Pemerolehan Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun: Analisis Fonologi Generatif

PEMEROLEHAN BUNYI UJARAN BAHASA INDONESIA ANAK USIA DUA TAHUN: ANALISIS FONOLOGI GENERATIF
TESIS OLEH RAHMAWATI 127009009
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

PEMEROLEHAN BUNYI UJARAN BAHASA INDONESIA ANAK USIA DUA TAHUN: ANALISIS FONOLOGI GENERATIF
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh: RAHMAWATI 127009009/LNG
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi

: PEMEROLEHAN BUNYI UJARAN BAHASA INDONESIA ANAK USIA DUA TAHUN: ANALISIS FONOLOGI GENERATIF
: Rahmawati : 127009009 : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing


(Dr. Gustianingsih, M.Hum.) Ketua
Ketua Program Studi

(Dr. T. Syarfina, M.Hum.) Anggota
Dekan

(Prof.T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.)

(Dr. Syahron Lubis, M.A.)

Tanggal Lulus: 28 Agustus 2014

Universitas Sumatera Utara

Telah diuji pada Tanggal: 28 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua Anggota


: Dr. Gustianingsih, M.Hum. : 1. Dr. T. Syarfina, M.Hum. 2. Dr. Dwi Widayati, M.Hum. 3. Rahmadsyah Rangkuti, M.A., Ph.D. 4. Dr. Nurlela, M.Hum.

Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN
Judul Tesis
PEMEROLEHAN BUNYI UJARAN BAHASA INDONESIA ANAK USIA DUA TAHUN: ANALISIS
FONOLOGI GENERATIF
Dengan ini Penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, September 2014 Penulis,
Rahmawati
Universitas Sumatera Utara

PEMEROLEHAN BUNYI UJARAN BAHASA INDONESIA ANAK USIA DUA TAHUN: ANALISIS FONOLOGI GENERATIF
RAHMAWATI
ABSTRAK
Kajian ini memilih judul Pemerolehan Fonologi Bahasa Indonesia Anak Usia Dua: Analisis Fononolgi Generatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori Pemerolehan Bahasa yang di gagas oleh Chomsky (1957) dan teori Fonologi generatif oleh Schane (1992). Bahasa Indonesia ini digunakan dalam komunikasi sehari-hari sebagai bahasa nasional. Ada tiga masalah yang akan diberikan jawabannya dalam kajian ini. Khusus Masalahnya adalah: bagaimana pemerolehan fonologi anak usia dua tahun khususnya bunyi vokal, konsonan, dan semivokal?, bagaimana pola dan perubahan fonologi yang terjadi dalam bahasa anak usia dua tahun?, bagaimana kaidah fonologi generatif bahasa Indonesia anak usia dua tahun?. Secara khusus kajian ini bertujuan untuk mendeskripskan pemerolehan fonologi anak usia dua tahun khususnya bunyi vokal, konsonan, dan semivokal dalam bahasa Indonesia, mendeskripsikan pola dan perubahan fonologi yang terjadi dalam bahasa Indonesia, dan mendeskripsikan kaidah fonologi generatif bahasa Indonesia anak usia dua tahun. Kontribusi dari penelitian ini agar para orang tua mengetahui perkembangan bunyi ujaran anak yang diperoleh dalam usia dua tahun. Kajian ini menggunakan metode deskriptif dengan bantuan metode linguistik lapangan, kepustakaan serta analisis didukung oleh tulisan fonetik IPA, dan teknik pengumpulan data adalah teknik sadap, simak libat cakap, perekaman, dan pencatatan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bahasa Indonesia anak usia dua tahun memperoleh segmen vokal fonemis [a], [i], [ǝ], [ ԑ], [u], dan [o], sedangkan bunyi konsonantal belum sempurna dimiliki anak usia dua tahun. Bunyi konsonantal yang sulit diucapkan oleh anak usia dua tahun adalah [h], [f], [r], dan [t]. Kemudian terjadi perubahan fonologi bahasa Indonesia anak usia dua tahun yaitu, pelesapan bunyi konsonan [h], [r], dan [t], serta penggantian konsonan [f] dan [r]. Pemerolehan fonologi bahasa Indonesia anak usia tahun pada fonologi generatif terdapat kaidah perubahan ciri, kaidah pelesapan, kaidah penggantian konsonan, kaidah perpaduan dan kaidah palatalisasi semivokal. Kata kunci: Pemerolehan bahasa anak usia dua tahun, fonologi generatif

Universitas Sumatera Utara

INDONESIAN SPEECH SOUND ACQUISITION CHILDREN TWO YEARS OLD: ANALYSIS GENERATIVE PHONOLOGY
RAHMAWATI
ABSTRACT
This study chose the title Phonological Acquisition Indonesian Children Aged Two: Analysis of Phonology Generative. The theory used in this study in the theory of language acquisition of the idea by Chomsky (1957) and the theory of Generative Phonology by Schane (1992). Indonesian is used in everyday communication as a national language. There are three issues that will be given the answer in this review. Special problem is: how to phonology acquisition of two-year olds in particular vowels, consonants, and glides ?, how patterns and phonological changes that occur in the language of children aged two years ?, how generative phonological rules of Indonesian children aged two years ?. In particular, this study aims to description phonological acquisition of two-years old in particular vowels, consonants, and glides in Indonesian, describing patterns and phonological changes that occur in the Indonesian language, and describe the rules of generative phonology Indonesian children aged two years. Contributions from this research that the parents know the child's development of speech sound obtained at the age of two years. The study used a descriptive method with the help of linguistic field methods, literature and the analysis is supported by IPA phonetic writing, and data collection techniques are tapping technique, consider ably involved, recording, and recording. The results of this study found that Indonesian children aged two years to obtain segments of phonemic vowel [a], [i], [ǝ], [ԑ], [u], and [o], while not perfect consonantal sound of the children aged two years . Consonantal sounds are difficult to pronounce by children aged two years is [h], [f], [r], and [t]. Then there is a change of phonological Indonesian children aged two years, namely, pelesapan consonant sound [h], [r], and [t], as well as the replacement of the consonant [f] and [r]. Indonesian phonological acquisition year olds in generative phonological rules changes are characteristic, pelesapan rules, rules consonant replacement, fusion rules and the rules of palatalization glides.
Keywords: language acquisition of children two years old, generative phonology
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb
Pertama-tama Penulis bersyukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, keselamatan dan ilmu pengetahuan yang merupakan amanah, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad saw yang membawa kita dari zaman kesesatan ke zaman yang terang benderang ini.
Penulisan tesis yang diberi judul: “PEMEROLEHAN BUNYI UJARAN BAHASA INDONESIA ANAK USIA DUA TAHUN: ANALISIS FONOLOGI GENERATIF”, adalah merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana USU. Akan tetapi menurut Penulis, tesis ini adalah merupakan amanah yang diberikan dan harus dipertanggung jawabkan sedaya mampu dalam hakekat kemanusiaan yang penuh keterbatasan. Semoga bermanfaat bagi seluruh ummat. Amin.
Penulis menyadari tesis ini tidak akan selesai tanpa bantuan, perhatian dan kasih sayang dari berbagai pihak, baik moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis.
Terima kasih yang paling teristimewa, dan yang paling penulis sayangi ucapkan kepada mama Hj. Masitah Pohan SH, M.Hum. Rasa bangga penulis ucapkan kepada mama yang memberikan sepenuhnya kasih sayang dan cintanya kepada anak-anaknya. Meskipun hanya sebagai single parent, tetapi tidak pernah menyerah dan memberikan yang terbaik untuk anak-ankanya terutama dalam pendidikan dan selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan studi Strata II di Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada papa (alm) H.Nirwan Pasaribu SH. Yang telah memberikan sepenuhnya kasih sayang dan cintanya kepada penulis di selama hidupnya. Semoga papa diberikan tempat yang paling terbaik di sisi Allah SWT. Amin.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Abang tersayang Mhd. Awal Kurniawan SH. Yang paling ganteng, dan paling baik yang paling penulis sayangi, yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kembaran saya Rahmayanti SH, MH. yang paling cantik dan adik yang paling bungsu Oktavia Lestari S.Pd yang manja, yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Bapak Prof. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K). Selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. Selaku Ketua Program Studi
Linguistik Sekolah Pascasarjana dan Sekretaris Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Dr. Nurlela, M.Hum, yang selalu memberikan nasihat, masukan dan motivasi kepada penulis. 3. Ibu Dr. Gustianingsih, M.Hum (Pembimbing I) yang telah banyak membantu penulis dalam hal memberikan bimbingan, petunjuk, saransaran dan dorongan memberi semangat untuk kesempurnaan tulisan ini. Berkat bimbingan dan petunjuk serta saran-saran yang diberikan, maka diperolehlah hasil yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dr. T.Syarfina, M.Hum (Pembimbing II) yang telah banyak membimbing dengan penuh kesabaran, dan memberikan saran-saran, serta motivasi kepada penulis dalam suasana yang akrab.
5. Hormat saya kepada Tim Penguji, Dr. Dwi Widayati, M.Hum., Rahmadsyah Rangkuti, M.A., Ph.D., dan Dr. Nurlela, M.Hum., yang memberikan saran, koreksi, kritik yang konstruktif, serta memberikan curahan ilmu kepada penulis.
6. Kepada Orangtua objek peneilitian saya, Bapak Zulkifli Siregar MT dan Ibu Erma Bahagia Pakpahan MM., Bapak Wan Azmi M.AP dan Ibu Dr. Emi Memori Pakpahan, serta Bapak Ridwan dan Ibu Syarifah., yang telah memberikan izinnya kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Bapak Ibu Dosen yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis kuliah
8. Seluruh dosen staff Biro Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil serta dukungan dalam penyelesaian tesis ini
9. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara 10. Terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 01
Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan kuliah S2. 11. Terima kasih kepada guru-guru SD Muhammadiyah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
Universitas Sumatera Utara

12. Kepada nenek, opung, papa dan mama ranto(uak), bujing, tulang, terima kasih atas do’anya. Terkhusus buat nenek (alm) Panuasah Pohan yang semasa hidupnya selalu membimbing dan selalu menyayangi penulis.
13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Linguistik USU atas kerjasama, bantuan, dan persahabatan yang terjalin selama ini. Akhirnya sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa tesis ini masih
jauh dari sempurna dan penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih baik dikemudian hari. Harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Segala jasa dan budi baik pihak-pihak yang terkait bagi penulisan tesis ini, semoga mendapatkan rahmad dan berkat yang tak terhingga. Dan semoga ilmu yang penulis dapat dari Program Pascasarjana Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara dapat bermanfaat bagi masyarakat, negara, keluarga dan diri penulis. Amin.

Billahi Fie Sabililhaq, Fastabiqul Khairat


Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, 28 Agustus 2014 Penulis

RAHMAWATI NIM : 127009009

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................i ABSTRACT............................................................................................................ii KATA PENGANTAR...........................................................................................iii DAFTAR ISI.........................................................................................................vii DAFTAR TABEL...................................................................................................x DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN.......................................................xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.....................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah................................................................................7 1.3. Tujuan Masalah....................................................................................7 1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................8 1.4.1 Manfaat Teoretis..........................................................................8 1.4.2 Manfaat Praktis............................................................................8 1.5. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................9 2.1.1 Pemerolehan Bahasa....................................................................9 2.1.2 Keuniversalan Bahasa................................................................12 2.1.3 Universal pada Komponen Fonologi..........................................14 2.2 Landasan Teori....................................................................................18 2.2.1 Proses-proses Fonologi...............................................................18 2.2.2 Ciri-ciri Tempat Artikulasi.........................................................24 2.2.3 Ciri-ciri Artikulasi......................................................................24 2.2.4 Ciri-ciri Batang Lidah.................................................................25 2.2.5 Ciri-ciri Tambahan......................................................................25 2.2.6 Kaidah Fonologi.........................................................................26 2.3 Kajian yang Relevan............................................................................28
Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian.................................................................................35 3.2 Sumber Data Penelitian.......................................................................35 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data..............................................36 3.4 Metode dan Teknik Analisis Data.......................................................37
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemerolehan Fonologi Anak Usia Dua Tahun Khususnya Bunyi Vokal, Konsonan, dan Semivokal Bahasa Indonesia.........................................41 4.1.1 Pemerolehan Bunyi Vokal................................................................44 4.1.2 Pemerolehan Bunyi Konsonan..........................................................50 4.1.3 Pemerolehan Bunyi Semivokal........................................................ 66 4.2 Perubahan Fonologi Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun...............69 4.2.1 Pelesapan Bunyi Konsonan [h]..........................................................69 4.2.2 Pelesapan Bunyi Konsonan [r]...........................................................71 4.2.3 Pelesapan Bunyi Konsonan [t]...........................................................72 4.2.4 Penggantian Konsonan [f]..................................................................73 4.2.5 Penggantian Konsonan [r]...................................................................74 4.2.6 Penggantian Konsonan [r]...................................................................76 4.2.7 Kaidah Perpaduan................................................................................77 4.2.8 Kaidah Palatalisasi Semivokal.............................................................78 4.3 Proses-proses Fonologi Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun...........79 4.3.1 Asimilasi...........................................................................................79 4.3.2 Proses Struktur Silabel......................................................................80 4.3.3 Netralisasi..........................................................................................81 4.3.4 Pelemahan Bunyi............................................................................. 81 4.4 Kaidah Fonologi Segmen Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun........82 4.4.1 Kaidah Perubahan Ciri..................................................................... 82 4.4.2 Kaidah Pelesapan Bunyi [h]............................................................. 83 4.4.3 Kaidah Pelesapan Konsonan [r]........................................................84 4.4.4 Kaidah Pelesapan Konsonan [t]....................................................... 85 4.4.5 Kaidah Penggantian Konsonan [f]................................................... 85
Universitas Sumatera Utara

4.4.6 Kaidah Penggantian Konsonan [r]....................................................86 4.4.7 Kaidah Pengganti Konsonan [r]....................................................... 87 4.4.8 Kaidah Perpaduan.............................................................................88 4.4.9 Kaidah Palatalisasi Semivokal...........................................................89 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan............................................................................................... 90 5.2 Saran.......................................................................................................91 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25

Fonem Vokal

.................................................................17

Fonem Konsonan .................................................................17

Vokal /a/

.................................................................44

Vokal /e/

.................................................................45

Vokal /i/


.................................................................46

Vokal /u/

.................................................................47

Vokal /o/

.................................................................49

Konsonan /p/

.................................................................50

Konsonan /b/

.................................................................51

Konsonan /m/ .................................................................52


Konsonan /t/

.................................................................53

Konsonan /d/

.................................................................54

Konsonan /s/

.................................................................55

Konsonan /n/

.................................................................56

Konsonan /l/

.................................................................57


Konsonan /r/

.................................................................58

Konsonan /c/

.................................................................59

Konsonan /j/

.................................................................60

Konsonan /k/

.................................................................61

Konsonan /g/

.................................................................62


Konsonan /ŋ/

.................................................................63

Konsonan /h/

.................................................................64

Konsonan /w/ .................................................................65

Semivokal /y/

.................................................................66

Semivokal /w/

.................................................................68

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang [] + # /
Ø

: Pengapit transkripsi fonetik/pengapit fitur distingtif : Memiliki fitur : Tidak memiliki fitur/penanda batas suku kata : Batas kata : Dalam lingkungan : Menjadi : Pada posisi : Kosong/lesap

SINGKATAN

WAS

: Wan Almira Syakira

KAS

: Khansa Aqila Siregar

MH : Muhammad Haikal

Universitas Sumatera Utara

PEMEROLEHAN BUNYI UJARAN BAHASA INDONESIA ANAK USIA DUA TAHUN: ANALISIS FONOLOGI GENERATIF
RAHMAWATI
ABSTRAK
Kajian ini memilih judul Pemerolehan Fonologi Bahasa Indonesia Anak Usia Dua: Analisis Fononolgi Generatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori Pemerolehan Bahasa yang di gagas oleh Chomsky (1957) dan teori Fonologi generatif oleh Schane (1992). Bahasa Indonesia ini digunakan dalam komunikasi sehari-hari sebagai bahasa nasional. Ada tiga masalah yang akan diberikan jawabannya dalam kajian ini. Khusus Masalahnya adalah: bagaimana pemerolehan fonologi anak usia dua tahun khususnya bunyi vokal, konsonan, dan semivokal?, bagaimana pola dan perubahan fonologi yang terjadi dalam bahasa anak usia dua tahun?, bagaimana kaidah fonologi generatif bahasa Indonesia anak usia dua tahun?. Secara khusus kajian ini bertujuan untuk mendeskripskan pemerolehan fonologi anak usia dua tahun khususnya bunyi vokal, konsonan, dan semivokal dalam bahasa Indonesia, mendeskripsikan pola dan perubahan fonologi yang terjadi dalam bahasa Indonesia, dan mendeskripsikan kaidah fonologi generatif bahasa Indonesia anak usia dua tahun. Kontribusi dari penelitian ini agar para orang tua mengetahui perkembangan bunyi ujaran anak yang diperoleh dalam usia dua tahun. Kajian ini menggunakan metode deskriptif dengan bantuan metode linguistik lapangan, kepustakaan serta analisis didukung oleh tulisan fonetik IPA, dan teknik pengumpulan data adalah teknik sadap, simak libat cakap, perekaman, dan pencatatan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bahasa Indonesia anak usia dua tahun memperoleh segmen vokal fonemis [a], [i], [ǝ], [ ԑ], [u], dan [o], sedangkan bunyi konsonantal belum sempurna dimiliki anak usia dua tahun. Bunyi konsonantal yang sulit diucapkan oleh anak usia dua tahun adalah [h], [f], [r], dan [t]. Kemudian terjadi perubahan fonologi bahasa Indonesia anak usia dua tahun yaitu, pelesapan bunyi konsonan [h], [r], dan [t], serta penggantian konsonan [f] dan [r]. Pemerolehan fonologi bahasa Indonesia anak usia tahun pada fonologi generatif terdapat kaidah perubahan ciri, kaidah pelesapan, kaidah penggantian konsonan, kaidah perpaduan dan kaidah palatalisasi semivokal. Kata kunci: Pemerolehan bahasa anak usia dua tahun, fonologi generatif
Universitas Sumatera Utara

INDONESIAN SPEECH SOUND ACQUISITION CHILDREN TWO YEARS OLD: ANALYSIS GENERATIVE PHONOLOGY
RAHMAWATI
ABSTRACT
This study chose the title Phonological Acquisition Indonesian Children Aged Two: Analysis of Phonology Generative. The theory used in this study in the theory of language acquisition of the idea by Chomsky (1957) and the theory of Generative Phonology by Schane (1992). Indonesian is used in everyday communication as a national language. There are three issues that will be given the answer in this review. Special problem is: how to phonology acquisition of two-year olds in particular vowels, consonants, and glides ?, how patterns and phonological changes that occur in the language of children aged two years ?, how generative phonological rules of Indonesian children aged two years ?. In particular, this study aims to description phonological acquisition of two-years old in particular vowels, consonants, and glides in Indonesian, describing patterns and phonological changes that occur in the Indonesian language, and describe the rules of generative phonology Indonesian children aged two years. Contributions from this research that the parents know the child's development of speech sound obtained at the age of two years. The study used a descriptive method with the help of linguistic field methods, literature and the analysis is supported by IPA phonetic writing, and data collection techniques are tapping technique, consider ably involved, recording, and recording. The results of this study found that Indonesian children aged two years to obtain segments of phonemic vowel [a], [i], [ǝ], [ԑ], [u], and [o], while not perfect consonantal sound of the children aged two years . Consonantal sounds are difficult to pronounce by children aged two years is [h], [f], [r], and [t]. Then there is a change of phonological Indonesian children aged two years, namely, pelesapan consonant sound [h], [r], and [t], as well as the replacement of the consonant [f] and [r]. Indonesian phonological acquisition year olds in generative phonological rules changes are characteristic, pelesapan rules, rules consonant replacement, fusion rules and the rules of palatalization glides.
Keywords: language acquisition of children two years old, generative phonology
Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara intensif selama kurang lebih dua dekade. Pada saat itu telah dipelajari banyak hal mengenai bagaimana anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit sekali yang diketahui mengenai proses aktual perkembangan bahasa. Satu hal yang perlu diketahui bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial.
Slobin (1977: 66) pernah mengemukakan dengan baik bahwa “setiap pendekatan modern terhadap pemerolehan bahasa akan menghadapi kenyataan bahwa bahasa dibangun sejak semula oleh setiap anak, memanfaatkan aneka kapasitas bawaan sejak lahir yang beraneka ragam dalam interaksinya dengan pengalaman-pengalaman dunia dan sosial”. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau kebanyakan pendekatan modern terhadap pemerolehan bahasa dititikberatkan pada salah satu aspek proses pemerolehan bahasa. Beberapa di antaranya sangat menaruh perhatian pada ciri-ciri struktural pengembangan sistem linguistik yang lain pada hubungan ucapan-ucapan dini dengan perkembangan kognitif sang anak sedangkan yang lainnya menaruh
Universitas Sumatera Utara

perhatian besar pada penggunaan sosial bahasa pertama, bahasa dini (Cairn, 1976 : 1-2).
Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa menurut Maksan (1993 : 20) adalah suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang secara natural, implisit dan informal. Lyons (1981) menyatakan suatu bahasa yang digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur bahasa disebut pemerolehan bahasa. Artinya, seorang penutur bahasa dapat menguasai bahasa yang dipakainya tanpa terlebih dahulu mempelajari bahasa tersebut.
Pemerolehan bahasa pertama atau first language acquisition digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi. Pemerolehan bahasa pertama terjadi dengan penerapan hipotesis-hipotesis kerja terhadap kaidah bahasa yang didengarnya. Kalau seorang anak memperoleh satu dan hanya satu bahasa, disebut dengan ekabahasawan atau “monolingual first acquisition”. Kalau seorang anak mampu memperoleh bahasa yang berbeda dengan bahasa pertama atau bahasa ibunya dikenal sebagai dwibahasawan atau “bilingual first acquisition”. Penelitian ini menganut jenis yang pertama bahwa anak berkomunikasi dengan orang tua dan keluarga di rumah atau di luar rumah menggunakan bahasa Indonesia. Dalam pemerolehan bahasa yang ada di dunia, pemerolehan bahasa haruslah dipelajari. Tidak ada manusia yang langsung menguasai suatu bahasa saat dilahirkan. Dengan potensi yang dimiliki manusia sejak dalam kandungan hingga dilahirkan, anak-anak secara alami memperoleh prinsip-prinsip bahasa dari masyarakat bahasa yang ada di sekitarnya (Gustianingsih, 2002: 10; Simanjuntak, 2009: 104).
Universitas Sumatera Utara

Menurut Chomsky (dalam Woolfolk dkk, 1984) anak yang dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Seperti halnya dalam bidang ilmu lain, ada faktor peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan anak pada fisik, psikis, kesehatan, sosial, interaksi dan termasuklah di dalamnya bahasa. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan hayati dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Pemerolehan bahasa adalah penguasaan bahasa oleh seseorang secara tidak langsung dan dikatakan aktif berlaku dalam kalangan anak-anak dalam lingkungan usia dua tahun sampai enam tahun. Pemerolehan bahasa dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa secara alami atau dipelajari secara langsung tanpa melalui pendidikan formal, tetapi memperoleh bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di sekitarnya. Hal ini juga yang terjadi pada bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai B1 merupakan media yang dapat digunakan seorang anak untuk memperoleh nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat Indonesia (Gustianingsih, 2002: 12).
Seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa pertama dalam otaknya, lengkap dengan semua aturan-aturannya. Bahasa pertama itu diperolehnya dengan beberapa tahap, dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa.
Secara biologis, anak berumur (0.0 – 0.5) telah mencapai tahap meraba (pralinguistik) pertama; (0.5 – 1.0) = tahap meraba (pralinguistik) kedua = kata nonsens: (1.0 – 2.0) = tahap linguistik I = Holofrastik, kalimat satu kata; (2.0 – 3.0) = tahaplinguistik II = kalimat dua kata; (3.0 – 4.0) = tahap
Universitas Sumatera Utara

linguistik III = pengembangan tata bahasa; (4.0 – 5.0) = tahap linguistik IV = tata bahasa pra-dewasa; dan (5.0) = dan tahap V = kompetensi penuh (Piaget, 1959 : 59; Cairns & Cairns, 1976 : 16, Tarigan, 1985a : 7).
Pada tahap pralinguistik pertama anak belum dapat menghasilkan bunyi bahasa secara normal, pada tahap pralinguistik yang kedua anak sudah dapat mengoceh atau membabel dengan pola suku kata yang diulang-ulang. Bahkan menjelang usia satu tahun anak sudah mulai mengeluarkan pola intonasi dan bunyi-bunyi tiruan. Pada tahap linguistik pertama anak sudah mulai menggunakan serangkaian bunyi ujaran yang menghasilkan bunyi ujaran tunggal yang bermakna. Pada tahap II kosa kata anak mulai berkembang dengan pesat, ujaran yang diucapkan terdiri atas dua kata dan mengandung satu konsep kalimat yang lengkap. Pada tahap linguistik III anak mampu menggunakan lebih dari dua kata, kalimat yang diucapkan biasanya menyatakan makna khusus yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada tahap linguistik IV anak sudah mampu menyusun kalimat yang cukup lengkap meskipun masih ada kekurangan pada penggunaan infleksi dan kata fungsi. Pada tahap linguistik yang terakhir anak sudah memiliki kompetensi penuh dalam berbahasa.
Menurut Ferguson (1975), sebelum anak mengungkapkan kata pertama bahasa yang sebenarnya, yaitu untuk menyampaikan arti, kita belum dapat mengatakan bahwa perkembangan sistem bunyi atau sistem fonologi si anak telah bermula. Jadi pemerolehan sistem bunyi yang sebenarnya bermula pada waktu anak mengucapkan kata pertama untuk tujuan komunikasi, yaitu untuk menyampaikan arti.
Universitas Sumatera Utara

Di Indonesia, penelitian yang terkenal tentang pemerolehan bahasa dilakukan oleh Dardjowidjojo (2000) meneliti pemerolehan bahasa cucunya sendiri, Echa yang tinggal di Pulau Jawa, selama 5 tahun. Beliau menemukan beberapa perbedaan proses fonologi antara pemerolehan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris anak-anak. Beliau melakukan penelitian lebih menekankan pada pendekatan kognitif Chomsky dibanding dengan pendekatan behaviorisme.
Pendekatan behaviorisme percaya bahwa bayi seperti lembaran kosong. Lembaran kosong akan berisi tulisan dengan memperoleh stimulus bahasa dari lingkungan bahasa anak. Seorang anak akan mengulangi bunyi-bunyi yang terdengar berulang-ulang, dan kemudian mereka akan menirukan bunyi-bunyi bahasa, baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan dari bahasa orang dewasa. Itu artinya bahwa pemerolehan bahasa dimulai dari sebuah bunyi, kosakata, frasa, klausa, dan sampai kepada kalimat.
Pemerolehan bunyi ujaran adalah satu bagian dari perolehan bahasa yang sering juga disebut perkembangan atau pertumbuhan bahasa. Bagian yang lain ialah pemerolehan sintaksis dan semantik. Ketiga-tiganya dipisahkan hanya untuk memudahkan pengkajian pemerolehan bahasa itu, jadi bukan karena ketiga komponen bahasa itu diperoleh atau berkembang (tumbuh) secara terpisah. Pengkajian pemerolehan fonologi anak usia dua tahun merupakan bagian dari Psikolinguistik Perkembangan (Developmental Psycholinguistics) yang sangat penting dikaji karena orang-orang di sekitar anak akan mengetahui perkembangan bunyi ujaran baik bunyi vokal maupun konsonan dari usia dua tahun. Perkembangan fonologi anak usia dua tahun tidaklah sama dengan perkembangan fonologi orang dewasa.
Universitas Sumatera Utara

Pada usia anak dua tahun, pemerolehan bahasa meliputi ucapan yang dihasilkan oleh bunyi-bunyi dan pilihan kata, bentukan, dan kalimat-kalimat yang dibuat dengan meniru orang dewasa. Akan tetapi masih ditemui kerumitan, keteraturan dan keterbatasan bunyi bahasa. Biasanya seorang anak itu mulai belajar berbahasa dengan baik. Dalam pemerolehan bahasa khususnya pada anak usia dua tahun dapat dilihat dari berbagai segi salah satunya adalah fonologi. Pemerolehan fonologi pada anak usia dua tahun dapat dilihat pada saat ia berbicara.
Perkembangan kebahasaan anak khususnya bunyi ujaran berjalan sesuai dengan jadwal biologisnya. Banyak orang yang mengaitkan hal ini dengan jumlah umur yang dimiliki oleh seseorang. Rujukan kepada jumlah tahun dan bulan memang lebih mudah digunakan untuk menentukan perkembangan motoris anak.
Perkembangan bunyi ujaran anak-anak disertai oleh pertukaran bunyi ujaran, pelesapan perubahan bahkan mungkin terjadi bentuk metatesis pada bunyi ujaran anak. Disamping perkembangan bunyi ujaran anak ini yang dilihat, penelitian ini juga ingin melihat perkembangan psikis anak, terutama perkembangan kognitifnya. Keterpaduan perkembangan bunyi ujaran dan perkembangan kognitif ini adalah suatu hal yang harus bisa dideskripsikan dalam sebuah penelitian. Ini juga alasan ketertarikan penulis melakukan penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah Pemerolehan bahasa pada seorang anak meliputi pemerolehan semantik,
fonologi, sintaksis, dan pragmatik. Penelitian ini hanya difokuskan pada
Universitas Sumatera Utara

pemerolehan fonologi. Penelitian ini secara khusus memfokuskan analisis pemerolehan bahasa Indonesia anak usia dua tahun.
Yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pemerolehan bunyi ujaran anak usia dua tahun khususnya
bunyi vokal, konsonan dan semivokal dalam bahasa Indonesia? 2. Bagaimana perubahan fonologi yang terjadi dalam bahasa anak usia dua
tahun? 3. Bagaimana kaidah fonologi generatif bahasa Indonesia anak usia dua
tahun?
1.3 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan pemerolehan bunyi ujaran anak usia dua tahun khususnya bunyi vokal, konsonan dan semivokal dalam bahasa Indonesia
2. Mendeskripsikan perubahan fonologi yang terjadi dalam bahasa anak usia dua tahun
3. Mendeskripsikan kaidah fonologi generatif bahasa Indonesia anak usia dua tahun
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
Universitas Sumatera Utara

1.4.1 Manfaat Teoretis 1. Penelitian ini diharapkan sebagai salah satu bahan rujukan dalam penelitian pemerolehan bahasa khususnya bidang fonologi bahasa Indonesia anak usia dua tahun, 2. Penelitian ini diharapkan menambah penelitian bidang psikolinguistik dalam bahasa Indonesia selain bahasa Inggris, Jerman atau bahasa lainnya.
1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi para orang tua yang
memiliki anak usia dini, khususnya yang berusia dua tahun agar mengetahui perkembangan fonologi yang dialami anaknya, sehingga dapat mengetahui perkembangan bahasa anak usia dua tahun.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang terbatas, yakni: penelitian
dibatasi pada anak usia dua tahun, fokus penelitian hanya pada pemerolehan fonologi, data penelitian ini berupa bunyi vokal dan konsonan dalam bahasa Indonesia, dan data penelitian ini dianalisis berdasarkan pemerolehan fonologi.
Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa yang sering juga disebut perkembangan bahasa kanak-kanak atau pertumbuhan bahasa kanak-kanak telah menjadi satu disiplin yang berdiri sendiri di dalam kajian Psikolinguistik. Cabang Psikolinguistik yang mengkaji perolehan bahasa ini telah mendapat nama baru sebagai Psikolinguistik Perkembangan (Simanjuntak 1987).
Pemerolehan bahasa sebagai proses pemahaman dan penghasilan bahasa pada manusia melalui beberapa tahap mulai dari meraban sampai kefasihan penuh (Kridalaksana, 1982: 123). Disamping itu, Kirsparsky (dalam Tarigan, 1985: 234), menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa atau “language acquisition” adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang bertambah rumit, ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian tatabahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut.
Pemerolehan bahasa atau language acquisation adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak (bayi) sewaktu memperoleh bahasa ibu. Dengan demikian kita harus membedakan pemerolehan bahasa ini dari pada pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa menyangkut proses-proses yang berlaku pada waktu seseorang sedang mempelajari bahasa
Universitas Sumatera Utara

baru setelah memperoleh bahasa ibunya. Dengan kata lain pemerolehan bahasa melibatkan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa melibatkan bahasa kedua atau bahasa asing (Simanjuntak, 1987: 157).
Pemerolehan bahasa umumnya berlangsung di lingkungan masyarakat bahasa target dengan sifat alami dan informal serta lebih merujuk pada tuntutan komunikasi. Berbeda dengan belajar bahasa yang berlangsung secara formal dan artifisial serta merujuk pada tuntutan pembelajaran (Schultz, 2006: 12), dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa pertama terjadi jika anak belum pernah belajar bahasa apapun, lalu memperoleh bahasa. Pada satu sisi, pemerolehan ini terjadi pemeralihan satu bahasa atau monolingual FLA (First Language Acquisition), dapat juga pemerolehan dua bahasa secara bersamaan atau berurutan (bilingual FLA), bahkan dapat lebih dari dua bahasa (multilingual FLA). Pada sisi lain pemerolehan bahasa kedua terjadi jika seseorang memperoleh bahasa setelah menguasai bahsa pertama atau merupakan proses seseorang mengembangkan keterampilan dalam bahasa kedua atau bahasa asing.
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performasi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara alamiah. Kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anakanak memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri atas dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses
Universitas Sumatera Utara

pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimatkalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Simanjuntak, 1986).
Chomsky (1999 : 340) mengajukan konstruk mekanisme abstrak yang dinamakan Language Acquisition Device (LAD); yang diterjemahkan di sini menjadi Piranti Pemerolehan Bahasa (PPB). PPB ini menerima korpus dari lingkungan dalam bentuk kalimat-kalimat. Meskipun kalimat merupakan manifestasi dari kompetensi seseorang, tetapi seringkali berbentuk kalimatkalimat yang rancu. PPB yang dimiliki anak dapat menyerap esensi yang benar yang kemudian dikembangkan menjadi wujud bahasa yang baik. Caranya proses itu terjadi, waktu dan rincian-rincian lainnya memang sebahagian dipengaruhi oleh: lingkungan, tetapi proses pemerolehan itu sendiri pada esensinyaa inner directed “bawaan langsung dari lahir” (Dardjowidjojo,2000:19, Gustianingsih, 2002 : 10).
Chomsky melihat adanya dua aliran pendekatan terhadap masalah pemerolehan empiris sebagai suatu kasus pemerolehan pengetahuan. Pendekatan empiris atau environment mempunyai asumsi bahwa struktur LAD atau PPB terbatas hanya pada mekanisme-mekanisme prosesan yang dangkal (perihal proscessing mechanism). Mekanisme proses data didasarkan kepada prinsipprinsip induktif sederhana – misalnya prinsip asosiasi dan prinsip generalisasi yang terbatas. Diasumsikan bahwa pengalaman-pengalaman mula-mula dianalisis sepenuhnya oleh mekanisme-mekanisme prosesan yang dangkal itu, dan kemudian dengan menerapkan prinsip-prinsip induktif sederhana terhadap hasil
Universitas Sumatera Utara

analisis pengalaman itu seseorang memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep (Chomsky, 1999 : 34)
Jadi, pemerolehan bahasa anak terjadi secara bertahap mulai dari yang mudah sampai pada yang sulit dengan melihat konstruksi tuturan lisan anak disesuaikan dengan tuturan orang dewasa.
2.1.2 Keuniversalan Bahasa
Anak dapat memperoleh bahasa apapun, pastilah ada sesuatu yang mengikat bahasa-bahasa ini secara bersama, ada sesuatu yang sifatnya universal. Tanpa sifat ini mustahillah manusia dari pelbagai latar belakang yang berbedabeda dapat memperoleh bahasa yang disajikan kepadanya, yang menjadi pertanyaan adalah seberapa jauh keuniversalan ini ada pada bahasa.
Berdasarkan gradasi seperti ini Comrie (1989/81 : 15-23) membagi keuniversalan absolut dan keuniversalan tendensius. Dengan memperhatikan gejala implikasional maka menurut Comrie ada tiga kelompok. Kelompok pertama adalah tidak ada perkecualian. Contoh: Semua bahasa memiliki bunyi vokal bahasa mana pun di dunia ini
menggabungkan bunyi untuk sukukata atau kata. Kelompok kedua adalah keuniversalan absolut implikasional Contoh: Bila suatu bahasa mempunyai refleks persona pertama/kedua, maka
bahasa itu mempunyai pula refleks persona ketiga, bila suatu bahasa mempunyai bunyi hambat velar, bahasa tersebut pasti mempunyai bunyi hambat bilabial. Kelompok ketiga adalah keuniversalan tendensi non implikasional
Universitas Sumatera Utara

Contoh: Hampir semua bahasa memiliki konsonan nasal Bertitik tolak dari landasan yang sama sekali berlainan, Chomsky memberi
pengertian yang berbeda mengenai keuniversalan bahasa. Chomsky (1965: 28) hanya memakai satu bahasa yang dikajinya secara mendalam dan dari sistem aturan bahasa tersebut dia memunculkan fitur-fitur yang universal. Tentu saja fitur-fitur itu harus diuji-coba dan diadu-coba dengan bahasa-bahasa yang lain untuk ditentukan kebenarannya. Pandangan Chomsky dapat diumpamakan sebagai suatu pengkajian terhadap suatu entitas, bila entitas itu mengandung unsur-unsur hakiki tertentu maka unsur-unsur itu pasti ada pada sampel lain dari entitas yang sama. Oleh karena itu, Chomsky hanya membedakan dua macam keuniversalan: (1) keuniversalan subtantif yang berupa elemen pembentukan bahasa, dan (2) keuniversalan formal, yang meramu elemen bahasa. Bahwa bahasa mempunyai nomina dan verba merupakan contoh dari keuniversalan substantif. Bagaimana kedua elemen ini diatur dalam bahasa merupakan keuniversalan formal. Pengaturan elemen umumnya berbeda dari satu bahasa ke bahasa lain, karena itu pada dasarnya bahasa itu sama, wujud lahiriahnya berbedabeda.
Ada pula ciri universal dalam tutur anak-anak ditinjau dari segi fonologi. Misalnya, bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh gerak membuka dan menutup bibir yang bisa disebut bunyi bilabial, merupakan bunyi-bunyi yang sangat umum dihasilkan oleh anak-anak pada awal ujarannya. Orang pertama dan yang terutama paling dekat dengan anak pada masa awal perkembangan bahasanya adalah ibunya. Selanjutnya, jika diperhatikan kata panggilan untuk ibu dalam pelbagai bahasa, akan membenarkan pandangan bahwa bunyi bilabial itu dominan pada
Universitas Sumatera Utara

perkembangan bahasa anak. Contohnya: mama, bu. Produksi awal bunyi-bunyi bilabial ini bisa dimengerti, karena bunyi-bunyi ini yang dianggap paling mudah dihasilkan, yaitu dengan hanya menggerakkan kedua bibir.
Bunyi-bunyi juga dilafalkan sesuai dengan daya kerja alat-alat ucap seorang anak. Dalam pelbagai masyarakat bahasa Indonesia bunyi /r/ adalah bunyi yang paling sulit diproduksi, sehingga bunyi itu baru dikuasai anak setelah mereka berusia beberapa tahun. Banyak anak berusia dua tahun yang masih mengucapkan /lambut/ untuk /rambut/. Agak kurang sulit dari bunyi /r/ adalah bunyi /s/ yang untuk beberapa waktu diucapkan /č/, sehingga /susu/ /sapi/ diucapkan / čuču/, /čapi/.
2.1.3 Universal pada Komponen Fonologi
Konsep universal dengan pemerolehan fonologi, ahli yang pandangannya sampai kini belum disanggah orang adalah Roman Jakobson. Beliau mengemukakan adanya universal pada bunyi bahasa manusia dan urutan pemerolehan bunyi-bunyi tersebut. Menurut beliau, pemerolehan bunyi berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu sendiri. Bunyi pertama yang keluar waktu anak mulai berbicara adalah kontras antara konsonan dan vokal. Dalam hal vokal, hanya bunyi /a/, /i/, dan /u/ yang akan keluar duluan. Dari tiga bunyi ini, /a/ akan keluar lebih dahulu daripada /i/ atau /u/. Mengapa demikian? Sebabnya adalah bahwa ketiga bunyi ini membentuk apa yang dia namakan Sistem Vokal Minimal (Minimal Vocalic System): bahasa mana pun di dunia ini pasti memiliki tiga vokal ini (Jakobson, 1971: 8-20). Dari tiga bunyi ini bunyi /a/ lah yang paling mudah diucapkan.
Universitas Sumatera Utara

Mengenai konsonan Jakobson mengatakan bahwa kontras pertama yang muncul adalah oposisi antara bunyi oral dengan bunyi nasal (/p-b/ dan /m-n/) dan kemudian disusul oleh kontras antara bilabial dengan dental (/p/-/t/). Sistem kontras ini dinamakan Sistem Konsonantal Minimal (Minimal Consonantal System).
Macam dan jumlah bunyi pada bahasa bisa saja berbeda-beda dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Akan tetapi, hubungan antara satu bunyi dengan bunyi lain bersifat universal. Jakobson mengajukan hukum yang dinamakan Laws of Irreversible Solidarity yang esensinya dirumuskan sebagai berikut:
1. Apabila suatu bahasa memiliki konsonan hambat velar, bahasa tersebut pasti memiliki konsonan dental dan bilabial. Contoh: Bila bahasa X memiliki bunyi /k/ dan /g/, bahasa ini pasti memiliki /t/-/d/ dan /p/-/b/.
2. Apabila suatu bahasa memiliki konsonan frikatif, bahasa tadi pasti memiliki konsonan hambat. Contoh: Bila bahasa X memiliki /f/ dan /v/, bahasa ini pasti memiliki /p/-/b/, /t/-/d/, dan /k/-/g/.
3. Apabila suatu bahasa memiliki konsonan afrikat, bahasa tadi memiliki konsonan frikatif dan konsonan hambat. Contoh: bila bahasa X memiliki /c/-/j/, bahasa ini pasti memiliki /s/, /t/, dan /d/.
Hukum ini juga meramalkan urutan kesukaran masing-masing bunyi. Pada umumnya bunyi yang letaknya di bagian depan mulut lebih mudah daripada yang dibelakang mulut. Dengan demikian /p/ dan /b/ adalah lebih mudah daripada /k/ dan /g/.
Universitas Sumatera Utara

Apa kaitan semua ini dengan pemerolehan bahasa? Kaitannya adalah bahwa bunyi yang dikuasai anak mengikuti urutan universal. Karena /m/ adalah bilabial dan karenanya mudah, dan karena /a/ adalah juga mudah /m/ dan /a/ akan keluar awal pada anak. Begitu juga /p/. Itulah sebabnya mengapa kata awal yang keluar pada anak adalah /papa/ atau /mama/ yang oleh orang tua diartikan sebagai ayah dan ibu (Gass dan Salinker 2001: 93).
Urutan pemunculan bunyi ini bersifat genetik dan karena perkembangan biologi manusia itu tidak sama maka kapan munculnya suatu bunyi tidak dapat diukur dengan tahun atau bulan kalender. Echa, misalnya, baru dapat mengucapkan /r/ pada umur 4;6 (Dardjowidjojo 2000: 113), tetapi adiknya Dhira, sudah dapat mengucapkan bunyi ini pada umur 3;0. Yang harus dipegang pada patokan adalah bahwa suatu bunyi tidak akan melangkahi bunyi yang lain. Tidak akan ada anak Indonesia yang sudah dapat mengucapkan /r/ tetapi belum dapat mengucapkan /p/, /g/, dan /j/. Kapan bunyi-bunyi ini akan muncul berbeda dari satu anak ke anak yang lain. Inventori fonemik untuk vokal dan konsonan pada umur 2;0 (Darjowidjojo 2000: 115) dapat dilihat pada table 1 dan table 2 berikut:

Posisi Lidah Tinggi Tengah Rendah

Tabel 1 Fonem Vokal

Depan i [i]
e [e, ɛ]

Tengah
e [ə] a [a]

Belakang u [u] o [o, ɔ] a [ɑ]

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2 Fonem Konsonan

Titik/ Cara Bilabial Labio- Alveolar Alveo- Velar Glotal

Artikul