PENDAHULUAN EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

I. PENDAHULUAN

Skrofuloderma tuberculosis colliquativa cutis adalah tuberkulosis subkutaneus yang dikarakteristikkan dengan pembentukan abses dingin dan secara sekunder menyebabkan rusaknya formasi kulit dibawahnya. Merupakan perjalanan perkontinuitatum dari organ dibawah kulit yang telah diserang penyakit tuberkulosis. 1,2

II. EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis kulit hanya sebagian kecil dari semua kasus tuberkulosis 1 - 2 yang lebih kurang terdapat 8.417.00 kasus baru secara global. 3 Di negara-negara barat tuberkulosis kutis dengan frekuensi terbanyak adalah bentuk lupus vulgaris, sedangkan didaerah tropis termasuk Indonesia, skrofuloderma dan tuberkulosis kutis verukosa merupakan bentuk yang paling sering dijumpai. . 1-4

III. ETIOLOGI

Penyebab dari skrofuloderma adalah Mycobacterium tuberculosis. M.tuberculosis merupakan kuman aerob, patogen pada manusia, bersifat tahan asam dan hidupnya intraseluler fakultatif. Bakteri ini merupakan kuman bentuk batang yang lebih halus daripada M. leprae, memiliki panjang 2-4 µm dan lebar 0,3-1,5 µm, tidak bergerak, sedikit bengkok, dan biasanya tersusun satu-satu atau berpasangan. Sifat tahan asam kuman ini lebih baik daripada kuman leprae. Suhu optimal pertumbuhan kuman pada 37 C. Tuberkulosis kutis dapat ditularkan melalui inhalasi, ingesti, dan inokulasi langsung pada kulit dari sumber infeksi. Selain manusia, sumber infeksi kuman tuberkulosis adalah anjing, kera, atau kucing. 1,3,4 1

IV. MANIFESTASI KLINIS

Skrofuloderma paling sering terjadi pada daerah parotid, submandubular, supraklavikular dan dapat terjadi bilateral. Jika terjadi dalam bentuk nodul subkutaneus yang keras, biasanya ia berbatas tegas, mobile, dan asimptomatik. Lama kelamaan lesi akan meluas Universitas Sumatera Utara dan melunak. Setelah beberapa bulan, timbul cairan, dan menyebabkan terbentuknya ulkus dan sinus. Ulkus tampak seperti satu garis atau serpiginous dengan batas yang meninggi, bewarna kebiruan dengan dasar yang lembut dan bergranular. Terdapat jalur sinusoidal dibawah kulit. Celah ulkus berselang-seling dengan nodul yang lunak. Terbentuk jalur parut dan daerah jembatan ulseratif bahkan sampai membuat kulit tertarik. Sensitivitas tuberkulin biasanya terjadi. 2-7

V. HISTOPATOLOGI