Kepadatan Dan Karakteristik Habitat Larva Aedes Spp. Pada Sekolah Dasar Di Kota Palembang

KEPADATAN DAN KARAKTERISTIK HABITAT
LARVA Aedes spp. PADA SEKOLAH DASAR
DI KOTA PALEMBANG

R IRPAN PAHLEPI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kepadatan dan
Karakteristik Habitat Larva Aedes spp. pada Sekolah Dasar di Kota Palembang
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor,

Oktober 2016

R. Irpan Pahlepi
NIM B252140111

RINGKASAN
R. IRPAN PAHLEPI. Kepadatan dan Karakteristik Habitat Larva Aedes spp. pada
Sekolah Dasar di Kota Palembang. Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan ELOK
BUDI RETNANI.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Penyakit ini dapat
menjangkiti semua orang dan mengakibatkan kematian terutama pada anak serta
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Jumlah penderita DBD di Kota
Palembang pada tahun 2015 dilaporkan sebanyak 795 penderita terbanyak pada usia
sekolah 5-14 tahun (52%). Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes spp.
terdapat di sekitar pemukiman atau tempat-tempat umum. Satu diantara tempattempat umum yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes spp.

adalah sekolah dasar. Aktivitas belajar di sekolah dasar pada pagi (pukul 07.00-12.00)
dan siang/sore (pukul 13.00-16.00), merupakan waktu nyamuk Aedes spp. aktif
menghisap darah, yakni pukul 08.00-12.00 dan pukul 15.00-17.00.
Tujuan penelitian ini adalah mengukur kepadatan dan mengidentifikasi spesies
larva Aedes spp., menganalisis karakteristik habitat perkembangbiakan larva Aedes
spp. serta hubungannya dengan keberadaan larva Aedes spp. dan menganalisis
pengetahuan sikap dan praktik penanggung jawab usaha kesehatan sekolah (UKS)
dan petugas kebersihan sekolah tentang pencegahan DBD di sekolah dasar Kota
Palembang. Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional
study. Sampel yang diambil sebanyak 186 sekolah dari 346 sekolah dasar dari seluruh
sekolah dasar negeri maupun swasta.
Metode yang digunakan untuk mengukur kepadatan larva dinyatakan dalam
house indes (HI) container index (CI) dan breteau index (BI). Koleksi larva Aedes
spp. dengan cara single larva, dan diidentifikasi jenisnya. Pengamatan karakteristik
habitat dilakukan secara visual dengan mengamati kontainer yang menjadi habitat
larva Aedes spp. yang meliputi jenis, bahan, warna, letak, kondisi tertutup/tidak, asal
sumber air, pemeliharaan ikan dan penggunaan larvasida. Sedangkan pengukuran
suhu air menggunakan sinar infra merah dan pH air menggunakan pH meter.
Pengetahuan, sikap dan praktik penanggungjawab UKS dan petugas kebersihan
mengenai pencegahan DBD diukur menggunakan wawancara dengan kuesioner

terstruktur.
Hasil penelitian menunjukan nilai HI sebesar 65.05%, CI sebesar 21.45 % dan
BI sebesar 141 yang kesemua nilai tersebut menunjukan berisiko tinggi terjadinya
transmisi DBD. Berdasarkan nilai HI, CI dan BI maka didapatkan nilai density figure
(DF) 8 dan termasuk dalam kategori kepadatan tinggi. Jenis larva yang dominan
ditemukan yaitu Ae. aegypti (98.16%). Terdapat hubungan yang signifikan antara
letak kontainer, kondisi tutup kontainer, asal sumber air dan pH air serta volume
kontainer terhadap keberadaan larva Aedes spp. Hasil analisis multivariat menunjukan
faktor risiko karakteristik kontainer terhadap keberadaan larva Aedes spp. adalah jenis
kontainer, kondisi tutup, frekuensi pengurasan dan pH air.
Pengetahuan, sikap dan praktik penanggungjawab UKS dan petugas kebersihan
tentang demam berdarah dikategorikan baik. Uji chi square menunjukan tidak ada
hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik penanggungjawab UKS dan petugas
kebersihan tentang pencegahan DBD dengan keberadaan larva Aedes spp. di sekolah
dasar Kota Palembang.
Kata Kunci :

Aedes spp., DBD, Kota Palembang, sekolah dasar.

SUMMARY

R IRPAN PAHLEPI. Density and Habitat Characteristics of larvae Aedes spp. at
Primary School in Palembang City. Supervised by SUSI SOVIANA and ELOK
BUDI RETNANI.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a contagious disease caused by the
dengue virus and transmitted by Aedes mosquito. It could be suffered by every
one and caused outbreak and death, especially children.The number of dengue
fever patients in the city of Palembang in 2015 was reported as 795 people and the
most of them (52%) were school age children (5-14 years). The main breeding
sites of Aedes spp. are around public areas. One of the public areas which are
potential provide breeding site of Aedes spp. is primary schools. Learning
activities at elementary school in the morning (7:00 pm to 12:00 pm) and
afternoon/evening (at 13:00 pm to 16:00 pm) are same times with Aedes spp.
blood sucking activity, at 08:00 to 12:00 and 15:00 to 17:00.
The purpose of this study to measure the larvae density and identify the
species Aedes spp larvae, analyzed the characteristics of Aedes spp. larvae
breeding habitat and it’s relationship with the presence of Aedes spp. larvae and
analyze the knowledge, attitude and practice of school staff in charge of health
(UKS) and the school’s janitor on the prevention of dengue in the school. Type of
the research were descriptive analytic with cross sectional study. Samples were
186 school which has been taken from all public and private primary schools in

Palembang city (346 school).
The method that used for larvae density measurement was expressed in the
house index (HI), container index (CI) and breteau index (BI). The collection of
larvae Aedes spp. was a single larvae method, and identified the Aedes spp.
species by identification books. Habitat characteristics were observed visually on
all larvae container condition include type, material, color, layout, covered
condition, the source of water, fish maintain and larviciding treatment. The water
temperature measurement used infrared light and water pH by pH meter.
Knowledge, attitudes and practices of UKS staff and school janitor on DHF
prevention measured by interviewing with a structured questionnaire.
The result showed that the value of HI was 65.05%, CI 21.45% and BI was
as big as 141. All of these values showed a high occurrence of dengue
transmission. Based on the value of HI, CI and BI were obtained density figures
value (DF) was 8 and included in the category of high larva density. The
dominant species of larvae were Ae. aegypti (98.16%). There was a significant
correlation between the location of the container, covered condition, the source of
water, the water pH, and draining frequency to the presence of Aedes spp.
Multivariate analysis showed that the most risk of container characteristics were
type, covered condition, drining frequency and water pH.
Knowledge, attitudes and practices of UKS staff and school janitor about

dengue were considered good. Chi square analyzed showed that there were no
correlation between knowledge, attitude and practice on the dengue prevention of
UKS staff and school janitor with the presence of Aedes spp. at primary school in
Palembang city.
Keywords: Aedes spp., DHF, elementary school, Palembang City.

Palembang.
Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional
study. Sampel yang diambil sebanyak 346 Sekolah dasar. Metode yang digunakan
untuk koleksi Larva Aedes spp. dengan metode single larva, selanjutnya larva
dikoleksi dan diidentifikasi jenisnya. Pengamatan karakteristik habitat dilakukan
secara visual dengan mengamati kontainer yang menjadi habitat larva Aedes spp.
yaitu jenis, bahan, warna, letak,kondisi tertutup, sumber air, pemeliharaan ikan
dan penggunaan temephos sedangkan pengukuran suhu air menggunakan sinar
infra merah dan pH air menggunakan pH meter. Pengetahuan, sikap dan praktik
penanggungjawab UKS dan petugas kebersihan mengenai pencegahan DBB
diukur menggunakan wawancara dengan kuesioner terstruktur.
Hasil penelitian didapatkan berturut turut nilai house indeks (HI) sebesar
65.05%, container index (CI) sebesar 21.45 %, nilai breteau index (BI) sebesar
141 dan termasuk berisiko tinggi terjadinya transmisi DBD. Sesuai dengan nilai

HI, CI dan BI maka didapatkan nilai density figure (DF) 8 dan termasuk dalam
kategori kepadatan tinggi. Jenis larva yang dominan ditemukan yaitu Ae. aegypti
(98.16%). Uji statistik memperlihatkan ada hubungan signifikan antara letak
kontainer, tutup kontainer dan sumber air dan pH air kontainer terhadap
keberadaan larva Aedes spp. Pengetahuan, sikap dan praktik penanggungjawab
UKS dan petugas kebersihan tentang demam berdarah dikategorikan baik. Uji chi
square menunjukan tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap ktik
penanggungjawab UKS dan petugas kebersihan tentang pencegahan DBD dengan
keberadaan larva Aedes spp. di sekolah dasar Kota Palem

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


KEPADATAN DAN KARAKTERISTIK HABITAT
LARVA Aedes spp. PADA SEKOLAH DASAR
DI KOTA PALEMBANG

R IRPAN PAHLEPI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Master Sains
pada
Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Drh Upik Kesumawati Hadi, MS PhD

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2015 ini ialah
Kepadatan dan Karakteristik Habitat Larva Aedes spp. pada Sekolah Dasar di
Kota Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Drh Susi Soviana, MSi
dan Ibu Dr Drh Elok Budi Retnani, MS selaku pembimbing yang dengan ikhlas
dan telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta saran kepada penulis.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Prof Drh Upik
Kesumawati Hadi, MS PhD selaku Ketua Program studi Parasitologi dan
Entomologi Kesehatan (PEK) dan para staf pengajar dan pegawai laboratorium
Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan (PEK) yang telah banyak
memberikan ilmu dan bimbingan selama masa penyelesaian studi.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan PEK
2014 yang banyak memberikan masukan, semangat (Bang Umar, Bang Rasyid,
Bos Simba, Bang Joel, Bang Anto, Mas Firman, Bang Wiro, Pak Amalan, Non
Evi, Mbak Nindia, Ica, Novi dan Milda) kita semua adalah satu, tetap semangat
dan sukses selalu.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Yulian Taviv, MSi
selaku Kepala Loka Litbang P2B2 Baturaja dan seluruf staf yang telah membantu

dan memberikan saran dalam penulisan tesis ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada seluruh keluarga di Palembang, Kedua orang tua ku, ibu dan
bapak mertua serta istriku tercinta “Emawati” dan kedua putri cantikku “Keyla
dan Dilla”. Terima kasih atas doa dan semangatnya. Penulis menyadari bahwa
karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap karya ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor,

Oktober 2016
R Irpan Pahlepi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

xi
xii

xii
xii

1 PENDAHULUAN
Tujuan Penelitian
Perumusan Masalah Penelitian
Latar Belakang
Manfaat Penelitian

1
2
2
2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Peran Nyamuk Sebagai Vektor DBD
Pengendalian Vektor DBD

3
5

3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Rancangan Penelitian
Koleksi Larva Aedes spp.
Identifikasi Spesies Larva Aedes spp.
Karakteristik Habitat Larva Aedes spp.
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Praktik Penanggungjawab UKS
dan Petugas Kebersihan
Analisis Data
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Geografis dan Demografi Kota Palembang
Kepadatan Larva Aedes spp
Jenis-jenis Larva Aedes spp.
Karakteristik Habitat larva Aedes spp.
Pengetahuan, Sikap dan praktik Penanggungjawab UKS dan Petugas
Kebersihan
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

8
8
9
9
10
10
10

11
12
12
13
21

26
26

DAFTAR TABEL
Nomor

Teks

Kriteria Density Figure (Kepadatan Populasi) Larva Aedes spp.
Kepadatan larva Aedes spp. di sekolah dasar Kota Palembang
Jenis kontainer di sekolah dasar Kota Palembang
Bahan kontainer di sekolah dasar Kota Palembang
Keberadaan larva Aedes spp.berdasarkan warna, letak, kondisi tutup
dan asal sumber air kontainer pada sekolah dasar di Kota Palembang
6 Pemeliharaan ikan, penggunaan larvasida, pH air, suhu air dan
Frekuensi pengurasan kontainer pada sekolah dasar Di Kota
Palembang
7 Faktor jenis, letak, kondisi tutup, pH, pengurasan kontainer terhadap
risiko keberadaan larva Aedes spp.
1
2
3
4
5

Halaman
9
12
14
15
16

19
21

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Teks

1 Peta Kota Palembang
2 Diagram distribusi jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan
penanggungjawab UKS
3 Diagram distribusi pengetahuan, sikap dan praktik penanggungjawab
UKS tentang pencegahan DBD
4 Diagram distribusi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan petugas
kebersihan
5 Diagram distribusi pengetahuan sikap dan praktik petugas kebersihan

Halaman
11
21
22
24
25

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Teks

1 Hubungan karakteristik kontainer dengan keberadaan Larva Aedes
spp. pada sekolah dasar di Kota Palembang.
2 Hubungan antara jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan dengan
pengetahuan, sikap dan praktik penanggungjawab UKS mengenai
pencegahan DBD pada sekolah dasar di Kota Palembang
3 Hubungan
antara
pengetahuan,
sikap
dengan
praktik
penanggungjawab UKS mengenai pencegahan DBD pada sekolah
dasar di Kota Palembang
4 Hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik penanggungjawab
UKS dengan keberadaan larva Aedes spp. pada sekolah dasar di Kota
Palembang
5 Hubungan antara jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan dengan
pengetahuan, sikap dan praktik petugas kebersihan mengenai
pencegahan DBD pada sekolah dasar di Kota Palembang
6 Dokumnetasi survei larva Aedes spp. dan hasil pengamatan kontainer
7 Dokumentasi hasil identifikasi larva Aedes spp
8 Dokumentasi wawancara dengan penanggung jawab UKS

Halaman
33

34

35

36

37
38
39
40

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit menular Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes dari sub genus Stegomyia.
Virus dengue yang termasuk Arthropod borne virus (Arbovirus) genus flavivirus,
famili flaviviridae, diketahui 4 serotipe yaitu DEN–1, DEN–2, DEN–3, DEN–4
(Perez et al. 1998). Serotipe DEN–3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Gubler
1998).
DBD pertama kali dilaporkan di Australia pada tahun 1897, serta di Italia
dan Taiwan pada tahun 1931. Kejadian luar biasa (KLB) di Filipina terjadi pada
tahun 1953-1954, sejak saat itu penyakit disertai tingkat kematian yang tinggi ini
melanda beberapa negara di wilayah Asia Tenggara termasuk India, Indonesia,
Kepulauan Maladewa, Myanmar, Srilangka, Thailand, Singapura, Kamboja,
Malaysia, New Caledonia, Filipina, Tahiti dan Vietnam (WHO 2009).
Indonesia merupakan negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.
DBD telah menjadi penyakit endemis di kota-kota besar di Indonesia. DBD di
Indonesia pertama kali dilaporkan di Kota Surabaya pada tahun 1968, sebanyak
58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Tahun 2014
jumlah kasus DBD dilaporkan sebanyak 39.53 per 100 000 penduduk dengan
angka kematian 0.91 (Kemenkes RI 2015).
Kasus DBD hampir terdapat di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera
Selatan. Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas 17 kabupaten/kota dan Kota
Palembang sebagai ibukota Provinsi. Penderita DBD di Kota Palembang pada
tahun 2013 berjumlah 438 kasus dan pada tahun 2014 berjumlah 622 kasus dan 1
orang meninggal dunia. Tahun 2015 dilaporkan penderita DBD sebanyak 795
penderita, terbanyak pada usia 5-14 tahun (52%) (Dinkes Kota Palembang 2014).
DBD banyak diderita anak-anak usia 5-14 tahun yang merupakan usia sekolah
dasar, namun tidak terdapat perbedaan antar jenis kelamin (Sandy dan Sasto
2015).
Tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes spp. dapat ditemukan di sekitar
permukiman atau tempat-tempat umum. Satu di antara tempat-tempat umum yang
berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes spp. yaitu sekolah
dasar. Tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes spp. seperti bak mandi/bak WC,
ember, drum, vas bunga, potongan bambu dan ketiak daun dapat dijumpai di
sekolah dasar (Budiyanto 2012; Sari et al. 2012). Keberadaan larva Aedes spp.
dalam suatu kontainer dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis, letak, warna,
kondisi tutup, adanya ikan pemakan jentik, frekuensi pengurasan dan kegiatan
abatisasi/larvasidasi (Hasyimi et al. 2008).
Kebiasaan Ae. aegypti menghisap darah pada pagi hari hingga sore hari
yaitu pada pukul 08.00-12.00 dan pukul 15.00-17.00 (WHO 2012). Hal tersebut
sejalan dengan aktivitas belajar mengajar di sekolah dasar yaitu pagi (pukul
07.00-12.00) dan siang/sore (pukul 13.00-16.00) sehingga sekolah dasar
merupakan tempat yang berpotensi terjadinya transmisi DBD.

2

Pengendalian yang paling efektif adalah dengan menurunkan faktor risiko
penularan oleh nyamuk vektor dengan cara meminimalkan tempat
perkembangbiakan Aedes spp. Penanggungjawab UKS dan petugas kebersihan
berhubungan erat dengan pencegahan DBD. Selain itu upaya pendidikan
kesehatan pada siswa juga dapat membatasi proses penularan DBD di sekolah
(Pujiyanti dan Pratamawati 2014).
Perumusan Masalah Penelitian
Kasus DBD di Kota Palembang mengalami fluktuasi setiap tahunnya,
akan tetapi kasus tertinggi selalu terjadi pada usia 5-14 tahun (anak usia sekolah).
DBD sangat erat kaitannya dengan tersedianya tempat perkembangbiakan larva
Aedes spp. Sekolah dasar merupakan satu diantara tempat-tempat umum yang
berpotensi dalam menyediakan habitat perkembangbiakan larva Aedes spp. seperti
bak mandi/WC, ember, vas bunga, dan barang-barang bekas (botol bekas, kaleng
bekas, ban bekas). Sampai saat ini belum diketahuinya data mengenai vektor
DBD di sekolah dasar sehingaa penelitian mengenai kepadatan, karaktestik habitat
larva Aedes spp. serta pengetahuan, sikap, praktik penanggungjawab UKS dan
petugas kebersihan mengenai pencegahan DBD di sekolah dasar di Kota
Palembang sangat penting untuk dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kepadatan larva Aedes spp.,
mengidentifikasi spesies larva Aedes spp., menganalisis karakteristik habitat
perkembangbiakan larva Aedes spp. serta hubungannya dengan keberadaan larva
Aedes spp., menganalisis pengetahuan sikap dan praktik penanggung jawab UKS
dan petugas kebersihan sekolah mengenai pencegahan DBD di sekolah dasar Kota
Palembang.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data penting mengenai
keberadaan larva Aedes spp. di sekolah dasar, sehingga dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga dan pihak sekolah dalam program penanggulangan DBD di sekolah
dasar Kota Palembang.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Aedes spp. dan Perannya Sebagai Vektor DBD
Penyakit tular vektor (Arthropod-borne diseases) adalah penyakit yang
disebabkan oleh patogen (mikroorganisme infeksius) pada manusia atau hewan,
dan ditularkan melalui gigitan spesies Arthropoda, seperti nyamuk, lalat, kutu,
lipas, pinjal, tungau, dan caplak. Satu diantara penyakit yang paling pesat
penyebarannya dan juga membahayakan manusia adalah demam berdarah dengue
(DBD). Vektor utama penyakit ini adalah nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus
sebagai vektor sekunder. Keduanya tersebar diseluruh pelosok tanah air, kecuali
di daerah yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut dan
secara morfologi dapat dibedakan dengan mudah pada stadium dewasa dan larva
(Hadi 2016).
Siklus hidup nyamuk Aedes spp. mengalami metamorfosis sempurna. Telur
yang diletakkan di dalam air akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada
suhu 30oC, tetapi membutuhkan 7 hari pada suhu 16oC. Telur Aedes dapat
bertahan dalam waktu yang lama tanpa air. Nyamuk Aedes spp.dewasa berwarna
belang hitam putih, tersebar di daerah tropis. Ciri-ciri tubuhnya bercorak belang
hitam putih pada toraks (dada), abdomen (perut) dan tungkai (kaki). Corak ini
merupakan sisik yang menempel di luar tubuh nyamuk. Corak putih pada dorsal
dada (punggung) Ae. aegypti berbentuk seperti siku yang berhadapan (lyreshaped), sedangkan Ae. albopictus berbentuk lurus ditengah-tengah punggung
(median stripe) (Hadi dan Koesharto 2006).
Nyamuk Aedes spp. pada stadium pradewasanya mempunyai habitat di
tempat penampungan air/wadah (kontainer) yang berada di permukiman dengan
air yang relatif jernih. Ae. aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak di
tempat-tempat penampungan air buatan antara lain : bak mandi, ember, vas bunga,
tempat minum burung, kaleng bekas, ban bekas dan sejenisnya di dalam rumah
meskipun juga ditemukan di luar rumah pada wilayah perkotaan; sedangkan Ae.
albopictus lebih banyak ditemukan di penampungan air alami di luar rumah,
seperti ketiak daun, lubang pohon, potongan bambu dan sejenisnya terutama di
wilayah pinggiran kota dan pedesaan, namun juga ditemukan di tempat
penampungan buatan di dalam dan di luar rumah (WHO 2003).
DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes dari sub genus Stegomyia. Virus dengue yang termasuk Arthropod borne
virus (Arbovirus) genus flavivirus, famili flaviviridae, diketahui 4 serotipe yaitu
DEN–1, DEN–2, DEN–3, DEN–4. Serotipe DEN–3 merupakan serotipe yang
dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang
berat (Gubler 1998).
Virus dengue di dalam tubuh nyamuk berkembang secara siklo propagative
(bertambah tanpa mengalami perubahan fisik). Perkembangan aktivitas vektor
DBD digolongkan menjadi 4 fase, yaitu (1) berkembang dari telur hingga dewasa,
(2) dewasa mencari darah dan kawin, (3) beristirahat dan mematangkan telurnya
(oogenis), dan (4) bertelur kemudian mencari darah lagi (siklus gonotrofik) (Hadi
2016).
Aedes spp. mendapatkan virus dengue melalui dua cara, yaitu secara
horizontal dari nyamuk ke penderita melalui gigitan, dan secara vertikal
diturunkan oleh induk nyamuk tertular kepada keturunannya (Hadi 2016). Pada

4

skala laboratorium, virus DEN-2 mampu ditransmisikan secara vertikal
(transovarial) pada telur generasi F2 dengan usia rata-rata 2 hari dengan
transovarial infection rate (TIR) 52% (Seran dan Prasetyowati 2012).
Penularkan virus dengue secara trans-ovari melalui nyamuk Ae. aegypti dan
Ae. albopictus dapat dideteksi dengan menggunakan metode imunositokimia.
Pramestuti et al. (2013), melaporkan dari 223 sampel larva yang diambil dari
alam/lapangan di Kabupaten Banjarnegara kemudian di pelihara dan menjadi
nyamuk dewasa memperlihatkan 21 nyamuk positif antigen dengue. Pada sediaan
pencet kepala (head squash) nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue terlihat
adanya reaksi positif berupa sitoplasma sel yang berwarna coklat dan tersebar di
antara jaringan otak nyamuk.
Penelitian lain yang dilakukan di Kelurahan Kombos Barat, Kecamatan
Singkil, Kota Manado, mendeteksi keberadaan virus dengue pada nyamuk Ae.
aegypti dengan menggunakan metode yang sama, membuktikan bahwa ada
potensi nyamuk Ae. aegypti menularkan virus dengue secara transovarial. Telur
Ae. aegypti yang diperoleh dari rumah penderita DBD dan ditetaskan menjadi
nyamuk dewasa dan sebanyak 50% dari 48 nyamuk terdeteksi positif antigen
virus dengue dengan Index Transmisi Transovarial (ITT) berkisar 39,1% - 70%
(Mosesa et al. 2016).
Masa inkubasi virus dengue dalam tubuh nyamuk (extrinsic incubation
period) antara 7-14 hari, dan bergantung pada strain nyamuk, genotip virus, serta
faktor lingkungan seperti kelembapan dan temperatur. Virus bereplikasi di dalam
jaringan usus tengah nyamuk, kemudian melalui hemolymph menyebar ke
jaringan lain seperti trakea, lemak tubuh, dan kelenjar ludah. Sekali nyamuk
tertular virus maka akan menjadi nyamuk yang infektif selamanya (Joshi et al.
2002)
Keberadaan larva Aedes spp. di sekolah dasar telah banyak dilaporkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Andini (2014) di sekolah dasar Kecamatan Gajah
Mungkur, Kota Semarang, larva Aedes spp. banyak ditemukan pada bak mandi
(77.27%). Penelitian lain menyebutkan larva Aedes spp. banyak ditemukan
dikontainer berupa bak WC (48.4%), berada di dalam gedung (92,3%), berbahan
dasar berwarna gelap (76,4%), permukaan bahan kontainer kasar (57%) dan
memiliki volume air 2, maka distribusinya tidak normal (kategori data
menggunakan nilai median).
Data mengenai pengetahuan, sikap dan praktik penanggung jawab UKS
dinilai berdasarkan jawaban yang benar dari hasil wawancara terstruktur dengan
kriteria : pengetahuan responden baik jika nilai (x) ≥ mean, kurang baik jika nilai
(x) < mean, sikap responden baik jika nilai (x) ≥ mean, kurang baik jika nilai (x)
< mean,praktik responden baik jika nilai (x) ≥ median, kurang baik jika nilai (x)
< mean (skala data ordinal) (Riwidikdo 2009 dan Hastoyo 2006).

11

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Geografis dan Demografi Kota Palembang
Kota Palembang adalah ibukota Provinsi Sumatera Selatan yang
mempunyai luas wilayah 400.61 km2 dengan jumlah penduduk 1 580 517 jiwa,
yang berarti setiap km2 dihuni oleh 3945 jiwa. Kota Palembang terletak antara
2052’–305’ LS dan 104037’–104052’ BT merupakan daerah tropis, suhu cukup
panas antara 23,4 0C-31,7 0C dengan curah hujan terbanyak pada bulan April
sebanyak 338 mm dan minimal pada bulan September dengan curah hujan 10
mm.
Kota Palembang sebelah utara berbatasan dengan Desa Pangkalan
Benteng, Desa Gasing, dan Kenten Laut, Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten
Banyuasin. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bakung Kecamatan
Inderalaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kecamatan Gelumbang,
Kabupaten Muara Enim. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Balai Makmur,
Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin. Sebelah Barat berbatasan dengan
Desa Sukajadi, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin (Gambar 1)
Kota Palembang terdiri atas 17 kecamatan, yaitu Ilir Timur I, Ilir Timur II,
Ilir Barat I, Ilir Barat II, Seberang Ulu I, Seberang Ulu II, Sukarame, Sako, Bukit
Kecil, Gandus, Kemuning, Kalidoni, Plaju, Kertapati, Alang-Alang Lebar dan
Sematang Borang. Penyebaran DBD hampir merata di seluruh wilayah Kota
Palembang. Angka kejadian DBD tertinggi berada di Kecamatan Ilir Barat I,
Bukit Kecil, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Alang-Alang Lebar, Sako, dan Sukarami
(Dinkes Kota Palembang 2014).
Data kasus DBD dari tahun 2010-2015 mengalami fluktuasi dan tertinggi
pada tahun 2015. Jumlah kasus DBD tahun 2010-2015 berturut-turut adalah 675
kasus, 723 kasus, 883 kasus, 438 kasus, 622 dan tahun 2015 berjumlah 795 kasus.

Gambar 1 Peta Kota Palembang (Pemerintah Kota Palembang)

12

Kepadatan Larva Aedes spp.
Hasil pengamatan pada 186 sekolah dasar di Kota Palembang didapatkan
sebanyak 65.05% sekolah dasar positif larva Aedes spp. Jumlah kontainer yang
diperiksa berjumlah 1221 dengan kontainer terdapat larva Aedes spp. sebanyak
21.50%. Nilai house indeks (HI) sebesar 65.05%, container index (CI) sebesar
21.45 %, nilai breteau index (BI) sebesar 141 dan nilai angka bebas jentik (ABJ)
sebesar 34,95%. Berdasarkan nilai HI, CI dan BI maka didapatkan nilai density
figure (DF) 8 dan termasuk ke dalam kategori kepadatan tinggi (Tabel 2).
Faktor yang mempengaruhi tingginya indeks larva Aedes spp. di sekolah
dasar di Kota Palembang antara lain masih kurangnya perilaku mengenai
pengurasan kontainer. Hal ini disebabkan karena kurang lancarnya distribusi air
dari perusahaan daerah air minum daerah (PDAM) sehingga pihak sekolah
menampung air pada kontainer tanpa dilakukan pengurasan secara rutin (minimal
seminggu sekali). Keberadaan kontainer yang berukuran cukup besar dengan
volume air yang banyak dan disimpan dalam jangka waktu lama serta jarang
dibersihkan, berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan larva Ae. aegypti.
Hasil pengamatan diketahui bahwa sekolah dasar yang ditemukan larva Aedes
spp. terletak di wilayah pemukiman warga.
Penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto (2012) di sekolah dasar di
Kecamatan Baturaja Barat, Kota Baturaja Kabupaten OKU Propinsi Sumatera
Selatan menunjukan hal yang sama, dengan kepadatan larva Aedes spp.
dikategorikan kepadatan tinggi.
Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk
Aedes, karena semakin banyak tempat perindukan maka akan semakin padat
populasi nyamuk Aedes (Hall et al. 1996). Semakin tinggi kepadatan larva Aedes
spp. suatu daerah maka semakin besar kemungkinan terjadinya transmisi DBD.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan DBD di sekolah
yaitu pemantauan larva Aedes spp. secara berkala dengan memanfaatkan peran
serta siswa. Andini (2014) melaporkan bahwa keberadaan siswa pemantau larva
yang aktif memiliki pengaruh positif terhadap keberadaan larva Aedes spp di
sekolah dasar Kecamatan Gajah Mungkur, Kota Semarang. Hal dapat dilihat dari
peningkatan angka bebas jentik/larva (ABJ) pada kelompok eksperimen dari 0%
menjadi 75%, penurunan CI dari 29.17% menjadi 6.25%, dan terjadi penurunan
HI dari 100% menjadi 25%. Pada kelompok kontrol terjadi penurunan ABJ dari
12.5% menjadi 0%, peningkatan CI dari 50% menjadi 62.9%, peningkatan HI dari
87.5% menjadi 100%.
Tabel 2 Kepadatan larva Aedes spp. pada sekolah dasar di Kota Palembang
Diperiksa

Larva Aedes spp.

Jumlah

(+)

%

Sekolah

121

65.05

186

Kontainer

262

21.50

1221

HI

CI

(%)

(%)

BI

ABJ DF

65.05 21.45 141 34.95
Keterangan : (+) Terdapat larva HI = house index. CI = container index,
BI = bretau index, DF =density figure, ABJ = angka bebas jentik.

8

13

Identifikasi Larva Aedes spp.
Hasil identifikasi terhadap larva Aedes spp. didapatkan sebanyak 263
larva, di peroleh larva Ae. aegypti sebanyak 96.18,%, dan Ae. albopictus 3.82%.
Sedangkan pada sebuah kontainer terdapat 1 larva Culex spp (0,3%) yang tidak
berperan sebagai vektor DBD. Banyaknya larva Ae.aegypti yang ditemukan di
sekolah dasar di Kota Palembang dikarenakan seluruh sekolah dasar yang
diperiksa berada di wilayah perkotaan dan dalam wilayah perkotaan Ae. aegypti
lebih dominan. Nyamuk Ae. aegypti merupakan vektor yang utama namun spesies
lain seperti Ae. albopictus berperan sebagai vektor skunder (Hadi dan Koesharto
2006).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto
(2012) di sekolah dasar Kecamatan Baturaja Timur, Kota Baturaja ditemukan
larva Ae. aegypti (91%) dan Sari et al. (2012) di sekolah dasar Kota Semarang
ditemukan larva Aedes spp. (78,7%). Penelitian yang dilakukan oleh Olano et al.
(2015) di sekolah dasar di Colombia pada saat musim kemarau dan hujan juga
ditemukan larva Ae. aegypti (7.5%). Senada dengan penelitian lain yang
dilakukan Budiyanto et al. (2008) di permukiman warga di Kota Palembang larva
Ae. aegypti paling banyak ditemukan (95%).
Keberadaan larva Aedes spp. di lingkungan sekolah dasar dapat menjadi
salah satu indikator dalam evaluasi pelaksanaan pengendalian DBD. Oleh karena
itu sekolah dasar sangat berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
vektor DBD. Menurut Borge et al. (2008) keberhasilan dalam pengendalian
vektor DBD di sekolah memerlukan kerjasama dengan membangun layanan
kesehatan sekolah terpadu, meningkatkan hubungan kerja antara sekolah,
kesehatan pusat dan masyarakat.
Karakteristik Habitat Larva Aedes spp.
Jenis Kontainer
Berdasarkan jenisnya kontainer dibagi menjadi 3, yaitu tempat
penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, TPA bukan untuk keperluan
sehari-hari (non TPA) dan TPA alamiah (Kemenkes 2015). Pada penelitian ini
tidak ditemukan TPA alamiah seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung
kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.
Jenis kontainer TPA yang terbanyak yaitu bak WC (41.5%) dan jenis
kontainer non TPA terbanyak berupa vas/pot bunga (20.9%). Jenis kontainer yang
positif larva terbanyak yaitu bak WC (10.24%), bak mandi (4.01%) dan vas/pot
bunga 2.62 % (Tabel 3). Uji stastistik memperlihatkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara jenis kontainer yaitu TPA dan non TPA dengan keberadaan larva
Aedes spp. (p=0.112) (Lampiran 1).
Hal ini menunjukan bahwa bak WC berpotensi besar menjadi habitat larva
Aedes spp. Banyaknya bak WC yang positif larva Aedes spp. di sekolah dasar
Kota Palembang disebabkan karena sebagian besar hanya di kuras atau ditambah
airnya tanpa menyikat dinding bagian dalam bak tersebut sehingga
memungkinkan masih terdapat telur yang menempel pada dinding bak WC. Sulit
nya distribusi air dari PDAM sehingga bak WC hanya di isi air tanpa dilakukan
pengurasan. Kontainer yang jarang diganti/d