Perlakuan Air Panas Untuk Mempertahankan Mutu Buah Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Selama Penyimpanan

PERLAKUAN AIR PANAS UNTUK MEMPERTAHANKAN
MUTU BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)
SELAMA PENYIMPANAN

LISTA EKA YULIANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perlakuan Air Panas
untuk Mempertahankan Mutu Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) selama
Penyimpanan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2016
Lista Eka Yulianti
NIM F152130171

RINGKASAN
LISTA EKA YULIANTI. Perlakuan Air Panas untuk Mempertahankan Mutu
Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) selama Penyimpanan. Dibimbing oleh
ROKHANI HASBULLAH dan NANIK PURWANTI.
Jambu biji (Psidium guajava L.) berpotensi untuk dikembangkan di
Indonesia karena kesesuaian iklim dan keragaman manfaatnya. Akan tetapi,
jambu biji merupakan inang bagi lalat buah, salah satunya Bactrocera
carambolae. Selain mengganggu produktifitas, lalat buah juga dapat menghambat
ekspor. Dalam penanganan pascapanen terutama untuk tujuan ekspor diperlukan
suatu perlakuan untuk membunuh lalat buah tersebut dengan tidak mempengaruhi
mutu buah. Perlakuan air panas (Hot Water Treatment/HWT) merupakan salah
satu metode yang banyak digunakan untuk disinfestasi lalat buah. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari perkembangan suhu buah jambu biji selama proses
perlakuan air panas dan menganalisis pengaruh HWT terhadap mutu buah jambu
biji selama penyimpanan.

Buah jambu biji merah diberi perlakuan air panas dengan suhu media 47 °C
untuk mencapai suhu pusat 46 oC. Perkembangan suhu buah jambu biji selama
pemanasan direkam menggunakan hybrid recorder yang terhubung dengan buah
melalui termokopel. Data hasil pengukuran langsung (observasi) digunakan untuk
membangun model matematika yang dapat digunakan untuk menduga suhu buah
jambu biji selama proses HWT. Setelah diketahui perkembangan suhu selama
proses HWT, buah jambu biji kemudian diberi perlakuan air panas dengan suhu
pusat 46 oC selama 10, 20, 30 menit dan kontrol kemudian disimpan di dua suhu,
yaitu suhu 10±1 oC dan 28±2 oC. Pengamatan laju respirasi dan pengujian mutu
buah dilakukan selama 14 hari penyimpanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu HWT yang dibutuhkan untuk
mencapai suhu pusat 46 oC pada buah jambu biji merah dengan berat 200-250 g
adalah 48 menit. Model logistik (47.08/(1+0.78 exp (-0.07*ϴ))) merupakan
model matematika terbaik untuk menduga perkembangan suhu pusat buah jambu
biji selama proses HWT. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu pusat 46
o
C hasil pendugaan model logistik adalah 49 menit. Model ini memiliki nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9988, koefisien korelasi sebesar 0.9993, dan
nilai RMSE sebesar 0.21. HWT pada suhu pusat 46 oC selama 10-30 menit tidak
berpengaruh terhadap laju respirasi, susut bobot, kekerasan, kadar air, total

padatan terlarut, warna, dan kandungan vitamin C buah jambu biji. Suhu
penyimpanan 10±1 oC dapat menekan laju respirasi dan susut bobot serta dapat
mempertahankan kadar air, kekerasan dan warna buah jambu biji. Buah jambu biji
yang disimpan pada suhu 10±1 oC dapat bertahan selama 14 hari, sedangkan buah
jambu biji yang disimpan pada suhu 28±2 oC hanya dapat bertahan selama 5 hari.
Kata kunci: jambu biji, lalat buah, perlakuan air panas, laju respirasi, mutu buah

SUMMARY
LISTA EKA YULIANTI. Hot Water Treatment for Maintaining Guava (Psidium
guajava L.) Quality during Storage. Supervised by ROKHANI HASBULLAH
and NANIK PURWANTI.
Guava (Psidium guajava L.) has potential to be developed in Indonesia
because of its climate suitability and benefit diversity. However, guava is host for
fruit flies, such as Bactrocera carambolae. The flies are not only responsible for
low productivity of the fruit, but also restrict the export. In the postharvest
handling, especially for export grade, the treatment for controlling fruit flies
without affecting the fruit quality is required. Hot water treatment (HWT) is one
of prospective methods used for disinfection of fruit flies. This research aimed to
observe the development of guava fruit temperature during HWT processes, and
analyze the effects of HWT on the quality of guava fruit during storage.

Red guava fruit was treated with hot water at 47 °C to reach fruit core
temperature of 46 °C. The temperature change in guava fruit during heating was
recorded using hybrid recorder connected to the fruit through the thermocouple.
Data obtained from direct measurements were used to construct a mathematical
model for estimating the fruit temperature during HWT. After temperature change
during treatment was achieved, the fruit was then treated with hot water at core
temperature of 46 °C for 10, 20, 30 min and control. The treated fruit was then
stored at 10±1 °C and 28±2 °C. Respiration rate and fruit quality were observed
for 14 days of storage.
The results showed that exposure time of HWT needed to reach core
temperature of 46 °C in the red guava fruit (weight 200-250 g) was 48 min.
Logistic model (47.08/(1+0.78 exp (-0.07*ϴ))) was the best mathematical model
to predict the development of guava fruit core temperature during HWT. The time
required to achieve core temperature (46 °C) based on logistic model was 49 min.
The model had determination coefficient (R2) of 0.9988, correlation coefficient of
0.9993, and RMSE values of 0.21 °C. HWT at core temperature of 46 °C for 1030 min showed no effects on the fruit quality parameters such as respiration rate,
weight loss, hardness, moisture content, total soluble solids, color, and vitamin C
content. The storage temperature at 10±1 °C could suppress respiration rate and
weight loss and could maintain moisture content, hardness and color of guava
fruit. Guava fruit stored at 10±1 °C was still acceptable for 14 days, but the guava

fruit stored at 28±2 °C was only acceptable for 5 days.
Keywords: guava, fruit fly, hot water treatment, respiration rate, fruit quality

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERLAKUAN AIR PANAS UNTUK MEMPERTAHANKAN
MUTU BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)
SELAMA PENYIMPANAN

LISTA EKA YULIANTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Pascapanen

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juli 2015 ini
ialah perlakuan panas, dengan judul Perlakuan Air Panas untuk Mempertahankan
Mutu Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) selama Penyimpanan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Pendidikan Tinggi
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan beasiswa BPPDN Calon Dosen
tingkat Strata 2 (S2). Terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr Ir Rokhani
Hasbullah, MSi dan Ibu Dr Nanik Purwanti, STP MSc selaku pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan serta bimbingan sejak awal hingga selesainya
penulisan tesis ini. Terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak Prof Dr Ir
Sutrisno, MAgr selaku ketua program studi beserta staf program studi Teknologi
Pascapanen Ibu Rusmayanti dan Bapak A. Mulyawatullah yang telah memberikan
dukungan penuh kepada penulis selama masa pendidikan. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada para teknisi dan laboran, Bapak Ahmad
Jumadi dari Laboratorium TLB, Bapak Sulyaden dan Baskara Edi Nugraha, SP
dari Laboratorium TPPHP yang telah banyak membantu selama pengumpulan
data. Tak lupa rekan-rekan TPP 2013 yang membantu selama persiapan dan
pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, suami, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2016
Lista Eka Yulianti

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1

1
2
2
2
3

TINJAUAN PUSTAKA
Jambu Biji
Mutu Buah Jambu Biji
Laju Respirasi Buah Jambu Biji
Serangan Lalat Buah pada Buah Jambu Biji
Perlakuan Panas untuk Pengendalian Hama/Penyakit Pascapanen
Mortalitas Bactrocera carambolae Akibat Perlakuan Panas
Model Pendugaan Suhu Buah

3
3
4
6
7

8
9
10

METODE
Waktu dan Tempat
Bahan
Alat
Tahapan Penelitian

12
12
12
12
12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Suhu selama Proses HWT
Pengaruh HWT dan Suhu Penyimpanan terhadap Pola Respirasi Buah
Jambu Biji

Pengaruh HWT dan Suhu Penyimpanan terhadap Mutu Buah Jambu Biji

17
17

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

32
32
32

21
23

DAFTAR PUSTAKA

33

LAMPIRAN

37

RIWAYAT HIDUP

47

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Karakteristik fisik beberapa varietas jambu biji
Klasifikasi mutu buah jambu biji berdasarkan bobot
Nilai gizi dan komposisi kimia jambu biji
Mortalitas B. carambolae pada perendaman air bersuhu 46 oC
Nilai konstanta hasil program SAS
Hasil persamaan model matematika pada buah jambu biji
Nilai hasil verifikasi model matematika

3
4
5
10
19
19
20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Buah jambu biji merah
Buah jambu biji yang diserang lalat buah
Titik pendugaan suhu pada buah jambu biji merah
Alur proses uji kerusakan mutu buah
Posisi termokopel pada buah jambu biji merah
Perkembangan suhu buah jambu biji selama proses HWT
Perkembangan suhu pusat buah jambu biji selama proses HWT hasil
observasi dan prediksi model
Hubungan antara suhu observasi dan prediksi model
Laju produksi CO2 jambu biji selama penyimpanan
Laju konsumsi O2 jambu biji selama penyimpanan
Susut bobot jambu biji selama penyimpanan
Kadar air jambu biji selama penyimpanan
Nilai kekerasan jambu biji selama penyimpanan
Perubahan nilai L jambu biji selama penyimpanan
Perubahan warna jambu biji setelah empat hari penyimpanan
Total padatan terlarut jambu biji selama penyimpanan
Kandungan vitamin C jambu biji selama penyimpanan
Buah jambu biji setelah empat hari penyimpanan: (a) HWT 10 menit;
(b) HWT 20 menit; (c) HWT 30 menit; (d) kontrol
Buah jambu biji setelah empat hari penyimpanan: (a) HWT 30’, 10±1
o
C; (b) HWT 30’, 28±2 oC; (c) kontrol, 10±1 oC; (d) kontrol, 28±2 oC

4
8
13
14
18
18
19
20
22
22
23
24
25
27
28
29
30
31
32

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perkembangan suhu rata-rata buah jambu biji merah selama proses
HWT
2 Data hasil output program SAS untuk model Asimtotik
3 Data hasil output program SAS untuk model Eksponensial
4 Data hasil output program SAS untuk model Logistik
5 Data perkembangan suhu hasil pendugaan model matematika
6 Analisis sidik ragam mutu buah jambu biji merah
7 Perubahan buah jambu biji merah selama penyimpanan (suhu 10±1 oC)
8 Perubahan buah jambu biji merah selama penyimpanan (suhu 28±2 oC)

38
41
41
41
42
43
45
46

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan buah yang berpotensi tinggi
untuk dikembangkan di Indonesia berdasarkan keragaman manfaat dan kesesuaian
iklimnya. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian pada tahun 2006,
jambu biji merupakan salah satu komoditas buah binaan. Data yang diperoleh dari
BPS (2014) menunjukan bahwa produksi dan ekspor buah jambu biji bersifat
fluktuatif setiap tahunnya. Produksi pada tahun 2011, 2012, dan 2013 berturutturut adalah 211.836, 208.151 dan 170.810 ton, sedangkan volume ekspor jambu
biji tahun 2011, 2012, dan 2013 berturut-turut adalah 142.741, 56.370, dan 48.911
kg (BPS 2014).
Produktifitas jambu biji dapat mengalami penurunan bila pemeliharaannya
tidak dilakukan dengan benar dan adanya serangan hama. Dalam usaha tani secara
komersial, hama merupakan salah satu faktor pembatas yang dapat menyebabkan
kerugian secara ekonomi karena dapat menyebabkan kehilangan hasil dan
menghambat ekspor. Salah satu kendala dalam upaya peningkatan kualitas buah
dan peningkatan daya saing buah-buahan menuju ekspor di Indonesia adalah
kerusakan yang diakibatkan oleh lalat buah sehingga mengakibatkan banyak buah
tidak lolos dalam proses karantina.
Lalat buah merupakan hama yang merusak komoditas hortikultura,
khususnya buah-buahan dan sayuran. Jenis tanaman buah dan sayur yang riskan
terserang lalat buah adalah jambu biji, belimbing, mangga, melon, apel, cabai
merah dan tomat (Sunarno dan Popoko 2013). Lalat buah dengan spesies
Bactrocera carambolae merupakan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang
dilaporkan di berbagai tempat sebagai salah satu hama tanaman jambu biji yang
sangat merugikan (Syahfari dan Mujiyanto 2013; Candra 2013; Astriyani 2014).
Lalat buah menginfestasi buah sejak pertanaman di lahan. Kerugian yang
ditimbulkan oleh serangan lalat buah mencapai 10-30% bahkan kerusakan yang
ditimbulkannya mencapai 100% pada saat populasi tinggi (Kementan 2002).
Terbawanya larva lalat buah dan kandungan residu berbahaya di dalam buah
menjadi hal utama ditolaknya produk pertanian Indonesia untuk memasuki suatu
negara. Perhatian dunia cukup tinggi terhadap bahaya lalat buah ini, diantaranya
adalah Australia, Korea, Jepang dan Eropa yang sejak tahun 2004 telah
memberlakukan Zero Tolerant untuk hama lalat buah (Rohaeti et al. 2010).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan lalat
buah adalah dengan menggunakan perlakuan panas (heat treatment). Cara ini
semakin dikenal terutama sejak diupayakannya penggunaan bahan kimia
seminimal mungkin terhadap produk-produk pertanian. Metode perlakuan panas
yang biasa digunakan antara lain perlakuan dengan menggunakan air panas (hot
water treatment), uap panas (vapor heat treatment), dan udara panas (hot air
treatment) (Lurie 1998). Penelitian tentang perlakuan panas terus berlanjut dengan
adanya penemuan metode-metode baru untuk mengetahui pengaruh perlakuan
panas (suhu tinggi) terhadap buah-buahan dan sayuran.
Metode perlakuan air panas atau hot water treatment (HWT) merupakan
metode yang sering digunakan karena metode HWT lebih efisien jika

2
dibandingkan dengan udara panas atau semprotan air panas karena dapat
menghantarkan panas dari air bersuhu tinggi ke seluruh bahan secara total bukan
hanya permukaan saja (Lurie 1998). Prinsip dasar teknik perlakuan panas dengan
menggunakan air bersuhu tinggi adalah pencelupan produk ke dalam air panas
pada suhu dan waktu yang optimum sehingga diperoleh hasil yang lebih baik
dibanding kondisi produk yang tidak diberi perlakuan.
Metode HWT diketahui dapat digunakan untuk disinfestasi hama pada
berbagai jenis buah. Gould (1994) melaporkan bahwa pencelupan buah jambu
varietas ‘Ruby’ yang telah diinfestasi oleh larva Caribbean fruit fly pada suhu air
46.1 oC selama 31 menit membuktikan keamanan karantina probit 9 dan tidak
mengurangi kualitas dari buah tersebut. Smith dan Lay-Yee (2000)
mengaplikasikan metode HWT pada buah apel ‘Royal Gala’ dengan suhu 44 oC
selama 35 menit dan diikuti dengan penyimpanan suhu rendah pada 0.5 oC selama
7-10 minggu. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode HWT tidak
menimbulkan kerusakan pada mutu buah dan efektif dalam mengontrol hama
karantina.
Penelitian mengenai HWT untuk disinfestasi lalat buah sudah banyak
dilakukan, namun belum banyak yang secara khusus mengulas pengaruh yang
ditimbulkan oleh perlakuan air panas terhadap mutu buah. Metode HWT untuk
disinfestasi lalat buah pada buah jambu biji memerlukan kajian tersendiri agar
dengan perlakuan tersebut tidak menyebabkan kerusakan dan dapat
mempertahankan kandungan mutu pada buah selama penyimpanan.
Perumusan Masalah
Permasalahan lalat buah pada jambu biji memerlukan penanganan tepat
yang tidak menyebabkan kerusakan pada mutu buah. HWT merupakan salah satu
metode yang sudah banyak diterapkan untuk menekan hama dan penyakit pada
berbagai macam buah-buahan. Efektifitas dari perlakuan ini dipertanyakan terkait
dengan penggunaan suhu tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan
terhadap mutu buah. Suhu dan waktu HWT perlu dikaji agar diperoleh perlakuan
optimum yang tidak menyebabkan kerusakan mutu buah jambu biji selama
penyimpanan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari perkembangan suhu selama
proses HWT pada buah jambu biji serta menganalisis pengaruh HWT dan suhu
penyimpanan terhadap mutu buah jambu biji.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kondisi mutu buah jambu biji
selama penyimpanan setelah proses HWT. Selain itu, penelitian ini juga
bermanfaat untuk mengetahui sebaran suhu hasil observasi dan prediksi serta lama
waktu optimal yang dibutuhkan untuk mencapai suhu target selama proses HWT
pada buah jambu biji.

3
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji perubahan mutu buah jambu biji merah
varietas getas yang dipanen pada umur ±100 hari setelah berbunga (HSB) setelah
proses HWT pada suhu pusat 46 °C dengan beberapa waktu pemanasan dan
kemudian disimpan pada suhu yang berbeda, yaitu 10±1 °C dan 28±2 °C.
Parameter mutu buah yang diuji selama penyimpanan antara lain laju respirasi,
susut bobot, kekerasan, warna, kadar air, total padatan terlarut, dan kandungan
vitamin C.

TINJAUAN PUSTAKA
Jambu Biji
Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu spesies dari famili
Myrtaceae. Buah jambu biji memiliki variasi yag besar baik dalam ukuran buah,
bentuk buah, maupun warnanya. Buah berbentuk bulat, bulat telur, lonjong atau
berbentuk buah pir, dengan ukuran beragam bergantung pada sifat bawaan, umur
pohon, kesuburan tanah, dan ketersediaan air.
Kulit buah jambu biji tidak rata, berwarna hijau ketika masih muda dan
berubah menjadi hijau muda sampai hijau kekuning-kuningan setelah masak.
Daging buahnya berwarna putih, kuning, merah muda atau merah dengan sel-sel
batu sehingga bertekstur kasar, berasa asam sampai manis dan beraroma ‘musky’
ketika masak (Soetopo 1992). Daging dalamnya bertekstur lunak, berwarna lebih
gelap dan berasa lebih manis dibanding daging luarnya, secara normal dipenuhi
biji-biji yang keras berwarna kuning sekitar 1-2%. Buah jambu biji dapat bertahan
lama (±12 bulan) dalam kondisi penyimpanan dengan suhu rendah (8 oC) dan
kelembaban rendah (Ashari 2006).
Koleksi plasma nutfah jambu biji banyak terdapat di Indonesia. Beberapa
jenis atau varietas jambu biji yang banyak dikenal masyarakat antara lain jambu
biji kecil, jambu biji bangkok, jambu biji susu, jambu biji merah, dan jambu biji
merah getas (Agromedia 2009). Karakteristik fisik beberapa varietas jambu biji
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik fisik beberapa varietas jambu biji
Varietas
Sifat fisik
Bangkok
Susu
Berat (g)
290.25
143.74
Diameter (cm) : Panjang
8.49
7.32
Lebar
8.06
6.45
Tebal daging (mm)
16.08
11.87
Bagian yang dapat dimakan (%)
74.97
75.32
Biji (%)
11.21
3.75
Daging pada biji (%)
14.81
20.99
Warna daging buah
putih
putih -kuning
Sumber: Satuhu S dan Sjaifullah (1991)

Merah
165.67
6.14
6.12
12.11
77.69
3.91
18.39
merah

4

Gambar 1 Buah jambu biji merah
(sumber: http://www.google.com)

Buah jambu biji biasanya dipanen pada tiga tingkat kematangan: maturegreen (tingkat 1), ketika pertumbuhan maksimum buah ditandai dengan perubahan
warna kulit buah dari hijau gelap menjadi hijau terang; turning (tingkat 2), ketika
kulit buah berwarna hijau terang sampai kuning (biasanya tingkat ini merupakan
tingkat panen komersial); dan fully ripe (tingkat 3), ketika buah telah berwarna
kuning secara keseluruhan dan siap untuk dimakan (Roberto et al. 1990).
Mutu Buah Jambu Biji
Klasifikasi/pengkodean buah jambu biji di Indonesia dilakukan berdasarkan
bobot buah. Kode ukuran jambu biji tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Klasifikasi mutu buah jambu biji berdasarkan bobot
Kode
Bobot (gram)
1
>450
2
351-450
3
251-350
4
201-250
5
151-200
6
101-150
7
61-100
8
35-60
9