ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2007-2010

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2007-2010

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: SALSABILAH F0108021

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

DESEMBER 2012

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2007-2010

Surakarta, 2 November 2012 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP. NIP. 19580805 198601 2 001

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Surakarta, 1 Desember 2012

Tim Penguji Skripsi

1. Dr. Mulyanto, ME.

sebagai Ketua

(.................................) NIP. 19680623 1993021 001

2. Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP.sebagai Pembimbing (.................................) NIP. 19580805 1986012 001

3. Dwi Prasetyani, S.E., M.Si.

sebagai Anggota

(.................................) NIP. 19770217 2003122 003

MOTTO

Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad: 7)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 5-6)

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri. (QS. Ar- Ra’d: 11)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah: 286)

Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu beberapa derajat.

(QS. Al-Mujadilah: 11)

Dari Abu Hurairah ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju ke surga. (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak Adam (manusia) mati, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak s aleh yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim)

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. (Imam Syafii)

Apapun kondisinya, ngedate dengan Sang Pemilik Hati (Allah SWT) harus selalu menjadi agenda yang utama sebelum agenda-agenda yang lainnya. (5481L)

Setiap soal pasti ada kunci jawabannya. Tinggal bagaimana kita ikhtiar dalam belajar, sehingga hasil ujian akan kita raih dengan sukses gemilang. Pun dengan ujian kehidupan yang Allah berikan, pasti ada solusinya. Maka, mendekat dan mintalah solusi HANYA kepada-Nya. (5481L)

Sekali- kali, keluarlah dari “zona nyaman” kita. Karena barangkali saja, di zona yang kita anggap “tidak nyaman” itulah kita bisa mengukur seberapa kuatkah kita dan siapakah kita

sebenarnya. Life is challenge! H2N! Hadapi…Hayati…Nikmati…!!!

(5481L)

Biasakanlah yang benar, bukan membenarkan yang biasa! (5481L)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, dengan hanya mengharap ridho Allah SWT…. Semoga karya kecil ini bisa memberikan motivasi dan inspirasi

kepada saudara-saudaraku di Yayasan Yatim dan Yatim Piatu Al-Akhyar

“Kita memiliki kesempatan yang sama qo’ untuk sukses! Buktikan kalo K.I.TA. juga B.I.S.A. !”



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha Mengurus hamba-Nya dengan rahmat tak terhingga, hingga tak layak jika sang hamba berputus asa dari rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, kekasih Allah, yang meski telah dijamin masuk surga tetap melaksanakan penghambaan total kepada Allah sebagai bentuk syukur.

Skripsi yang berjudul “Analisis Sektor Basis dan Sektor Ekonomi

Unggulan Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007- 2010” ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Tiada yang dapat melukiskan kebahagiaan penulis selain rasa syukur yang mendalam. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan, peneliti menghaturkan terima kasih kepada:

1. Ibunda tercinta atas doanya yang tiada putus untuk ananda.

2. Ibu Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. H. Wisnu Untoro, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Supriyono selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Hj. Izza Mafruhah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing akademis penulis.

6. Bapak DR. Mulyanto, ME. dan Ibu Dwi Prasetyani, S.E., M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran, kritik, dan bimbingannya.

7. Bapak dan Ibu dosen FE UNS Surakarta yang telah memberikan ilmunya secara ikhlas selama penulis menempuh pendidikan.

8. Teman-teman FE UNS angkatan 2008 khususnya jurusan Ekonomi Pembangunan yang senantiasa telah menemani perjalanan study penulis.

9. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta yang telah membantu dalam pengumpulan data.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga karya kecil ini bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

C. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah .................

1. Teori Ekonomi Neo Klasik ..........................................

2. Teori Basis Ekonomi ....................................................

3. Teori Lokasi .................................................................

4. Teori Tempat Sentral ....................................................

5. Teori Kausasi Kumulatif ..............................................

6. Model Daya Tarik ........................................................

D. Indikator Pembangunan Daerah .......................................

1. Indikator Ekonomi .......................................................

2. Indikator Non Ekonomi ...............................................

3. Indikator Gabungan ......................................................

E. Penelitian Terdahulu ........................................................

F. Kerangka Pemikiran .........................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................

B. Jenis dan Sumber Data .....................................................

C. Definisi Operasional Variabel ..........................................

1. Produk Domestik Regional Bruto ................................

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi ........................................

3. Kondisi Perekonomian .................................................

4. Struktur Ekonomi .........................................................

5. Pergeseran Sektor Ekonomi .........................................

6. Pendapatan Per Kapita .................................................

7. Laju Pertumbuhan Sektor .............................................

8. Sektor Basis ..................................................................

9. Sektor Potensial ............................................................

10. Sektor Unggulan ........................................................

11. Pertumbuhan Ekonomi ...............................................

D. Metode Analisis Data .......................................................

1. Analisis Deskriptif .......................................................

a. Analisis Kontribusi Sektoral ....................................

b. Analisis Pertumbuhan ..............................................

2. Analisis Kuantitatif .....................................................

a. Analisis Location Quotient .......................................

b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan Dynamic Location Quotient ....................................

c. Analisis Shift Share ..................................................

d. Analisis Tipologi Klassen ........................................

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................

A. Gambaran Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta ..............................................................................

1. Kondisi Geografis ........................................................

2. Arti dan Lambang Provinsi DKI Jakarta .....................

3. Kondisi Demografis .....................................................

B. Gambaran Umum Kota Administrasi Jakarta Selatan .....

1. Kondisi Geografis ........................................................

2. Arti dan Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan

3. Pemerintah Daerah ......................................................

4. Pembagian Wilayah Administratif ...............................

5. Kependudukan dan Tenaga Kerja ................................

8. Industri dan Listrik ......................................................

9. Pendapatan Regional ...................................................

C. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ...............................

1. Analisis Deskriptif .......................................................

a. Analisis Kontribusi Sektoral ....................................

b. Analisis Laju Pertumbuhan .....................................

2. Analisis Kuantitatif ......................................................

95

a. Analisis Location Quotient .......................................

95

b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan Dynamic Location Quotient .....................................

101

e. Analisis Shift Share ................................................... 102

f. Analisis Tipologi Klassen ......................................... 107

BAB V PENUTUP ............................................................................... 110

A. Kesimpulan ...................................................................... 110

B. Saran ................................................................................ 112

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

114

LAMPIRAN .............................................................................................. 116

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perjalanan Desentralisasi di Indonesia .......................................

Tabel 1.2 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ............................................................................................

Tabel 1.3 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku ...............

Tabel 2.1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ............

Tabel 3.1 Analisis Gabungan SLQ dan DLQ .............................................

Tabel 3.2 Status Perekonomian Per Sektor Analisis Tipologi Klassen ......

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi DKI Jakarta ...........

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta ....................................

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Jakarta Tahun 2010 (10

Tahun ke Atas) ...........................................................................

Tabel 4.4 Daftar Pejabat Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan

Tahun 1966-2011 .......................................................................

Tabel 4.5 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Administrasi Jakarta

Selatan, 2010 ..............................................................................

Tabel 4.6 Jumlah Kelurahan, RW, RT, dan KK Menurut Kecamatan,

Tabel 4.7 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Sex Ratio

Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut Kecamatan, 2010...

Tabel 4.8 Jumlah PNS Menurut Golongan di Lingkungan Pemerintah

Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2010 ...................................

Tabel 4.9 Jumlah Sekolah Dasar Negeri Menurut Kecamatan, 2010 ........

Tabel 4.10 Jumlah Anak Terlantar yang di Asuh dalam Panti Sosial

Asuhan Anak (PSAA) Menurut Kecamatan, 2010 ....................

Tabel 4.12 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Atas Dasar Harga

Berlaku 2007-2010 .....................................................................

Tabel 4.13 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Atas Dasar Harga

Konstan 2007-2010 ....................................................................

Tabel 4.14 Kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010 .

Tabel 4.15 Kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 . 93

Tabel 4.16 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010 ................................................................................... 94

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan SLQ Kota Administrasi Jakarta Selatan

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 .............................

Tabel 4.18 Hasil Analisis DLQ Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun

2007-2010 ................................................................................... 100

Tabel 4.19 Klasifikasi Sektor Berdasarkan SLQ dan DLQ dilihat dari

Nilai PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ............................................ 101

Tabel 4.20 Perhitungan Analisis Shift Share Kota Administrasi Jakarta

Selatan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ................ 103

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen Kota

Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2008-2010 ......................... 107

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ..............................................................

52

Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta .......................................

71

Gambar 4.2 Lambang Provinsi DKI Jakarta .............................................

73

Gambar 4.3 Peta Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan ..................

79

Gambar 4.4 Lambang Kota Administasi Jakarta Selatan ..........................

81

FAKULTAS EKONOMI

Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp. (0271) 647481 Fax. (0271) 638143

SURAT PERNYATAAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret:

: Ekonomi Pembangunan/S1 Reguler

Tempat /Tgl. Lahir

: Jakarta, 19 Januari 1990

Alamat : Jl. Kemang Selatan XA Rt.003/02 No.51 Bangka, Mampang

Prapatan, Jakarta Selatan 12730

Pembimbing

: Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP.

Judul skripsi : Analisis Sektor Basis dan Sektor Ekonomi Unggulan Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang saya buat merupakan hasil karya murni saya sendiri.

2. Apabila ternyata dikemudian hari, bahwa skripsi ini merupakan hasil

jiplakan/salinan/saduran karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi:

a. Sebelum dinyatakan lulus, bersedia menyusun skripsi ulang dan diuji kembali.

b. Setelah dinyatakan lulus, pencabutan gelar dan penarikan ijazah kesarjanaannya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Surakarta, 6 November 2012 Mahasiswa yang menyatakan

Salsabilah F0108021

ABSTRAKSI ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2007-2010 SALSABILAH F0108021

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perubahan struktur ekonomi dan mengidentifikasi sektor unggulan yang terdapat di Kota Administrasi Jakarta Selatan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan analisis, dengan menggunakan data sekunder dari variabel PDRB beserta komponen-komponennya di Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Provinsi DKI Jakarta tahun 2007-2010. Adapun metode analisis data yang digunakan antara lain analisis LQ, analisis gabungan SLQ dan DLQ, analisis SS, serta analisis Tipologi Klassen.

Hasil analisis LQ menunjukkan sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis. Analisis gabungan SLQ dan DLQ menunjukkan sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Hasil analisis SS menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu sektor bangunan..

Hasil analisis per sektor berdasarkan keempat alat analisis menunjukkan bahwa sektor unggulan di Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan kriteria sektor basis, kompetitif, dan sektor maju dan tumbuh pesat adalah sektor bangunan.

Kata kunci: sektor basis, sektor unggulan, analisis Location Quotient (LQ), analisis gabungan Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ), analisis Shift Share (SS), analisis Tipologi Klassen.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Arsyad, 1999: 108)

untuk mendorong, memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rangka membangun daerahnya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu: (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self esteem) masyarakat sebagai manusia dan, (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom for servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. (Arsyad, 1999: 5-6)

Indikator keberhasilan suatu pembangunan tidak hanya diukur dengan pertumbuhan, tetapi juga harus menjamin terjadinya perubahan, Indikator keberhasilan suatu pembangunan tidak hanya diukur dengan pertumbuhan, tetapi juga harus menjamin terjadinya perubahan,

Sebelum otonomi daerah diberlakukan, pemerintah daerah memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap pemerintah pusat. Hal ini bisa dilihat dari aspek keuangan. Pemerintah daerah kehilangan keleluasaan bertindak (local discretion) untuk mengambil keputusan- keputusan penting dan adanya campur tangan pemerintah pusat yang tinggi terhadap pemerintah daerah.

Pasca reformasi, Pemerintahan Habibie memberlakukan dasar hukum desentralisasi, yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah. Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri, UU Nomor 22 Tahun 1999 disempurnakan menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah karena dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Dengan lahirnya UU tersebut, maka dimulai pula masa desentralisasi dan menggantikan sistem sentralisasi di Indonesia.

Tabel 1.1

Perjalanan Desentralisasi di Indonesia

UU Otonomi

Hakikat Otonomi

Perjuangan Kemerdekaan (1945-1949)

Demokrasi

UU Nomor 1 Tahun 1945 UU Nomor 22 Tahun 1948

Otonomi Luas

Pasca Kemerdekaan (1950-1959)

Demokrasi

UU Nomor 1 Tahun 1957

Otonomi Luas

Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Otoritarian

Penpres Nomor 6 Tahun 1959 UU Nomor 18 Tahun 1965

Otonomi Terbatas

Orde Baru (1965-1998)

Otoritarian

UU Nomor 5 Tahun 1974

Sentralisasi Pasca Orde Baru

(1998-sekarang)

Demokrasi

UU Nomor 22 Tahun 1999 UU Nomor 25 Tahun 1999 UU Nomor 32 Tahun 2004 UU Nomor 33 Tahun 2004

Otonomi Luas

Sumber: Modul Ekonomi Regional, 2006

Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan otonomi daerah ini menuntut setiap daerah untuk dapat mengembangkan dan mengoptimalisasi semua sumber daya yang dimiliki. Setiap daerah harus cermat dalam memberdayakan potensi daerah setempat agar dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah.

Mudrajad (2010) mengatakan, salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya, sehingga pelayanan pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini berdasarkan asumsi Mudrajad (2010) mengatakan, salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya, sehingga pelayanan pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini berdasarkan asumsi

Dalam kerangka pembangunan daerah, peningkatan peran masyarakat ditunjukkan oleh pergeseran peran pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan dari yang semula tersentral menuju kepada pembangunan yang berdasar pada kemandirian daerah. Pembangunan daerah juga diarahkan sebagai ajang usaha peningkatan kualitas taraf hidup masyarakat.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi ini diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi sekaligus diperlukan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi regional.

PDRB di Indonesia pada dasarnya terdiri atas sembilan sektor, yaitu: (1) sektor pertanian; (2) sektor pertambangan dan penggalian; (3) sektor industri pengolahan; (4) sektor listrik, gas, dan air bersih; (5) sektor bangunan; (6) sektor perdagangan, hotel, dan restoran; (7) sektor pengangkutan dan komunikasi; (8) sektor keuangan, perusahaan, dan jasa perusahaan; dan (9) sektor jasa-jasa.

Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, ditetapkan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara RI yang merupakan salah satu dari 26 Daerah Otonomi Tingkat I (Provinsi) di Indonesia dengan struktur wilayah administrasi. Wilayah Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, ditetapkan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara RI yang merupakan salah satu dari 26 Daerah Otonomi Tingkat I (Provinsi) di Indonesia dengan struktur wilayah administrasi. Wilayah

Sukirno (1976) menyatakan bahwa di dalam praktek, apabila membahas mengenai pembangunan wilayah, maka pengertian wilayah administrasi merupakan pengertian yang paling banyak digunakan. Penggunaan pengertian tersebut disebabkan dua faktor, yakni: (a) dalam kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan tindakan- tindakan dari berbagai badan pemerintahan. Dengan demikian, lebih praktis apabila pembangunan wilayah didasarkan pada suatu wilayah administrasi yang telah ada; (b) wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan atas suatu administrasi pemerintah lebih mudah di analisis, karena sejak lama pengumpulan data di berbagai bagian wilayah berdasarkan pada suatu wilayah administrasi tersebut.

Kota Administrasi Jakarta Selatan merupakan salah satu dari lima bagian wilayah administrasi yang berada di pusat Ibukota DKI Jakarta dengan berbagai sektor perekonomiannya yang cukup maju. Berbeda dengan daerah lainnya, Kota Administrasi Jakarta Selatan tidak mendapat kontribusi PDRB dari sektor pertambangan dan penggalian, mengingat kondisi wilayahnya yang tidak mendukung dalam sektor tersebut. Sehingga untuk sumbangan PDRB dari sektor tersebut bernilai nol.

Tabel 1.2

PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

No.

Lapangan Usaha

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011 Dari Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa PDRB Kota Administrasi

Jakarta Selatan Atas Dasar Harga Konstan pada tahun 2007 mencapai Rp74.377.052, tahun 2008 meningkat Rp78.997.463, tahun 2009 juga mengalami peningkatan Rp83.218.185, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp88.687.181. Dari tahun ke tahun, PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan mengalami peningkatan. Angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi kemajuan pembangunan di Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Sedangkan jika dilihat dari sektor-sektor pembentuk PDRB Atas Dasar Harga Konstan, pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, sektor Sedangkan jika dilihat dari sektor-sektor pembentuk PDRB Atas Dasar Harga Konstan, pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, sektor

Sepanjang tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sektor pertanian merupakan sektor paling rendah dalam menyumbang pendapatan daerah. Pada tahun 2007 sebesar Rp59.634, tahun 2008 sebesar Rp59.835, tahun 2009 Rp59.766, dan pada tahun 2010 sebesar Rp59.614.

Tabel 1.3

PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

No.

Lapangan Usaha

134.350 143.984 2. Pertambangan dan Penggalian

- - 3. Industri Pengolahan

3.869.021 4.409.280 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih

Hotel, dan Restoran

32.528.577 36.828.655 7. Pengangkutan dan Komunikasi

Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 1.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun Berdasarkan Tabel 1.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perlu diadakan pengkajian ataupun suatu analisis mengenai potensi unggulan di Kota Administasi Jakarta Selatan agar pemerintah daerah mengetahui seberapa besar keberhasilan pembangunan dan sektor-sektor yang perlu dikembangkan secara lebih mendalam. Untuk itu penulis

mengambil judul penelitian ini “Analisis Sektor Basis dan Sektor Ekonomi Unggulan Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diungkapkan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan di dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran perkembangan tingkat kontribusi sektoral dan laju pertumbuhan ekonomi Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010?

2. Sektor apakah yang menjadi sektor basis di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010?

3. Sektor apakah yang menjadi sektor unggulan di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010?

4. Bagaimana perubahan struktur ekonomi di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010?

5. Bagaimana gambaran status sektor ekonomi di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang diharapkan akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat kontribusi sektoral dan laju pertumbuhan ekonomi Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007- 2010.

2. Untuk mengetahui sektor basis di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010.

3. Untuk mengetahui sektor unggulan di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010.

4. Untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010.

5. Untuk mengetahui gambaran status sektor ekonomi di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ilmiah ini diharapkan dapat memberikan nilai manfaat, yaitu:

1. Bagi pemerintah daerah: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ataupun gambaran mengenai kondisi sektor- sektor perekonomian Kota Administrasi Jakarta Selatan, sekaligus dapat menjadi bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan dalam menentukan strategi yang tepat terkait kebijakan pembangunan daerah di Kota Administrasi Jakarta Selatan.

2. Bagi ilmu pengetahuan: memberikan tambahan pengetahuan dan bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian di masa yang akan datang.

3. Bagi masyarakat: sebagai sarana menambah pengetahuan mengenai pembangunan daerah di Kota Administrasi Jakarta Selatan.

4. Bagi peneliti: penelitian ini digunakan sebagai salah satu sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan dan menambah wawasan serta mampu menjadi motivasi dalam mengkaji lebih lanjut terkait ekonomi regional Kota Administrasi Jakarta Selatan maupun daerah lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi

1. Pengertian Pembangunan

Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDRB) suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan PDRB suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Namun, muncul kemudian sebuah alternatif definisi pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan income per capita (pendapatan per kapita). Definisi ini menekankan pada tingkat kemampuan suatu negara dalam peningkatan output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. (Kuncoro, 2010: 136)

Pada akhir dasawarsa 1960-an, banyak Negara Sedang Berkembang (NSB) m ulai menyadari bahwa “pertumbuhan” (growth) tidak identik dengan “pembangunan” (development). Pertumbuhan

ekonomi yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara maju pada tahap awal pembangunan mereka, memang dapat dicapai, tetapi dibarengi dengan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan di perdesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan ketidakseimbangan structural. (Sjahrir, 1986)

Myrdal (1971) mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang menekankan pentingnya pertumbuhan dengan perubahan (growth with change), terutama perubahan niai-nilai dan kelembagaan. Ini dilandasi argumen adanya dimensi kualitatif yang jauh lebih penting dibanding pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi tidak lagi memuja Gross National Product (GNP) sebagai sasaran pembangunan, tetapi lebih memusatkan perhatian pada kualitas proses pembangunan.

Ghazali (dalam Kuncoro, 2010: 23), dalam perspektif Islam, pembangunan dilaksanakan berdasarkan lima pondasi filosofis, yaitu tauheed uluhiyyah, tauhid rububiyyah, khilafah, tazkiyyah an-nas, dan al-falah . Kelima pondasi filosofis tersebut merupakan prinsip-prinsip yang telah melekat dalam Islam dan berasal dari dua sumber utama Islam, yakni Alquran dan sunnah. Menurut paradigma Islam, kelima pondasi filosofis ini menjadi syarat minimum yang diperlukan dalam pembangunan, yaitu sebagai berikut:

a. Tauheed Uluhiyyah, yaitu percaya pada Kemahatunggalan Tuhan dan semua yang di alam semesta merupakan kepunyaan-Nya. Dalam konteks upaya pembangunan, manusia harus sadar bahwa semua sumber daya yang tersedia adalah kepunyaan-Nya sehingga tidak boleh hanya dimanfaatkan untuk pemenuhan kepentingan pribadi. Lebih lanjut, manusia hanyalah penerima amanat atas segala sumber daya yang disediakan kepadanya dan harus a. Tauheed Uluhiyyah, yaitu percaya pada Kemahatunggalan Tuhan dan semua yang di alam semesta merupakan kepunyaan-Nya. Dalam konteks upaya pembangunan, manusia harus sadar bahwa semua sumber daya yang tersedia adalah kepunyaan-Nya sehingga tidak boleh hanya dimanfaatkan untuk pemenuhan kepentingan pribadi. Lebih lanjut, manusia hanyalah penerima amanat atas segala sumber daya yang disediakan kepadanya dan harus

b. Tauheed Rububiyyah, yaitu percaya bahwa Tuhan sendirilah yang menentukan keberlanjutan dan hidup dari ciptaannya serta menuntun siapa saja yang percaya kepada-Nya kepada kesuksesan. Dalam konteks upaya pembangunan, manusia harus sadar bahwa pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tidak hanya bergantung pada upayanya sendiri, tetapi juga pada pertolongan Tuhan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

c. Khilafah, yaitu peranan manusia sebagai wakil Tuhan di bumi. Di samping sebagai wakil atas segala sumber daya yang diamanatkan kepadanya, manusia yang beriman juga harus menjalankan tanggung jawabnya sebagai pemberi teladan atau contoh yang baik bagi manusia lainnya.

d. Tazkiyyah an-nas, ini merujuk kepada pertumbuhan dan penyucian manusia sebagai prasyarat yang diperlukan sebelum manusia menjalankan tanggung jawab yang ditugaskan kepadanya. Manusia adalah agen perubahan dan pembangunan (agent of change and development) . Oleh karena itu, perubahan dan pembangunan apa pun yang terjadi sebagai akibat upaya manusia ditujukan bagi kebaikan orang lain dan tidak hanya bagi pemenuhan kepentingan pribadi.

e. Al-falah, yaitu konsep keberhasilan dalam Islam bahwa keberhasilan apa pun yang dicapai di kehidupan dunia akan e. Al-falah, yaitu konsep keberhasilan dalam Islam bahwa keberhasilan apa pun yang dicapai di kehidupan dunia akan

Pembangunan dalam kerangka Islam ditemukan pada pola nilai (value pattern) yang melekat dalam Alquran dan sunnah. Kedua sumber tersebut membentuk kerangka rujukan yang menjadi dasar dalam upaya pembangunan sehingga menjadi titik awal dalam perumusan kebijakan pembangunan, tujuan, dan proses pembuatan keputusan pada semua level. Hal yang menjadi fokus utama bagi upaya pembangunan dan jantung bagi proses pembangunan adalah manusia. Proses pembangunan apa pun harus dimulai dari pembangunan moral, spiritual, fisik, dan pembangunan lingkungan manusia yang akan menjadi agen bagi lingkungan fisik dan sosio ekonominya. Manusia adalah agen perubahan yang aktif dan yang akan bertanggung jawab bagi keberhasilan atau kegagalan hidupnya, baik di kehidupan dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu, pembangunan mengandung arti tidak hanya sebagai proses produksi barang dan jasa, distribusi barang dan jasa, transformasi kelembagaan dan struktural, atau pencapaian keseimbangan ekologis. Semuanya itu hanyalah alat atau syarat yang diperlukan bagi pembangunan manusia, lebih lanjut dalam pencariannya atas martabat manusia yang mungkin saja telah hilang tidak hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam penurunan moral Pembangunan dalam kerangka Islam ditemukan pada pola nilai (value pattern) yang melekat dalam Alquran dan sunnah. Kedua sumber tersebut membentuk kerangka rujukan yang menjadi dasar dalam upaya pembangunan sehingga menjadi titik awal dalam perumusan kebijakan pembangunan, tujuan, dan proses pembuatan keputusan pada semua level. Hal yang menjadi fokus utama bagi upaya pembangunan dan jantung bagi proses pembangunan adalah manusia. Proses pembangunan apa pun harus dimulai dari pembangunan moral, spiritual, fisik, dan pembangunan lingkungan manusia yang akan menjadi agen bagi lingkungan fisik dan sosio ekonominya. Manusia adalah agen perubahan yang aktif dan yang akan bertanggung jawab bagi keberhasilan atau kegagalan hidupnya, baik di kehidupan dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu, pembangunan mengandung arti tidak hanya sebagai proses produksi barang dan jasa, distribusi barang dan jasa, transformasi kelembagaan dan struktural, atau pencapaian keseimbangan ekologis. Semuanya itu hanyalah alat atau syarat yang diperlukan bagi pembangunan manusia, lebih lanjut dalam pencariannya atas martabat manusia yang mungkin saja telah hilang tidak hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam penurunan moral

Pembangunan mencakup baik perubahan kualitatif maupun kuantitatif. Perhatian yang lebih pada aspek-aspek kuantitatif lebih menyebabkan diabaikannya aspek-aspek kualitatif pembangunan secara khusus dan kehidupan secara umum. Islam berusaha memperbaiki ketidakseimbangan tersebut. Pembangunan merupakan proses yang mencakup multidimensi. Islam telah menggeser fokus upaya pembangunan lingkungan fisik kepada manusia dan lainnya, memperluas cakupan dari kebijakan pembangunan.

Indikator keberhasilan suatu pembangunan tidak hanya diukur dengan pertumbuhan, tetapi juga harus menjamin terjadinya perubahan, baik perubahan teknologi maupun sosial ekonomi. Pertumbuhan yang merupakan indikator utama pembangunan mencakup baik aspek kualitatif maupun kuantitatif. Peran manusia dalam pembangunan menjadi perhatian utama dalam Islam. Oleh karena itu, faktor etika, moral, dan spiritual yang merupakan faktor pembentuk aspek kualitatif sangat menentukan kualitas pertumbuhan yang akan dicapai. Kualitas pertumbuhan yang baik tersebut pada gilirannya akan menentukan bentuk perubahan yang terjadi, yang akhirnya mempengaruhi kualitas proses pembangunan secara keseluruhan.

Pembangunan merupakan hal yang bersifat multidimensi. Karena Islam menekankan bahwa wilayah operasional pembangunan Pembangunan merupakan hal yang bersifat multidimensi. Karena Islam menekankan bahwa wilayah operasional pembangunan

Ada lima tahapan utama yang harus dilalui agar tujuan akhir proses pembangunan (Kuncoro, 2010: 26-27), yaitu tercapainya sukses di akhirat terpenuhi. Kelima tahapan tersebut adalah: pertama, tahapan persiapan kualitatif. Aspek kualitatif bersumber dari manusia. Dalam Alquran manusia diumpamakan sebagai sebuah pohon (QS.14: 24-26). Akar, batang, dan buah merupakan bahasa amtsal untuk akidah, syariat, dan muamalat. Dengan akidah yang baik, manusia akan mampu melaksanakan syariat dengan baik, yang akhirnya tercermin pada muamalat. Sebaliknya, manusia dengan akidah yang buruk pada akhirnya berdampak pada bentuk muamalat yang buruk pula. Dalam sebuah sistem, muamalat yang buruk tercermin pada hasil-hasil pembangunan yang buruk, seperti kemiskinan, pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, dan kerusakan lingkungan yang sangat berbahaya bagi keberlangsungan proses pembangunan generasi berikutnya. Tahapan kedua adalah peran dan kedudukan manusia dalam sebuah sistem. Pada tahapan ini, status manusia tidak hanya dipandang sebagai individu, tetapi juga statusnya sebagai bagian dari

masyarakat sebagai suatu sistem dalam kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat sebagai kumpulan individu tersebut terdiri dari manusia- manusia yang baik, sistem tersebut akan mampu menciptakan berbagai manfaat/keuntungan yang sangat berpengaruh bagi tahapan berikutnya sebagai tahapan ketiga, yakni terciptanya keuntungan kualitatif dan kuantitatif. Beberapa bentuk keuntungan tersebut adalah kekayaan alam, keuntungan teknologi, keuntungan sosial ekonomi, kepuasan spiritual dan moral, serta berbagai bentuk keuntungan lainnya. Tahapan keempat, yakni utilisasi hasil-hasil pembangunan bagi proses pembangunan berikutnya. Berbeda dengan ekonomi konvensional yang menjadikan kelangkaan faktor produksi dan tak terbatasnya permintaan manusia secara simultan sebagai faktor munculnya permasalahan ekonomi, Islam menjelaskan bahwa sumber permasalahan ekonomi terletak pada cara pengalokasian atau distribusi faktor-faktor produksi yang ada. Keempat tahapan tersebut secara bersama-sama sangat menentukan tercapainya tahapan kelima pembangunan, yakni tercapainya kesuksesan di akhirat.

2. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah proses penciptaan suatu lingkungan oleh masyarakat yang mempengaruhi hasil-hasil indikator ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Lingkungan yang dimaksud sebagai sumber daya perencanaan meliputi lingkungan fisik, peraturan, dan perilaku. (Blakely, 1989: 75-77 dalam Kuncoro, 2004: 51)

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. (Arsyad, 1999: 6)

Dari definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai pengertian:

1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus.

2. Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan

3. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya). Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari 2 aspek yaitu: aspek perbaikan di bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik formal maupun informal).

Todaro (1992) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur, sikap hidup, dan kelembagaan, selain mencakup peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemberantasan kemiskinan.

3. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). (Arsyad, 1999: 108)

Beberapa ahli menganjurkan bahwa pembangunan suatu daerah haruslah mencakup tiga inti nilai (Kuncoro, 2004: 63):

a. Ketahanan (sustenance): kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan, kesehatan, dan proteksi) untuk mempertahankan hidup.

b. Harga diri (self esteem): pembangunan haruslah memanusiakan orang. Dalam arti luas pembangunan suatu daerah haruslah meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang berada di daerah itu.

c. Freedom for servitude: kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran (role) yang akan dilakukan dalam proses pembangunan. Ada 4 peran yang Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran (role) yang akan dilakukan dalam proses pembangunan. Ada 4 peran yang

1) Wirausaha

Sebagai wirausaha, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah dapat memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis. Tanah atau bangunan dapat dikendalikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan konservasi atau alasan-alasan lingkungan lainnya, dapat juga sebagai alasan perencanaan pembangunan atau juga data digunakan untuk tujuan-tujuan lain yang bersifat ekonomi. Pantai, jalan raya, dan pusat hiburan rakyat dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan yang dapat menciptakan peluang kerja. Organisasi kemasyarakatan memainkan peran penting dalam menjalankan kewirausahaan sebagai pencipta peluang kerja yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan swasta, atau untuk menjamin tersedianya jasa yang tidak mampu disediakan oleh perusahaan swasta.

Dengan peran sebagai wirausaha, pemerintah daerah dituntut untuk jeli dan pro aktif dalam mengembangkan bisnis daerah. Termasuk dalam hal ini adalah bagaimana memanfaatkan asset pemerintah daerah, mendorong pertumbuhan bisnis daerah, dan pemberdayaan masyarakat marginal.

2) Koordinator

Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya. Lebih jauh lagi, peran koordinator pemerintah dalam pembangunan ekonomi dapat melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dalam mengumpulkan dan mengevaluasi informasi-informasi ekonomi seperti tingkat ketersediaan pekerjaan, angkatan kerja, pengangguran, dan jumlah perusahaan. Dapat juga bekerja sama dengan lembaga pemerintah, badan usaha, dan masyarakat lain untuk menyusun tujuan, perencanaan, dan strategi ekonomi.

Perencanaan pengembangan pariwisata daerah atau perencanaan pengembangan ekonomi daerah yang telah dipersiapkan di wilayah tertentu, mencerminkan kemungkinan pendekatan yaitu sebuah perencanaan disusun sebagai suatu kesepakatan bersama antara pemerintah, pengusaha, dan kelompok masyarakat lainnya. Pendekatan regional biasanya lebih efektif karena perhatian pemerintah daerah dapat terpusat pada perekonomian daerah dan hal tersebut juga dapat menciptakan pengelolaan daerah yang lebih baik dan hasil kerja sama antara pemerintah yang lebih tinggi dengan pemerintah daerah.

3) Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan perilaku di daaerahnya. Peran ini Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan perilaku di daaerahnya. Peran ini

4) Stimulator

Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan mempertahankan perusahaan-perusahaan yang ada. Berbagai macam fasilitas dapat disediakan untuk menarik pengusaha, misalnya dengan menyediakan bangunan-bangunan yang dapat disewa untuk menjalankan usaha dengan potongan biaya sewa untuk beberapa tahun pertama. Dalam bidang kepariwisataan, pemerintah daerah dapat mempromosikan tema atau kegiatan khusus untuk objek wisata tertentu.

4. Tujuan Pembangunan Ekonomi

Menurut Todaro (2004) tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat Menurut Todaro (2004) tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat

Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan berdimensi lebih luas dari sekadar peningkatan pertumbuhan ekonomi. Manusia seharusnya merupakan hakikat tujuan pembangunan, bukan hanya “kue pembangunan” dan “pertumbuhan kue”. Sulit dikatakan ada

pembangunan bila kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan masih substansial. (Kuncoro, 2010: 146)

Salah satu indikator yang popular untuk mengukur kinerja pembangunan manusia adalah HDI (Human Development Index) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM mencoba mengukur kinerja