Karakter morfologi dan anatomi daun beberapa spesies Sansevieria

KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN
BEBERAPA SPESIES SANSEVIERIA

IRANI AUGUSTINA SAMOSIR

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakter Morfologi dan
Anatomi Daun Beberapa Spesies Sansevieria adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Irani Augustina Samosir
NRP G34080013



Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRAK
IRANI AUGUSTINA SAMOSIR. Karakter Morfologi dan Anatomi Daun
Beberapa Spesies Sansevieria. Dibimbing oleh DORLY dan YOHANA C.
SULISTYANINGSIH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakter morfologi dan anatomi
daun pada lima spesies tumbuhan Sansevieria. Berdasarkan pengamatan karakter
morfologi, dijumpai variasi morfologi daun meliputi ukuran panjang, lebar dan
tebal daun serta pola warna pada daun ke lima spesies Sansevieria. S. sufruticosa
memiliki daun berbentuk silindris berwarna hijau, dengan ujung daun berduri

merah kecoklatan. S. masoniana congo memiliki daun berbentuk jorong, warna
hijau tua, dengan tepi daun berwarna merah. S. samurai dwarf memiliki daun
berwarna hijau dengan permukaan cekung membentuk saluran. S. trifasciata gold
flame memiliki daun berbentuk lanset, tebal berwarna hijau tua bergaris hijau
muda dengan tepi daun berwarna kuning, sedangkan S. kirkii brown memiliki
daun berbentuk lanset, berwarna coklat dengan bercak putih, permukaannya
bergelombang. Pada ke lima spesies Sansevieria daun dilapisi selapis epidermis
berbentuk poligonal dengan 4 hingga 6 sisi yang berdinding tipis, kecuali spesies
S. samurai dwarf sel epidermis berdinding tebal merata. Stomata dijumpai pada
kedua permukaan daun, terdapat lebih banyak pada permukaan bawah daun
(abaksial). S. masoniana congo memiliki stomata berukuran (panjang x lebar)
terbesar, sedangkan S. kirkii brown memiliki stomata terkecil. S. masoniana
congo memiliki kerapatan stomata terkecil dengan indeks stomata terbesar,
sebaliknya S. sufruticosa memiliki kerapatan stomata terbesar dengan indeks
stomata terkecil. Diantara kelima spesies yang diteliti, daun S. masoniana congo
memiliki kutikula yang paling tebal sebaliknya S. trifasciata gold flame memiliki
kutikula paling tipis.
.
Kata kunci: Anatomi daun, morfologi daun, Sansevieria, stomata.


ABSTRACT
IRANI AUGUSTINA SAMOSIR. Leaf Morphology and Anatomy Characters of
Some Sansevieria Species. Supervised by DORLY and YOHANA C.
SULISTYANINGSIH.
This research aims to describe leaf morphology and anatomy characters of
five Sansevieria species. Based on the morphology characters, there are some
variation in the length, width, thickness and leaf color pattern. S. sufruticosa has
green cylindrical leaf, with auburn thorny leaf tip. S. masoniana congo has
elliptical leaf, dark green with red stripe on the leaf margins. S. samurai dwarf
has green leaf blade with concave surface forms thick wide channel. S. trifasciata
gold flame has thick lanceolate leaf, light green striped dark green with yellow
stripe in the leaf margin, while S. kirkii brown has white spotted brown lanceolate
leaf with wavy surface. Sansevieria was leaf covered with a layer of epidermis.

Epidermal cells are polygonal in shape with four to six thin wall sides, except S.
samurai dwarf with thick cell wall. Stomata were found on both leaf sides, more
stomata present on the lower epidermis than the upper epidermis. S. masoniana
congo has the biggest (length x width) stomata, while S. kirkii brown has the
smallest stomata. S. masoniana congo has the lowest stomatal density with the
highest stomatal index, whereas S. sufruticosa has the highest stomatal density

with the lowest stomatal index. Among all species, S. masoniana congo leaf has
the thickest cuticula while S. trifasciata gold flame has the thinnest.
Key words: Leaf anatomy, leaf morphology, Sansevieria, stomata

KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN
BEBERAPA SPESIES SANSEVIERIA

IRANI AUGUSTINA SAMOSIR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Karakter Morfologi dan Anatomi Daun Beberapa Spesies
Sansevieria
Nama
: Irani Augustina Samosir
NRP
: G34080013

Disetujui oleh

Dr Ir Dorly, MSi
Pembimbing I

Dr Yohana C.Sulistyaningsih, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen


Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Karakter
Morfologi dan Anatomi Daun Beberapa Spesies Sansevieria”. Karya ilmiah ini
merupakan hasil penelitian yang dilakukan di rumah kaca dan Laboratorium
Mikroteknik Departemen Biologi, FMIPA, IPB pada bulan Desember 2013
sampai Maret 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dorly, MSi dan Dr Yohana C.
Sulistyaningsih, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya.
Terima kasih juga kepada Dr. Kanthi Arum Widayati, M.Si. selaku penguji yang
telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan karya ilmiah ini. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pusat Penelitian LIPI
Cibinong atas ijin pemakaian fasilitas mikrotom beku. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak (Efendi Samosir, S.Pak), Mama (Resmi Sinaga),
Ito (Tumpal Samosir, S.Hut dan Doni Samosir). Terima kasih kepada Hendry
Sitorus, Dian Sagita Lumbanbatu, Ronny Hutapea, Jhon Simbolon, Tika
Simbolon, Marta Pangaribuan, Darius, Ratna, Nindia, Cahaya, Fifi, Devi dan
teman-teman di Laboratorium Anatomi dan Morfologi Tumbuhan, teman-teman

Biologi angkatan 45, PMK angkatan 45, Gladys crew (Mona, Lili, Jeni, Helin,
Arlina, Ribka), dan KOMKES angkatan 45 atas doa, dukungan, kasih sayang,
semangat dan motivasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
.
Bogor, Agustus 2014

Irani Augustina Samosir

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

BAHAN DAN METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Bahan dan Alat


2

Metode

2

Pengamatan Morfologi

2

Pengamatan Anatomi

3

Parameter Pengamatan

3

HASIL DAN PEMBAHASAN


4

Karakter Morfologi

4

Morfologi Tanaman

4

Morfologi Daun

5

Karakter Anatomi Daun

6

Sel Epidermis


6

Bentuk, Tipe, Sebaran dan Letak Stomata

7

Ukuran Stomata

10

Kerapatan Stomata

11

Indeks Stomata

12

Struktur Penampang Melintang Daun

13

Kutikula Daun

14

Epidermis Daun

15

Mesofil Daun

15

Helaian Daun

15

SIMPULAN

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18

DAFTAR TABEL
1 Ukuran panjang, lebar, dan tebal daun
2 Ukuran stomata adaksial dan abaksial daun 5 spesies Sansevieria
3 Kerapatan stomata dan indeks stomata sisi adaksial dan abaksial daun
pada 5 spesies Sansevieria
4 Tebal kutikula, tebal epidermis, tebal mesofil dan tebal daun 5 spesies
Sansevieria.

6
11
12
14

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi pengambilan sampel anatomi daun
2 Morfologi tanaman 5 spesies Sansevieria
3 Morfologi daun 5 spesies Sansevieria
4 Struktur sel epidermis
5 Tipe stomata 5 spesies daun Sansevieria pada sisi paradermal (atas) dan
transversal (bawah)
6 Sebaran stomata 5 spesies daun Sansevieria
7 Struktur anatomi epidermis adaksial daun 5 spesies Sansevieria
8 Struktur anatomi epidermis abaksial daun
9 Penampang melintang daun 5 spesies Sansevieria
10 Epidermis atas daun 5 spesies Sansevieria

3
5
6
7
8
8
9
13
13
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman Sansevieria mudah dikenali dari daunnya yang tebal dan banyak
mengandung air (fleshy dan succulent). Struktur daun seperti ini membuat
Sansevieria tahan terhadap kekeringan. Proses penguapan air dan laju transpirasi
dapat ditekan. Daun tumbuh di sekeliling batang semu di atas permukaan tanah.
Bentuk daun panjang dan meruncing pada bagian ujungnya (Pramono, 2008).
Sansevieria dapat tumbuh pada rentang suhu yang luas dan dapat bertahan hidup
di daerah panas seperti gurun. Tanaman ini tumbuh pada siang hari bertemperatur
24-29ºC dan malam hari 18-21ºC. Tanaman ini juga dapat beradaptasi pada
ruangan dengan suhu dan kelembaban yang rendah seperti pada ruangan
berpendingin (AC). Oleh karena itu Sansevieria dapat digunakan sebagai tanaman
dalam ruangan (Henley et al. 2006).
Sansevieria sp. memiliki daun yang bentuk, ukuran, warna dan tekstur
yang bervariasi antar varietasnya. Daun Sansevieria sp. berbentuk lanset, bulat
panjang, dan bulat pendek. Warna daun Sansevieria sp. beragam, yaitu hijau tua,
hijau muda, hijau abu-abu, perak dan warna kombinasi putih kuning atau hijau
kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi,
diantaranya mengikuti arah serat daun tidak beraturan dan ada juga yang zig-zag
(Triharyanto 2007).
Sebagaimana tanaman monokotil lainnya, akar S. trifasciata berupa akar
serabut atau juga disebut juga wild root (akar liar). Semua akar tumbuh dari
pangkal batang dan berbentuk serabut. Akar yang sehat berwarna putih dan
tampak berisi (gemuk), sedangkan akar yang sakit berwarna coklat. Selain akar
serabut, ciri khas lain lain dari Sansevieria adalah mempunyai rhizoma yang
tumbuh menjalar di atas permukaan tanah atau tumbuh di dalam tanah (Stover,
1983 ; Robert, 2007).
Sansevieria memiliki keunggulan yang jarang ditemukan pada tanaman
lain, diantaranya sangat resisten terhadap polutan dan bahkan mampu
menyerapnya. Hal itu karena tanaman ini mengandung bahan aktif pregnane
glikosid yang mampu mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan
beberapa senyawa asam amino (Giese et al. 1994). Oleh karena itu, Sansevieria
sangat baik diletakkan di dalam ruangan, baik di rumah, di kantor, maupun
dijadikan penghias taman di jalan-jalan yang lalu lintasnya padat sebagai
antipolutan (airfreshener)
Penelitian yang dilakukan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA)
menunjukkan daun Sansevieria mampu menyerap 107 jenis unsur berbahaya.
Beberapa unsur polutan berbahaya di udara, termasuk karbon monoksida (CO),
timbal (Pb), asap nikotin, gas H2S, dan senyawa kimia berbahaya (kloroform,
benzena, xylene, formaldehid, dan trichloro etilen) diserap oleh tanaman ini (Peart,
2003). Purwanto (2006) pada bukunya mengemukakan riset yang dilakukan oleh
Wolverton Environmental Service menyebutnya bahwa sehelai daun sansevieria
mampu menyerap formaldehid sebanyak 0,938 mg per jam. Jadi, untuk ruangan
seluas 100 m2 , cukup ditempatkan tanaman Sansevieria laurentii dewasa berdaun
4-5 helai agar ruangan itu bebas polutan. Menurut Lingga (2005), satu tanaman

2
Sansevieria efektif menyerap polutan dalam ruangan dengan luas 10m2.
Chamberline (1986) menyatakan penyerapan gas-gas beracun ini dipengaruhi oleh
resistensi dan mekanisme membuka dan menutupnya stomata yang sangat
dipengaruhi oleh sifat masing-masing gas.
Dariana (2005) menyatakan manfaat lain dari tanaman Sansevieria, yaitu
sebagai tanaman obat untuk menyembuhkan penyakit diare, tekanan darah tinggi,
influensa, batuk dan lain-lain. Manfaat lainnya dari tanaman Sansevieria sebagai
elemen taman dan dekorasi, bahan alternatif serat tekstil. Oleh karena tanaman ini
memiliki kemampuan menyerap polutan, sehingga perlu dilakukan penelitian
terhadap struktur morfologi dan anatomi tanaman ini.
Tujuan
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji karakteristik morfologi dan
anatomi daun beberapa spesies Sansevieria.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai Maret 2014
di rumah kaca dan Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi
FMIPA-IPB, Dramaga dan di LITBANG Zoologi LIPI, Cibinong.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan ialah 5 spesies Sansevieria (Sansevieria
sufruticosa, Sansevieria samurai dwarf, Sansevieria masoniana congo,
Sansevieria trifasciata gold flame, Sansevieria kirkii brown) berumur sekitar 2
tahun yang merupakan tanaman koleksi dari Nursery Wijaya Sentul, dan
dipelihara di rumah kaca selama 1 bulan. Bahan kimia yang digunakan antara lain
alkohol 70%, larutan HNO3, kloroks, pewarna safranin 1% (aquosa), dan gliserin
30%.
Alat yang digunakan antara lain mikrotom beku, mikroskop cahaya
Olympus CH20, kamera optilab, kamera digital, penggaris, jangka sorong, dan
hand counter.
Metode
Pengamatan Morfologi
Pengamatan morfologi dilakukan pada 5 spesies dengan 3 ulangan
tanaman. Setiap helaian daun dalam tanaman diukur panjang dan lebar daun
dengan menggunakan penggaris/meteran, sedangkan pengukuran tebal daun
menggunakan jangka sorong.

3
Pengamatan Anatomi
Pengamatan anatomi daun dilakukan pada ke 5 spesies dengan 3 ulangan
tanaman.
1. Pembuatan Sediaan Sayatan Paradermal
Preparat sayatan paradermal daun dibuat dengan metode Sass (1951).
Sediaan paradermal dibuat pada 3 posisi daun yaitu posisi ujung, tengah dan
pangkal daun (Gambar 1a) yang telah difiksasi dengan alkohol 70% . Daun dicuci
dengan air, lalu disayat menjadi 2 bagian yaitu atas dan bawah daun, direndam
dalam HNO3 50% selama 5-10 menit sampai daun agak lunak, selanjutnya daun
dibilas air dan disayat tipis. Hasil sayatan paradermal direndam dalam kloroks,
dicuci dengan air dan diwarnai dengan safranin 1%, lalu diamati dalam media
gliserin 30%.
2. Pembuatan Sediaan Sayatan Transversal
Daun berukuran 0,5 x 1 cm diambil pada posisi ujung (Gambar 1b), lalu
disayat secara transversal dengan mikrotom beku setebal 20 μm. Hasil sayatan
diwarnai dengan safranin 1%, lalu diamati dalam media gliserin 30%.

u

u

t

p
a

b

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel anatomi daun. (a)
sayatan paradermal: (u) ujung, (t) tengah, (p)
pangkal. (b) sayatan transversal.
Parameter Pengamatan
Pengamatan anatomi daun dilakukan pada 5 bidang pandang dengan 3
ulangan.
Sediaan Mikroskopis Sayatan Paradermal
Parameter yang diamati pada sediaan sayatan paradermal adalah bentuk,
ukuran, tipe, kerapatan, dan indeks stomata. Penentuan kerapatan dan indeks
stomata ( Willmer 1983) dihitung dengan rumus :
Kerapatan Stomata =
Indeks Stomata =

x 100

4
Sediaan Mikroskopis Sayatan Transversal
Parameter yang diamati pada sayatan transversal daun ialah tebal lapisan
kutikula atas (adaksial) dan kutikula bawah (abaksial), tebal jaringan epidermis
atas dan epidermis bawah, tebal mesofil, dan tebal daun.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakter Morfologi
Morfologi Tanaman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima spesies Sansevieria yang
diamati memiliki daun berkedudukan seperti roset yang mengelilingi batang semu
(Gambar 2).

a

b

c

d

5

e
Gambar 2. Morfologi Tanaman 5 spesies Sansevieria. (a) S.
sufruticosa, (b) S. samurai dwarf, (c) S. masoniana
congo, (d) S. trifasciata gold flame, (e) S. kirkii brown.
S. sufruticosa selain memiliki batang utama yang letaknya ditengah, juga
memiliki dua sampai tiga percabangan yang akarnya menjalar diatas permukaan
tanah, dengan 7-8 helai daun (Gambar 2a). S. masoniana congo memiliki rimpang
yang tumbuh diatas permukaan tanah (Gambar 2c) dengan 4-5 helai daun. Batang
semu membentuk rimpang, bulat, kuning oranye. Disebut batang semu karena
sesungguhnya Sansevieria tidak mempunyai batang (Stover, 1983). Sansevieria
merupakan tumbuhan berbiji tunggal (monokotil), sehingga akar tanaman ini
berbentuk serabut. Sansevieria yang baik dan sehat akan menampilkan perakaran
yang banyak dan berwarna putih.
Morfologi Daun
Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa kelima spesies Sansevieria
yang diteliti memiliki bentuk dan warna daun yang berbeda-beda (Gambar 3). S.
sufruticosa memiliki daun berbentuk silindris, warna hijau dan ujung daun berduri
merah kecoklatan. Hal ini sesuai dengan Stover (1983), yang melaporkan S.
sufruticosa memiliki bentuk daun silindris, ujung berwarna cokelat dan daun
mengelilingi batang secara tidak terartur yang terdiri dari 7-8 helai daun. S.
samurai dwarf memiliki daun dengan permukaan yang cekung sehingga
membentuk saluran, dan warna hijau. S. masoniana congo, memiliki bentuk daun
jorong yang tebal, warna hijau tua dengan motif bintik-bintik hijau muda pada
permukaan atas daun (Gambar 3a) dan bergaris putih untuk permukaan bawah
daun (Gambar 3b), ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, dengan tepi daun
rata berwarna merah. S. trifasciata gold flame memiliki daun tebal, berbentuk
lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun meruncing, warna hijau tua motif
bergaris hijau muda dengan tepi daun rata berwarna kuning, sedangkan S. kirkii
brown memiliki bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun
meruncing, tepi daun berombak, tebal dan kaku dengan permukaan bergelombang
berwarna coklat motif bintik-bintik putih pada permukaan atas (Gambar 3a)
maupun bawah daun (Gambar 3b). Hal ini sesuai dengan laporan Stover (1983),

6
yang menyatakan bahwa S. kirkii pulchra memiliki warna dasar daun yang sangat
gelap, berwarna hijau kehitaman, bercak putih keabu-abuan.

a

1

2

3

4

5

b

(1

2

3

4

5

Gambar 3. Morfologi daun 5 spesies Sansevieria. (a) bentuk dan warna
daun tampak atas, (b) bentuk dan warna daun tampak
bawah. (1) S. sufruticosa, (2) S. samurai dwarf, (3) S.
masoniana congo, (4) S. trifasciata gold flame, (5) S. kirkii
brown.
Ukuran dari daun Sansevieria yang diamati beragam dengan panjang
berkisar antara 10.9 – 15.3 cm, lebar 0.9 – 9.5 cm dan tebal 0.5 – 0.9 cm (Tabel 1).
Ukuran panjang daun terbesar terdapat pada S. kirkii brown dengan panjang 15.3
cm, lebar terbesar 9.5 cm pada S. masoniana congo, tebal terbesar 0.9 cm pada S.
samurai dwarf dan S. sufruticosa. Sedangkan S. sufruticosa memiliki panjang
terkecil yaitu 10.9 cm, lebar terkecil (0.9 cm) pada S. sufruticosa, dan tebal
terkecil (0.5 cm) pada S. kirkii brown, S. masoniana congo, S. trifasciata gold
flame.
Tabel 1. Ukuran panjang, lebar, dan tebal daun
Ukuran daun (cm)
Nama tanaman
Panjang
Lebar
Tebal
Sansevieria sufruticosa
10.9
0.9
0.9
Sansevieria samurai dwarf
11.5
1.6
0.9
Sansevieria masoniana congo
14.7
9.5
0.5
Sansevieria trifasciata gold flame
14.7
4
0.5
Sansevieria kirkii brown
15.3
4.2
0.5
Catatan : nilai merupakan rarata pengukuran dari semua helaian daun.
Karakter Anatomi Daun
Sel Epidermis
Epidermis merupakan jaringan pelindung dan lapisan terluar dari organ
tumbuhan yang sangat kompak. Sel epidermis berfungsi sebagai pelindung
terhadap kekurangan air, terhadap suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu

7
rendah, dan pelindung terhadap serangan hama dan penyakit. Epidermis yang
diamati pada ke lima spesies Sansevieria terdiri dari selapis sel berbentuk
poligonal dengan 4 hingga 6 sisi yang berdinding tipis (Gambar 4a), kecuali pada
spesies S. samurai dwarf sel epidermis berdinding tebal (Gambar 4b).

a

b
Gambar 4. Struktur sel epidermis. (a) sel epidermis berdinding tipis
S.trifasciata gold flame dan (b) sel epidermis berdinding tebal
S. samurai dwarf. Garis skala: 100 μm.

Bentuk, Tipe, Sebaran dan Letak Stomata
Stomata merupakan lubang atau celah yang terdapat epidermis organ
tumbuhan yang dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel penutup. Sel penutup
dikelilingi oleh sel-sel epidermis lainnya yang disebut sel tetangga (Nugroho et al.
2006). Stomata terdiri atas lubang (pori), sel penutup yang dikelilingi oleh
beberapa sel tetangga ( Fahn l982 ).
Sansevieria merupakan tanaman monokotil, tetapi sel penutup stomatanya
berbentuk ginjal. Tipe stomata yang umum ditemukan pada semua spesies
Sansevieria yang diteliti adalah bahwa sel penutup dikelilingi oleh 4 sel tetangga,
tersusun oleh 2 sel sejajar dengan sel penutup dan 2 sel lainnya tegak lurus dengan
sel penutup (Gambar 5). Stomata ditemukan pada bagian atas (adaxial) maupun
bawah (abaxial). Stomata pada bagian permukaan atas dan bawah daun ditemukan
menyebar acak. Menurut Croxdale (2000) dua pola distribusi stomata pada
Angiospermae yaitu pola yang sangat teratur dan acak, dengan pola acak yang
paling umum ditemukan. Secara umum, spesies Sansevieria yang diamati
memiliki stomata tunggal, namun pada salah satu spesies yaitu S. kirkii browns,
selain stomata tunggal dijumpai stomata yang berkelompok (Gambar 6b). Adanya
tonjolan kutikula yang sangat tinggi pada sel penutup stoma S. masoniana congo,
sehingga pada sisi paradermal terlihat bulatan berwarna gelap (Gambar 5c). Tipe
stomata ini menunjukkan bahwa tanaman Sansevieria bersifat tahan kekeringan,
karena laju pengurangan air yang rendah (Esau 1977).
Stomata ditemukan lebih banyak pada epidermis bawah (abaksial)
dibanding epidermis atas (adaksial) untuk kelima spesies tanaman Sansevieria
yang diteliti (Gambar 7, Gambar 8), kecuali pada S. sufruticosa, karena memiliki
bentuk daun silindris, sehingga tidak bisa dibedakan di sisi atas dan bawah
(Gambar 7a). Esau (1977); Hopskin & Huner (2004) melaporkan bahwa stomata
pada tanaman secara umum banyak terdapat pada sisi abaksial daun.

8
tk

a

b
tk

tk

a

c

b

d

e

tk

c

tk

d

e

Gambar 5. Tipe stomata 5 spesies daun Sansevieria pada sisi paradermal
(atas) dan transversal (bawah). (a) S. sufruticosa, (b) S.
samurai dwarf, (c) S. masoniana congo, (d) S. trifasciata gold
flame, (e) S. kirkii brown, (tk) tonjolan kutikula. Garis skala:
50 μm.

a

b
Gambar 6. Sebaran stomata 5 spesies daun Sansevieria. (a)
stomata tunggal dan (b) stomata berkelompok pada
S. kirkii brown. Garis skala: 100 μm.

9

a

b

c

d

e
Gambar 7. Struktur anatomi epidermis adaksial daun 5 spesies
Sansevieria. (a) S. sufruticosa, (b) S. samurai dwarf, (c) S.
masoniana congo, (d) S. trifasciata gold flame, (e) S. kirkii
brown. Garis skala: 100 μm.

10

a

b

c
d
Gambar 8. Struktur anatomi epidermis abaksial daun. (a) S. samurai
dwarf, (b) S. masoniana congo, (c) S. trifasciata gold flame,
(d) S. kirkii brown. Garis skala: 100 μm.
Catatan : S. sufruticosa tidak dilakukan pengamatan karena daun berbentuk
silindris.
Ukuran Stomata
Ukuran stomata dari daun Sansevieria yang diamati beragam dan berbeda
pada permukaan adaksial dan abaksial. Stomata pada permukaan adaksial
memiliki ukuran panjang berkisar antara 36.6-46.1 μm dan lebar 16.3-22.0 μm ,
sedangkan permukaan abaksial dengan panjang berkisar 38.6-46.1 μm dan lebar
16.9-21.9 μm (Tabel 2). Ukuran stomata pada daerah pangkal, tengah, dan ujung
daun tidak berbeda jauh, baik pada permukaan adaksial maupun abaksial. Ukuran
stomata terbesar terdapat pada S. masoniana congo dengan panjang 46.1 μm dan
lebar 22.0 μm, sedangkan S. kirkii brown memiliki ukuran terkecil dengan
panjang 38.6 μm dan lebar 16.9 μm. Ukuran stomata berkaitan dengan ketahanan
terhadap cekaman kekeringan (Sulistyaningsih et al. 1994). Beberapa tanaman
beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara beradaptasi dengan ukuran
stomata yang lebih kecil (Price & Courtois, 1991). Mekanisme membuka dan
menutup stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat
efektif sehingga jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui
penguapan (Price & Courtois, 1991; Pugnaire & Pardos,1999).

11
Tabel 2 Ukuran stomata adaksial dan abaksial daun 5 spesies Sansevieria
Ukuran stomata (μm)
Spesies
S. sufruticosa *

S. samurai dwarf

S. masoniana congo

S. trifasciata gold flame

S. kirkii brown

Posisi

Adaksial

Abaksial

Panjang

Lebar

Panjang

Lebar

Pangkal

45.4

21.5

-*

-*

Tengah

45.5

21.7

-*

-*

Ujung

45.3

21.5

-*

-*

Rataan

45.4 ± 0.1

21.6 ± 0.1

-*

-*

Pangkal

43.4

20.2

44.2

20.4

Tengah

43.4

20.1

44.2

20.3

Ujung

43.5

20.4

44.6

20.3

Rataan

43.4 ± 0.1

20.2 ± 0.2

44.3 ± 0.2

20.4 ± 0.1

Pangkal

45.8

22.0

45.9

21.8

Tengah

46.0

21.9

45.9

21.7

Ujung

46.5

22.2

46.5

22.1

Rataan

46.1 ± 0.4

22.0 ± 0.2

46.1 ± 0.3

21.9 ± 0.2

Pangkal

44.3

20.8

44.7

21.1

Tengah

44.7

21.1

43.6

20.8

Ujung

44.6

20.8

43.0

21.0

Rataan

44.5 ± 0.2

20.9 ± 0.2

43.8 ± 0.8

21.0 ± 0.2

Pangkal

36.7

16.4

40.4

17.3

Tengah

36.6

16.3

38.0

16.8

Ujung

36.5

16.3

37.3

16.5

Rataan

36.6 ± 0.1

16.3 ± 0.1

38.6 ± 1.6

16.8 ± 0.4

Catatan :
* = bentuk daun silindris
Kerapatan Stomata
Kerapatan Stomata adalah karakter penting yang mempengaruhi
pertukaran gas (Pandey et al. 2007). Daun Sansevieria yang diamati memiliki
kerapatan stomata yang bervariasi pada permukaan adaksial dan abaksial. Nilai
kerapatan stomata diukur pada daerah pangkal, tengah, dan ujung daun. Namun
diperoleh hasil yang tidak berbeda jauh, baik pada permukaan adaksial maupun
abaksial. Kerapatan stomata pada sisi adaksial (8.4 – 14.5 /mm2) dijumpai lebih
rendah dibanding sisi abaksial (11.3 – 15.2 /mm2)(Tabel 3). S. kirkii brown
memiliki nilai kerapatan stomata pada sisi abaksial dijumpai tertinggi, namun
tidak untuk sisi adaksialnya. Pada penelitian ini, nilai kerapatan stomata tertinggi
terdapat pada S. kirkii brown (15.2/mm2), hal ini juga didukung karena tipe
stomata yang berkelompok. Tipe berkelompok dijumpai hanya pada sisi abaksial
daun. Stomata berkelompok akan memiliki nilai kerapatan yang lebih besar
daripada stomata tunggal. Hakim (2012) melaporkan bahwa kerapatan stomata
pada 8 spesies tanaman Hoya memiliki variasi kerapatan yang tinggi. Nilai
kerapatan stomata dipengaruhi oleh besarnya ukuran stomata. Semakin besar
ukuran stomata, maka nilai kerapatan stomata semakin kecil (Willmer, 1983;
Croxdale, 2000 ). Pengukuran kerapatan stomata dilakukan pada daun dewasa.

12
Croxdale (2000) melaporkan bahwa ukuran stomata pada daun muda berbeda
dengan daun dewasa, karena perubahan ukuran sel terjadi selama perkembangan
daun. Kerapatan stomata pada suatu tanaman berhubungan dengan ketahanan
tanaman terhadap kekeringan, demikian pernyataan Mc Cree & Davis (1994) dan
sesuai dengan hasil penelitian Sulistyaningsih et al. (1994) pada tanaman
Saccharum spp. bahwa kerapatan stomata berkaitan dengan ketahanan terhadap
cekaman kekeringan. Sansevieria merupakan tanaman yang dikenal mampu
menyerap polutan (Peart, 2003). Mekanisme penyerapan polutan terjadi melalui
stomata (Giese et al. 1994). Oleh karena itu, semakin banyak jumlah stomata,
tanaman ini diharapkan lebih efektif dalam menyerap polutan.
Tabel 3 Kerapatan stomata dan indeks stomata sisi adaksial dan abaksial daun pada
5 spesies Sansevieria
Kerapatan stomata
(∑stomata/mm2)
Spesies
S. sufruticosa *

S. samurai dwarf

S. masoniana congo

S. trifasciata gold flame

S. kirkii brown

Indeks stomata

Sisi
adaksial

Sisi
abaksial

Sisi
adaksial

Sisi
abaksial

Pangkal

15.8

-*

1.4

-*

Tengah

14.5

-*

1.3

-*

Ujung

13.3

1.4

Rataan

14.5 ± 1.2
11.9

1.4 ± 0.1
1.7

-*
-*

Pangkal

-*
-*
14.7

2.7

Tengah

12.3

14.9

1.8

2.6

Ujung

12.1

14.7

1.8

2.8

Rataan
Pangkal

12.1 ±0.2
8.9

14.8 ± 0.2
11.4

1.8 ± 0.0
2.3

2.7 ± 0.1
3.2

Tengah

7.8

11

2

2.7

Ujung
Rataan

8.6
8.4 ± 0.6

11.6
11.3 ± 0.3

2.4
2.2 ± 0.2

3.4
3.1 ± 0.3

Pangkal

9.4

12.6

2.7

3.1

Tengah

9.4

12.7

2.5

3.1

Ujung

9.1

12.8

2.7

3.1

Rataan
Pangkal

9.3 ± 0.2
9

12.7 ± 0.1
15.5

2.6 ± 0.1
1.7

3.1 ± 0.0
2.7

Tengah

8.9

15.7

1.6

2.9

Ujung

8.9

14.5

1.7

2.7

Rataan

8.9 ± 0.0

15.2 ± 0.7

1.7 ± 0.1

2.8 ± 0.2

Posisi

Catatan :
* = bentuk daun silindris
Indeks Stomata
Indeks stomata menunjukkan rasio antara stomata dengan sel-sel yang
terdapat pada jaringan epidermis (Willmer 1983). Nilai indeks stomata pada 5
spesies Sansevieria yang diamati untuk sisi adaksial daun lebih rendah (1.4 – 2.6)

13
dibandingkan dengan sisi abaksial daun (2.7 – 3.1) (Tabel 3). Nilai indeks stomata
tertinggi sisi abaksial daun dijumpai pada S. masoniana dan S. trifasciata gold
flame (3.1). Pada tabel 3 bahwa nilai indeks stomata tertinggi tidak diikuti dengan
nilai kerapatan stomata yang tertinggi juga. Hal ini terkait dengan ukuran sel
epidermis, semakin besar ukuran sel epidermis maka semakin tinggi nilai indeks
stomata.
Struktur Penampang Melintang Daun
Hasil pengamatan sediaan mikroskopis sayatan transversal menunjukkan
bahwa tanaman Sansevieria memiliki tipe daun dengan mesofil yang tidak bisa
dibedakan menjadi jaringan palisade dan bunga karang, karena mesofilnya
tersusun atas jaringan parenkim dengan struktur yang sama. Susunan daun
Sansevieria terdiri atas lapisan kutikula atas, epidermis atas, jaringan mesofil,
epidermis bawah, dan kutikula bawah (Gambar 9).

a

b

d
c
e
Gambar 9. Penampang melintang daun 5 spesies Sansevieria. (a) S.
sufruticosa, (b) S. samurai dwarf, (c) S. masoniana congo,
(d) S. trifasciata gold flame, dan (e) S. kirkii brown. Garis
skala: 100 μm.

14
Kutikula Daun
Kedua permukaan daun Sansevieria yang diamati dilapisi oleh kutikula.
(Gambar 10). Pada semua spesies Sansevieria tersebut, tebal lapisan kutikula atas
(6.7 μm – 19.3 μm) tidak berbeda dengan tebal kutikula bawah (6.7 μm – 18.8
μm). Kutikula pada lapisan atas maupun bawah paling tebal dijumpai pada S.
masoniana congo masing-masing setebal 19.3 μm dan 18.8 μm, sedangkan
lapisan kutikula atas maupun bawah yang paling tipis terdapat pada S. trifasciata
gold flame (6.7 μm) (Tabel 4). Kutikula yang tebal merupakan ciri adaptasi
tumbuhan xerofit yang berguna untuk mengurangi penguapan (Fahn 1991).
Kutikula memiliki fungsi melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit,
mengurangi laju penguapan, dan merefleksikan sinar matahari. Kutikula yang
sangat licin dapat mengurangi penempelan dan perkembangan spora pada
permukaan daun, sehingga tanaman terhindar dari penyakit (Mauseth 1988).
k

p

p

k

b

a
k

p

k

c

tp

d
k

tp

e
Gambar 10. Epidermis atas daun 5 spesies Sansevieria. (a) S. sufruticosa,
(b) S. samurai dwarf, (c) S. masoniana congo, (d) S.
trifasciata gold flame, (e) S. kirkii brown, (k) kutikula, (t)
papil, dan (tp) tanpa papil. Garis skala: 50 μm.

15
Tabel 4 Tebal kutikula, tebal epidermis, tebal mesofil dan tebal daun 5 spesies
Sansevieria.
Tebal
epidermis
atas (μm )

Tebal
epidermi
s bawah
(μm)

Tebal
mesofil
(μm )

-*

23.3

-*

11000.0

11065.0

12.2
19.3
6.7

11.8
18.8
6.7

58.8
42.8
43.3

59.0
31.8
24.8

10453.3
3753.3
2846.7

10518.3
3905.0
2983.3

15.0

16.7

31.8

25.3

2346.7

2395.0

Tebal
kutikula
atas
(μm )

Tebal
kutikula
bawah
(μm )

S. sufruticosa *

13.5

S. samurai dwarf
S. masoniana congo
S. trifasciata gold flame
S. kirkii brown

Spesies

Tebal
daun
(μm)

Catatan :
* = bentuk daun silindris
Epidermis Daun
Epidermis merupakan jaringan tubuh tumbuhan paling luar yang
umumnya terdiri dari selapis sel saja, berfungsi melindungi bagian dalam organ
tumbuhan. Epidermis daun Sansevieria pada umumnya membentuk papil, suatu
tonjolan pendek yang menyebabkan daun memiliki penampilan yang khas.
Epidermis berpapil dijumpai pada 3 spesies yaitu S. sufruticosa, S. samurai dwarf,
dan S. masoniana congo, sedangkan yang tidak berpapil adalah S. trifasciata gold
flame, dan S. kirkii brown (Gambar 10). Pada semua spesies Sansevieria yang
diamati, sel epidermis tersusun atas satu lapis sel. Pada daun, epidermis juga
berfungsi untuk mengurangi transpirasi (Fahn 1991). Secara umum tebal sel
epidermis atas lebih tinggi dibanding sel epidermis bawah. Tebal epidermis atas
daun Sansevieria yang diamati berukuran 23.3 μm – 58.8 μm. Daun Sansevieria
yang memiliki lapisan epidermis atas paling tebal ialah daun S. samurai dwarf
dengan tebal 5.83 μm. Tebal epidermis bawah daun Sansevieria berkisar antara
24.8 μm – 59.0 μm. Sansevieria samurai dwarf memiliki tebal epidermis bawah
yang paling tebal, sedangkan S. trifasciata gold flame memiliki epidermis yang
paling tipis (Tabel 4).
Mesofil Daun
Spesies daun Sansevieria yang diamati semuanya memiliki lapisan mesofil
yang tidak terdiferensiasi. Tebal lapisan mesofil berkisar antara 2346.7 μm –
11000 μm. Lapisan parenkim yang tebal dijumpai pada S. sufruticosa setebal
11000 μm , sedangkan daun S. kirkii brown memiliki lapisan parenkim yang tipis
yaitu 2346.7 μm (Tabel 4).
Helaian Daun
Tebal daun Sansevieria berkisar antara 2395 μm – 11065 μm. Daun yang
paling tebal terdapat pada S. sufruticosa (11065 μm), sedangkan S. kirkii brown
memiliki daun yang paling tipis yaitu 2395 μm (Tabel 4). Adanya perbedaan tebal
daun ini diduga berhubungan dengan adaptasi spesies pada habitat tumbuhya.
Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan daun adalah
ketersediaan air dan cahaya (Esau 1977).

16

SIMPULAN
Berdasarkan pengamatan karakter morfologi 5 spesies Sansevieria,
dijumpai adanya variasi morfologi daun meliputi ukuran panjang, lebar dan tebal
daun serta pola warna pada daun. Pada kelima spesies Sansevieria daun dilapisi
selapis epidermis berbentuk poligonal. Stomata dijumpai pada kedua permukaan
daun, terdapat lebih banyak pada permukaan bawah daun (abaksial). S. masoniana
congo memiliki stomata berukuran (panjang x lebar) terbesar, sedangkan S. kirkii
brown memiliki stomata terkecil. S. masoniana congo memiliki kerapatan stomata
terkecil dengan indeks stomata terbesar, sebaliknya S. sufruticosa memiliki
kerapatan stomata terbesar dengan indeks stomata terkecil. Diantara kelima
spesies yang diteliti, daun S. masoniana congo memiliki kutikula yang paling
tebal sebaliknya S. trifasciata gold flame memiliki kutikula paling tipis. Helaian
daun paling tebal terdapat pada S. sufruticosa, sedangkan daun S. kirkii brown
paling tipis.

DAFTAR PUSTAKA
Chamberlain. 1986. Deposition of gases and particles on vegetation and soils.
p189-209. In: A. H. Legge and S. V. Krupa. (Eds.). Air Pollutants and
Their Effect on The Terrestrial Ecosystem. New York: J Wiley.
Croxdale, JL. 2000. Stomatal pattering in Angiosperms. Amer J Bot 87 (8): 10691080.
Dariana, A. 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri 2. Depok: Penebar
Swadaya.
Esau, K. 1977. Anatomy of Seed Plants. New York : J Wiley.
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Ed ke-3. Soediarto A, Koesoemaningrat RMT,
Natasaputra M, Akmal H, penerjemah; Tjitrosomo SS, editor. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Pr. Terjemahan dari: Plant Anatomy.
Giese, M., Bauer-Doranth U, Langebartels C, Sandermann H. Jr. 1994.
Detoxification of Formaldehyde by the Spider Plant (Chlorophytum
comosum L.) and by soybean (Glycine max L.) cell suspension cultures,
Plant Physiol. 104:1301-1309.
Hakim AR, Dorly, Rahayu S. 2012. Keragaman dan analisis kekerabatan Hoya
spp. bertipe daun non sukulen berdasarkan karakter anatomi daun. Buletin
Kebun Raya. 16: 1-16.
Henley RW, AR Chase, LS Osborne. 2006. Sansevieria Production Guide.
Florida: Central Florida Research and Education Center University of
Florida.
Hopkins, WG, Huner NPA. 2004. Introduction to Plant Physiology. New York : J
Wiley, 559 p.
Lingga, L. 2005. Panduan Praktis Budidaya Sansevieria. Cetakan 1. Jakarta.:
Agromedia Pustaka.

17
Mc Cree, KJ, Davis SD. 1994. Effect of water stress and temperatureon leaf and
on size and number of epidermal cells in grain sorghum. Crop Scie 14:
751-705.
Mauseth JD. 1988. Plant Anatomy. California: Addison-Wesley.
Nugroho H, Purnomo MS, Sumardi I. 2006. Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pandey R, Chacko PM, Choudhary ML, Prasad KV, Pal M. 2007. Higher than
optimum temperature under CO2 enrichment influences stomata
anatomical characters in rose (Rosa hybrida). Scie. Hort. 113:74-81.
Peart, V. 2003. Indoor Air Quality in Florida: Houseplants to Fight Pollution.
Department of Family, Youth and Community Sciences. Florida
Cooperative Extension Service. Institute of Food and Agricultural
Sciences. Florida: University of Florida.
Pramono, S. 2008. Pesona Sansevieria. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Price, A, Courtois B. 1991. Mapping QTLs Associated with Drought Resistance in
Rice; Progress Problem and Prospect. Los Banos:International Rice
Research Institute.
Pugnaire, FI, Pardos J. 1999. Constrains by Water Stress on Plant Growth. In
Passarakli, M. (ed.) Hand Book of Plant and Crop Stress. New York: J
Wiley.
Purwanto, AW. 2006. Sanseviera Flora Cantik Penyerap Racun. Yogyakarta:
Kanisius.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Ed. Ke-4. Lukman DR,
Sumaryono, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung: Penerbit ITB.
Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique. Iowa: Iowa State College.
Sulistyaningsih YC, Dorly, Akmal H. 1994. Studi anatomi daun Saccarum spp.
sebagai Induk dalam pemuliaan tebu. Hayati 1(2):32-36.
Stover H. 1983. The Sansevieria Book. California: Endangered Species Pr.
Tahir, Indariani M,Sitanggang M. 2008. 165 Sansevieria Eksklusif. Jakarta: PT
Agromedia Pustaka.
Triharyanto E, Sutrisno J. 2007. Sansevieria. Jakarta: PT. Gramedia.
Willmer CM. 1983. Stomata. London: Longman Group limited.

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematang Siantar (Sumatera Utara), pada tanggal 08
Agustus 1990 dari pasangan Bapak Efendi samosir, S.Pak dan Ibu Resmi Sinaga.
Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara.
Penulis lulus dari Pendidikan formal ditempuh di SD Negeri 091442 Dolok
Panribuan tahun 2002 dan lulus dari SMP Negeri 1 Dolok Panribuan tahun 2005.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Dolok Panribuan. dan pada tahun
yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi Persekutuan
Mahasiswa Kristen IPB di Komisi Kesenian. Bulan Juni-Juli 2011 penulis
melaksanakan Praktik Lapangan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea dibawah
bimbingan Ibu Dr.Ir.Sulistijorini,M.Si dan Bapak Mestika Nugraha dengan judul
Proses Produksi Pulp di PT. Toba Pulp Lestari ,Tbk Parmaksian-Sumatera Utara.
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Karakter Morfologi dan
Anatomi Daun Beberapa Spesies Sansevieria ”