
tepung yang sesuai dengan target produksi perusahaan apabila jumlah perolehan
bahan baku yang diperoleh perusahaan tidak sesuai dengan jumlah yang
ditentukan. Oleh sebab itu, permasalahan ini menjadi saling berkaitan karena
memiliki pengaruh dalam proses produksi tepung mocaf pada PT Multi Usaha
Wisesa.
Berbagai permasalahan tersebut akan dilihat apakah akan berpengaruh
terhadap hasil produksi atau tidak dalam kegiatan produksi adalah dari data hasil
produksi, data penjualan produksi, dan data permintaan. Sehingga dalam
perencanaan produksinya dapat ditentukan optimal produksi dengan pengeluaran
atau biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan mencapai nilai biaya terkecil.
Oleh sebab itu, dapat dilihat bagaimana kondisi perusahaan saat ini dengan
sumberdaya yang ada pada PT Multi Usaha Wisesa dalam mengoptimumkan
sumberdaya yang dimiliki dalam proses produksi pada PT Multi Usaha Wisesa.
Berdasarkan gambaran sebelumnya, maka rumusan masalah yang dapat diangkat
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kombinasi produksi tepung mocaf Goodhealth pada PT Multi
Usaha Wisesa untuk mencapai biaya produksi minimum?
2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki PT Multi Usaha Wisesa
sebagai kendala produksi untuk mencapai kondisi optimal?
3. Bagaimana solusi terbaik jika terjadi perubahan, dalam hal ini pengurangan
jumlah tenaga kerja dan peningkatan harga ubi kayu?

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kombinasi produksi tepung mocaf Goodhealth pada PT
Multi Usaha Wisesa agar mencapai kondisi optimal dengan
meminimumkan biaya produksi.
2. Mendeskripsikan alokasi sumberdaya yang ada pada PT Multi Usaha
Wisesa sebagai kendala produksi tepung mocaf untuk mencapai kondisi
yang optimal.
3. Menganalisis pengaruh perubahan input produksi, hal ini pengurangan
jumlah tenaga kerja dan peningkatan harga ubi kayu terhadap kondisi
optimal.

7

Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat membantu PT Multi Usaha Wisesa dalam melihat
kondisi optimal sumberdaya yang dimiliki dengan keterbatasan
sumberdaya aktual yang ada pada kegiatan produksi tepung mocaf
Goodhealth.
2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan guna mencapai produksi yang optimal dengan
meminimumkan biaya produksi tepung mocaf.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan literatur bagi
penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
1. Produk yang dikaji ialah mocaf Goodhealth, yaitu tepung yang merupakan
turunan dari komoditas singkong yang terdiri dari dua produk tepung yang
dihasilkan yaitu tepung mocaf goodhealth premium dan tepung mocaf hifiber.
2. Penelitian difokuskan pada optimalisasi produksi tepung mocaf
Goodhealth premium dan tepung mocaf Goodhealth Hi-Fiber dalam
meminimumkan biaya produksi.

TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour)
Tepung mocaf (Modified Cassava Flour) merupakan salah satu tepung
olahan yang berbahan baku ubi kayu. Pengembangan produk ini diharapkan
mampu menjadi produk substitusi dari tepung terigu yang berbahan baku
komoditas impor yaitu gandum. Beberapa penelitian telah menjelaskan berbagai
manfaat dari tepung mocaf ini dari segi kualitas, kesehatan, dan mutu yang
ditawarkan agar produk ini dapat terus berkembang. Tepung mocaf yang bebas
glutein ini dapat dikonsumsi oleh penyandang autis. Hal tersebut menjadi nilai
tambah dari produk ini. Harga yang relatif lebih murah menjadikan produk ini
mudah diterima dalam pasar dan diminati industri.
Perbedaan tepung mocaf dengan tepung kasava yang biasanya yaitu
tepung ini mampu menutupi kelemahan dari tepung kasava yang biasa.
Berdasarkan kandungannya, kelemahan ubi kayu berada dalam daya simpan dan
kandungan HCNnya. Hal tersebut kini dapat ditanggulangi dengan tepung kasava
ini. Tepung kasava ini sulit mengembang yang disebabkan tidak adanya
kandungan glutein. Pada penelitian yang dilakukan oleh Septianto (2010) yaitu
perlakuan khusus secara fisik maupun kimia dengan fermentasi alami. Fermentasi
alami yang dilakukan dalam 12 jam sampai 60 jam memiliki pengaruh nyata pada
daya kembang dari tepung kasava yang dihasilkan. Penelitiannya juga dihadapkan
perlakuan yang sama dalam pembuatan cake, dan cake yang dihasilkan dari
tepung kasava yang difermentasi tidak jauh berbeda dengan cake yang terbuat dari

8

tepung terigu dari segi rasa maupun kualitasnya. Tepung kasava yang difermentasi
itulah yang kini dikenal dengan sebutan tepung mocaf.
Selain pada cake, tepung mocaf juga memiliki manfaat lain bagi kesehatan.
Tepung mocaf dapat menjadi substitusi prebiotik dalam kandungan yang terdapat
pada yoghurt. Menurut penelitian Wardani (2013) tepung mocaf juga dapat
menghambat bakteri E. Coli yang merupakan bakteri patogen. Pada penelitiannya
tepung mocaf berperan sebagai prebiotik dalam pembuatan yoghurt dan dengan
komposisi tepung mocaf 40% dalam pembuatan yoghurt merupakan persentase
daya hambat bakteri E.Coli yang paling tinggi. Hal tersebut mampu menghasilkan
yoghurt yang memiliki rasa, aroma, tekstur dan warna yoghurt pada umumnya.
Kulukuningrum (2012) dalam penelitiannya memperlihatkan substitusi
tepung mocaf dengan terigu dalam pembuatan chesse cake, chocholate cake, dan
fruit cake terhadap tingkat penerimaan masyarakat terhadap penggunaan tepung
mocaf. Penggunaan tepung mocaf sebesar 70% dan tepung terigu sebesar 30%
dapat memperoleh hasil chesse cake, chocholate cake, dan fruit cake dengan cita
rasa, aroma, dan tekstur yang sama pada umumnya. Pada pengaruh terhadap
penerimaan produk substitusi ini juga diperoleh hasil yang memuaskan dan dapat
disosialisasikan kepada masyarakat luas yaitu masing-masing lebih dari 70%
hingga 83% tingkat penerimaan terhadap tepung mocaf. Beberapa manfaat tepung
mocaf tersebut, menjadikan produk mocaf memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan.
Optimalisasi Produksi
Optimalisasi memiliki elemen fungsi tujuan dimana pengambilan
keputusan dapat bertujuan memaksimumkan keuntungan maupun meminimumkan
biaya. Pada optimalisasi seringkali pengambil keputusan memilih tujuan kepada
maksimisasi keuntungan. Hal tersebut dilandasi bahwa dengan tujuan
memaksimumkan keuntungan didalamnya juga dapat disertakan dengan pemilihan
biaya terendah. Pengoptimuman dalam analisisnya dapat digunakan pemrograman
linear. Pada kegiatan produksi suatu usaha atau perusahaan juga dapat
dioptimumkan dengan pemrograman linear tersebut.
Kurniawan
(2013)
pada
penelitiannya
membahas
mengenai
pengoptimuman pada kegiatan produksi yang terdapat pada nata de coco mentah
di PT Galuh Pratama. Penelitian ini menggunakan alat analisis pemrograman
linier sebagai tolak ukur pengoptimuman produksinya dengan bantuan pengolahan
data melalui LINDO (Linear Interactive and Discrete Optimizer). Variabel
keputusan yang digunakan ialah aktivitas produksi dari setiap jenis nata de coco
mentah PT Galuh Pratama. Maksimum keuntungan dari nata de coco mentah PT
Galuh Pratama menjadi hal yang mendasari fungsi tujuan dari penelitian tersebut,
serta kendala yang dihadapi terkait kegiatan produksi dapat diketahui yang terdiri
dari kendala bahan baku air kelapa, kendala bahan baku penolong cuka Taiwan
dan gula pasir, kendala jam kerja. Setelah menentukan ketiga bentuk umum
pemrograman linier tersebut, maka dengan mudah dapat ditentukan
pengoptimuman pada kegiatan produksi dari nata de coco mentah PT Galuh
Pratama.
Salah satu permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah optimasi. Hal ini
dikarenakan setiap perusahaan, baik skala kecil maupun besar memiliki

9

permasalahan yang hampir sama yaitu dalam permasalahan pemanfaatan faktorfaktor produksi. Pemanfaatan faktor-faktor produksi tersebut diantaranya seperti
bahan baku, mesin-mesin, tenaga kerja, modal, dan waktu. Penggunaan faktorfaktor produksi secara efektif dan efisien dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan. Perusahaan akan memperoleh maksimum keuntungan dan
meminimalkan pemborosan biaya serta dapat memaksimalkan jumlah produksi
yang dihasilkan (Octaviani 2009).
Octaviani (2009) pada penelitiannya membahas mengenai perencanaan
produksi pada perusahaan Marbella Bakery dengan menentukan tujuan pada
model optimalisasi yaitu menentukan kombinasi output yang optimal dan kendala
yang dihadapi oleh perusahaan untuk memperoleh keuntungan maksimum, serta
mengetahui kondisi perusahaan apabila mengahadapi perubahan agar dapat
memperoleh nilai keuntungan yang maksimum. Yusup (2009) pada penelitiannya
juga membahas mengenai optimalisasi produksi pada produk kain tenun sutera
yang dibuat perusahaan menjadi dua macam produk yaitu kain tenun sutera warna
dan polos pada CV Batu Gede. Penelitian ini memiliki fungsi tujuan
memaksimumkan keuntungan dan melakukan skenario terhadap model
pengoptimuman untuk melihat optimal perusahaan dalam menghadapi perubahan.
Perubahan tersebut didasari beberapa hal yang terjadi pada perusahaan yaitu
pengurangan tenaga kerja dan kenaikan bahan baku terhadap perubahan fungsi
tujuan memaksimumkan keuntungan. Metode yang digunakan juga menggunakan
pemrograman linier dengan bantuan olahan LINDO dalam melihat kondisi
optimal yang dicapai.
Secara garis besar, dapat diketahui bahwa suatu perusahaan tentu dalam
perencanaan produksinya memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal. Penelitian terdahulu menjelaskan bagaimana perencanaan produksi
dapat dilakukan dengan menentukan model yang tepat dalam kondisi optimal
perusahaan dengan mengetahui variabel keputusan, fungsi tujuan dan variabel
kendala dalam perusahaan. Perbandingan dengan penelitian-penelitian terdahulu,
penelitian optimalisasi produksi tepung mocaf pada PT Multi Usaha Wisesa ini
memiliki fungsi tujuan meminimumkan biaya produksi dan melihat kondisi
optimal setelah terjadi perubahan dengan skenario perubahan input. Hal ini
disebabkan kondisi perusahaan perlu melihat apakah perusahaan telah optimal
dalam meminimumkan biaya, sebelum melihat kepada maksimum keuntungan.
Perubahan yang dibuat juga berlandaskan kemungkinan yang terjadi pada
perusahaan sehingga perusahaan dapat menemukan solusi minimisasi biaya
produksi pada perusahaan.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Produksi dan Kombinasi Produksi
Pelaksanaan suatu usaha tentu didalamnya akan melibatkan sebuah
perencanaan pada bagian-bagian yang terdapat dalam kegiatan operasional

10

diantaranya perencanaan produksi. Sebelum membuat perencanaan produksi
tentunya perlu diketahui secara jelas mengenai teori produksi. Secara umum
produksi ialah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan
(input) menjadi keluaran (output). Hal tersebut menjelaskan bahwa produksi
mencakup semua kegiatan yang menunjang suatu usaha dalam menciptakan
produk.Adapun pengertian produksi dalam arti sempit yaitu suatu kegiatan yang
menghasilkan barang baik barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan
industri, suku cadang dan komponen.Produksi merupakan kegiatan pengolahan
yang dilakukan oleh sebuah pabrik (Assauri 2008).
Hubungan antara masukan dan keluaran tersebut diformulasikan dengan
fungsi produksi sebagai berikut.
q = f (K, L, M, n), dimana :
q = Keluaran yang dihasilkan perusahaan untuk satu barang tertentu selama satu
periode
K = Penggunaan mesin pada periode tertentu
L = Jam kerja tenaga kerja pada periode tertentu
M = Bahan baku yang dipergunakan
n = Faktor lain yang mempengaruhi produksi
Formulasi hubungan antara masukan dan keluaran dapat memperlihatkan
bagaimana keluaran yang dihasilkan dari kegiatan produksi dapat disesuaikan
dengan perusahaan atau usaha yang dijalankan. Penentuan faktor produksi dapat
membantu kegiatan perencanaan produksi dalam menentukan faktor apa saja yang
memiliki pengaruh nyata bagi pengoptimuman pada kegiatan produksi tersebut.
Terkait dengan fungsi produksi, maka dalam tujuan memaksimumkan keuntungan
pada kegiatan produksi dapat dilakukan kombinasi input dalam menghasilkan
output maupun kombinasi output dalam pencapaian maksimum keuntungan.
Kombinasi produksi optimal dilakukan untuk memperoleh keuntungan
maksimum pada suatu usaha yang melakukan kegiatan produksi. Dalam ilmu
ekonomi, dapat diperlihatkan kurva yang menunjukkan hubungan kombinasi
tersebut yaitu pada kurva kemungkinan produksi dan garis isoquant. Gambar 1
menunjukkan bahwa perusahaan diasumsikan menggunakan input X1, X2, X3,
Y1, Y2 dan Y3 untuk memproduksi output z. Kurva isokuan produk z ditunjukkan
oleh kurva isokuan dan garis isocost ditunjukkan oleh garis AB dan CD. Produk z
dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi input di titik a, b, atau c yang
terdapat pada kurva isoquant. Kombinasi input pada masing-masing titik tersebut
akan menghasilkan jumlah output yang sama. Kurva isoquant mempunyai
kemiringan atau slope yang bernilai negatif. Slope ini disebut dengan tingkat
subtitusi teknis marjinal atau marginal rate of technical substitutions (MRTS)
yaitu jumlah pengurangan salah satu input ketika satu unit input lainnya
ditambahkan sementara output konstan. Kemiringan kurva isoquant ditentukan
oleh rasio produksi marjinalnya (Lipsey et al. 1995).
Kemiringan atau slope garis isocost ditentukan oleh rasio harga kedua input
produksi (X dan Y). Garis isocost AB dan CD menggambarkan jumlah biaya
produksi yang sama. Titik a dan c memiliki jumlah biaya yang sama karena
berada pada garis isocost yang sama yaitu garis AB. Titik b memiliki jumlah
biaya yang paling minimum jika dibandingkan dengan titik a dan c karena
semakin tinggi biaya maka semakin jauh garis isocost dari titik awal.

11

Garis isocost AB memotong kurva isoquant di titik a dan c. Jika perusahaan
melakukan produksi dengan menggunakan kombinasi input di kedua titik tersebut,
maka prodses produksi tidak dilaksanakan secara efisien. Perusahaan harus
menemukan kombinasi input yang paling murah agar proses produksi dapat
dilaksanakan dengan secara efisien. Kombinasi input dengan biaya yang terendah
ditunjukkan oleh titik persinggungan antara garis isocost CD dengan kurva
isoquant. Jika perusahaan sampai pada posisi biaya terendah, maka perusahaan
tersebut telah menyamakan rasio harga (yang diketahui dari harga pasar) dengan
rasio produk marjinal yang dapat disesuaikan dengan mengubah proporsi
penggunaan faktor-faktor produksi (Lipsey et al. 1995). Oleh karena itu, proses
produksi output z dengan biaya yang paling minimum adalah dengan
menggunakan kombinasi input X dan Y pada titik b. Titik b merupakan titik
optimal penggunaan penggunaan input X sebesar X2 dan input Y sebesar Y2
dengan nilai total biaya yang tunjukkan oleh garis isocost CD.
Input Y
A
Y1
C

Y2

a

b

Y3

c

Isokuan

X1 X2
D X3 B
Input X
Gambar 1 Peta isokuan dan garis isocost
Sumber : Lipsey et al. 1995

Kurva kemungkinan produksi menjelaskan mengenai tiga konsep yaitu
kelangkaan (scarcity), pilihan (choice), dan opportunity cost. Masing-masing
konsep memperlihatkan hubungan kombinasi, kebutuhan, dan keputusan yang
akan dilalui dalam memaksimumkan keuntungan. Kelangkaan berkaitan dengan
kombinasi-kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas.Pilihan ditunjukkan
dengan kebutuhan untuk memilih berbagai alternatif yang dapat dicapai sepanjang
batas. Opportunity cost menunjukkan keputusan memproduksi satu barang lebih
sedikit agar dapat memproduksi barang lain dalam jumlah yang banyak.
Lipsey (1995) memperlihatkan bahwa pada Gambar 2 dapat dilihat kurva
kemungkinan produksi untuk produk yang dijual dalam bentuk X dan dalam
bentuk Y yang ditunjukkan oleh daerah OAEB. Garis isorevenue ditunjukkan oleh
garis TR1 dan TR2. Pada saat kurva kemungkinan produksi berada di titik E
sebesar d untuk tepung mocaf yang dijual dalam kemasan X dan sebesar c untuk
tepung mocaf yang dijual dalam kemasan Y menunjukkan kombinasi produksi
optimal pada tepung mocaf goodhealth. Kombinasi produksi optimal tersebut
menunjukkan total penerimaan yang diperoleh oleh usaha tepung mocaf
Goodhealth sudah maksimal yaitu sebesar TR2. Namun, apabila kombinasi

12

produksi berada pada titik a dan titik b, maka hal tersebut menunjukkan
penerimaan tidak maksimal sebesar TR1.
Y

A
a
E
c
Batas Kemungkinan Produksi
TR2
Isorevenue

b
TR1

0
d
B
Gambar 2 Kombinasi output

X

Sumber : Lipsey et al. 1995

Assauri (2008) menjelaskan bahwa perencanaan sistem produksi dan operasi
meliputi seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi, seleksi dan
perancangan proses dan peralatan, pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit
produksi, rancangan tata letak dan arus kerja atau proses, rancangan tugas
pekerjaan, dan strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas.
Perencanaan sistem produksi dan operasi dapat pula dilakukan dengan melakukan
optimasi untuk pencarian solusi terbaik bagi perusahaan.
Perusahaan dapat memilih perencanaan dengan tujuan meminimumkan
biaya maupun memaksimumkan keuntungan. Apabila perusahaan melakukan
pengoptimuman dengan memaksimumkan keuntungan, bukan berarti tujuan
tersebut digambarkan dalam kondisi keuntungan tertinggi, begitupun pada tujuan
meminimumkan biaya, tidak selalu meminimumkan biaya ditunjukkan dengan
biaya yang ditekan ialah biaya yang paling kecil. Pengembangan model matematis
diperlukan dalam optimasi.Pengembangan tersebut dapat membantu dalam
melihat optimasi pada suatu usaha yang dijalankan. Pada kasus ini,
pengembangan model matematis dilakukan untuk melihat optimalisasi produksi
pada PT Multi Usaha Wisesa dalam memproduksi tepung mocaf Goodhealth.
Pengembangan model matematis dapat dimulai dengan mengetahui variabel
keputusan yang dipilih perusahaan, batasan yang harus dikenakan atas variabel
untuk memenuhi batasan, dan tujuan yang dicapai perusahaan dalam
mengoptimumkan variabel tersebut (Taha 1996).
Pada tujuan akan lebih tepat jika tujuan ditentukan dalam bentuk
maksimumkan keuntungan dibandingkan meminimumkan biaya, waktu dan jarak.
Hal tersebut disebabkan maksimisasi keuntungan sudah dapat mencakup dalam
minimisasi biaya.Penentuan alternatif atau variabel keputusan dilakukan setelah
ditentukannya tujuan. Variabel keputusan memiliki keterkaitan yang erat dengan
pengambilan keputusan yang dapat membantu pencapaian tujuan. Selanjutnya
pada sumberdaya yang membatasi atau biasa dikenal dengan sebutan kendala,

13

merupakan alasan dibutuhkannya proses optimasi. Sumberdaya tersebut
diantaranya bahan baku, fasilitas produksi, jam kerja atau waktu operasional,
tenaga kerja, modal, pangsa pasar, peraturan pemerintah, dan lain-lain. Penentuan
model didasari oleh penentuan ketiga elemen tersebut. Model yang dibuat
diharapkan mampu menjelaskan tujuan dari dilakukannya proses optimalisasi
sesuai dengan tujuan yang ada.
Pemrograman Linier
Pemrograman linier adalah suatu metode programasi yang variabelnya
disusun dengan persamaan linier. Pemrograman ini digunakan hanya untuk
keputusan linier saja. Perancangan model yang terbaik dalam meminimumkan
biaya ataupun memaksimumkan keuntungan dapat ditentukan dengan
pemrograman linier tersebut.
Menurut Nasendi dan Anwar (1985), model matematis program linier
dalam bentuk standar dirumuskan :
Maksimisasi atau Minimisasi Z = C1X1 + C2X2 + …. + CnXn
Fungsi tujuan harus memenuhi kendala-kendala atau syarat-syarat ikatan sebagai
berikut :
n11X1 + n12X2 + …. + n1nXn ≤; =; atau ≥ m1
n21X1 + n22X2 + …. + n2nXn ≤; =; atau ≥ m2
nX1 + nX2 + …. + nXn ≤; =; atau ≥ m
dan X1 ≥ 0, X2 ≥ …., Xn ≥ 0
Keterangan :
Z=
Fungsi tujuan
Cn = Koefisien peubah pengambilan keputusan ke-n dalam fungsi tujuan
Xn = Peubah pengambilan keputusan atau kegiatan ke-n (tingkat kegiatan)
n=
Koefisien teknis dalam kendala ke-m pada aktivitas ke-n
m = Sumberdaya yang terbatas / konstanta dari kendala ke-m
Penggunaan program linier harus memenuhi beberapa asumsi (Nasendi
dan Anwar 1995) yaitu linearitas, proporsionalitas, aditivitas, dan divisiabilitas.
Linearitas adalah asumsi yang menginginkan adanya perbandingan antara input
yang satu dengan input yang lainnya atau suatu input dengan output besarnya
tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi. Sedangkan proporsionalitas
menyatakan sebuah asumsi bahwa perubahan naik atau turunnya nilai fungsi
tujuan (Z) dan penggunaan sumberdaya yang tersedia akan berubah dalam
proporsi yang sama dalam perubahan tingkat kegiatan. Implikasi ini berasumsi
bahwa dalam model program linier yang bersangkutan tidak berlaku hukum
kenaikan yang semakin menurun.
Asumsi selanjutnya adalah asumsi aditivitas. Asumsi ini menyatakan
bahwa nilai parameter suatu kriteria optimalisasi atau koefisien peubah pengambil
keputusan dalam fungsi tujuan merupakan jumlah dari nilai individu-individu Cj
(j= 1, 2, 3, ....., n). Asumsi divisiabilitas menjelaskan peubah-peubah pengambil
keputusan Xn, jika diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan artinya
nilai-nilai Xn tidak perlu integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat) tetapi dapat
pula berupa non integer (misalnya ½; 0,5; 12,345; dan sebagainya). Demikian
pula dengan nilai Z yang dihasilkan. Sedangkan pada asumsi deterministik
menghendaki agar semua koefisien model pemrograman linier yaitu nilai peubah

14

pengambilan keputusan, kendala dalam teknis dan sumberdaya yang tersedia tetap
atau dapat diperkirakan secara pasti.
Analisis Primal
Analisis primal merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
kombinasi produksi yang dapat menghasilkan tujuan yang diinginkan dengan
keterbatasan sumberdaya yang ada (Taha 1996). Hasil analisis primal akan
dibandingkan dengan tingkat kombinasi produk aktual perusahaan. Oleh sebab itu,
dapat diketahui berapa jumlah setiap variabel keputusan (Xn) yang akan
diproduksi oleh perusahaan untuk dapat memaksimumkan