Karakteristik Payang Gemplo (Seine Net) di Pelabuhan Perikanan Pantai Dadap, Kabupaten Indramayu.

KARAKTERISTIK PAYANG GEMPLO (SEINE NET) DI
PELABUHAN PERIKANAN PANTAI DADAP,
KABUPATEN INDRAMAYU

ROCHMANIAH

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Karakteristik Payang Gemplo
(Seine Net) di Pelabuhan Perikanan Pantai Dadap, Kabupaten Indramayu adalah
karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2015
Rochmaniah
NIM C44110003

ABSTRAK
ROCHMANIAH. Karakteristik Payang Gemplo (Seine Net) di Pelabuhan
Perikanan Pantai Dadap, Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh RONNY
IRAWAN WAHJU dan ZULKARNAIN.
Payang gemplo terdiri dari 3 bagian yaitu bagian sayap, badan dan
kantong. Ukuran mata jaring pada bagian kantong adalah 0,1 cm dan 0,4 cm,
bagian badan 10,5-35 cm dan sayap 40 cm. Target tangkapan utama adalah ikan
teri nasi (Stolephorus sp.) dan ikan pelagis kecil. Metode penangkapan payang ini
menggunakan satu kapal (one boat system) dan operasi penangkapan dilakukan
pada waktu siang hari (one day fishing) menggunakan kapal dengan ukuran 3
sampai 5 GT.
Komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan teri nasi (Stolephorus sp.) yang
merupakan target tangkapan utama sebesar 43,73%. Sedangkan hasil tangkapan
sampingan terdiri dari ikan lain sebesar 22,74%, pepetek (Leiognathus
dussumieri) sebesar 11,37%, kembung (Rastrelliger sp.) sebesar 10,2%, tembang
(Sardinella gibbosa) sebesar 4,90%, layur (Trichiurus savala) sebesar 2,90%,

serta ikan bawal (Pampus argentus) dan selar (Selaroides sp.) masing-masing
sebesar 2,07%. Berdasarkan analisis indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
menunjukkan bahwa nilai indeks sebesar 1,24 atau > 0,1 yang berarti alat tangkap
payang teri di Dadap memiliki nilai selektivitas yang rendah.
Kata kunci : Payang Gemplo, Pelabuhan Perikanan Pantai Dadap, Teri Nasi.

ABSTRACT
ROCHMANIAH. Characteristics of Payang Gemplo (Seine Net) in Dadap Coastal
Fishing Port, Indramayu District. Supervised by RONNY IRAWAN WAHJU and
ZULKARNAIN.
Payang gemplo consists of three parts, such as wings, body and bag. Mesh
size in the bag is 0,1cm and 0,4 cm, body is 10,5-35 cm and wing is 40 cm. The
main catch is an anchovy (Stolephorus sp.) and small pelagic fish. Catching
method of payang uses one boat system and fishing operations carried out during
the day (one day fishing) with a boat size of 3 to 5 GT.
The composition of the catch comprises of anchovy (Stolephorus sp.) as a
target catch with 43,73%. While the bycatch consists of other fish 22,74%, such as
pony fish (Leiognathus dussumieri) 11,37%, long jawed mackerel (Rastrelliger
sp.) 10,2%, sardine (Sardinella gibbosa) 4,90%, hair tail (Trichiurus savala)
2,90%, and pomfret fish (Pampus argentus) and mackerel (Selaroides sp.) each

for 2,07%. Based on the analysis of the Shannon-Wiener diversity index indicated
value of the index at 1,24 or > 0,1 which means payang gemplo fishing gear in
Dadap is categorized low selectivity.
Keywords: Payang Gemplo, Dadap Costal Fishing Port, Anchovy.

KARAKTERISTIK PAYANG GEMPLO (SEINE NET) DI
PELABUHAN PERIKANAN PANTAI DADAP,
KABUPATEN INDRAMAYU

ROCHMANIAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi

: Karakteristik Payang Gemplo (Seine Net) di Pelabuhan
Perikanan Pantai Dadap, Kabupaten Indramayu
: Rochmaniah
: C44110003
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr Ir Ronny Irawan Wahju, MPhil
Pembimbing I

Dr Ir Zulkarnain, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmatNya dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Karakteristik Payang Gemplo
(Seine Net) di Pelabuhan Perikanan Pantai Dadap, Kabupaten Indramayu” ini
dapat terselesaikan.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Bapak Dr Ir Ronny Irawan Wahju, MPhil dan Bapak Dr Ir Zulkarnain, MSi
sebagai Dosen pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan nasihat,
masukan dan saran.
2. Bapak Dr Ir Budy Wiryawan, MSc sebagai Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan masukan dan saran.

3. Orang Tua, Saudara, Teman, Sahabat PSP 48 yang telah banyak memberikan
masukan dan saran, serta semangat doa dan dukungannya selama ini.
4. Pihak Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu dan KUD di PPP Dadap yang
telah membantu dalam proses penelitian.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juli 2015
Rochmaniah

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ii

DAFTAR GAMBAR

ii


DAFTAR LAMPIRAN

ii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Penelitian Terdahulu

1

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

METODE PENELITIAN

2

Tempat dan Waktu

2

Alat dan Bahan Penelitian

3

Metode Pengambilan Data

3


Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian di PPP Dadap

5

Unit Penangkapan Payang

5

Kapal Payang Gemplo

6


Alat Tangkap Payang Gemplo

7

Metode Operasi Penangkapan Payang Gemplo

10

Hasil Tangkapan Payang di Indramayu

12

Komposisi Hasil Tangkapan Payang Gemplo di Dadap

13

SIMPULAN DAN SARAN

16


Simpulan

16

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

27

ii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Perkembangan kapal dan alat tangkap payang di Indramayu
Jumlah kapal payang gemplo di Dadap berdasarkan ukuran GT
Hasil pengukuran beberapa bagian alat tangkap payang gemplo
Rata-rata nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener

5
7
7
14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Peta lokasi penelitian
Sketsa ukuran kapal payang gemplo di Dadap
Sketsa alat tangkap payang gemplo di Dadap
Desain dan konstruksi payang gemplo di Dadap
Posisi jaring di atas kapal sebelum setting
Pengoperasian payang gemplo secara umum di Dadap
Produksi total alat tangkap payang di Kabupaten Indramayu
Produksi rata-rata (2009-2013) alat tangkap payang gemplo berdasarkan
jenis ikan di Kabupaten Indramayu
9 Persentase komposisi hasil tangkapan payang gemplo di Dadap

2
6
8
9
10
11
12
13
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Perhitungan analisis hasil tangkapan payang gemplo di Dadap
Gambar armada payang gemplo di Dadap
Gambar ikan hasil tangkapan payang gemplo
Gambar alat tangkap payang gemplo

19
22
23
27

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Jawa Barat dimana pada bagian utara berbatasan langsung dengan Laut
Jawa. Ikan teri (Stolephorus sp.) merupakan salah satu potensi sumberdaya ikan
pada perairan Laut Jawa. Salah satu Pelabuhan tempat pendaratan ikan teri adalah
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap yang terletak di Desa Dadap Kecamatan
Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Sebagian besar nelayan Dadap menggunakan
alat tangkap secara tradisional seperti alat tangkap purse seine, mini purse seine,
dan payang.
Alat tangkap payang yang digunakan oleh nelayan Dadap dengan target
hasil tangkapan ikan teri biasa disebut payang gemplo. Payang merupakan alat
tangkap yang banyak digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di
sekitar permukaan air. Metode penangkapan payang ini menggunakan satu kapal
(one boat system) dan operasi penangkapan dilakukan selama satu hari pada
waktu siang (one day fishing) (Fitriani 2012). Menurut Saptaji (2005), jumlah
nelayan dalam satu unit penangkapan payang di daerah Pelabuhanratu suka bumi
adalah 15-25 orang.
Pada berbagai daerah di Indonesia telah dilakukan penelitian terkait alat
tangkap payang gemplo, seperti Studi tentang perikanan payang gemplo pada
Kabupaten Rembang (Kusuma 2000). Pada Perairan Cirebon payang yang
digunakan adalah payang jabur dengan hasil tangkapan ikan teri (Supriyadi 2008).
Sedangkan pada Perairan Pamekasan Madura alat tangkap payang yang digunakan
untuk menangkap ikan teri nasi (Stolephorus sp.) (Fitriyani et al. 2012). Namun di
desa Dadap Kabupaten Indramayu perikanan payang untuk menangkap ikan teri
belum banyak diketahui. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penelitian
tentang karakteristik alat tangkap payang gemplo untuk mendapatkan informasi
mengenai desain dan konstruksi, komposisi hasil tangkapan, dan selektivitas pada
alat tangkap payang gemplo yang digunakan oleh nelayan Dadap Indramayu.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang terkait dengan skripsi ini yaitu, menurut Kusuma
(2000) Kontruksi payang teri di Kabupaten Rembang dengan payang secara
umum yaitu sama, terdiri dari bagian sayap badan dan kantong, sedangkan yang
membedakan adalah ukuran payang teri lebih kecil, mesh size lebih kecil, jumlah
pelampung yang digunakan lebih sedikit, dan pengoperasiannya berbeda karena
tidak ada juru arus. Sedangkan menurut Supriyadi (2008) Payang yang digunakan
oleh nelayan di Kabupaten Cirebon memiliki mesh size kantong (cod end)
berukuran kecil (relatif rapat) yaitu berukuran 2 mm. Kecilnya mesh size kantong
tersebut menyebabkan ikan-ikan muda (juvenile) dari ikan teri nasi dan ikan-ikan
lainnya tertangkap.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan alat tangkap payang gemplo
2. Mendeskripsikan armada payang gemplo dan operasi penangkapannya
3. Memberikan informasi mengenai komposisi hasil tangkapan payang gemplo
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberi gambaran mengenai desain dan konstruksi serta kondisi alat tangkap
payang gemplo yang digunakan nelayan Dadap
2. Memberi informasi mengenai komposisi dan hasil tangkapan payang gemplo
yang diperoleh nelayan Dadap
3. Memberi informasi dan masukan bagi nelayan payang gemplo di Dadap dan
kepada pihak-pihak terkait

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2014 sampai Maret
tahun 2015 di PPP Dadap, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

3
Alat dan Bahan Penelitian

1.
2.
3.
4.
5.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Kuisioner untuk nelayan
Kamera untuk dokumentasi
Botol sampel untuk menyimpan ikan
Alkohol 96 % untuk mengawetkan ikan
Penggaris sebagai alat ukur
Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
survei dan experimental fishing. Menurut Nazir (1988) metode survei yaitu
penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang
ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial,
ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Sedangkan
metode experimental fishing yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan purposive sampling. Metode sampling ini dilakukan dengan mengambil
sampel secara sengaja dan acak yang dapat mewakili populasi sehingga tujuan
penelitian yang diinginkan tercapai (Sugiyono 2009). Populasi yang diteliti adalah
unit penangkapan payang yang terdapat di wilayah PPP Dadap, Kabupaten
Indramayu. Unit yang diteliti sebanyak 15 unit penangkapan payang yang terdiri
dari armada dan alat tangkapnya.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
didapat melalui wawancara langsung kepada pihak terkait serta ikut dalam operasi
penangkapan ikan untuk mendapatkan informasi terkait operasi penangkapan ikan
dengan alat tangkap payang. Sedangkan data sekunder yang diperoleh bersumber
dari Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu.
Pengumpulan data kegiatan penelitian ini dilakukan dengan 4 tahapan:
1. Wawancara, dilakukan dengan memberi pertanyaan yang telah dipersiapkan di
dalam kuesioner penelitian yang ditujukan untuk nelayan payang gemplo,
pihak KUD di PPP Dadap, dan pihak Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Indramayu. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan gambaran
umum mengenai unit penangkapan payang gemplo yang ada di PPP Dadap.
2. Pengukuran kapal dan alat tangkap payang gemplo, dilakukan dengan
mengambil sampel 1 unit armada payang gemplo yang dapat mewakili
populasi armada payang gemplo di Dadap. Data diperoleh dengan mengukur
dimensi kapal dan mengukur alat tangkap payang gemplo.
3. Mengikuti trip unit penangkapan payang gemplo, dilakukan dengan mengikuti
kegiatan nelayan dalam 1 armada payang gemplo selama melaut, berangkat
dari dermaga pukul 05.30 WIB sampai 07.00 WIB. Kegiatan ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana metode pengoperasian alat
tangkap payang gemplo di Dadap.
4. Pengamatan Hasil Tangkapan, dilakukan dengan melihat proses
pembongkaran kapal payang gemplo di dermaga dan mengambil beberapa
sampel. Sedangkan pengukuran komposisi hasil tangkapan diperoleh dari

4
pengamatan dengan tahapan memisahkan hasil tangkapan perjenis ikan ke
dalam bakul-bakul, kemudian ditimbang perjenis ikan, dan mencatat berat per
jenis ikan yang ditangkap pada tiap-tiap kapal yang berlabuh. Data komposisi
hasil tangkapan dilakukan sebanyak 20 kali ulangan dengan unit armada kapal
yang berbeda.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk melihat desain dan konstruksi alat
tangkap payang gemplo, serta armada penangkapan payang gemplo dan operasi
penangkapannya yang ada di lokasi penelitian yaitu dengan pendekatan deskriptif.
Mendeskripsikan bagaimana bentuk desain dan konstruksi dari alat tangkap ini
secara umum. Setelah itu mendeskripsikan armada penangkapan payang gemplo
yang ada dan bagaimana operasi penangkapan ikan dengan menggunakan payang
gemplo.
Data komposisi hasil tangkapan di uji dengan menggunakan indeks
keanekaragaman Shanon-Wiener yang ditujukan untuk mengestimasi
keanekaragaman jenis ikan hasil tangkapan payang gemplo dilihat dari bobot
spesies oleh suatu jenis alat tangkap. Analisis ini digunakan untuk menentukan
tingkat selektivitas alat tangkap terhadap target penangkapannya (Wiyono 2011).
Rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wiener sebagai berikut:

Keterangan:
H’
: Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
pi
: Proporsi spesies ke-i
ni
: Jumlah bobot spesies ke-i (kg)
N
: Jumlah bobot semua spesies (kg)
S
: Jumlah spesies
i
: 1,2,3,....n
Nilai indeks keanekaragaman tersebut kemudian digunakan untuk
menentukan tingkat selektivitas suatu jenis alat tangkap terhadap spesies yang
ditangkap dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:
H’ > 0,1 : Keanekaragaman tinggi, selektivitas alat tangkap rendah
H’ ~ 0 : Keanekaragaman rendah, selektivitas alat tangkap tinggi

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian di PPP Dadap
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap terletak di Desa Dadap
Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Sebelah Barat Desa Dadap
berbatasan dengan Desa Juntikebon dan Desa Juntinyuat. Pada sebelah Timur
Desa Dadap berbatasan dengan Desa Benda, sebelah Selatan Desa Dadap
berbatasan dengan Desa Sendang, dan sebelah Utara Berbatasan dengan Laut
Jawa. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap merupakan satu-satunya
pelabuhan perikanan yang mempunyai konstruksi menjorok ke laut. Kondisi
dermaga yang menjorok ke laut tersebut membuat kapal-kapal perikanan merasa
aman dan nyaman untuk bersandar di PPP Dadap.
Desa Dadap memiliki luas sebesar 215 ha yang terdiri atas 86 ha tanah
darat (6 ha pekarangan dan 80 ha lain-lain) dan 129 ha tanah sawah. Desa Dadap
merupakan dataran rendah karena memiliki ketinggian hanya 1 m di atas
permukaan laut (dpl). Letak Desa Dadap berada tepat di pinggir laut
menyebabkan mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sebagai nelayan
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu 2011).
Unit Penangkapan Payang
Pada berbagai daerah payang dikenal dengan sebutan yang berbeda-beda,
seperti payang uras di Bali, pukat banting di Aceh, dan jala lompo di Sumatera
Utara (Supriyadi 2008). Alat tangkap payang termasuk ke dalam klasifikasi pukat
kantong lingkar (Seine net) yang umumnya terdiri atas bagian kantong dan sayap
(Hakim et al. 2014). Pada daerah Indramayu alat tangkap payang yang ada terbagi
menjadi dua, yaitu payang dengan menangkap jenis ikan-ikan pelagis seperti ikan
tongkol, dan payang untuk menangkap jenis ikan teri yang biasa disebut dengan
payang gemplo. Sejak tahun 2000-an di Desa Dadap, Kabupaten Indramayu
nelayan Dadap menggunakan payang gemplo. Jenis alat tangkap payang ini
berbeda dengan payang pada umumnya, dimana nelayan Dadap memodifikasi
kantong payang dengan menggunakan bahan waring yang berukuran 1 mm. Hal
tersebut dikarenakan target utama nelayan Dadap adalah jenis ikan teri nasi yang
relatif berukuran kecil. Unit penangkapan payang terdiri dari kapal dan alat
tangkap dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan kapal dan alat tangkap payang di Indramayu
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Kapal
1.298
1.300
1.304
1.311
1.315
Alat tangkap 942
976
1.126
1.135
1.143
Sumber: Data Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu tahun
2009-2013.
Unit Payang

6
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh perkembangan kapal dan alat
tangkap payang di Kabupaten Indramayu selama tahun 2009 sampai 2013
mengalami kenaikan. Pada Tabel 1 jumlah kapal dan alat tangkap payang tahun
2009 sebesar 1.298 dan 942, sedangkan pada tahun 2013 meningkat dengan
jumlah kapal dan alat tangkap payang sebesar 1.315 dan 1.143 unit. Hal tersebut
dikarenakan nelayan Kabupaten Indramayu menganggap Unit penangkapan
payang masih produktif untuk menghasilkan hasil tangkapan yang optimal dan
masih menguntungkan. Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa alat
tangkap payang merupakan alat tangkap yang memiliki produktifitas tinggi.
Kapal Payang Gemplo
Berdasarkan hasil pengamatan di daerah penelitian, kapal yang digunakan
dalam unit penangkapan payang gemplo merupakan kapal yang terbuat dari bahan
kayu. Kapal payang merupakan salah satu jenis kapal ikan yang mengoperasikan
alat tangkap payang dengan cara mengejar ataupun melingkari kelompok ikan
(Saptaji 2005). Kapal payang gemplo yang ada di Dadap rata-rata berukuran 9 m
x 3,5 m x 1,5 m (LxBxD) seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kapal tersebut
menggunakan tenaga penggerak motor tempel berkekuatan 20 sampai 40 PK.
Bertambahnya kekuatan mesin akan mempercepat kapal dalam melakukan
pelingkaran gerombolan ikan pada saat pengoperasian alat tangkap, sehingga
operasi penangkapan ikan menjadi lebih efektif dan efisien.

Gambar 2. Sketsa ukuran kapal payang gemplo di Dadap
Kapal payang gemplo memiliki keunikan yaitu tidak memiliki palka
sebagai tempat penyimpanan ikan, namun antar bagian diantara gading-gading
kapal digunakan sebagai tempat penyimpanan ikan berupa kotak-kotak ikan yang
terisi sebagian dengan es balok yang dihaluskan. Karakteristik lain dari kapal
payang gemplo yaitu memiliki tiang kakapa yang digunakan oleh fishing master
untuk berdiri saat mengamati keadaan perairan di daerah penangkapan ikan dan
pada saat operasi penangkapan ikan dilakukan. Perahu ini tidak mempunyai

7
rumah-rumahan (deck house) dengan tujuan agar daerah di atas dek cukup luas
saat alat tangkap dioperasikan, sehingga tidak mengganggu nelayan saat bekerja
(Suharyadie 2004).
Tabel 2. Jumlah kapal payang gemplo di Dadap berdasarkan ukuran GT
Ukuran Kapal
Jumlah
3 GT
159
4 GT
17
5 GT
13
Total
189
Sumber: Data Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu tahun
2013
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat 189 unit kapal
dengan ukuran kapal 3 sampai 5 GT. Persentase payang gemplo pada tahun 2013
di Dadap berarti sebesar 14,37% dari total armada payang di Kabupaten
Indramayu yang dapat di lihat pada Tabel 1. Sebagian besar kapal payang di
Dadap didominasi oleh kapal dengan ukuran 3 GT yaitu sebanyak 159 unit yang
dapat dilihat pada Tabel 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa unit penangkapan
payang yang ada di Dadap termasuk dalam unit penangkapan skala kecil terlihat
dari ukuran kapal yang relatif kecil. Meskipun memiliki ukuran kapal yang
berbeda, tetapi ukuran alat tangkap payang gemplo yang digunakan nelayan
Dadap relatif sama. Jumlah kapal yang ada di Dadap berbanding lurus dengan
jumlah alat tangkap yang ada, Hal tersebut berarti dalam satu armada payang
gemplo di Dadap terdapat satu unit alat tangkap payang gemplo.
Alat Tangkap Payang Gemplo
Berdasarkarkan hasil observasi unit penangkapan payang gemplo di Desa
Dadap, alat tangkap ini memiliki 3 bagian utama yaitu bagian sayap, badan dan
kantong yang dapat dilihat pada Gambar 3. Panjang total alat tangkap payang
gemplo ini adalah 157,5 m (Gambar 4) dengan dilengkapi pelampung dan
pemberat. Beberapa hasil Pengukuran bagian alat tangkap payang gemplo dapat di
lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengukuran beberapa bagian alat tangkap payang gemplo
Bagian alat tangkap
Mata jaring waring bagian kantong
Diameter tali pengikat ujung kantong
Ketebalan jaring PE
Ketebalan jaring plastik
Pelampung bahan PVC
Ketebalan tali pemberat cor semen
Pemberat cor semen
Pemberat timah
Ketebalan tali selambar
Sumber : Data primer

Hasil Pengukuran
1 mm dan 4 mm
0,4 cm
0,53 mm (no. 12)
1,25 mm (no. 15)
Panjang: 43 cm, lebar : 14 cm
0,4 cm
1 kg (total 19 buah)
Panjang : 1,7 cm (berat total : 4 kg)
1,53 cm

8
Pelampung pada alat tangkap payang gemplo di Dadap terbuat dari bahan
PVC (Polyvinyl chloride) dengan jumlah 4 buah dan digunakan pada bagian kiri
dan kanan badan jaring. Sedangkan untuk pelampung yang terbuat dari bahan
gabus dengan jumlah 1 buah digunakan pada salah satu bagian ujung sayap
sebagai pelampung tanda. Pemberat pada alat tangkap payang gemplo terbuat dari
bahan semen yang dimasukkan ke dalam jerigen oli digunakan pada bagian kiri
badan jaring sebanyak 8 buah dan kanan badan jaring sebanyak 8 buah, serta 1
buah dibagian kaki jaring, seperti yang terdapat pada Gambar 3 (bagian B:
Pemberat cor semen). Sedangkan pemberat yang terbuat dari bahan timah
digunakan pada bagian bawah keliling mulut kantong jaring. Satu buah pemberat
diletakan pada bagian ujung kantong jaring yang terbuat dari bahan batu atau pun
pemberat lainnya. Payang gemplo ini juga dilengkapi dengan tali selambar, tali ris
atas dan tali ris bawah. Namun pada sebagian alat tangkap di Dadap tidak
memiliki tali ris atas dan tali ris bawah, melainkan hanya tali selambar dengan
panjang 15 m, seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 3. Sketsa alat tangkap payang gemplo di Dadap
Gambar 3 tersebut menunjukkan bahwa jumlah pelampung pada payang
gemplo yang ada di Dadap berjumlah 4 di bagian badan jaring. Hal tersebut
dikarenakan bahan jaring pada bagian badan payang gemplo ini adalah PE
multifilamen yang merupakan bahan jaring tidak mudah tenggelam di dalam air.
Sehingga penggunaan pelampung tidak banyak pada payang jenis ini. Berbeda
dengan jenis payang pada umumnya yang menggunakan bahan PA multifilamen
pada sebagian besar jaringnya, sehingga penggunaan pelampung lebih banyak

9
pada payang jenis ini. Safruddin (2013) menerangkan bahwa jumlah pelampung
pada jenis payang pada umumnya di Pelabuhanratu sebanyak 35-36 buah. Pada
Gambar 3 bagian D terlihat bahwa jumlah tali selambar sisi kiri dan kanan
berbeda, dimana jumlah tali selambar yang terdapat pelampung tanda hanya ada 1,
sedangkan tali selambar yang terakhir diturunkan saat operasi berlangsung
terdapat pada bagian buritan kapal berjumlah 2. Hal tersebut dikarenakan tali
selambar pada pelampung tanda tidak memiliki beban besar dibandingkan tali
selambar kedua yang digunakan untuk menahan beban pada operasi penangkapan
dilakukan saat penurunan jaring berlangsung untuk mengelilingi ikan. Gambar 3
pada bagian B, E dan F merupakan pemberat dengan jenis yang bahan yang
berbeda, yaitu pemberat cor semen, timah, dan batu. Ketiga jenis pemberat
diletakan pada bagian yang berbeda, seperti cor semen diletakan pada bagian
badan dan kaki jaring payang gemplo, untuk pemberat timah diletakan pada
keliling mulut jaring payang gemplo, sedangkan pemberat batu di letakan pada
ujung kantong jaring. Meskipun diletakan pada bagian jaring yang berbeda,
namun ketiga pemberat yang digunakan memliki fungsi yang sama yaitu untuk
menyempurnakan bentuk jaring pada saat operasi penangkapan berlangsung,
sehingga jaring dapat digunakan sesuai yang diinginkan nelayan.

Gambar 4. Desain dan konstruksi payang gemplo di Dadap

10
Pada Gambar 4 dapat dilihat di bagian sayap payang gemplo terdapat
pembagian bahan pembuat jaring yaitu ¾ bagian sayap bagian terbuat dari bahan
PE multifilament dan ¼ bagian terbuat dari bahan plastik. Hal tersebut digunakan
untuk menyeimbangkan jaring pada bagian sayap agar seimbang pada saat proses
penangkapan berlangsung. Perbedaan yang lebih menonjol dari payang gemplo
dengan jenis payang umumnya yaitu ukuran mata jaring pada bagian kantongnya.
Pada jenis payang gemplo di Dadap menggunakan waring sebagai bahannya
dengan ukuran mata 1 mm, hal tersebut dikarenakan payang gemplo untuk
menangkap ikan teri nasi yang berukuran sangat kecil. Sedangkan pada jenis
payang pada umumnya seperti di Pelabuhanratu memiliki ukuran mata pada
bagian kantong sebesar 5 cm karena untuk menangkap ikan tongkol yang relatif
cukup besar (Safruddin 2013).
Metode Operasi Penangkapan Payang Gemplo
Operasi penangkapan ikan dengan payang gemplo ini tidak jauh berbeda
dengan payang secara umum. Penangkapan dilakukan one day fishing yaitu
melakukan trip hanya dalam 1 hari. Nelayan Dadap hanya melakukan operasi
penangkapan ikan pada siang hari. Hal tersebut dikarenakan semua nelayan
payang gemplo ini tidak memiliki alat bantu penerangan cahaya berupa lampu
petromaks. Nelayan payang biasanya bila melihat hasil tangkapan nelayan lain
yang diperoleh sedikit maka merekapun tidak melaut, ataupun dikarenakan cuaca
yang buruk. Kondisi cuaca buruk biasanya terjadi pada bulan Desember sampai
bulan Januari, yang merupakan puncaknya musim angin barat.
Berdasarkan wawancara terhadap beberapa nelayan Dadap di Kabupaten
Indramayu, pengoperasian payang gemplo biasanya dilakukan oleh 6-9 orang
nelayan dengan pembagian tugas masing-masing, yaitu sebagai berikut:
1. Satu orang nelayan bertugas memegang kemudi serta bertugas sebagai fishing
master untuk menentukan lokasi penangkapan ikan.
2. Satu orang bertugas untuk menurunkan jaring pada saat setting.
3. Satu orang nelayan bertugas untuk berenang kedalam lingkaran jaring untuk
mencegah ikan lepas serta mengecek kondisi jaring di dalam air apakah sudah
dalam kondisi sempurna untuk ditarik ke atas kapal.
4. Satu orang nelayan bertugas untuk menata dan menyusun jaring setelah
hauling selesai untuk setting selanjutnya.
5. Semua nelayan bisa menjadi crew untuk menarik jaring payang gemplo pada
saat hauling

Gambar 5. Posisi jaring di atas kapal sebelum setting

11
Pengoperasian payang gemplo di Dadap Kabupaten Indramayu dapat
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, penurunan jaring dan pengangkatan
jaring. Nelayan payang memulai aktivitas pada pagi hari sekitar jam 5 pagi waktu
setempat dengan mempersiapkan perlengkapan dan kebutuhan ketika melaut.
Setelah semua sudah dipersiapkan lalu dipindahkan ke atas kapal, seperti: motor
tempel, persedian BBM, dan yang lainnya. Pada Tahap Persiapan posisi di atas
kapal seperti pada Gambar 5. Nomor 1 pada gambar merupakan tumpukan jaring,
nomor 2 merupakan pemberat, nomor 3 merupakan mesin kapal, dan nomor 4
merupakan kemudi. Ketika berlayar menuju fishing ground para ABK
mempersiapkan alat tangkap disisi kiri kapal, dengan menyusun sayap jaring,
badan dan kantong jaring. Setelah terlihat tanda-tanda adanya ikan, juru mudi
mengarahkan kapal lalu melingkarinya.
Kapal bergerak dengan mengelilingi gerombolan ikan yang sudah terlihat,
sekaligus penurunan jaring (setting) dimulai pada bagian haluan kapal dari
penurunan pelampung tanda dengan jumlah tali selambar 1 buah pada salah satu
sisi sayap dilanjutkan dengan penurunan bagian badan, kemudian kantong dan
bagian badan sisi lainnya, dilanjutkan penurunan sayap sisi lainnya, dan terakhir
penurunan tali selambar sebanyak 2 buah tali pada bagian buritan kapal yang
bertujuan untuk memperkuat saat penarikan. Penurunan jaring dilakukan secra
cepat agar gerombolan ikan tidak keluar dari lingkaran tersebut. Setelah itu kapal
dengan kecepatan penuh menuju pelampung tanda yang telah diturunkan diawal.
Pelampung tanda segera dinaikan oleh salah satu orang ABK dengan kondisi
mesin kapal dimatikan. Setelah kedua bagian sayap merentang sempurna tahapan
selanjutnya adalah hauling dengan cara penarikan kantong jaring dan menaikan
kantong tersebut ke atas kapal. Pada saat hauling penarikan antara jaring sisi
bagian kiri dan kanan harus dilakukan secara bersamaan untuk membuat bentuk
jaring tetap sempurna. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah ikan lari keacarah
vertikal, karena jika terjadi maka akan mempengaruhi jumlah hasil tangkapan
yang didapat nelayan (Gunawan 2004). Secara umum proses pengoperasian alat
tangkap payang gemplo di Dadap dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6. Pengoperasian payang gemplo secara umum di Dadap

12
Gambar 6 dapat dilihat bahwa gambar yang menunjukkan huruf A
kegiatan merupakan pengejaran schooling ikan. Huruf B merupakan kegiatan
penurunan pelampung tanda dan tali selambar sisi sebelah kiri. Huruf C
merupakan kegiatan penurunan badan jaring, kantong dan tali selambar sisi bagian
kanan. Huruf D merupakan kegiatan kapal menuju ke pelampung tanda dengan
melingkari gerombolan ikan, dan huruf E merupakan tahap penarikan jaring ke
atas kapal (Hauling). Pada saat hauling ada perlakuan khusus dari nelayan, yaitu
seorang nelayan menceburkan diri kedalam laut di dalam area jaring payang
gemplo yang telah diturunkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengarahkan ikan
agar tetap berada didalam jaring, sehingga akan mengurangi kemungkinan
kelolosan ikan lebih banyak dan hasil tangkapan yang didapatkan nelayan payang
gemplo optimum.
Hasil Tangkapan Payang di Indramayu
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh jumlah unit penangkapan payang
di Indramayu terus menerus mengalami peningkatan. Hal tersebut mempengaruhi
jumlah produksi yang diperoleh daerah tersebut, seperti pada Gambar berikut ini.
25000
22.247

Produksi [ton]

20000
15000

18.525
17.556

17.741
14.692

10000
5000
0
2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

Gambar 7. Produksi total alat tangkap payang di Kabupaten Indramayu
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu
Gambar tersebut menunjukkan bahwa produksi ikan hasil tangkapan
payang di Indramayu Selama 5 tahun dari 2009 sampai 2013 mengalami kenaikan
dan penurunan produksi. Pada tahun 2010 merupakan produksi alat tangkap
payang tertinggi dari tahun 2009 di Idramayu yaitu sebesar 22.247 ton dari
produksi 17.556 ton, kemudian mengalami penurunan produksi pada tahun 2011
dan 2012 yaitu sebesar 18.525 ton dan 14.692 ton. Kenaikan produksi alat
tangkap payang terjadi kembali pada tahun 2013 namun lebih kecil dari tahun
2010 yaitu sebesar 17.741 ton.

Produksi [ton]

13

5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0

4.528
3.185

2.799

1.098
629

1.248 1.040

989
281

545
20

274

1.076
39

Jenis ikan

Gambar 8. Produksi rata rata (2009-2013) alat tangkap payang
berdasarkan jenis ikan di Kabupaten Indramayu
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa rata-rata produksi berdasarkan jenis
ikan hasil tangkapan payang pada tahun 2009 sampai 2013 di Indramayu
diperoleh ikan-ikan bermacam jenis (ikan lainnya) dengan produksi tertinggi yaitu
sebesar 4.528 ton. Sedangkan untuk produksi paling rendah yaitu jenis ikan kuro
dengan jumlah produksi sebesar 20 ton. Pada jenis ikan teri yang merupakan hasil
tangkapan utama pada payang gemplo di dadap hanya mendapatkan produksi
sebesar 989 ton. Hal tersebut dikarenakan jenis alat tangkap payang yang ada di
Indramayu tidak semua yang dimodifikasi menjadi payang gemplo dengan
kantong berbahan waring.
Komposisi Hasil Tangkapan Payang Gemplo di Dadap
Melalui wawancara dengan nelayan Dadap dan pengamatan langsung di
lapangan, terdapat beberapa jenis ikan hasil tangkapan payang gemplo dengan
ukuran yang relatif kecil. Jenis ikan tersebut antara lain seperti ikan teri nasi
dengan hasil tangkapan utama, ikan teri besar sebagai hasil tangkapan sampingan
pertama, dan jenis ikan lainnya (kembung, tembang, bawal, layur, dan pepetek)
yang merupakan hasil tangkapan sampingan kedua. Kondisi hasil tangkapan
biasanya masih dalam keadaan segar karena penangkapan hanya dilakukan dalam
satu hari. Penanganan hasil tangkapan merupakan salah satu faktor yang
menentukan mutu hasil tangkapan. Maka dari itu penanganan perlu dilakukan
dengan lebih baik karena mutu hasil tangkapan ikan mempengaruhi ikan dari segi
harga (Siddharta 2004). Ikan hasil tangkapan yang didapatkan oleh semua nelayan
payang gemplo Dadap dijual kepada tengkulak dengan harga yang telah
disepakati antara nelayan dan tengkulak. Namun, seringkali harga ditentukan oleh
tengkulak. Sistem tersebut sangat merugikan nelayan, tetapi nelayan payang
gemplo di Dadap sudah terikat dengan tengkulak terkait dengan peminjaman
modal.

14
Hasil analisis keanekaragaman alat tangkap payang gemplo di Dadap
dapat dilhat pada Tabel berikut ini.
Tabel 4. Rata-rata nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Ulangan
(-) pi ln pi
Ulangan
(-) pi ln pi
1
11
1,38
1,24
2
12
1,29
1,05
3
13
1,36
1,56
4
14
1,21
1,45
5
15
1,00
1,09
6
16
0,82
0,66
7
17
1,49
1,18
8
18
1,50
0,58
9
19
1,33
1,24
10
20
0,99
0,67
Rata-rata H’
1,24
Sumber : Hasil perhitungan analisis indeks keanekaragaman Shanon-Wiener
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis keanekaragaman, rata-rata
nilai indeks keanekaragaman Shanon-wiener (H’) yang diperoleh dari pengamatan
sebanyak 20 kali ulangan yaitu sebesar 1,24 dengan nilai maksimum 1,56 dan
nilai minimum 0,58. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa indeks
keanekaragaman mempunyai nilai > 0,1 yang berarti alat tangkap payang gemplo
di Dadap memiliki nilai selektivitas yang rendah. Wiyono (2011) menerangkan
bahwa jika nilai indeks keanekaragaman suatu alat tangkap memiliki nilai > 0,1
maka alat tangkap tersebut termasuk dalam kategori alat penangkap ikan yang
memiliki nilai selektivitas yang rendah dengan keanekaragaman jenis ikan hasil
tangkapan yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan teknis operasi penangkapan
dari payang itu sendiri yaitu menangkap semua jenis ikan yang ada di daerah
sapuannya di daerah pantai. Menurut Mahiswara (2004) perairan dekat pantai
memiliki keanekaragaman sumberdaya ikan yang cukup tinggi karena daerah
perairan tersebut kaya akan nutrisi dan unsur hara yang terbawa dari aliran sungai
sampai ke muara di perairan dekat pantai.
Negara Indonesia yanga merupakan Negara dengan iklim tropis, dimana
terdapat kenekaragaman hayati yang tinggi dengan jumlah tiap spesies yang
cukup sedikit. Namun berbeda dengan Negara beriklim subtropis yang memiliki
keanekaragaman hayati rendah namun jumlah tiap spesies relatif tinggi.
Berdasarkan hal tersebut berarti analisis indeks keanekaragaman Shanon-Wiener
ini kurang cocok dilakukan di Negara yang beriklim tropis. Hal ini dikarenakan
hasil analisis indeks Shanon-Wiener dari suatu alat tangkap yang dilakukan di
Indonesia akan menghasilkan nilai selektivitas yang rendah. Dapat dilihat dari
keanekaragaman yang tinggi dari suatu alat tangkap, seperti halnya alat tangkap
payang gemplo pada daerah Dadap Kabupaten Indramayu.
Selektivitas alat tangkap adalah pernyataan kuantitatif dari kemampuan
memilih atau menangkap ikan pada spesies dan ukuran tertentu (Hakim et al
2014). Salah satu cara untuk meningkatkan selektivitas alat tangkap payang

15
gemplo yang terdapat di Dadap yaitu dengan cara nelayan mengoperasikan
payang gemplo pada waktu malam hari. Pengoperasian alat tangkap pada malam
hari dengan menggunakan alat bantu penerangan seperti lampu akan mengundang
ikan-ikan yang memiliki ciri fototaksis positif, sehingga hanya ikan dengan ciri ini
yang akan tertangkap dengan adanya lampu tersebut. Salah satu ikan yang
memiliki ciri fototaksis positif yaitu ikan teri nasi yang merupakan target utama
hasil tangkapan nelayan payang gemplo di Dadap. Fototaksis positif pada ikan teri
nasi merupakan ketertarikan ikan terhadap cahaya lampu, sehingga ikan dapat
berkumpul di bawah cahaya lampu. Kemunculan ikan teri pada saat operasi
malam hari dengan alat bantu cahaya juga disebabkan oleh keberadaan
makanannya yang biasanya berkumpul di bawah lampu seperti plankton, udang,
dan ikan-ikan yang lebih kecil (Gustaman et al. 2012).
2,90% (Layur)

2,07% (Selar)

10,21%
(Kembung)

22,74% (Lainlain)

43,73% (Teri
nasi)

11,37%
4,90%
(Pepetek)
(Tembang)
2,07% (Bawal)

Gambar 9. Persentase komposisi hasil tangkapan Payang Gemplo di Dadap
Gambar 9 dapat dilihat bahwa komposisi hasil tangkapan terbesar yang
diperoleh nelayan Dadap adalah Teri nasi (Stolephorus sp.) sebesar 527 kg dengan
persentase 43,73% yang merupakan ikan hasil tangkapan utama, sedangkan
komposisi terbesar kedua adalah jenis ikan lain-lain dengan persentase 22,74%
(274 kg). Komposisi hasil tangkapan terbesar ketiga sampai dengan terkecil secara
berurutan yaitu Pepetek (Leiognathus dussumieri) sebesar 137 kg (11,37%),
kembung (Rastrelliger sp.) sebesar 123 kg (10,2%), tembang (Sardinella gibbosa)
sebesar 59 kg (4,90%), layur (Trichiurus savala) sebesar 35 kg (2,90%), serta ikan
bawal (Pampus argentus) dan selar (Selaroides sp.) dengan komposisi yang sama
yaitu sebesar 25 kg (2,07%).
Sebagai hasil tangkapan utama jenis ikan teri nasi ini sangat mudah
dibedakan dengan jenis ikan lainnya, karena ukuran yang sangat kecil dengan
tubuh berwarna putih transparan. Menurut Supriyadi (2008) identifikasi teri nasi
berdasarkan ciri umum ikan tersebut yaitu dari warnanya yang putih transparan,
ukuran relatif kecil dibandingkan dengan teri lainnya, belum terlihat bagian
perutnya, kepala lebih pendek, dan selempang lateral relatif lebih kecil dan kurang
jelas terlihat (transparan). Nama ilmiah untuk jenis ikan teri nasi (berdasarkan ciri

16
morfologis dan morfometri) belum dapat diidentifikasi tuntas. Hal ini diduga ikan
teri nasi merupakan stadia juvenile (ikan muda) dari ikan-ikan teri besar lainnya.
Penangkapan ikan teri nasi tetap intensif bahkan terus mengalami
perkembangan, terlihat dari semakin meningkatnya jumlah alat tangkap setiap
tahunnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh harga jual ikan teri yang cukup tinggi
sehingga nelayan Dadap tetap melakukan operasi penangkapan ikan dengan
payang gemplo. Penangkapan ikan secara terus menerus akan mengakibatkan efek
membahayakan bagi stok persediaan ikan di laut (over fishing), sehinga perlu
dilakukannya pengelolaan sumberdaya perikanan yang benar agar populasi ikan
dapat dimanfaatkan tanpa merusak ketersediaan stok ikan di laut (Mulyani et al.
2005). Pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu dengan adanya peraturan yang
jelas mengenai upaya penangkapan ikan (effort) yang dilakukan oleh pihak Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, serta pengaturan hasil yangkapan
ikan maksimum per trip yang diperoleh nelayan Dadap.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Payang gemplo termasuk jenis alat tangkap dalam klasifikasi seine net
yaitu terdiri dari 3 bagian seperti sayap, badan dan kantong. Ukuran mata jaring
pada bagian kantong adalah 0,1 cm dan 0,4 cm, bagian badan 10,5-35 cm dan
sayap 40 cm. Hal yang membedakan payang gemplo dengan payang pada jenis
umumnya adalah mesh size yang lebih kecil dan jumlah pelampung yang lebih
seidkit.
Kapal payang gemplo di Dadap rata-rata berukuran 9 m x 3,5 m x 1,5 m
(LxBxD). Kapal tersebut menggunakan tenaga penggerak motor tempel
berkekuatan 20 sampai 40 PK. Ukuran kapal yang digunakan adalah 3-5 GT
dengan jumlah kapal 3 GT yang dominan yaitu 159 unit, sedangkan kapal 4 GT
sebanyak 17 unit, dan 5 GT sebanyak 13 unit. Metode penangkapan payang
gemplo menggunakan satu kapal (one boat system) dan operasi penangkapan
dilakukan selama satu hari pada waktu siang (one day fishing). Pengoperasian
payang gemplo secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu persiapan,
penurunan jaring dan pengangkatan jaring.
Komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan teri nasi (Stolephorus sp.) yang
merupakan target tangkapan utama sebesar 43,73%. Sedangkan hasil tangkapan
sampingan terdiri dari ikan lain sebesar 22,74%, pepetek (Leiognathus
dussumieri) sebesar 11,37%, kembung (Rastrelliger sp.) sebesar 10,2%, tembang
(Sardinella gibbosa) sebesar 4,90%, layur (Trichiurus savala) sebesar 2,90%,
serta ikan bawal (Pampus argentus) dan selar (Selaroides sp.) masing-masing
sebesar 2,07%. Berdasarkan hasil analisis indeks keanekaragaman ShannonWiener menunjukkan bahwa nilai indeks sebesar 1,24 atau > 0,1 yang berarti alat
tangkap payang gemplo di Dadap memiliki nilai selektivitas yang rendah karena
menangkap berbagai jenis ikan lain meskipun target tangkapannya adalah ikan teri
nasi.

17
Saran
Unit penangkapan payang gemplo di Dadap Kabupaten Indramayu perlu
dikaji lebih lanjut terkait aspek biologi dari ikan hasil tangkapannya yang
didasarkan pada jenis dan ukuran. Pada pengoperasiannya perlu dilakukan
penelitian lanjutan terkait potensi dan pemanfaatan sumberdaya ikan teri yang ada
di Kabupaten Indramayu.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Geografi dan Iklim Kecamatan Juntinyuat.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu.
Fitriani N, Pursetyo K T. 2012. Teknik Penangkapan Ikan Teri Nasi (Stelopherus
sp.) dengan Alat Tangkapan Payang di Perairan Pamekasan Jawa Timur.
Jurnal Of Marine And Coastal Science. 1(3):9.
Gunawan A. 2004. Analisis Pola Musim Penangkapan dan Tingkat Pemanfaatan
Ikan Teri di Kabupaten Tuban Jawa Timur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Gustaman G, Fauziyah, Isnaini. 2012. Efektifitas Perbedaan Warna Cahaya
Lampu terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di Perairan Sungsang
Sumatera Selatan. Maspari Journal. 4(1): 92-102.
Hakim LG, Asriyanto, Fitri ADP. 2014. Analisis Payang Ampera (Seine Net)
Modifikasi dengan Window Permukaan terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Daun Bambu (Chorinemus sp.) di Perairan Kabupaten Kendal. Jurnal Of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 3(2): 54-61.
Kusuma HA. 2000. Studi Tentang Perikanan Payang Teri dan Kemungkinan
Pengembangannya di Kabupaten Rembang Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Mahiswara. 2004. Analisis Hasil Tangkapan Sampingan Trawl Udang yang
Dilengkapi Perangkat Seleksi TED Tipe Super Shooter [Tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Mulyani S, Subiyanto, Bambang AN. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri
dengan Alat Tangkap Payang Jabur Melalui Pendekatan Bio-Ekonomi di
Perairan Tegal. Jurnal Pasir Laut. 1(1): 53-68.
Nazir M. 1998. Metode Penelitian. Bandung (ID): Ghalia Indonesia.
Safruddin A. 2013. Identifikasi Keselamatan Kerja Nelayan pada Aktivitas
Payang di Pelabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Saptaji T. 2005. Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan Unit Penangkapan
Payang di Palabuhanratu, Sukabumi. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Siddharta T. 2004. Perikanan Payang dengan Rumpon di Pasuruan Kabupaten
Serang Banten [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung
(ID): Alfabeta.
Suharyadie E. 2004. Pemetaan Pola Pergerakan Armada Payang di Palabuhanratu
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

18
Supriyadi. 2008. Dampak Perikanan Payang terhadap Kelestarian Stok Ikan Teri
Nasi (Stolephorus spp.) di Perairan Kabupaten Cirebon dan Alternatif
Pengelolaannya [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wiyono ES. 2011. Karakteristik Hasil Tangkapan Alat Tangkap “Illegal” di
Pantai Utara Jawa Barat. Jurnal Bumi Lestari. 11(2): 208-214.

19
Lampiran 1. Perhitungan analisis hasil tangkapan payang gemplo di PPP Dadap
ULANGAN

1

2

3

4

5

6

7

JENIS IKAN

BERAT (Kg)

pi=ni/N ln pi

Teri Nasi
Bawal, Lowang
Pirik, Pepetek
Tembang, Bilis
Lain- lain
Jumlah
Teri Nasi
Selar, Bentong
Kembung, Banyar
Tembang, Bilis
Pirik, Pepetek

38
7
9
8
18

0.48
0.09
0.11
0.10
0.23

80
40
8
5
20
6

0.51
0.10
0.06
0.25
0.08

Jumlah
Teri Nasi
Kembung Banyar
Bawal. Lowang
Lain- lain

79
35
22
18
28

0.34
0.21
0.17
0.27

Jumlah
Teri Nasi
Pirik, Pepetek
Lain- lain
Selar, Bentong
Tembang, Bilis

103
42
5
10
7
6

0.60
0.07
0.14
0.10
0.09

Jumlah
Teri Nasi
Kembung, Banyar
Lain- lain

70
36
20
12

0.53
0.29
0.18

Jumlah
Teri Nasi
Kembung, Banyar
Layur

68
42
10
8

0.70
0.17
0.13

Jumlah
Teri Nasi
Tembang, Bilis
Kembung, Banyar
Layur
Lain- lain

60
22
8
8
6
10

0.41
0.15
0.15
0.11
0.19

Jumlah

54

-0.74
-2.44
-2.18
-2.30
-1.49
Jumlah
-0.68
-2.29
-2.76
-1.37
-2.58
Jumlah
-1.08
-1.54
-1.74
-1.30
Jumlah
-0.51
-2.64
-1.95
-2.30
-2.46
Jumlah
-0.64
-1.22
-1.73
Jumlah
-0.36
-1.79
-2.01
Jumlah
-0.90
-1.91
-1.91
-2.20
-1.69
Jumlah

(-) pi ln pi
0.35
0.21
0.25
0.23
0.34
1.38
0.34
0.23
0.17
0.35
0.20
1.29
0.37
0.33
0.30
0.35
1.36
0.31
0.19
0.28
0.23
0.21
1.21
0.34
0.36
0.31
1.00
0.25
0.30
0.27
0.82
0.37
0.28
0.28
0.24
0.31
1.49

20

8

9

10

11

12

13

14

15

Teri Nasi
Pirik, Pepetek
Tembang, Bilis
Kembung, Banyar
Layur
Lain- lain

28
5
5
3
9
10

0.47
0.08
0.08
0.05
0.15
0.17

Jumlah
Teri Nasi
Kembung, Banyar
Pirik, Pepetek
Lain- lain

60
30
13
18
15

0.39
0.17
0.24
0.20

Jumlah
Teri Nasi
Kembung, Banyar
Lain- lain

76
29
20
8

0.51
0.35
0.14

Jumlah
Teri Nasi
Tembang, Bilis
Kembung, Banyar
Lain- lain

57
41
12
11
20

0.49
0.14
0.13
0.24

Jumlah
Teri Nasi
Pirik, Pepetek
Lain- lain

84
26
12
20

0.45
0.21
0.34

Jumlah
Teri Nasi
Layur
Pirik, Pepetek
Kembung, Banyar
Lain- lain

58
20
12
18
8
20

0.26
0.15
0.23
0.10
0.26

Jumlah
Teri Nasi
Selar, Bentong
Kembung, Banyar
Pirik, Pepetek
Lain- lain

78
18
5
3
9
10

0.40
0.11
0.07
0.20
0.22

Jumlah
Teri Nasi
Pirik, Pepetek
Lain- lain

45
13
18
15

0.28
0.39
0.33

Jumlah

46

-0.76
-2.48
-2.48
-3.00
-1.90
-1.79
Jumlah
-0.93
-1.77
-1.44
-1.62
Jumlah
-0.68
-1.05
-1.96
Jumlah
-0.72
-1.95
-2.03
-1.44
Jumlah
-0.80
-1.58
-1.06
Jumlah
-1.36
-1.87
-1.47
-2.28
-1.36
Jumlah
-0.92
-2.20
-2.71
-1.61
-1.50
Jumlah
-1.26
-0.94
-1.12
Jumlah

0.36
0.21
0.21
0.15
0.28
0.30
1.50
0.37
0.30
0.34
0.32
1.33
0.34
0.37
0.28
0.99
0.35
0.28
0.27
0.34
1.24
0.36
0.33
0.37
1.05
0.35
0.29
0.34
0.23
0.35
1.56
0.37
0.24
0.18
0.32
0.33
1.45
0.36
0.37
0.37
1.09

21

16

17

18

19

20

Teri Nasi
Pirik, Pepetek

12
20

0.38
0.63

Jumlah
Teri Nasi
Selar, Bentong
Pirik, Pepetek
Lain- lain

32
18
2
7
10

0.49
0.05
0.19
0.27

Jumlah
Teri Nasi
Lain- lain

37
8
22

0.27
0.73

Jumlah
Teri Nasi
Pirik, Pepetek
Selar, Bentong
Lain- lain

30
10
10
3
18

0.24
0.24
0.07
0.44

Jumlah
Teri Nasi
lain-lain

41
19
28

0.40
0.60

Jumlah

47

-0.98
-0.47
Jumlah
-0.72
-2.92
-1.66
-1.31
Jumlah
-1.32
-0.31
Jumlah
-1.41
-1.41
-2.61
-0.82
Jumlah
-0.91
-0.52
Jumlah

0.37
0.29
0.66
0.35
0.16
0.32
0.35
1.18
0.35
0.23
0.58
0.34
0.34
0.19
0.36
1.24
0.37
0.31
0.67

22
Lampiran 2. Gambar armada payang gemplo di Dadap

23
Lampiran 3. Gambar ikan hasil tangkapan payang gemplo

Ikan teri nasi

Ikan selar

Ikan layur

Ikan kuniran

24
Lampiran 4. Gambar alat tangkap payang gemplo

Waring ukuran 1 mm

Waring ukuran mata 4 mm

Ujung kantong payang

Jaring bahan PE multifilamen

25

Jaring bahan plastik

Pelampung bahan PVC

Pelampung Bahan PVC

Pelampung bahan Gabus

26

Pemberat cor semen dan batu

Pemberat Timah

Tali selambar

27
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rochmaniah lahir di Kota Bogor pada tanggal 22
Oktober 1993 dari pasangan Bapak Rohman dan Ibu Sunarti. Penulis merupakan
putri pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan di TK Islam
Ikhwaniyah Depok dan lulus pada tahun 1999. Penulis melanjutkan Sekolah
Dasar di MI Hayatul Islamiyah Depok dan lulus pada tahun 2005. Penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di MTS Hidayatul Umam Depok dan
lulus pada tahun 2008. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di MAN
11 Jakarta dan lulus pada tahun 2011. Melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur Undangan, penulis melanjutkan pendidikan di
Institut Pertanian Bogor pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap pada tahun 2011
sebagai angkatan 48.
Selama belajar di IPB, penulis aktif sebagai anggota kepengurusan di salah
satu organisasi di asrama yaitu MEGA ENTERPRENEUR pada periode tahun
2011-2012. Penulis juga ikut serta dalam berbagai kegiatan kepanitiaan yang
diselenggarakan di kampus. Penulis terdaftar sebagai salah satu anggota
kepengurusan HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan) Divisi Badan Internal Kesekretariatan pada periode 2013-2014 dan
periode 2014-2015. Pada tahun 2014 penulis juga mengikuti Pekan Kreativitas
Mahasiswa (PKM) sebagai salah satu anggota di dalam tim tersebut.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian
dan menyusun skripsi dengan judul “Karakteristik Payang Gemplo (Seine Net) di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap, Kabupaten Indramayu”.