Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi (Periode Tahun 2007-2013)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR
UNGGULAN DI KABUPATEN DAN KOTA SUKABUMI
(PERIODE TAHUN 2007-2013)

WIDYA PARAMAWIDHITA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur
Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi (Periode Tahun
2007-2013) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Widya Paramawidhita
NIM H14110012

ABSTRAK
WIDYA PARAMAWIDHITA. Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan
di Kabupaten dan Kota Sukabumi (Periode Tahun 2007-2013). Dibimbing oleh
MUHAMMAD FINDI A.
Pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya
ketimpangan merupakan ukuran keberhasilan dari pembangunan ekonomi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur ekonomi, pertumbuhan sektor
dan sektor unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi periode 2007-2013.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang digunakan dari tahun 2007 hingga
2013, dengan menggunakan analisis kontribusi sektor, shift share, location
quotient, MRP dan overlay. Struktur perekonomian di Kabupaten dan Kota
Sukabumi pada tahun 2007-2013 bertumpu pada sektor tersier. Hasil analisis shift
share menunjukkan bahwa sektor yang memiliki pertumbuhan progresif di
Kabupaten Sukabumi adalah sektor bangunan/konstruksi dan sektor perdagangan,

hotel, dan restoran. Sementara di Kota Sukabumi adalah sektor listrik, gas, dan air
bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta
sektor pengangkutan/komunikasi. Berdasarkan analisis overlay sektor unggulan di
Kabupaten Sukabumi adalah sektor pertambangan. Sedangkan sektor unggulan di
Kota Sukabumi adalah sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel,
dan restoran serta sektor pengangkutan/komunikasi.
Kata Kunci : MRP, overlay, shift share, struktur ekonomi, sektor unggulan
ABSTRACT
WIDYA PARAMAWIDHITA. Analysis of Structure Economic and Leading
Sectors in Regency and City of Sukabumi (Period 2007-2013). Supervised by
MUHAMMAD FINDI A.
Economic growth, economic structure and the decrease of inequality is of
success barometer of economic development. This research aims to analyze the
economic structure, growth sectors of the economy and leading economic sector
at Regency and City of Sukabumi in 2007-2013. The secondary data of this
research is limited from 2007 to 2013 with the method of contribution analysis of
sector, shift share, location quotient, MRP and overlay. Economic structure in
Regency and City of Sukabumi in 2007-2013 based on tertiary sector. The results
of this research show that according to the method of shift share, the sector has a
progressive growth in Sukabumi Regency is construction sector and trade, hotel,

and restaurant sector. While in the Sukabumi City is the electricity, gas, and water
sector, trade, hotel, and restaurant sector, and transport/communications sector.
Moreover, the results of overlay method show the leading sectors in the Sukabumi
Regency is the mining sector. While the leading sector in the Sukabumi City is the
construction
sector,
trade,
hotel,
and
restaurant
sector
and
transport/communication sector.
Keywords: MRP, overlay, shift share, economic structure, leading sector

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR
UNGGULAN DI KABUPATEN DAN KOTA SUKABUMI
(PERIODE TAHUN 2007-2013)

WIDYA PARAMAWIDHITA


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian ini ialah Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di
Kabupaten dan Kota Sukabumi (Periode Tahun 2007-2013).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Muhammad Findi A, M.E
selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan selalu memberikan arahan,

bimbingan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi, Ibu
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku dosen penguji utama, dan Ibu Widyastutik,
M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan kritik yang telah
diberikan untuk perbaikan skripsi ini serta para dosen, staf, dan seluruh civitas
akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan
bantuan kepada penulis, pihak BPS Kabupaten Sukabumi dan BPS Kota
Sukabumi yang telah menyediakan dan melayani penulis saat proses pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Ibu tercinta Yuliana, Bapak
tercinta Yudi Praja, Kakak Yandi Aditya Permana, dan Adik Ryan Hadi Praja
serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, doa serta
dukungan kepada penulis. Terimakasih juga saya ucapkan pada semua keluarga
besar Ilmu Ekonomi 48 yang telah menjadi keluarga selama masa perkuliahan.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2015
Widya Paramawidhita

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix


DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

4

METODE

9

Jenis dan Sumber Data

9


Metode Analisis Data

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Analisis Struktur Ekonomi

15

Analisis Shift Share

17

Analisis Model Rasio Pertumbuhan

22


Analisis Location Quotient

23

Analisis Sektor Unggulan

24

SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

27


DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

32

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

7
8
9
10

Distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Sukabumi
menurut lapangan usaha tahun 2007-2013
Distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kota Sukabumi menurut
lapangan usaha tahun 2007-2013
Analisis shift share sektor perekonomian Kabupaten Sukabumi tahun 20072013
Analisis shift share sektor perekonomian Kota Sukabumi tahun 2007-2013
Pergeseran Bersih (PB) Kabupaten dan Kota Sukabumi tahun 2007-2013
Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sektor perekonomian Kabupaten dan Kota
Sukabumi tahun 2007-2013
Nilai location quotient Kabupaten Sukabumi tahun 2007-2013
Nilai location quotient Kota Sukabumi tahun 2007-2013
Analisis overlay sektor perekonomian Kabupaten Sukabumi tahun 2007-2013
Analisis overlay sektor perekonomian Kota Sukabumi tahun 2007-2013

16
17
18
19
21
22
23
23
24
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi tahun 2007-2013
Kerangka penelitian
Profil pertumbuhan sektor perekonomian
Profil pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Sukabumi
Profil pertumbuhan sektor perekonomian Kota Sukabumi

2
8
12
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

PDRB Kabupaten Sukabumi berdasarkan harga konstan 2000 menurut
lapangan usaha tahun 2007-2013
PDRB Kota Sukabumi berdasarkan harga konstan 2000 menurut lapangan
usaha tahun 2007-2013
PDRB Provinsi Jawa Barat berdasarkan harga konstan 2000 menurut lapangan
usaha tahun 2007-2013

30
30
31

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara
terus menerus melalui serangkaian kombinasi proses yang berkesinambungan,
dimana pemerintah dan seluruh komponen masyarakat mengelola sumberdaya
alam untuk merangsang kegiatan ekonomi demi mencapai perubahan yang lebih
baik (Blakely 1989). Indikator keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, serta semakin kecilnya ketimpangan
antarpenduduk, antardaerah dan antarsektor.
Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan proses multidimensial
yang meliputi perubahan struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat
dan perubahan dalam kelembagaan (institusi) nasional. Pembangunan juga
meliputi perubahan dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan
ketimpangan pendapatan dan pemberantasan kemiskinan. Untuk mencapai sasaran
yang diinginkan, maka pembangunan suatu negara dapat diarahkan pada tiga hal
pokok yaitu, meningkatkan ketersediaan dan distribusi kebutuhan pokok bagi
masyarakat, meningkatkan standar hidup masyarakat dan meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengakses baik kegiatan ekonomi maupun
kegiatan sosial dalam kehidupannya (Todaro 2004).
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan telah
disempurnakan menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi
daerah, maka setiap daerah administrasi di Indonesia terutama kabupaten atau
kota diberikan kebebasan untuk menentukan arah pembangunannya masingmasing (Priyarsono et al 2007). Pemerintah daerah diberikan hak otonomi agar
dapat menggali sumber-sumber keuangan daerah, mengoptimalkan sumber daya
alam dan menggali potensi daerah untuk membiayai pelaksanaan pembangunan
daerah yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan nasional Indonesia
secara menyeluruh.
Pembangunan ekonomi dapat dilihat dari sisi kinerja perekonomian, pola
struktur pertumbuhan ekonomi serta indikator ekonomi lainnya. Dalam penetapan
prioritas pembangunan daerah, pemerintah perlu mengidentifikasi dan
menganalisis sektor unggulan. Pemberlakuan otonomi daerah mengharuskan
pemerintah daerah untuk lebih kreatif dalam menggali dan mengembangkan
potensi ekonomi dengan mengunakan sumberdaya yang dimiliki yang digunakan
dalam menyusun model pembangunan ekonomi yang paling sesuai dengan
kondisi perekonomian daerahnya. Dengan mengetahui potensi ekonomi yang akan
dikembangkan, maka penyusunan perencanaan pembangunan daerah dapat lebih
terarah dan merangsang terciptanya pembangunan yang berkelanjutan.
Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi merupakan salah satu kabupaten
dan kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Meskipun terdapat dalam satu
wilayah yang sama yaitu Sukabumi namun secara administrasi Kabupaten
Sukabumi dan Kota Sukabumi memiliki perbedaan sesuai dengan karakteristik
daerahnya masing-masing.
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah tertinggal di Provinsi
Jawa Barat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat dan wilayahnya

2

relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional
(Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal 2013). Sementara Kota
Sukabumi merupakan daerah di Provinsi Jawa Barat yang berkembang cukup baik
dalam kegiatan perekonomian. Letak geografis Kota Sukabumi yang cukup
strategis diantara dua pusat pertumbuhan ekonomi, yaitu wilayah Bandung Raya
dan wilayah megapolitan Jakarta, menciptakan suatu peluang yang dapat
dikembangkan sebagai modal dasar dalam menggerakan roda perekonomian. Laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar
1.
PERSEN (%)

8
6

Laju Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten
Sukabumi (%)

4
2
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
TAHUN

Laju Pertumbuhan
Ekonomi Kota
Sukabumi (%)

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi, 2014 (diolah)

Gambar 1 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi tahun
2007-2013
Berdasarkan Gambar 1 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi
relatif meningkat setiap tahunnya, namun pada tahun 2008 dan 2009 mengalami
penurunan, hal tersebut terjadi karena efek tidak langsung dari krisis global yang
terjadi. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2012 dan 2013 laju pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi
mengalami penurunan dibanding sebelumnya, namun pembangunan di Kota
Sukabumi terus berjalan.
Potensi daerah yang berbeda menyebabkan pemerintah daerah perlu
mengoptimalkan pembangunan di daerahnya masing-masing untuk meningkatkan
perekonomian daerahnya. Menurut Tarigan (2005) satu-satunya sektor yang dapat
meningkatkan perekonomian daerah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor
unggulan. Kemampuan memacu pertumbuhan suatu daerah sangat tergantung dari
keunggulan atau dayasaing sektor perekonomian di daerahnya (Rustiadi et al
2009). Spesifikasi sektor unggulan diharapkan dapat membantu pemerintah dalam
menentukan kebijakan dan menentukan prioritas untuk memajukan perekonomian
Kabupaten dan Kota Sukabumi.

Perumusan Masalah
Pada umumnya pembangunan daerah difokuskan pada pembangunan
ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Salah satu tujuan kebijakan
pembangunan ekonomi adalah pencapaian target pertumbuhan ekonomi dengan
pemanfaatan potensi dan sumberdaya yang ada.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi barang dan
jasa, yang antara lain diukur dengan besaran yang disebut Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi

3

daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah, sehingga
sumber daya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah karena dapat
menciptakan peluang kerja di daerah, namun pendekatan pembangunan yang
sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi menimbulkan makin melebarnya
ketimpangan sosial-ekonomi antarwilayah.
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten tertinggal di Provinsi
Jawa Barat yang mengindikasikan bahwa wilayahnya relatif kurang berkembang
dibandingkan dengan wilayah lain dalam skala nasional. Sementara Kota
Sukabumi memiliki wilayah dengan luas yang terbatas, yakni 48 km2, serta
jumlah penduduk yang hanya sekitar 300 ribu jiwa, menjadikan kedua hal tersebut
tidak bisa menjadi modal utama dalam pengembangan potensi ekonomi di Kota
Sukabumi.
Dalam rangka meningkatkan perekonomian di Kabupaten dan Kota
Sukabumi, maka pemerintah daerah perlu mengidentifikasi potensi daerah untuk
meningkatkan ekonomi lokal yang sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya.
Peningkatan sektor-sektor perekonomian akan mendorong peningkatan
pertumbuhan ekonomi, menciptakan struktur ekonomi Kabupaten dan Kota
Sukabumi yang tangguh untuk memperkuat perekonomian daerah yang akan
mendorong berkurangnya ketimpangan pembangunan daerah. Berdasarkan uraian
yang telah dijelaskan maka permasalahan pokok yang akan di angkat dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana struktur ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi periode tahun
2007-2013?
2. Bagaimana pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten dan Kota
Sukabumi periode tahun 2007-2013?
3. Sektor apa yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten dan Kota
Sukabumi periode tahun 2007-2013?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang dicapai dari penelitian
ini adalah:
1. Menganalisis struktur ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi periode tahun
2007-2013?
2. Menganalisis pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten dan Kota
Sukabumi periode tahun 2007-2013?
3. Sektor apa yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten dan Kota
Sukabumi periode tahun 2007-2013?

4

Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah, sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten dan
Kota Sukabumi dalam merumuskan dan merencanakan arah kebijakan
pembangunan ekonomi.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan akan mampu membuka cakrawala
pembaca untuk mengetahui struktur ekonomi, pertumbuhan sektor
perekonomian, dan sektor unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi.
3. Bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Pembangunan dan Pertumbuhan
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang
yang disertai oleh sistem kelembagaan. Adapun pertumbuhan ekonomi diartikan
sebagai kenaikan GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih
besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan
struktur ekonomi terjadi atau tidak. (Arsyad 1999). Ada beberapa ahli yang
memaparkan teori tentang tahapan pembangunan ekonomi historis yaitu :
Fredrich List (1789-1846) adalah seorang penganut Laissez Faire yang
berpendapat bahwa paham Laissez Faire dapat menjamin alokasi sumber-sumber
secara optimal dan perkembangan ekonomi hanya akan terjadi apabila dalam
masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perseorangan.
Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi menurut Frederich List yaitu, masa
berburu dan mengembara, masa berternak dan bertanam, masa bertani dan kerajinan,
serta masa kerajinan, industri, dan perdagangan.
Bruno Hilderbrand mengemukakan bahwa tahap-tahap pembangunan ekonomi
terbagi menjadi tiga tahap yaitu, perekonomian barter atau perekonomian natural,
perekonomian uang, dan perekonomian kredit. Karl Bucher (1847-1930) berpendapat
bahwa perkembangan ekonomi terbagi menjadi tiga tahap yaitu, produksi untuk
kebutuhan sendiri (subsisten), perekonomian kota dimana pertukaran sudah meluas,
dan perekonomian nasional dimana peranan peran pedagang menjadi semakin penting.
Walt Whiteman Rostow memandang bahwa proses pembangunan sebagai
suatu tahapan perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi harus
dilalui oleh seluruh negara (Todaro 2006). Rostow membagi proses
perkembangan ekonomi suatu negara menjadi lima tahap, yaitu :
1. Tahapan Masyarakat Tradisional.
Merupakan masyarakat tradisional yang tingkat produktivitas per pekerja
masih rendah, sehingga sebagian besar sumberdaya masyarakat digunakan
pada sektor pertanian.
2. Tahapan Penyusunan Kerangka Dasar Tinggal Landas.
Merupakan suatu masa transisi dimana suatu masyarakat mempersiapkan dirinya
atau dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai

5

kekuatan untuk terus berkembang. Pada tahap ini dan seterusnya menurut Rostow
pertumbuhan akan berlaku secara otomatis.
3. Tahapan Lepas Landas
Merupakan suatu masa dimana berlakunya perubahan yang sangat cepat
dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang sangat
pesat dalam inovasi. Rostow mendefinisikan bahwa tahap tinggal landas
sebagai revolusi industri yang bertalian langsung dengan perubahan radikal di
dalam metode produksi yang dalam jangka waktu relatif singkat menimbulkan
konsekuensi.
4. Tahapan Menuju Kematangan Ekonomi.
Merupakan tahapan yang ditandai dengan penerapan teknologi modern secara
efektif terhadap sumberdaya yang dimiliki. Tahapan menuju kematangan ini
ditandai dengan kondisi perekonomian yang tumbuh secara teratur dan
lapangan usaha bertambah luas.
5. Tahapan Konsumsi Massal Tinggi.
Merupakan tahapan yang ditandai dengan migrasi besar-besaran masyarakat
pedesaan ke perkotaan. Dalam masyarakat ini pendapatan riil per kapita selalu
meningkat sehingga sebagian besar masyarakat mencapai tingkat konsumsi
yang diinginkannya.

Teori Basis Ekonomi
Sektor basis merupakan sektor yang mengekspor barang dan jasa ataupun
tenaga kerja ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang
bersangkutan. Di samping barang, jasa, dan tenaga kerja, ekspor basis dapat juga
berupa pengeluaran orang asing yang berada pada daerah tersebut terhadap
barang-barang yang tidak bergerak seperti (tempat wisata, peninggalan sejarah,
museum dan sebagainya). Sedangkan sektor non basis merupakan sektor yang
menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat yang tinggal di dalam
batas-batas daerah itu sendiri. Sektor ini tidak mengekspor barang, jasa maupun
tenaga kerja sehingga ruang lingkup produksi dan daerah pasar sektor non-basis
hanya bersifat lokal (Glasson 1977).
Secara teoritis sektor basis dan sektor non basis disuatu daerah tidaklah
bersifas statis melainkan bersifat dinamis karena pada tahun tertentu mungkin saja
sektor tersebut merupakan sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu
sektor tersebut secara otomatis menjadi sektor basis. Semakin banyak sektor basis
dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke daerah tersebut,
menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan
kenaikan volume sektor non-basis. Sehingga sektor basis merupakan penggerak
utama dalam perekonomian suatu daerah (Glasson 1977).

Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan
yang tinggi sehingga dijadikan sebagai harapan pembangunan ekonomi. Sektor
unggulan diharapkan dapat menjadi tulang punggung dan penggerak

6

perekonomian sehingga dapat menjadi refleksi dari struktur perekonomian suatu
wilayah (Deptan 2005). Secara umum, syarat utama agar suatu sektor layak
dijadikan sebagai unggulan perekonomian adalah sektor tersebut memiliki
kontribusi yang dominan dalam pencapaian tujuan pembangunan. Kriteria sektor
unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan
sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya (Sambodo 2002):
1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi.
2. Sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar.
3. Sektor tesebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan
maupun ke belakang.
4. Sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Penelitian Terdahulu
Harisman (2007) menganalisis struktur ekonomi dan identifikasi sektorsektor unggulan di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003). Penelitiannya
menggunakan metode shift share untuk melihat perubahan struktur ekonomi dan
metode location quotient untuk menganalisis sektor unggulan. Hasil penelitiannya
dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi
Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan
peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi
terhadap PDRB Provinsi Lampung, diikuti dengan sektor primer, kemudian sektor
tersier.
Berdasarkan rasio PDRB Provinsi Lampung, sektor sekunder mendominasi
melalui kontribusi sektor listrik, gas, dan air bersih yang memiliki rasio kedua
terbesar setelah sektor pertambangan dan penggalian. Sektor primer menduduki
tempat kedua, sedangkan sektor tersier di tempat ketiga. Pergeseran bersih
menyebabkan kenaikan PDRB Provinsi Lampung. Sektor yang bersifat progresif
adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan dan dayasaing yang baik
adalah sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Purwanti (2009) menganalisis sektor unggulan dalam penyerapan tenaga
kerja Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini
menggunakan metode location quotient, Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan
analisis overlay, elastisitas tenaga kerja dan koefisien tenaga kerja untuk
menganalisis sektor unggulan dan melihat elastisitas koefisien tenaga kerja di
sektor-sektor unggulan. Pada hasil penelitiannya dapat disimpulkan, sektor
ekonomi yang menjadi unggulan berdasarkan kontribusi dan pertumbuhan dilihat
dari sisi penciptaan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja adalah sektor
pertambangan dan penggalian. Sedangkan bila dilihat dari sisi penciptaan nilai
tambah dalam stuktur ekonomi tanpa migas, maka sektor pertanian juga menjadi
salah satu sektor unggulan di Kabupaten Muara Enim selain sektor pertambangan
dan penggalian.
Selama periode 2005-2008, kenaikan pertumbuhan ekonomi menyebabkan
penurunan daya serap tenaga kerja di sektor pertanian serta sektor pertambangan

7

dan penggalian yang ditandai dengan nilai elastisitas tenaga kerja yang semakin
menurun. Hal ini berarti tingkat penyerapan tenaga kerja pada tahun 2008 lebih
rendah dibanding tahun 2005. Namun demikian, kedua sektor tersebut
mempunyai produktivitas tenaga kerja yang semakin meningkat yang ditandai
dengan nilai koefisien tenaga kerja yang semakin menurun. Penurunan ini
mengindikasikan adanya tahapan kemajuan perekonomian suatu daerah dari
tradisional menuju industri. Namun di sisi lain, penurunan ini berdampak tidak
baik dalam hal penyerapan tenaga kerja karena akan mengakibatkan
pengangguran yang semakin tinggi.
Octalya (2011) menganalisis sektor unggulan di Kota Dumai Provinsi Riau
tahun 2000-2010. Penelitian ini menggunakan metode location quotient, Model
Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis indeks komposit, dan Porter’s Diamond
untuk mengetahui sektor basis, pertumbuhan setiap sektor, penentu sektor
unggulan, dan dayasaing sektor/subsektor unggulan. Hasil penelitiannya
menyimpulkan dari analisis indeks komposit, maka dari tiga indikator sektor
unggulan disimpulkan bahwa sektor pengangkutan merupakan sektor unggulan di
Dumai dengan subsektor pengangkutan khususnya angkutan laut sebagai subsektor
unggulan, dan hasil analisis Porter’s Diamond menunjukkan bahwa dayasaing
subsektor angkutan laut Kota Dumai menunjukkan kondisi yang berdayasaing.
Gunawan (2011) menganalisis sektor-sektor unggulan perekonomian
Kabupaten Rembang tahun 2000-2008. Penelitian ini menggunakan metode shift
share, MRP, location quotient, overlay, dan forecasting untuk menganalisis
pertumbuhan sektor ekonomi, sektor unggulan, dan peramalan perekonomian.
Hasil penelitiannya berdasarkan analisis overlay (paparan dari analisis pergeseran
bersih, analisis MRP dan analisis LQ) sektor perekonominan Kabupaten Rembang
yang tumbuh dominan, kompetitif dan surplus adalah sektor pertambangan dan
penggalian.
Marlina (2014) menganalisis sektor unggulan dalam perekonomian Kota
Bogor (periode 2006-2012). Penelitiannya menggunakan metode location
quotient, shift share, MRP, dan overlay untuk melihat sektor unggulan di Kota
Bogor. Hasil penelitiannya berdasarkan analisis overlay terdapat satu sektor
unggulan dalam perekonomian Kota Bogor, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih.
Peningkatan kegiatan konstruksi, industri dan niaga di Kota Bogor mempengaruhi
pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih. Sementara dari sisi subsektor,
terdapat tiga subsektor unggulan, yaitu subsektor air bersih, subsektor lembaga
keuangan selain bank, dan subsektor sewa bangunan. Subsektor unggulan
memiliki sifat komoditas tumbuh dominan, kompetitif dan surplus.
Sektor unggulan dalam perekonomian Kota Bogor berdasarkan analisis
kontribusi terhadap PDRB Kota Bogor dan analisis overlay adalah sektor
perdagangan hotel dan pariwisata, sektor industri pengolahan dan sektor listrik,
gas dan air bersih. Sementara untuk subsektor unggulan, terdapat lima subsektor
unggulan dalam perekonomian Kota Bogor yaitu, subsektor perdagangan besar
dan eceran, subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki, subsektor air bersih,
subsektor lembaga keuangan selain bank dan subsektor sewa bangunan.

8

Kerangka Pemikiran
Pada umumnya pembangunan daerah difokuskan pada pembangunan
ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan
dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang antara lain diukur dengan
besaran yang disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Faktor utama
yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah adalah adanya permintaan barang
dan jasa dari luar daerah, sehingga sumberdaya lokal akan dapat menghasilkan
kekayaan daerah karena dapat menciptakan peluang kerja di daerah (Boediono
1999). Namun pendekatan pembangunan yang sangat menekankan pada
pertumbuhan ekonomi menimbulkan makin melebarnya ketimpangan sosialekonomi antarwilayah.
Dalam rangka meningkatkan perekonomian di Kabupaten dan Kota
Sukabumi, maka pemerintah daerah perlu mengidentifikasi potensi daerah untuk
meningkatkan ekonomi lokal yang sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya
melalui peningkatan sektor-sektor perekonomian sehingga akan mendorong
peningkatan pertumbuhan ekonomi, menciptakan struktur ekonomi Kabupaten
dan Kota Sukabumi yang tangguh untuk memperkuat perekonomian daerah yang
akan mendorong berkurangnya ketimpangan pembangunan daerah. Hal inilah
yang menjadi panduan untuk menganalisis struktur ekonomi, pertumbuhan sektor
ekonomi, dan sektor unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi.
PDRB Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi
Atas Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2013
Sektor-Sektor Ekonomi

Kontribusi Sektor
Ekonomi

Analisis
Shift Share

Analisis Location
Quotient

Analisis
MRP

Analisis Overlay
Sektor Unggulan
Implikasi Kebijakan Pembangunan Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi

Gambar 2 Kerangka penelitian

Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Adapun hipotesis dalam penelitian
ini adalah:

9

a. Pada tahap-tahap awal pembangunan umumnya sektor primer memiliki
peranan penting dalam pembentukan pendapatan suatu wilayah/negara, namun
pembangunan lebih lanjut membuat peran/kontribusi sektor primer berkurang
dan berpindah ke sektor sekunder dan tersier.
b. Karakteristik daerah yang berbeda menyebabkan sektor unggulan di setiap
daerah berbeda-beda.

METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder
dari tahun 2007-2013, berupa data PDRB berdasarkan harga konstan 2000
menurut lapangan usaha di Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, dan Provinsi
Jawa Barat. Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan
Perencanaan dan Pembangunan Pemerintah Daerah (Bappeda) serta beberapa
bahan pustaka lain dari jurnal, koran dan instansi lainnya yang terkait dalam
penelitian ini.

Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, analisis shift share, analisis location quotient, analisis Model Rasio
Pertumbuhan (MRP), dan analisis overlay. Pengolahan data pada penelitian
menggunakan program Microsoft Excel 2007.
Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan
mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan
memberikan pemaparan dalam bentuk tabel. Dalam penelitian ini, analisis
deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi perekonomian
Kabupaten dan Kota Sukabumi yang diaktualisasikan melalui penafsiran tabel.
Kondisi perekonomian yang ingin dijelaskan dalam analisis ini adalah
mengenai struktur perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi. Struktur
perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi dapat dilihat melalui kontribusi tiap
sektor ekonomi terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut
lapangan usaha periode tahun 2007-2013.
Analisis Shift Share (SS)
Analisis SS adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi pendapatan
maupun dari sisi tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu. Melalui analisis shift

10

share dapat dianalisis besarnya sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan
pendapatan pada masing-masing sektor di wilayah yang bersangkutan (Priyarsono
et al 2007). Secara umum, terdapat tiga komponen utama dalam analisis shift
share, yaitu (Budiharsono 2001) :
a. Komponen Pertumbuhan Regional (Regional Growth Component).
Merupakan perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh
perubahan produksi nasional secara umum, kebijakan ekonomi nasional atau
hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.
b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional Mix Growth
Component).
Merupakan komponen yang timbul karena perbedaan sektor dalam permintaan
produk akhir, ketersediaan bahan mentah, kebijakan industri (seperti kebijakan
perpajakan, subsidi dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan
keragaman pasar.
c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Share Growth
Component).
Merupakan komponen yang timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB
atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah.
Adapun langkah-langkah utama dalam analisis shift share sebagai berikut:
1) Menentukan wilayah yang akan dianalisis.
Pada penelitian ini analisis dilakukan ditingkat kabupaten/kota yaitu
Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi, dengan wilayah atasnya adalah
Provinsi Jawa Barat.
2) Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis.
Pada penelitian ini digunakan indikator kegiatan ekonomi pendapatan yang
dicerminkan oleh nilai PDRB. Periode waktu yang akan dianalisis dari tahun
2007-2013.
3) Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis.
Pada penelitian ini akan difokuskan pada semua sektor perekonomian di
wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi.
4) Menghitung perubahan indikator ekonomi.
a. PDRB Provinsi Jawa Barat dari setiap sektor pada tahun dasar analisis.
Yi =



Yij

=1

Keterangan :
Yi = PDRB Provinsi Jawa Barat dari setiap sektor pada tahun dasar analisis.
Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.
b. PDRB Provinsi Jawa Barat dari setiap sektor pada tahun akhir analisis.
Y′i =



Y′ij

=1

Keterangan :
Y'i = PDRB Provinsi Jawa Barat dari setiap sektor pada tahun akhir analisis.
Y'ij = PDRB setiap sektor wilayah kabupaten/kota pada tahun akhir analisis.
c. Perubahan PDRB dirumuskan sebagai berikut :
ΔYij = Y’ij – Yij
Keterangan :
ΔYij = perubahan PDRB kabupaten/kota.

11

d.

5)
a.

b.

c.

6)
a.

b.

a.

Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.
Y’ij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun akhir analisis.
Persentase perubahan PDRB (%ΔYij) adalah sebagai berikut:
%ΔYij = (Y'ij - Yij) / Yij x 100%
Keterangan :
ΔYij = perubahan PDRB setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota.
Y'ij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun akhir analisis.
Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.
Rasio PDRB yang digunakan untuk melihat perbandingan PDRB di suatu
wilayah tertentu. Rasio PDRB terbagi atas ri, Ri dan Ra, yaitu:
ri (Rasio PDRB setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota).
ri = Y'ij - Yij / Yij
Keterangan :
Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.
Y'ij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun akhir analisis.
Ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat)
Ri = Y'i - Yi / Yi
Keterangan :
Y'i = PDRB Jawa Barat setiap sektor pada tahun akhir analisis.
Yi = PDRB Jawa Barat setiap sektor pada tahun awal analisis.
Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat)
Ra = Y'.. - Y.. / Y..
Keterangan :
Y’.. = PDRB Jawa Barat pada tahun akhir analisis.
Y.. = PDRB Jawa Barat pada tahun dasar analisis.
Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah
Komponen pertumbuhan wilayah terdiri atas :
Komponen Pertumbuhan Regional (PR)
PRij = (Ra)Yij
Keterangan :
PRij = komponen pertumbuhan regional setiap sektor kabupaten/kota.
Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.
Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)
PPij = (Ri – Ra)Yij
Keterangan :
PPij = komponen pertumbuhan proporsional setiap sektor kabupaten/kota.
Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.
Apabila:
PPij > 0, menunjukkan bahwa setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota
pertumbuhannya cepat.
PPij < 0, menunjukkan
bahwa
setiap
sektor
kabupaten/kota
pertumbuhannya lambat.
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
PPWij = (ri – Ri)Yij
Keterangan :
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah setiap sektor kabupaten/kota.
Yij
= PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.

12

Apabila:
PPWij > 0, berarti sektor/wilayah kabupaten/kota mempunyai dayasaing yang
baik dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya di Provinsi Jawa
Barat.
PPWij < 0, berarti setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota tidak dapat
bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan sektor/wilayah
lainnya di Provinsi Jawa Barat.
7) Mengevaluasi profil pertumbuhan sektor perekonomian dilakukan dengan
menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan.
Sumbu horizontal menggambarkan persentase komponen pertumbuhan
proporsional, sedangkan sumbu vertikal merupakan persentase pertumbuhan
pangsa wilayah.
Kuadran IV

Kuadran I

Kuadran III

Kuadran II

PPij

PPWij
Sumber : Budiharsono, 2001

Gambar 3 Profil pertumbuhan sektor perekonomian
Keterangan Gambar 4 adalah sebagai berikut:
a. Kuadran I merupakan kuadran dimana PP dan PPW bernilai positif. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki
pertumbuhan yang cepat dan memiliki dayasaing yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya.
b. Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang
bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP>0), tetapi dayasaing kurang baik
dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya (PPW0 yang
mengindikasikan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhannya progresif (maju).

13

Sebaliknya, di bawah garis 450 berarti PBj 0, maka pertumbuhan setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota
termasuk ke dalam kelompok progresif (maju).
PBij < 0, maka pertumbuhan setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota
termasuk lamban.
Adapun kelebihan alat analisis shift share yaitu analisis shift share tergolong
sederhana, namun dapat memberikan gambaran mengenai perubahan struktur
ekonomi yang terjadi, data-data yang digunakan juga mudah diperoleh dan relatif
tersedia di setiap wilayah, yaitu Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB),
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja di masingmasing sektor, dapat melihat perkembangan produksi atau kesempatan kerja di
suatu wilayah hanya dengan menggunakan dua titik waktu data, memungkinkan
seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat dan
memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan
cukup akurat.
Kelemahan alat analisis shift share, yaitu ada data periode waktu tertentu di
tengah periode pengamatan yang tidak terungkap, analisis shift share tidak dapat
dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor dan antar daerah, persamaan shift
share merupakan identity equation dan tidak mempunyai implikasi-implikasi
keperilakuan sehingga metode shift tidak analitik, komponen pertumbuhan
regional secara implisit mengemukakan bahwa laju pertumbuhan suatu wilayah
hanya disebabkan oleh kebijakan wilayah tanpa memperhatikan sebab-sebab laju
pertumbuhan yang bersumber dari wilayah tersebut, dan kedua komponen
pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) mengasumsikan bahwa perubahan
penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan wilayah.
Analisis MRP (Model Rasio Pertumbuhan)
MRP merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor
ekonomi unggulan berdasarkan kriteria kontribusi nilai tambah maupun tenaga
kerja. Alat analisis lain dirasakan penting dipergunakan untuk mengidentifikasi
sektor ekonomi unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi. Model Rasio
Pertumbuhan (MRP) adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu
kegiatan baik dalam skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas.
Dalam analisis MRP terdapat dua macam rasio pertumbuhan, yaitu:

14

1. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPWS).
Rasio ini merupakan perbandingan antara pertumbuhan pendapatan atau
tenaga kerja di setiap sektor di Kabupaten dan Kota Sukabumi dengan
pertumbuhan pendapatan atau tenaga kerja di setiap sektor di Provinsi Jawa
Barat. Formula rumusnya sebagai berikut :
�� =

� /� (�)
� /� (�)

Dimana :
Eij = perubahan PDRB di setiap sektor di wilayah studi (Kabupaten dan
Kota Sukabumi).
Eij(t) = PDRB di setiap sektor pada awal periode penelitian wilayah studi
(Kabupaten dan Kota Sukabumi).
Eir = perubahan PDRB di setiap sektor di wilayah referensi (Provinsi Jawa
Barat).
Eir(t) = PDRB awal periode penelitian wilayah referensi (Provinsi Jawa
Barat).
Keterangan :
RPWS > 1 positif (+) artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada
tingkat wilayah studi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
sektor pada wilayah referensi.
RPWS < 1 negatif (-) artinya pertumbuhan suatu sektor pada tingkat wilayah
studi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut
pada wilayah referensi.
2. Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPWR).
Rasio ini merupakan perbandingan rata-rata pertumbuhan pendapatan atau
tenaga kerja di setiap sektor di Provinsi Jawa Barat dengan rata-rata
pertumbuhan pendapatan atau tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat.
Analisis Location Quotient
Analisis Location Quotient (LQ) dilakukan dengan cara mengukur
konsentrasi sektor ekonomi dalam daerah dengan menghitung perbandingan
antara pendapatan di setiap sektor pada daerah bawah (Kabupaten dan Kota
Sukabumi) terhadap pendapatan dari total semua sektor pada daerah bawah
dengan pendapatan di setiap sektor pada daerah atas (Provinsi Jawa Barat)
terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya (Priyarsono et al 2007).
Metode ini digunakan untuk mengetahui sektor unggulan yang dapat
dikembangkan di sebuah wilayah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah. Secara matematis untuk menghitung nilai LQ dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
LQ =

Vi / Vt
Yi / Yt

Keterangan :
Vi = PDRB setiap sektor pada tingkat wilayah yang lebih rendah (Kabupaten
dan Kota Sukabumi).

15

Vt = Total PDRB semua sektor pada tingkat wilayah yang lebih rendah
(Kabupaten dan Kota Sukabumi).
Yi = PDRB setiap sektor pada tingkat wilayah yang lebih atas (Provinsi Jawa
Barat)
Yt = Total PDRB semua sektor pada tingkat wilayah yang lebih atas (Provinsi
Jawa Barat).
Dalam kaitannya apabila LQ>1 maka sektor tersebut merupakan sektor
basis yang dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Sedangkan
jika LQ