Identifikasi dan karakterisasi struktur sarang lebah Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR
SARANG LEBAH Trigona (HYMENOPTERA: APIDAE) DI
BOGOR

TITO OCTORIADI

BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi dan
Karakterisasi Struktur Sarang Lebah Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Pebruari 2015
Tito Octoriadi
NIM G34100115

ABSTRAK
TITO OCTORIADI. Identifikasi dan Karakterisasi Struktur Sarang Lebah
Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN
dan SIH KAHONO
Trigona dikenal sebagai stingless bee termasuk dalam famili Apidae yang
hidup secara sosial dan menempati rongga untuk dijadikan sarang. Trigona
membangun sarang dengan struktur yang kompleks dalam rongga yang berbedabeda bentuknya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi Trigona dan
mempelajari struktur sarang, bentuk, warna, ukuran pot, dan penghubung pada pot
pakan dan anakan lebah T. laeviceps. Identifikasi spesies lebah Trigona dilakukan
berdasarkan karakter pada tungkai belakang dan warna tubuh. Pengamatan sarang
dilakukan pada tiap koloni yaitu struktur sarang, ukuran, bentuk, penghubung,
susunan, dan warna pot pakan dan anakan. Lebah yang diidentifikasi adalah
Trigona laeviceps. Lebah T. laeviceps memiliki ciri panjang tungkai belakang
kurang dari 2 mm, warna hitam menutupi hampir seluruh tubuh kecuali clypeus

dan mesosomal dorsum, sayap depan transparan, mandibula dengan dengan gigi
yang tidak tajam, scutellum besar dengan mesoscutellum melebihi cekungan
propodeum. Urutan struktur sarang dari luar ke dalam adalah saluran masuk,
batumen, involucrum, pot pakan, pot anakan, dan pot pakan lagi. Struktur dan
komponen sarang menyesuaikan bentuk rongga tempatnya. Pot pakan dan anakan
dan penghubung memiliki bentuk dan warna yang beraneka ragam. Ukuran pot
anakan relatif sama dibanding pot pakan.
Kata kunci: Trigona laeviceps, struktur sarang, bentuk pot pakan, warna pot
anakan, serangga sosial

ABSTRACT
TITO OCTORIADI. Identification and Nest Structure Characterization of Trigona
(Hymenoptera: Apidae) in Bogor. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and SIH
KAHONO.
Trigona is one genus in the social insect group. This stingless bees belong
to the family of Apidae and has cavity nest. Trigona build the complex structure
nest in different shapes cavities. The aims of this research were to identify the
species of Trigona in Bogor and to characterize the nest structure, and the storage
pots and brood combs shape, colour, size and their connections. Identification of
Trigona were based on characters in hind tibia and body colour. Nest observations

were carried out for the nest structure, and the storage pots and brood comb size,
shape, the connections, arrangement, and colour. The identified bees were T.
laeviceps. Trigona laeviceps has hind tibia length less than 2 mm, body
predominantly black, forewing rather uniformly transparent, mandibula with two
weak teeth, scutellum large with mesoscutellum projecting backward exceeding
posterior slope of propodeum. The arrangement of nest structure from entrance to
inner nest was entrance tube, batumen, involucrum, storage pot, brood comb,
storage pot again. Structure and components of the nest were depend on the

cavities shape. Storage pots, brood combs, and their connections have diverse
shape and colour. Brood combs have relatively the same length compare to the
storage pots.
Keywords: Trigona laeviceps, nest structure, storage pots shape, brood combs
colour, social insects

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR
SARANG LEBAH Trigona (HYMENOPTERA: APIDAE) DI
BOGOR

TITO OCTORIADI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
berjudul “Identifikasi dan Karakterisasi Struktur Sarang Lebah Trigona
(Hymenoptera: Apidae) di Bogor”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rika Raffiudin, MSi dan
Bapak Dr Sih Kahono selaku pembimbing. Di samping itu, terima kasih juga

penulis sampaikan kepada seluruh laboran dan staff departemen Biologi, Rika and
Research Student, Ibu Iskandar, Biologi 47 dan dapur zoo yang telah membantu
penulis selama pengumpulan data dan atas waktu berharga yang diberikan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga dan
teman-teman, atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya selama proses
penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini berlangsung.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Pebruari 2015
Tito Octoriadi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Alat dan Bahan

2

Identifikasi Trigona


2

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

SIMPULAN

15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP


20

DAFTAR TABEL
1 Data pengambilan sarang serta koloni
2 Komponen sarang Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan 3
3 Ukuran pot pakan dan pot anakan T. laeviceps koloni 1 (dalam cm)
4 Bentuk pot pakan Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan 3
5 Bentuk pot anakan Trigona dan keberadannya pada koloni 1, 2, dan 3
6 Pot pakan T. laeviceps dan warnanya
7 Pot anakan T. laeviceps dengan warna dan kondisinya

4
9
9
11
11
14
15


DAFTAR GAMBAR
1 Struktur morfologi T. laeviceps koloni 1
2 Struktur morfologi bagian-bagian tubuh T. laeviceps
3 Sarang koloni 1 T. laeviceps
4 Sarang koloni 2 T. laeviceps
5 Sarang koloni 3 T. laeviceps
6 Struktur sarang T. laeviceps koloni 1
7 Struktur sarang T. laeviceps koloni 2
8 Struktur sarang T. laeviceps koloni 3
9 Bentuk pot pakan T. laeviceps
10 Bentuk pot anakan T. laeviceps
11 Bentuk penghubung pot pakan T. laeviceps
12 Bentuk penghubung pot anakan T. laeviceps
13 Tipe susunan pot T. laeviceps

5
5
6
6
7

7
8
8
10
11
12
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor
2 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor
3 Warna pada pot dan kode berdasarkan program Paint Windows 7

18
18
19


PENDAHULUAN
Serangga adalah hewan yang memiliki keanekaragaman tinggi, karena
mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada banyak tipe lingkungan dan daya
reproduksi yang tinggi. Serangga dapat memiliki sifat soliter yang mana antar
individu tidak terikat dalam sistem, contohnya belalang dan lalat; dan bersifat
sosial contohnya lebah Trigona dan Apis. Trigona mempunyai sistem kasta
eusocial yang sama dengan Apis dan setiap kasta memiliki peranan dan tugas
masing-masing dalam koloni (Grimaldi dan Engel 2005). Trigona dan
kebanyakan lebah mengalami metamorfosis sempurna yaitu fase telur-larva-pupaimago (Winston 1991).
Spesies Trigona dibedakan dengan yang lainnya melalui kunci identifikasi
misalnya Sakagami et al. (1990). Beberapa jenis Trigona memiliki kemiripan
antar satu dengan yang lain yaitu warna, bentuk dan bagian tubuh. Contoh
Trigona yang kompleks untuk diidentifikasi ialah Trigona laeviceps. Lebah T.
laeviceps mempunyai ciri tubuh berwarna hitam dominan, sayap transparan,
mandibula dua gigi besar dan lemah, dan mata tanpa seta (Sakagami et al. 1990).
Trigona mencari pakan pada bermacam tumbuhan berbunga dengan
peranan ekologi sebagai polinator (Momose 1998). Contoh tumbuhan berbunga
yang menjadi sumber pakan Trigona antara lain kelapa sawit (Elais guineensis),
putri malu (Mimosa pudica), pohon pinang (Areca catechu), dan babadotan
(Ageratum conyzoides) (Wati 2013). Kehadiran Trigona pada suatu daerah dapat
menandakan daerah tersebut masih asri, tersedia pakan (nektar & polen), dan ada
rongga untuk dijadikan sarang (Michener 1974).
Trigona membangun dan menempati sarang dalam rongga yang telah ada,
dengan bentuk rongga yang berbeda-beda. Bentuk rongga akan mempengaruhi
susunan sarang didalamnya seperti distribusi pot tempat penyimpanan polen,
nektar, dan larva (Vit 2013). Selain itu spesies Trigona yang berbeda akan
mempengaruhi karakter saluran masuk seperti diameter, bentuk, panjang, variasi,
dan karakter sarang (Sakagami dan Yamane 1984). Pot dalam sarang dibagi
menjadi dua jenis yaitu pot anakan dan pakan. Pot-pot anakan berfungsi sebagai
tempat perkembangan stadia muda (telur-larva-pupa). Pot pakan berfungsi sebagai
tempat untuk menampung dan menyimpan makanan (polen dan nektar) bagi
anakan lebah dan lebah dewasa (Michener 2007).
Trigona hidup di berbagai wilayah didaerah tropis seperti hutan, savana
(Inoue dan Nakamura 1990), perumahan warga, dataran tinggi (Salmah et al.
1990), dan hutan dataran rendah (Eltz et al. 2003). Trigona hidup disekitar
perumahan dan menempati rongga bangunan seperti di tembok dan di batang
bambu (Crane 1999). Studi tentang Trigona di Bogor perlu dipelajari untuk
mengetahui spesies dan struktur sarangnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi Trigona dan mengetahui struktur sarang, bentuk, warna, ukuran
pot, dan penghubung pada pot pakan dan anakan pada lebah T. laeviceps.

2

METODE
Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013-April
2014. Sarang dan koloni Trigona pertama berasal dari Kecamatan Dramaga,
Bogor (Lampiran 1), dua sarang dan koloni lainnya berasal dari Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor (Lampiran 2). Trigona diidentifikasi di Bagian
Biosistematika Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB dan di
Laboratorium Entomologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong,
Bogor.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah jaring serangga (insect net), tabung 50 ml,
mikroskop stereo, kotak pemeliharaan, GPS, jangka sorong, dan kamera digital.
Bahan yang digunakan adalah spesimen Trigona yang diawetkan dalam larutan
etanol 70%.

Pemindahan Sarang Trigona
Pemindahan sarang dan koloni Trigona dilakukan pada tiga buah sarang
yang ditemukan pada pintu dan bambu. Sarang dipindah dengan memotong batas
pinggir pintu dan bambu dengan gergaji, sarang pada pintu dipotong menjadi tiga
bagian dan sarang pada bambu dipotong membujur menjadi dua bagian ke dalam
kotak pemeliharaan. Sampel Trigona dikoleksi untuk diidentifikasi berasal dari
koloni satu yang berada di Dramaga. Sarang serta koloni satu diambil dari pintu
dengan ukuran 51x35x2 cm3, sarang serta koloni dua dan tiga diambil dari bambu
dengan ukuran 44x4,5x4,5 cm3 dan 33,5x5,6x5,6 cm3. Sarang yang telah
ditentukan diamati bagian terluarnya yaitu saluran masuk dan tempat ditemukan
sarang (pintu atau bambu). Sarang serta koloni dipindahkan saat malam hari dan
cuaca cerah, karena pada pagi hingga sore Trigona melakukan perilaku mencari
makan. Sarang serta koloni dipindahkan untuk mempermudah pengamatan. Data
yang diambil ialah pencatatan (1) sarang: lokasi, posisi persarangan, ukuran
sarang, (2) saluran masuk sarang: bentuk, posisi saluran, diameter, dan panjang.
Sarang dan koloni dipindahkan ke dalam kotak berukuran 40,2x20,5x19,7
3
cm . Kotak yang digunakan memiliki dua penutup berupa triplek dan kaca.
Penutup kaca berguna untuk pengamatan pada bagian dalam sarang.

Identifikasi Trigona
Sampel Trigona diidentifikasi berdasarkan kunci identifikasi Sakagami et
al. (1990). Ukuran tubuh Trigona diukur menggunakan aplikasi Image J
(http://rsb.info.nih.gov/ij/download.html). Sepuluh karakter Trigona yang diamati
adalah tungkai belakang, hair bands, malar, basitarsus belakang, mandibula,

3
propodeum, mesoscutellum, sayap, mesoscutal, dan warna (kepala, toraks, dan
abdomen).

Pengamatan Sarang Trigona
a. Pengamatan struktur sarang. Pengamatan struktur sarang dilakukan
pada tiap koloni dengan melihat sarang secara horizontal. Pengamatan
secara horizontal dilakukan dari saluran masuk sampai bagian paling
dalam sarang. Pengamatan struktur sarang, dilakukan dengan membuat
sketsa keseluruhan sarang.
b. Pengamatan ukuran pot pakan dan anakan. Pengamatan pot pakan
dan anakan dilakukan pada 20 pot dari koloni satu yang dipilih secara
acak. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dan diameter pot
pakan dan pot anakan. Pengukuran pot pada koloni satu menggunakan
jangka sorong.
c. Pengamatan bentuk pot pakan dan anakan. Pengamatan bentuk pot
pakan dan anakan dilakukan pada tiap koloni. Pengamatan bentuk pot
dilakukan berdasarkan bentuk dalam Ohgushi et al. (1990) dengan
modifikasi.
d. Pengamatan bentuk penghubung pot pakan dan anakan.
Pengamatan bentuk penghubung pot dilakukan pada tiap koloni.
Pengamatan bentuk penghubung dilakukan berdasarkan bentuk
selubung pada pot. Karakter penghubung pot yang diamati adalah
bentuk, ketebalan, dan panjang penghubung.
e. Pengamatan tipe susunan pot pakan dan anakan. Pengamatan tipe
susunan pot dilakukan pada tiap koloni. Pengamatan tipe susunan pot
dilakukan secara vertikal yaitu dengan diamati dari dasar sarang
hingga pot teratas.
f. Pengamatan warna pot pakan dan anakan. Pengamatan warna pot
pakan dan anakan dilakukan pada pot yang telah ditentukan bentuknya
pada tiap koloni. Warna pada pot pakan ditentukan berdasarkan warna
yang ada pada gambar. Warna pada pot anakan ditentukan berdasarkan
warna yang tampak dari dasar hingga bagian atas pot.

Analisis Data
Analisis data dalam ukuran pot pakan dan anakan dilakukan dengan
menghitung rata-rata dan standar deviasi dari diameter dan tinggi. Analisis pot
digolongkan dalam tiga kategori yaitu bentuk (Ohgushi et al.1990), bentuk
penghubung, tipe susunan dan warna. Analisis warna pot dilakukan berdasarkan
program Paint pada program MS Word (Lampiran 3).

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemindahan Sarang Trigona
Pemindahan sarang serta koloni dilakukan setelah dilakukan pencatatan data
(Tabel 1). Sarang serta koloni satu diambil dari pintu yang terletak secara vertikal.
Sarang serta koloni dua dan tiga diambil dari bambu yang terletak secara
horizontal. Sarang koloni satu memiliki saluran masuk dengan bentuk yang
melebar, posisi menempel dengan pintu, diameter berukuran 1 cm, dan panjang
saluran 4 cm. Sarang koloni dua dan tiga tidak memiliki saluran masuk atau
saluran masuk pendek.
Tabel 1 Data pengambilan sarang serta koloni
No
1
2
3
4

Karakter
Lokasi
Posisi persarangan
Ukuran sarang
Saluran masuk

Pintu
Dramaga
Vertikal
51x35x2 cm3

Tempat ditemukan sarang
Bambu
Bambu
Ciampea
Ciampea
Horizontal
Horizontal
44x4,5x4,5 cm3
33,5x5,6x5,6 cm3
-

-

-

-

c. Diameter

Saluran masuk
melebar
Menempel
dengan pintu
1 cm

-

-

d. Panjang

4 cm

-

-

a. Bentuk
b. Posisi

- = tidak ada
Identifikasi Trigona
Ciri morfologi T. laeviceps adalah memiliki panjang tungkai belakang
kurang dari 2 mm, tubuh didominasi warna hitam kecuali pada clypeus dan
mesosomal dorsum, sayap depan berwarna transparan, hair bands pada scutum
berjumlah enam, mandibula dengan dua gigi besar, mandibula dengan gigi yang
lemah, malar sangat pendek atau linear, basitarsus belakang terdiri dari rambut
yang bersisik, bagian tengah propodeum mengkilap, scutellum berukuran besar
dengan mesoscutellum melebihi cekungan propodeum. Trigona yang
diidentifikasi masuk kedalam Ordo Hymenoptera Famili Apidae Spesies Trigona
laeviceps (Gambar 1).

5

Gambar 1 Struktur morfologi T. laeviceps koloni 1 a. antena, b. mata, c. tegula, d.
mesoscutum, e. propodeum, f. sayap depan, g. metasoma, h. basitarsus
belakang, i. tibia belakang, j. tungkai tengah, k. tungkai depan, l.
gena, m. mandibular, n. clypeus, o. scape, p. pedicel, q. flagella

Gambar 2 Struktur morfologi bagian-bagian tubuh T. laeviceps a. tungkai
belakang, a.1. tungkai belakang ditutupi rambut halus, a.2. cakram
berbentuk elliptical disc, b. kepala, b.1. gena dekat dengan mata, b.2.
mandibula dengan dua gigi, c. toraks, c.1. mesoscutum ditutupi
rambut halus, c.2. mesoscutellum melebihi lekukan propodeum, c.3.
propodeum halus dan bersinar, d. sayap transparan
Struktur Sarang T. laeviceps
Sarang T. laeviceps terdiri dari saluran masuk, pot pakan, pot anakan,
batumen, dan involucrum. Koloni satu memiliki komponen lebih banyak dengan
adanya saluran masuk dan pot pakan yang bercampur batumen (Tabel 2). Saluran
masuk tampak jelas teramati pada koloni satu (Gambar 3), namun pada koloni dua
(Gambar 4) dan tiga (Gambar 5) saluran masuknya pendek dan berada didalam
substrat sehingga tidak tampak. Struktur sarang T. laeviceps koloni satu dari luar
ke dalam yaitu saluran masuk, batumen, involucrum, pot pakan, pot anakan, dan
pot pakan (Gambar 6). Struktur sarang T. laeviceps koloni dua dari luar ke dalam
yaitu batumen, involucrum, pot pakan, dan pot anakan (Gambar 7). Struktur
sarang T. laeviceps koloni tiga dari luar ke dalam yaitu involucrum, batumen, pot
pakan, dan pot anakan (Gambar 8). Koloni tiga memiliki batumen sebelum
involucrum, namun jumlahnya sedikit dan tampak involucrum dibangun setelah

6
sarang dimasukkan ke dalam kotak. Koloni tiga merupakan koloni baru, hal ini
bisa dilihat dari jumlah Trigona dan komponen sarang yang masih sedikit.
Struktur sarang T. laeviceps berbeda dengan struktur yang terdapat pada
Trigona ventralis; struktur sarang T. ventralis dari luar ke dalam yaitu saluran
masuk, batumen, involucrum, pot anakan dan pot pakan (Sakagami 1984). Saluran
masuk berfungsi sebagai jalur keluar masuk sarang T. laeviceps. Batumen adalah
lapisan yang terbuat dari lilin bercampur lumpur atau resin yang menutupi
keseluruhan sarang. Campuran dari lilin dan resin disebut cerumen. Lapisan
cerumen di sekitar pot anakan disebut involucrum (Michener 2007). Involucrum
berfungsi untuk mencegah serangan serangga parasit pada pot anakan (Sakagami
1982). Pot pakan yang bercampur batumen merupakan pot pakan dengan batumen
yang melekat.

Gambar 3 Sarang koloni 1 T. laeviceps

Gambar 4 Sarang koloni 2 T. laeviceps

7

Gambar 5 Sarang koloni 3 T. laeviceps

Gambar 6 Struktur sarang T. laeviceps koloni 1 (i) Foto sarang (ii) Sketsa sarang
koloni 1 a. saluran masuk, b. batumen, c. involucrum, d. pot anakan,
e. pot pakan, f. pot pakan bercampur anakan

8

Gambar 7 Struktur sarang T. laeviceps koloni 2 (i) Foto sarang (ii) Sketsa sarang
koloni 2. Keterangan: Karakter B-E mengikuti Gambar 6

Gambar 8 Struktur sarang T. laeviceps koloni 3 (i) Foto sarang (ii) Sketsa sarang
koloni 3. Keterangan: Karakter B-E mengikuti Gambar 6

9
Tabel 2 Komponen sarang Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan 3
Karakter
No
1
2
3

Koloni

Saluran
masuk

Batumen

Involucrum

Pot
anakan

Pot
pakan

Koloni 1
Koloni 2
Koloni 3


-

















Pot pakan
dengan
batumen

-

- = tidak ada
Ukuran Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps
Kisaran ukuran diameter pot pakan adalah 0,3-2,0 cm, dan pot anakan 0,61,1 cm. Rata-rata ukuran tinggi pot pakan 1,3+0,6 cm dan tinggi pot anakan
0,6+0,2 cm. Ukuran pot anakan tertinggi dicapai pada tinggi pot 1,1 cm dan
diameter 0,4 cm, sedangkan ukuran pot anakan terendah dicapai pada 0,4 dan
diameter terendah 0,2 cm. Pot pakan mempunyai rasio 0,4-3,3 dan pot anakan 1,73,7. Posisi antar pot mempengaruhi ukuran diameter dan tinggi pot. Semakin ke
atas kumpulan pot, maka ukuran pot cenderung lebih kecil (Gambar 9a) .
Tabel 3 Ukuran pot pakan dan pot anakan T. laeviceps koloni 1 (dalam cm)
Pot pakan

Pot anakan

Tinggi

Diameter

Rasio
Tinggi:
Diameter

1

1,0

0,7

1,4

2

1,7

0,8

3

1,8

0,8

4

1,6

5

No

No

Rasio
Tinggi:
Diameter

Tinggi

Diameter

1

0,6

0,2

3

2,1

2

0,6

0,2

3

2,2

3

0,6

0,2

3

0,7

2,3

4

0,6

0,2

3

1,5

0,7

2,1

5

0,5

0,3

1,7

6

2,0

0,6

3,3

6

0,5

0,2

2,5

7

1,5

0,7

2,1

7

0,7

0,3

2,3

8

0,5

0,6

0,8

8

1,1

0,3

3,7

9

0,7

0,7

1

9

0,4

0,2

2

10

1,5

0,8

1,9

10

0,6

0,3

2

11

1,0

0,8

1,2

11

0,5

0,3

1,7

12

1,5

0,8

1,9

12

1,0

0,3

3,3

13

1,4

0,7

2

13

0,8

0,3

2,7

14

1,4

0,6

2,3

14

0,5

0,3

1,7

15

0,3

0,9

0,3

15

0,5

0,3

1,7

16

1,8

0,7

2,6

16

0,5

0,3

1,7

17

0,3

0,8

0,4

17

0,5

0,3

1,9

10
Tabel 3 (lanjutan)
18

0,3

0,9

0,4

18

0,6

0,4

1,5

19

1,8

1,1

1,6

19

0,7

0,4

1,7

20

1,9

0,8

2,4

20

0,7

0,3

2,3

Rata-rata

1,3

0,8

1,7

Rata-rata

0,6

0,3

2,3

Standar
Deviasi

0,6

0,1

0,8

Standar
deviasi

0,2

0,1

0,7

Bentuk Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps
Pengamatan perbedaan bentuk pot dibagi menjadi (1) pot pakan: terbuka
sebagian, dengan cekung, oval, membulat, dengan tiang penyangga (Gambar 9)
dan (2) pot anakan: terbuka sebagian, oval, membulat, tak beraturan, dengan tiang
penyangga (Gambar 10). Bentuk oval pada pot pakan juga ditemukan pada famili
Halictidae (Wcislo dan Engel 1996).
Bentuk pot pakan membulat dan dengan tiang penyangga tidak dijumpai
pada tiap koloni dan kondisinya tidak selalu sama (Tabel 4). Hal ini dikarenakan
posisi pot pada sarang memungkinkan adanya penambahan struktur (penyangga)
atau kondisi pot itu sendiri (terbuka sebagian dan tak beraturan). Bentuk pot pakan
terbuka sebagian terjadi karena pot belum terisi penuh dengan makanan. Bentuk
pot pakan dengan cekung selalu berada diatas dan sudah menutup, tapi masih
dimungkinkan akan dibangun untuk penyempurnaan bentuk pot menjadi oval atau
membulat. Bentuk oval dan membulat dibentuk berdasarkan penempatan pot pada
sarang (Michener 2007). Bentuk pot anakan dijumpai pada semua koloni (Tabel
5). Pot anakan bentuk terbuka sebagian berisi telur (Gambar 7a). Pot anakan
bentuk oval dan membulat berisi larva atau pupa (Gambar 7b dan 7c). Pot anakan
bentuk tak beraturan disebabkan keluarnya imago dari dalam pot (Gambar 7d).
Pot anakan dengan tiang penyangga ditemukan dalam semua siklus hidup T.
laeviceps (Gambar 7e).

Gambar 9 Bentuk pot pakan T. laeviceps (i) Foto pot pakan (ii) Sketsa pot pakan
a. terbuka sebagian, b. dengan cekung, c. oval, d. membulat, e. dengan
tiang penyangga. Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm

11

Gambar 10 Bentuk pot anakan T. laeviceps (i) Foto pot anakan (ii) Sketsa pot
anakan a. terbuka sebagian, b. oval, c. membulat, d. tak beraturan, e.
dengan tiang penyangga. Skala (I) pada masing-masing gambar
diatas 1 mm
Tabel 4 Bentuk pot pakan Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan 3

No
1
2
3

Karakter

Koloni
Koloni 1
Koloni 2
Koloni 3
Total

A



3

B



3

C



3

D


2

E

1

Karakter A, B, C, D, dan E mengikuti Gambar 9. - = tidak ada
Tabel 5 Bentuk pot anakan Trigona dan keberadannya pada koloni 1, 2, dan 3

No
1
2
3

Karakter

Koloni
Koloni 1
Koloni 2
Koloni 3
Total

A



3

B



3

C



3

D



3

E



3

Karakter A, B, C, D, dan E mengikuti Gambar 10
Bentuk Penghubung Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps
Bentuk penghubung ditemukan pada (1) pot pakan: menyerupai tangkai,
pendek, pendek tebal, panjang tipis, tak beraturan (Gambar 11) dan (2) pot
anakan: menyerupai tangkai, menyerupai lingkaran, menyerupai huruf Y, pendek

12
tebal, panjang tipis, menyerupai segitiga, pendek (Gambar 12). Karakter bentuk
penghubung yang menyerupai tangkai juga ditemukan pada tawon Vespidae,
selain itu terdapat pot yang tidak memiliki tangkai penghubung (Ohgushi 1990).
Penghubung pot pakan dengan karakter menyerupai tangkai menempel pada
substrat sarang (Gambar 11a). Penghubung pot pakan karakter tak beraturan
kemungkinan terjadi karena kumpulan pot-pot pakan. Pot anakan dibuat dengan
karakter seperti Gambar 12 supaya larva didalamnya memiliki ruang saat keluar
menjadi imago (pengamatan pribadi). Penghubung pot adalah struktur penyusun
sarang yang menghubungkan pot dengan komponen sarang. Pembuatan
penghubung pot kemungkinan untuk memanfaatkan rongga sarang T. laeviceps
dari pembangunan horizontal menjadi pembangunan vertikal.

Gambar 11 Bentuk penghubung pot pakan T. laeviceps (i) Foto bentuk
penghubung pot pakan (ii) Sketsa bentuk penghubung pot pakan a.
menyerupai tangkai, b. pendek, c. pendek tebal, d. panjang tipis, e.
tak beraturan. Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm

Gambar 12 Bentuk penghubung pot anakan T. laeviceps (i) Foto bentuk
penghubung pot anakan (ii) Sketsa bentuk penghubung pot anakan
a. menyerupai tangkai, b. menyerupai lingkaran, c. menyerupai
huruf Y, d. pendek tebal, e. panjang tipis, f. menyerupai segitiga, g.
pendek. Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm

13

Tipe Susunan Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps
Sarang T. laeviceps memiliki tiga tipe susunan pot secara vertikal
diantaranya lurus, miring, dan tak beraturan (Gambar 13). Susunan pot anakan
lebih mudah diamati dibandingkan pot pakan karena ukuran pot pakan lebih besar
dan berkelompok sehingga pot anakan lebih mudah ditentukan tipe susunannya.
Bentuk susunan pot secara vertikal kemungkinan bertujuan untuk memanfaatkan
rongga yang ada pada sarang. Jumlah pot mempengaruhi tipe susunan yang akan
dibentuk. Semakin sedikit pot yang disusun mungkin susunan yang dibuat
semakin sederhana.
Warna Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps
Warna yang ditemukan pada pot pakan antara lain Black, Blue-gray, Brown,
Coral, Dark purple, Dark red, Dark yellow, Gold, Gray-25%, Gray-50%, Gray80%, Ice blue, Indigo, Lavender, Light blue, Olive green, Orange, Periwinkle, dan
Tan (Tabel 6). Pot anakan memiliki warna dominan kuning dan putih, karena pot
anakan dibuat dari getah dan propolis saja. Warna yang ditemukan pada pot
anakan antara lain Brown, Coral, Dark red, Dark yellow, Gold, Gray-25%, Gray50%, Light yellow, dan Tan (Tabel 7).
Pot pakan memiliki warna yang lebih beragam dibandingkan pot anakan.
Warna yang lebih sering dijumpai pada pot pakan ialah warna Brown. Pot anakan
memiliki bagian dasar yang berwarna Brown. Warna Brown dan Tan ditemukan
pada berbagai kondisi pot anakan. Warna pot pakan pada Apis mellifera juga
cenderung lebih berwarna dibandingkan pot anakan (Seeley dan Morse 1976),
karena bahan untuk membuat pot T. laeviceps kemungkinan berasal dari lilin
dengan campuran resin atau getah (Michener 2007).

Gambar 13 Tipe susunan pot T. laeviceps (i) Susunan pot (ii) Sketsa susunan pot
a. lurus, b. miring, c. tak beraturan (pot anakan), d. tak beraturan (pot
pakan). Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm

14
Tabel 6 Pot pakan T. laeviceps dan warnanya

Bentuk pot pakan A-D mengikuti Gambar 9

15
Tabel 7 Pot anakan T. laeviceps dengan warna dan kondisinya

Bentuk pot anakan A-D mengikuti Gambar 10

SIMPULAN
Spesies lebah dari koloni satu yang diidentifikasi adalah Trigona laeviceps
dengan ciri panjang tungkai belakang kurang dari 2 mm, tubuh didominasi warna
hitam kecuali pada clypeus dan mesosomal dorsum, sayap depan berwarna
transparan, mandibula dengan dengan gigi yang lemah, scutellum besar dengan
mesoscutellum melebihi cekungan propodeum. Sarang T. laeviceps dibuat dengan
struktur sarang batumen, involucrum, pot pakan, dan pot anakan. Pot pakan dan

15
Tabel 7 Pot anakan T. laeviceps dengan warna dan kondisinya

Bentuk pot anakan A-D mengikuti Gambar 10

SIMPULAN
Spesies lebah dari koloni satu yang diidentifikasi adalah Trigona laeviceps
dengan ciri panjang tungkai belakang kurang dari 2 mm, tubuh didominasi warna
hitam kecuali pada clypeus dan mesosomal dorsum, sayap depan berwarna
transparan, mandibula dengan dengan gigi yang lemah, scutellum besar dengan
mesoscutellum melebihi cekungan propodeum. Sarang T. laeviceps dibuat dengan
struktur sarang batumen, involucrum, pot pakan, dan pot anakan. Pot pakan dan

16
anakan memiliki bentuk, warna, dan penghubung yang beraneka ragam. Ukuran
pot anakan relatif sama dibanding pot pakan. Rasio ukuran pot pakan dengan nilai
dibawah 1 menunjukkan pot tersebut dalam pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA
Crane E. 1999. The World History of Beekeeping and Honey Hunting. New York
(US): Routledge Inc.
Eltz T, Brȕhl CA, Imiyabir Z, Linsenmair KE. 2003. Nesting and Nest Trees of
Stingless Bees (Apidae: Meliponini) in Lowland Dipterocarp Forests in Sabah,
Malaysia, with Implications for Forest Management. Elsevier 172:301-313.
Grimaldi D, Engel MS. 2005. Evolution of The Insects. Cambridge (US):
Cambridge Univ. Pr.
Inoue T, Nakamura K. 1990. Physical and Biological Background for Insect
Studies in Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor.
Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra: Sapporo,
Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 1-11.
Michener CD. 1974. The Social Behaviour of The Bees. Massachusetts (US): The
Belknap of Harvard Univ Pr.
Michener CD. 2007. The Bees of The World. Baltimore (US): The John Hopkins
Univ Pr.
Momose K, Yumoto T, Nagamitsu T, Kato M, Nagamasu H, Sakai S, Harrison
RD, Itioka T, Hamid AA, Inoue T. 1998. Pollination Biology in a Lowland
Dipterocarp Forest. American Journal of Botany 85(10): 1477-1501.
Ohgushi R, Sakagami SF, Yamane S. 1990. Nest architecture of the stenogastrine
wasps: diversity andevolution (Hymenoptera, Vespidae). A comparative
review. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural
History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang.
Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 73-96.
Sakagami SF. 1982. Stingless Bees. Di dalam: Sung IH, Yamane S, Hozumi S,
editor. Thermal Characteristics of the Taiwanese Stingless Bee Trigona
ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae). Zoological Studies 47(4): 417-428.
Sakagami SF, Yamane S. 1984. Notes on taxonomy and nest architecture of the
Taiwanese stingless bee Trigona (Lepidotrigona) ventralis hoozana. Di dalam:
Sung IH, Yamane S, Hozumi S, editor. Thermal Characteristics of the
Taiwanese Stingless Bee Trigona ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae).
Zoological Studies 47(4): 417-428.
Sakagami SF, Inoue T, Salmah S. 1990. Stingless bees of central Sumatra. Di
dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of
Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang. Sapporo (JP):
Hokkaido Univ. Pr. Hlm 125-137.
Salmah S, Inoue T, Sakagami SF. 1990. An Analysis of Apid Bee Richness
(Apidae) in Central Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW,
editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra:
Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 139-174.

16
anakan memiliki bentuk, warna, dan penghubung yang beraneka ragam. Ukuran
pot anakan relatif sama dibanding pot pakan. Rasio ukuran pot pakan dengan nilai
dibawah 1 menunjukkan pot tersebut dalam pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA
Crane E. 1999. The World History of Beekeeping and Honey Hunting. New York
(US): Routledge Inc.
Eltz T, Brȕhl CA, Imiyabir Z, Linsenmair KE. 2003. Nesting and Nest Trees of
Stingless Bees (Apidae: Meliponini) in Lowland Dipterocarp Forests in Sabah,
Malaysia, with Implications for Forest Management. Elsevier 172:301-313.
Grimaldi D, Engel MS. 2005. Evolution of The Insects. Cambridge (US):
Cambridge Univ. Pr.
Inoue T, Nakamura K. 1990. Physical and Biological Background for Insect
Studies in Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor.
Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra: Sapporo,
Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 1-11.
Michener CD. 1974. The Social Behaviour of The Bees. Massachusetts (US): The
Belknap of Harvard Univ Pr.
Michener CD. 2007. The Bees of The World. Baltimore (US): The John Hopkins
Univ Pr.
Momose K, Yumoto T, Nagamitsu T, Kato M, Nagamasu H, Sakai S, Harrison
RD, Itioka T, Hamid AA, Inoue T. 1998. Pollination Biology in a Lowland
Dipterocarp Forest. American Journal of Botany 85(10): 1477-1501.
Ohgushi R, Sakagami SF, Yamane S. 1990. Nest architecture of the stenogastrine
wasps: diversity andevolution (Hymenoptera, Vespidae). A comparative
review. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural
History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang.
Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 73-96.
Sakagami SF. 1982. Stingless Bees. Di dalam: Sung IH, Yamane S, Hozumi S,
editor. Thermal Characteristics of the Taiwanese Stingless Bee Trigona
ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae). Zoological Studies 47(4): 417-428.
Sakagami SF, Yamane S. 1984. Notes on taxonomy and nest architecture of the
Taiwanese stingless bee Trigona (Lepidotrigona) ventralis hoozana. Di dalam:
Sung IH, Yamane S, Hozumi S, editor. Thermal Characteristics of the
Taiwanese Stingless Bee Trigona ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae).
Zoological Studies 47(4): 417-428.
Sakagami SF, Inoue T, Salmah S. 1990. Stingless bees of central Sumatra. Di
dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of
Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang. Sapporo (JP):
Hokkaido Univ. Pr. Hlm 125-137.
Salmah S, Inoue T, Sakagami SF. 1990. An Analysis of Apid Bee Richness
(Apidae) in Central Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW,
editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra:
Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 139-174.

17
Seeley TD, Morse RA. 1976. The Nest of Honey Bee (Apis mellifera L.). Insectes
Sociaux 23(4):495-512.
Wati DL. 2013. Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen Trigona laeviceps
Smith di Perkebunan Karet (Hevea braziliensis) dan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wcislo WT, Engel MS. 1996. Social Behaviour and Nest Architecture of Nomiine
Bees (Hymenoptera: Halictidae; Nomiinae). Journal of The Kansas
Entomological Society 69(4): 158-167.
Winston ML. 1991. The Biology of The Honey Bee. Cambridge (US): Harvard
Univ. Pr.
Vit P, Pedro SRM, Roubik DW. 2013. Pot Honey – A Legacy of Stingless Bees.
London (GB): Springer.

18
Lampiran 1 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor

Lampiran 2 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor

19
Lampiran 3 Warna pada pot dan kode berdasarkan program Paint Windows 7

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 1992 dari ayah
Haryadi dan ibu Tumpuk. Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 105 Jakarta dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum
Vertebrata pada tahun ajaran 2013, Biologi Dasar dan Mikroteknik pada tahun
2014. Penulis aktif sebagai anggota Observasi Wahana Alam (OWA) sejak tahun
2012.
Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan kegiatan kampus seperti
Masa Perkenalan Departemen (MPD) biologi angkatan 49, Pesta Sains Nasional
(PSN) Biologi tahun 2012. Penulis telah melakukan studi lapangan di Kebun Raya
Cibodas pada tahun 2012 mengenai Keragaman Semut di Sekitar Pohon
Araucaria cuninghamii di Kebun Raya Cibodas. Pada bulan Agustus-September
2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Badan Layanan Umum Daerah
Taman Margasatwa Ragunan (BLUD TMR) Jakarta dengan judul Perilaku Harian
Linsang Air Kecil (Aonyx cinerea) di Taman Margasatwa Ragunan.