Perencanaan Bisnis Pengolahan Limbah Baglogmenjadi Pupuk Organik Di Ud Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation Kabupaten Bogor

1

PERENCANAAN BISNIS PENGOLAHAN LIMBAH BAGLOG
MENJADI PUPUK ORGANIK DI UD RAGHEED PANGESTU
MUSHROOM CULTIVATION KABUPATEN BOGOR

IKRAR BEY KHUBAIB

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perncanaan Bisnis

Pengolahan Limbah Baglog Menjadi Pupuk Organik di UD Ragheed Pangestu
Mushroom Cultivation Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016
Ikrar Bey Khubaib
NIM H34134046

4

5

ABSTRAK
IKRAR BEY KHUBAIB. Perencanaan Bisnis Pengolahan Limbah Baglog Menjadi
Pupuk Organik di UD Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation Kabupaten Bogor.

Dibimbing oleh LUKMAN M. BAGA.
Saat ini belum ada penanganan khusus yang dilakukan oleh UD Ragheed
Pangestu Mushroom Cultivation Kabupaten Bogor terhadap limbah baglog yang
dihasilkan. Limbah baglog yang dihasilkan hanya dibiarkan menumpuk tanpa ada
pengolahan lebih lanjut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
perencanaan bisnis pengolahan limbah baglog jamur tiram putih menjadi pupuk
organik. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah cashflow,
analisis laporan laba rugi, dan analisis kriteria investasi. Hasil penelitian
menunjukkan bisnis ini prospektif karena dilihat dari aspek non finansial berupa
rencana pemasaran, rencana produksi, dan rencana manajemen. Selain itu dapat
dilihat pada aspek finansial dan kriteria investasi meliputi nilai NPV, IRR, Net B/C,
dan payback periode yang menunjukkan layak.
Kata kunci: cashflow, limbah baglog, perencanaan bisnis

ABSTRACT
IKRAR BEY KHUBAIB business plan of Baglog waste processing into an organic
fertilizer in the business unit Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation Bogor
Regency. Supervised by LUKMAN M. BAGA
Currently there is no a special handling that carried out by the Business Unit
Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation Bogor Regency about baglog that they

produce. Baglog as produced only left pile up without any further processing.
Therefore, this research has a purpose to investigate baglog business plan into an
organic fertilizer. Analysis method that used in these research is cashflow, income
report analysis, and analysis of investment criteria. Based on the research result of
this business plan is refer to be prospective as seen from the non-financial aspects
such as marketing plans, production plans, and management plans. Moreover can be
seen from the financial aspects and investment criteria including the value of NPV,
IRR, Net B/C, and payback period that stated feasible.
Keywords: baglog waste, business plans, cash flow

6

7

PERENCANAAN BISNIS PENGOLAHAN LIMBAH BAGLOG
MENJADI PUPUK ORGANIK DI UD RAGHEED PANGESTU
MUSHROOM CULTIVATION KABUPATEN BOGOR

IKRAR BEY KHUBAIB


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

8

10

11

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 sampai dengan
bulan Agustus 2015 adalah rencana bisnis yang berjudul “Perencanaan Bisnis
Pengolahan Limbah Baglog Menjadi Pupuk Organik di UD Ragheed Pangestu
Mushroom Cultivation”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MAEc
selaku dosen pembimbing dan Bapak Aep dari UD Ragheed Pangestu Mushroom
Cultivation sebagai manajer umum. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada
Bapak Bambang Murtejo serta seluruh karyawan perusahaan, dan masyarakat Desa
Jambuluwuk yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih penulis sampaikan kepada ayah, ibu, dan adik-adik tercinta yang telah
memberikan doa dan dukungannya serta Ferdiansyah Dwi Sastra yang telah banyak
membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2016
Ikrar Bey Khubaib

12


i

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Perencanaan Bisnis
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah baglog jamur tiram putih
Pupuk Organik
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data

Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
GAMBARAN UMUM PRUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Organisasi dan Manajemen Perusahaan
RENCANA BISNIS
Rencana Produk
Strategi dan Rencana Pemasaran
Strategi Pemasaran
Rencana Operasional (Produksi)
Rencana Manajemen
Rencana Keuangan
Prospek Rencana Bisnis Pupuk Organik
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

iii

iii
1
1
2
3
3
3
3
3
4
7
7
14
15
15
15
16
16
19
19

19
21
21
22
23
23
30
32
42
43
43
43
43
53

ii

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Potensi kebutuhan pupuk di Jawa Barat tahun 2011
2

Tabel 2 Sumber bahan dan bentuk pupuk organik yang umum digunakan di
Indonesia
4
Tabel 3 Keunggulan pupuk organik dengan pupuk anorganik
5
Tabel 4 Kandungan rata rata hara pupuk organik (pupuk kompos)
6
Tabel 5 Kandungan unsur hara, tingkat keasaman dan rasio C/N dari limbah
baglog jamur tiram putih setelah pengomposan.
6
Tabel 6 Komposisi bahan baku dalam 30 kilogram pupuk organik
21
Tabel 7 Limbah baglog yang dihasilkan oleh perusahaan dan 22 mitra
setiap dua minggu
24
Tabel 8 Jumlah limbah baglog murni dari perusahaan dan 22 mitra yang telah
disortir setiap dua minggu
25
Tabel 9 Rincian input dan output satu siklus produksi pupuk organik
pada UD Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation

25
Tabel 10 Rencana produksi pupuk organik selama lima tahun
26
Tabel 11 Jumlah limbah plastik dari limbah baglog
29
Tabel 12 Jumlah limbah plastik dari botol EM-4
30
Tabel 13 Rincian rencana biaya investasi unit bisnis pengolahan limbah baglog
menjadi pupuk organik pada UD Ragheed Pangestu Mushroom
Cultivation
33
Tabel 14 Rincian rencana biaya tetap unit bisnis pengolahan limbah baglog
menjadi pupuk organik tahun pertama pada UD Ragheed Pangestu
Mushroom Cultivation
35
Tabel 15 Rincian rencana biaya tetap unit bisnis pengolahan limbah baglog
menjadi pupuk organik tahun kedua sampai kelima UD Ragheed
Pangestu Mushroom Cultivation
36
Tabel 16 Rincian rencana biaya variabel unit bisnis pengolahan limbah baglog
menjadi pupuk organik tahun pertama pada UD Ragheed Pangestu
Mushroom Cultivation
36
Tabel 17 Rincian rencana biaya variabel unit bisnis pengolahan limbah baglog
menjadi pupuk organik tahun kedua sampai kelima UD Ragheed
Pangestu Mushroom Cultivation
37
Tabel 18 Rencana penerimaan pupuk organik selama lima tahun pada UD
Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation
38
Tabel 19 Rencana penerimaan penjualan limbah plastik dari limbah baglog pada
UD Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation
38
Tabel 20 Rencana penerimaan penjualan limbah plastik dari botol EM-4 pada UD
Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation
39
Tabel 21 Rincian arus kas masuk pengolahan limbah baglog menjadi pupuk
organik pada UD Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation
39
Tabel 22 Modal awal usaha
40
Tabel 23 Hasil analisis kriteria investasi pada UD Ragheed Pangestu Mushroom
Cultivation
42

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Alur pemikiran kerangka operasional
Gambar 2 Struktur organisasi UD Ragheed Pangestu Mushroom
Cultivation 2015
Gambar 3 Desain layout dan tata letak tempat produksi pupuk organik
Gambar 4 Proses Produksi Limbah Baglog menjadi Pupuk Organik
Gambar 5 Struktur organisasi perusahaan dalam memproduksi pupuk organik

15
20
27
28
31

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Analisis Laba Rugi
Cashflow
Siklus produksi
Dokumentasi
Contoh MOU

46
47
48
49
50

1

PENDAHULUAN
Latar belakang
Dinamika pemikiran pembangunan terbaru yang sekarang ini sedang
berkembang dengan berorientasi pada tiga pilar terintegrasi yaitu ekosistem, ekonomi
dan sosial merupakan konsep blue economy. Konsep blue economy telah diangkat
dalam berbagai kerjasama internasional, seperti pada pertemuan tingkat Senior
Officials Meeting (SOM) for the Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).
Konsep tersebut adalah konsep pengembangan sumber daya yang bertujuan pada tiga
hal yaitu pertumbuhan, kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan. Konsep
blue economy berlandaskan pada pengembangan ekonomi rakyat secara
komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa
kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan
sendiri. Konsep pembangunan berkelanjutan dirancang agar tidak merusak sistem
alam, seperti; atmosfer, air, tanah, dan makhluk hidup. Selain itu, mengurangi
pencemaran dan kerusakan lingkungan, mengendalikan eksploitasi sumber daya
alam, dan berkeadilan.
Konsep blue economy dapat memberikan manfaat lain seperti melipat
gandakan pendapatan masyarakat dan perluasan lapangan kerja. Konsep blue
economy akan mendorong pembangunan berkelanjutan dengan mengefisienkan
sumber daya alam untuk menciptakan produk lain dengan konsep nir limbah (Zero
Waste). Penanganan limbah biasanya membutuhkan biaya yang besar sehingga
industri kecil maupun perusahaan terkadang mengabaikan bahayanya. Jumlah dan
intensitas limbah yang muncul dapat ditanggulangi dengan menerapkan konsep nir
limbah (Zero Waste) melalui optimalisasi pemanfaatan limbah yang dihasilkan pada
saat proses produksi. Sulaeman (2008) menjelaskan bahwa penerapan konsep zero
waste akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan mengurangi aktivitas
penanganan limbah. Limbah dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk produk lain,
sehingga dapat dihasilkan lebih banyak produk dan menambah pendapatan.
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar
dalam pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah untuk memajukan sektor
pertanian. Sektor pertanian di Indonesia dalam arti luas dapat dibagi menjadi
beberapa bagian seperti tanaman, peternakan, dan perikanan. Setiap sektor pertanian
pasti melakukan kegiatan produksi yang akan menghasilkan limbah dengan jumlah
besar dan instensitas yang tinggi. Limbah hasil produksi tersebut tentunya dapat
ditaggulangi dengan konsep nir limbah (Zero Waste) seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Limbah dari sektor pertanian dapat dimanfaatkan untuk menjadi bahan
baku berbagai produk lain salah satunya adalah pupuk.
Ada dua jenis pupuk yang dikenal di masyarakat, yaitu pupuk organik dan
pupuk anorganik. Petani di Indonesia pada umumnya menggunakan pupuk anorganik
untuk meningkatkan unsur hara pada tanah. Penggunaan pupuk anorganik ternyata
mampu meningkatkan produktivitas, tetapi penggunaan jangka panjang dapat
berdampak buruk bagi tanah. Oleh karena itu, petani di Indonesia mulai beralih
menggunakan pupuk organik untuk meningkatkan unsur hara tanah pada lahan
pertanian mereka. Keadaan ini berpengaruh pada kebutuhan pupuk organik dan
anorganik di Indonesia khususnya di Jawa Barat. Adapun kebutuhan pupuk di
wilayah Jawa Barat pada Tabel 1.

2
Tabel 1 Potensi kebutuhan pupuk di Jawa Barat tahun 2011
Kebutuhan
(ton/tahun)

Pasokan
(ton/tahun)

Urea

103.059

89.207

13.852

NPK

35.606

23.832

11.774

50.367

10.570

39.797

Komoditas

Kebutuhan belum
terpenuhi (ton/tahun)

Pupuk Anorganik:

Pupuk Organik
a

Sumber: Kementerian Perindustrian (2011) (diolah)

Tabel 1 menunjukkan kebutuhan pupuk di Jawa Barat pada tahun 2011.
Kebutuhan pupuk organik yaitu sebesar 50.367 ton/tahun. Sementara pasokan yang
dapat dipenuhi sebesar 10.570 ton/tahun. Maka kebutuhan yang belum terpenuhi
sebesar 39.797 ton/tahun. Hal ini merupakan peluang bisnis bagi pengusaha atau
perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian dan menghasilkan limbah
pertanian juga. Hal ini disebabkan pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari
sisa tanaman, hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos
yang berbentuk cair maupun padat.
Perumusan Masalah
Limbah baglog merupakan salah satu jenis limbah pertanian yang dihasilkan
dari media tanam jamur tiram yang sudah tidak produktif. Limbah baglog ini banyak
ditemui di daerah sentra produksi jamur tiram putih di Jawa Barat khususnya di
Kabupaten Bogor. Salah satu perusahaan di Kabupaten Bogor yang bergerak dalam
budidaya jamur tiram putih adalah UD Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation.
Perusahaan ini merupakan salah satu produsen jamur tiram putih terbesar di
Kabupaten Bogor. Perusahaan ini menguasai teknik pembuatan PDA, bibit F0, F1, F2
dan baglog dengan kualitas baik. Setiap hari perusahaan ini memproduksi baglog
untuk memenuhi kebutuhan baglog 22 mitra yang bekerja sama. Selain itu baglog
yang diproduksi oleh perusahaan juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan
kumbung budi daya milik perusahaan. Masa produktif baglog tersebut adalah empat
bulan, setelah empat bulan baglog tersebut menjadi limbah yang jika biarkan akan
merusak dan mengotori lingkungan.
Saat ini belum ada penanganan khusus yang dilakukan oleh perusahaan
terhadap limbah baglog yang dihasilkan. Limbah baglog yang dihasilkan hanya
dibiarkan menumpuk tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Oleh karena itu perlu
adanya penanggulangan terhadap limbah baglog tersebut menjadi produk yang
memiliki nilai jual, salah satunya mengolah limbah baglog tersebut menjadi pupuk
organik. Untuk mengolah limbah baglog menjadi pupuk organik perlu
mempersiapkan investasi yang cukup besar dari perusahaan.
Untuk membuka minat investasi yang lebih besar pada bisnis ini, dibutuhkan
suatu rancangan bisnis yang dapat memberikan informasi tentang perencanaan bisnis
pengolahan limbah baglog menjadi pupuk organik di UD Ragheed Pangestu
Mushroom Cultivation dan dapat memudahkan calon investor atau perusahan sendiri
untuk menentukan perencanaan bisnis yang baik. Selain itu rancangan bisnis
diharapkan dapat membantu pengambilan keputusan rencana bisnis yang cepat, tepat
dan efisien.
Berdasarkan penjelasan di atas, masalah utama yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana mengolah limbah baglog jamur tiram putih yang dihasilkan oleh
UD Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation menjadi produk yang
menguntungkan secara finansial?

3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditentukan, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
1.
Mengkaji perencanaan bisnis pengolahan limbah baglog jamur tiram putih
menjadi pupuk organik pada UD Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang berkepentingan, seperti:
1.
Bagi perusahaan, sebagai bahan petimbangan dalam merealisasikan pendirian
unit bisnis baru.
2.
Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari serta sebagai
sarana pembuatan rencana bisnis dalam pengembangan unit bisnis pengolahan
limbah baglog menjadi pupuk organik
3.
Bagi akademisi, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk penelitian
selanjutnya.
4.
Bagi investor, sebagai acuan dalam proses pengembilan keputusan investasi
untuk alokasi modal yang akan ditanamkan.
5.
Lembaga keuangan dapat memanfaatkannya sebagai salah satu pertimbangan
dalam meminjamkan dana bagi usaha
Ruang Lingkup Perencanaan Bisnis
Penelitian ini akan membahas mengenai rancangan bisnis pupuk organik dari
limbah baglog jamur tiram putih pada UD Ragheed Pangestu Mushroom Cultivation.
Perencanaan bisnis yang akan dilakukan berupa pengumpulan limbah baglog,
pencampuran dengan bahan organik lain, pengomposan, dan pengemasan. Bentuk
usaha yang dipilih pada perencanaan bisnis ini adalah unit bisnis baru yang nantinya
dikelola secara professional oleh manajemen dari UD Ragheed Pangestu Mushroom
Cultivation. Aspek perencanaan bisnis yang dianalisis terdiri dari aspek finansial dan
aspek non finansial. Aspek finansial menganalisis tentang kriteria investasi dan
proyeksi laba rugi. Sementara aspek non finansial terdiri dari pasar dan pemasaran,
teknik dan teknologi, organisasi manajemen, dan sosial lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA
Limbah baglog jamur tiram putih
Baglog adalah istilah lain dari media tanam jamur putih. Ada dua macam
baglog yang berpotensi menjadi limbah, yaitu baglog tua dan baglog terkontaminasi.
Baglog tua berasal dari baglog yang sudah tidak produktif lagi atau sudah tidak dapat
menghasilkan jamur. Sedangkan Baglog tua biasanya baglog yang telah berumur
lebih dari empat bulan. Baglog terkontaminasi disebabkan sebelum baglog
ditumbuhi jamur tiram putih baglog telah ditumbuhi jamur lain, baglog mengalami
masa inkubasi, yaitu masa penumbuhan mycellium hingga baglog full grown. Pada
masa inkubasi terdapat baglog yang terkontaminasi jamur lain atau gagal tumbuh.
Baglog yang terkontaminasi dikeluarkan dari kumbung dan menjadi limbah.

4
Pupuk Organik
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat diubah menjadi hara bagi tanaman. Dalam
Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah,
dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang
telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
menyuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa panen
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), serbuk gergaji,
kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar, rumah tangga, dan pabrik, serta
pupuk hijau. Oleh karena bahan dasar pembuatan pupuk organik sangat bervariasi,
kualitas pupuk yang dihasilkannya beragam sesuai dengan kualitas bahan asal. Saat
ini telah beredar berbagai jenis pupuk baru hasil rekayasa teknologi yang mutu dan
kualitasnya sangat beragam dan belum teruji keefektifannya. Oleh karena itu
pengguna perlu teliti dan hati-hati dalam memilih jenis pupuk yang akan dipakai
sesuai dengan komoditas yang akan ditanam. Adapun sumber bahan dan bentuk
pupuk organik yang umum digunakan di Indonesia seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Sumber bahan dan bentuk pupuk organik yang umum digunakan di
Indonesia
Sumber

Asal bahan

Bentuk

Pertanian

Pangkasan tanaman legume
Sisa hasil panen tanaman
Limbah ternak besar
Limbah ternak unggas
Kompos

Padat
Padat
Padat dan cair
Padat
Padat

Non pertanian

Limbah organik kota
Limbah penggilingan padi
Limbah organik pabrik gula
Limbah organik pabrik kayu
Gambut (abu bakar gambut)
Limbah pabrik bumbu masak

Padat dan cair
Padat dan cair
Padat dan cair
Padat
Padat
Padat dan cair

a

Sumber: Kurnia et al.(2001)

Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari sumbernya yaitu
pupuk organik dapat diidentifikasi berasal dari pertanian dan non pertanian. Dari
pertanian dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak. Sementara dari non pertanian
dapat berasal dari sampah organik kota, limbah industri, dan sebagainya. Pembagian
sumber bahan dasar kompos secara lebih detail disajikan dalam Tabel 2. Bahan
organik dari berbagai sumber ini sering dikomposkan terlebih dahulu untuk
meningkatkan mutu gizi.
Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro rendah
sehingga diperlukan dalam jumlah banyak. Keuntungan utama menggunakan pupuk
organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik, dan biologis tanah, selain
sumber hara bagi tanaman. Saat ini, pembuatan pupuk organik banyak dilakukan
dalam skala industri karena minimnya tenaga kerja di pedesaan. Hanya sedikit petani
yang dapat memproduksi kompos untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagian petani
membeli kompos dari pabrik lokal maupun kompos impor. Pemakaian pupuk organik

5
akan semakin meningkat dari tahun ke tahun maka sangat diperlukan regulasi atau
peraturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar
memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan di sisi lain tetap
menjaga kelestarian lingkungan. Komposisi hara dalam sisa tanaman sangat spesifik
dan bervariasi, tergantung dari jenis tanaman. Pada umumnya rasio C/N sisa tanaman
bervariasi dari 80:1 pada jerami, gandum hingga 20:1 pada tanaman legum.
Pupuk organik berupa pupuk kompos mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan pupuk anorganik. Pupuk kompos mengandung unsur hara yang lebih lengkap
dibandingkan pupuk anorganik. Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk
kompos, antara lain unsur hara makro dan mikro. Unsur hara mikro sangat
diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Sementara pupuk anorganik yang hanya
mengandung beberapa unsur hara. Keunggulan pupuk organik (pupuk kompos)
dibandingkan dengan pupuk anorganik dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Keunggulan pupuk organik dengan pupuk anorganik
Pupuk Organik

Pupuk Anorganik

Mengandung unsur hara makro dan
mikro lengkap, tetapi jumlahnya
sedikit.

Hanya mengandung satu atau beberapa
unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak.

Dapat memperbaiki struktur tanah
sehingga tanah menjadi gembur.

Tidak dapat memperbaiki struktur tanah,
justru penggunaannya dalam jangka
panjang menyebabkan tanah menjadi
keras.

Memiliki daya simpan air (water
holding capasity) yang tinggi.

Sering membuat tanaman rentan
terhadap penyakit.

Beberapa tanaman yang dipupuk
dengan pupuk organik lebih tahan
terhadap serangan penyakit.

Pupuk anorganik mudah menguap dan
tercuci. Oleh karena itu, pengaplikasian
yang tidak tepat akan sia sia karena
unsur hara yang ada hilang akibat
menguap atau tercuci oleh air.

Memiliki residual efek yang positif.
Artinya, pengaruh positif dari pupuk
organik terhadap tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya
masih ada sehingga pertumbuhan
dan produktivitasnya masih bagus.
a

Sumber: Simamora dan Salundik (2006)

Pemanfaatan pupuk organik (pupuk kompos) dapat menyubstitusi penggunaan
pupuk anorganik sehingga dapat mengatasi persoalan subsidi pupuk dengan
mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas lahan dengan
mempraktekkan pertanian yang ramah lingkungan. Selain hal tersebut, penggunaan
kompos dapat memperkecil fluktuasi suhu tanah yang semakin meningkat akibat
terjadinya perubahan iklim. Penggunaan kompos sangat membantu dalam upaya
pemulihan kesuburan tanah. Unsur hara yang terkandung di dalam kompos dapat
dilihat pada Tabel 4.

6
Tabel 4 Kandungan rata rata hara pupuk organik (pupuk kompos)
Kandungan

Kandungan (persen)

Kadar air

41.00 sampai 43.00

C Organik
Nitrogen (N)
Fosfor (P2O5)
Kalium (K2O)
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)

4.83 sampai 8.00
0.10 sampai 0.51
0.35 sampai 1.12
0.32 sampai 0.80
1.00 sampai 2.09
0.10 sampai 0.19

Zat besi (Fe)
Aluminium (Al)
Mangan (Mn)

0.50 sampai 0.64
0.50 sampai 0.92
0.02 sampai 0.04

a

Sumber: Musnamar (2003) dalam Samekto (2006)

Standar Pupuk Organik
Menurut Widiastuti (2008), jaminan mutu sangat penting bagi konsumen, sehingga
setiap produk harus memiliki suatu standar tertentu agar layak untuk dipasarkan.
Standar yang ditetapkan oleh Deptan untuk produk pupuk organik padat adalah
sebagai berikut:
1. Kandungan nitrogen, pospat dan kalium harus dicantumkan.
2. Kandungan total bahan organik minimal 20%.
3. Nisbah C/N antara 10/1 sampai dengan 25/1.
4. Tingkat keasaman antara 4,1-7,9.
5. Bebas dari patogen dan kandungan logam berbahaya.
Pupuk Organik dari Limbah Baglog
Berdasarakan penelitian yang dilakaukan oleh Sulaeman (2011), pupuk yang
dihasilkan dari pengomposan limbah baglog jamur tiram putih memiliki kandungan
unsur hara, tingkat keasaman dan rasio C/N. Hal ini dapat dilihat pada Tebel 5.
Tabel 5 Kandungan unsur hara, tingkat keasaman dan rasio C/N dari limbah baglog
jamur tiram putih setelah pengomposan.
Parameter

Satuan

Pengamatan Kompos

%
%
%
%

47.2
2
0.13
0.006

pH

7.1

-

24.3

Unsur hara:
C-Org
N-total
P
K
Tingkat Keasaman
Rasio C/N
a

Sumber: Sulaeman (2011)(diolah)

Tabel_ menunjukkan kandungan unsur hara C-Org 47.2 %, N-total 2 %,
pospat 0.13 % dan kalium 0.006 %. Sementara tingkat keasaman berada pada pH 7.1

7
dan rasio C/N sebesar 24.3/1. Dari Tabel tersebut, pupuk yang dihasilkan dari
pengomposan limbah baglog jamur tiram putih dapat dikategorikan sebagai pupuk
organik karena sudah sesuai dengan standar pupuk organik padat yang telah di
tetapkan oleh Deptan.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung dalam melakukan penelitian.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji tentang rancangan bisnis atau
Business Plan dan beberapa penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan
penelitian ini. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
hasil penelitian terdahulu oleh peneliti yang pernah penulis baca. Penelitian yang
dilakukan oleh Wibowo (2011) yang berjudul “Rencana Bisnis Indutri Manisan
Stroberi”, pada penelitian tersebut dijelaskan tentang rencana bisnis dan analisis
kriteria investasi pada industri pangan stroberi. Pada penelitian tersebut penulis
mempelajari proses pendirian suatu industri bisnis tetapi tidak terfokus pada
komoditas penelitiannya. Untuk mengetahui standar pupuk organik, penulis
membaca penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2008) yang berjudul “Studi
Kelayakan Usaha Pupuk Organik Cair (Kasus PT Mulyo Tani Salatiga-Jawa Tengah)
yang menjelaskan tentang standar pupuk organik berdasarkan kandungan unsur hara,
tingkat keasaman dan rasio C/N. Sedangkan untuk megetahui kandungan tersebut,
penulis membaca penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman (2011) yang berjudul
“Efek Kompos Limbah Baglog Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus Jacquin)
Terhadap Sifat Fisik Tanah serta Pertumbuhan Bibit Markisa Kuning (Passiflora
Edulis var. Flavicarpa Degner)”, pada penelitian tersebut menjelaskan tentang
kandungan unsur hara, tingkat keasaman dan rasio C/N pada hasil pengomposan dari
limbah baglog jamur tiram putih yang akan penulis gunakan sebagai data pendukung.
Selain itu penulis juga membaca dan mempelajari proses perencanaan bisnis
dari beberapa penelitian terdahulu lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Arviani (2014) yang berjudul “Rencana Pengembangan Usaha Selai Belimbing
Melalui Pendekatan Wirakoperasi Pada Kub Harapan Sejahtera Abadi di Kota
Depok”, Khairina (2014) yang berjudul “Rencana Bisnis Produk Temulawak Bubuk
Berorientasi Ekspor Melalui Pendekatan Coperative Entrepreneur di Bogor”, dan
Putra (2014) yang berjudul “Analisis Rencana Bisnis Pendirian Perusahaan
Pengemasan Teh Rosella”
Kerangka Pemikiran Teoritis
Rencana bisnis
Pengertian bisnis ialah suatu kegiatan yang terencana dan terorganisir dalam
menghasilkan suatu komoditas untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan
merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis. Bentuk
keuntungan yang diharapkan lebih banyak dalam bentuk finansial (Kasmir dan
Jakfar, 2012). Brown dan Pertrello (1976) dalam Solihin (2007) mendefinisikan
bisnis sebagai suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat meningkat maka lembaga bisnis pun
akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Satu
tahap penting dalam pendirian setiap bisnis baru adalah penyusunan sebuah rencana
bisnis. Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana
perusahaan atau pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha (business
opportunities) yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan. Robbins dan
Coulter (2003) dalam Solihin (2007) menjelaskan keunggulan bersaing (competitive
advantage) usaha, serta menjelaskan berbagai langkah yang harus dilakukan untuk
menjadikan peluang usaha tersebut menjadi suatu bentuk usaha yang nyata.

8
Suatu rencana bisnis harus memiliki tujuan. Tujuan ini harus dicapai agar
rencana tersebut menjadi suatu bentuk usaha yang nyata. Menurut Pinson (2003), ada
tiga tujuan utama menulis rencana bisnis, antara lain:
1. Sebagai panduan
Alasan utama menulis rencana bisnis yaitu mengembangkan suatu panduan yang
dapat diikuti sepanjang usia bisnis. Rencana bisnis adalah cetak biru bisnis dan
akan dilengkapi dengan alat untuk menganalisis dan menerapkan perubahanperubahan agar usaha lebih menguntungkan. Rencana bisnis akan memberi
informasi yang lebih rinci atas seluruh aspek operasi perusahaan di masa lalu
dan masa sekarang, maupun proyeksi beberapa tahun ke depan. Bisnis baru
belum memiliki sejarah, informasi yang ada dalam rencana hanya berdasarkan
proyeksi. Rencana yang diberikan ke pemberi pinjaman harus dijilid, sedangkan
untuk arsip sebaiknya menggunakan loose-leaf binder. Ini akan mempermudah
bila perlu menambah data terbaru, seperti daftar harga, laporan keuangan,
informasi pemasaran, dan lainnya.
2. Sebagai dokumentasi pendanaan
Apabila mencari dana, rencana bisnis akan merinci bagaimana dana tersebut
dapat memajukan tujuan perusahaan dan meningkatkan laba. Pemberi pinjaman
ingin mengetahui cara pengusaha mengatur arus kas (cash flow) dan membayar
pinjaman dan bunganya tepat waktu. Sementara investor ingin mengetahui
apakah investasinya dapat meningkatkan kekayaan bersih (net worth) serta
memperoleh laba atas investasi (return on invesetment, ROI) yang diharapkan.
Pengusaha harus merinci bagaimana uang tersebut akan digunakan dan
menggunakan angka-angka tersebut dengan informasi yang solid, seperti
estimasi, norma industri, daftar harga, dan lainnya. Proyeksi tersebut harus
beralasan, karena pemberi pinjaman dan investor sangat mungkin memiliki
akses atas angka-angka statistik industri.
Rangkuti (2005) menjelaskan perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran
umum rencana, kondisi perusahaan, produk/jasa yang akan diberikan oleh
perusahaan, kondisi pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi
operasional, strategi untuk pengembangan di masa yang akan datang, informasi
keuangan yang dibutuhkan, dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat
digunakan sebagai alat untuk mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak
perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya.
Rencana Produk
Produk merupakan segala seuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau di konsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Secara konseptual
produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan
sebagai usaha untuk mencapai menacapai tujuan organisasi melalui pemenuhan
kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas
organisasi dan daya beli pasar (Tjiptono 1997).
Perencanaan produk adalah proses penciptaan suatu produk hingga produk
tersebut diperkenalkan di pasar. Proses perencanaan produk diawali dengan
pengenalan terhadap kebutuhan pasar. Produk yang dijual dapat berupa fresh
product, intermediate product, atau final product (Khairina 2014).
Rencana Pemasaran
Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan
harga, promosi, serta distribusi dari gagasan barang dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang memuaskan tujuan perseorangan dan organisasi (Kotler 2005).
Sementara pemasaran produk pertanian dari aspek ilmu ekonomi adalah keragaan
dari semua aktivitas bisnis dalam mengalirkan produk dan jasa dari petani produsen

9
(usaha tani/usahaternak) sampai ke konsumen akhir. Pemasaran menjembatani jarak
antara petani produsen dengan konsumen akhir (Asmarantaka 2012).
Konsep-konsep utama yang digunakan dalam pemasaran adalah segmentation,
targeting, positioning, kebutuhan, keinginan, permintaan, penawaran, brand, nilai,
kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan/jejaring, jalur pemasaran, rantai distribusi
(supply chain), persaingan, lingkungan pemasaran, dan program pemasaran.
Sementara proses-proses utama dalam pemasaran adalah mengindentifikasi peluang,
mengembangkan produk baru, menarik pelanggan atau pembeli potensial,
mempertahankan dan membangun loyalitas pelanggan, dan memenuhi pesanan
(Kotler 2006).
Pasar yang berubah dengan sangat cepat, selera konsumen yang mudah
berubah, dan keinginan konsumen untuk mencoba produk baru menjadikan loyalitas
konsumen sangat labil. Oleh karena itu, hal ini yang menjadi tantangan bagi kegiatan
pemasaran, mencari, memelihara konsumen yang sudah ada. Strategi pemasaran
harus menjawab tantangan ini dengan berbagai taktik. Setelah mengetahui
keseluruhan kondisi pasar dari industri tersebut, hal yang harus dilakukan selanjutnya
ialah menentukan usaha-usaha atau strategi pemasarannya (Khairina 2014).
Semua strategi pemasaran dibuat berdasarkan STP (Segmenting, Targeting,
Positioning) dan kemudian disesuaikan dengan bauran pemasaran (Product, Price,
Place, Promotion)
1. Segmenting
Segmenting adalah proses mengelompokkan pasar yang luas dan heterogen
menjadi kelompok yang homogen dan memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan,
keinginan, prilaku, dan respons terhadap program-program pemasaran spesifik.
Program-program pemasaran yang sesuai dengan segmentasi pasar akan
meningkatkan jumlah penjualan pada perusahaan.
Segmentasi pasar harus dapat diidentifikasi dan diukur terlebih dahulu sehingga
akan memudah untuk menentukan strategi yang efektif pada segmen tersebut.
Segmen pasar harus dapat terukur dengan baik tidak hanya berdasarkan besar
pasar potensial, tetapi juga prilaku membeli konsumen (Zehle 2004).
2. Targeting
Targeting adalah proses memilih target pasar produk yang dituju dari setiap
segmen-segmen pasar yang telah ditentukan. Segmen pasar yang memberikan
keuntungan menjadi target potensial bisnis. Sebuah bisnis dapat berkonsentrasi
pada satu, beberapa, atau seluruh target. Salah satu hal penting dalam target pasar
adalah komunikasi pasar, yaitu menempatkan produk sesuai dengan posisi produk
tersebut (Zehle 2004).
3. Positioning
Positioning adalah proses menempatkan produk pada suatu posisi khusus
sehingga konsumen dapat dengan mudah membedakan produk kita dengan produk
perusahaan pesaing. Positioning penting dilakukan untuk menciptakan suatu citra
produk pada konsumen.
Bauran pemasaran ialah suatu kombinasi yang memberikan hasil maksimal
dari unsur-unsur product, price, place, promotion, people, physical evidence, dan
process. Keempat P pertama disebut 4 P tradisional dan 3 P terakhir dikatakan unsur
bauran pemasaran untuk pemasaran produk jasa (Alma 2010). Bauran pemasaran
digunakan sebagai suatu strategi agar proses pemasaran dapat memberikan hasil yang
maksimal.
1. Product (Produk)
Aspek ini terdiri dari spesifikasi produk yang ditawarkan oleh perusahaan, seperti
bentuk produk, merek produk, kemasan, serta hal lain terkait produk yang akan
dijual. Selain itu, pengembangan jenis-jenis atau variasi produk juga dapat
dianalisis pada aspek ini.

10
2. Price (Harga)
Aspek ini menjelaskan tentang harga yang diberlakukan kepada konsumen untuk
setiap jenis produk yang ditawarkan.
3. Place (Tempat)
Aspek ini mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan lokasi penjualan produk
maupun pendistribusian produk, serta ketersediaan fasilitas yang dapat
memberikan nilai tambah bagi konsumen dari suatu tempat.
4. Promotion (Promosi)
Aspek ini mencakup strategi-strategi promosi yang dilakukan perusahaan untuk
memasarkan produknya. Dalam aspek ini akan dikaji mengenai pemilihan media
promosi serta strategi penjualan.
Rencana Operasional (Produksi)
Rencana produksi menjelaskan antara lain proses produksi, bagaimana
perusahaan menjaga kualitas produk, bagaimana perusahaan memperoleh pasokan
bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik, anggaran produksi. Analisis
rencana produksi bertujuan untuk menentukan bentuk teknologi yang akan dipakai
dengan desain produk yang akan dipasarkan, kebutuhan investasi yang terdiri dari
mesin, lokasi, kendaraan maupun yang lainnya (Solihin 2007).
1. Perencanaan produk
Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Desain
barang dan jasa selain akan menentukan proses produksi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan barang/jasa tersebut, juga akan sangat menentukan besarnya biaya
produksi, bahan baku yang digunakan, sumber daya manusia yang dibutuhkan,
dan kualitas barang yang dihasilkan (Arviani 2014).
2. Perencanaan kapasitas
Proses produksi yang akan dipilih perusahaan untuk mentransformasikan input
menjadi output akan menentukan jenis teknologi produksi yang akan digunakan
oleh perusahaan dalam kegiatan produksi. Selain itu, jenis teknologi yang
digunakan berupa mesin dan peralatan akan sangat menentukan kapasitas
produksi yang dapat dihasilkan perusahaan. Proses produksi juga akan sangat
dipengaruhi oleh jenis produk yang dihasilkan perusahaan. Pemilihan mesin dan
peralatan untuk proses produksi juga akan sangat menentukan besarnya investasi
awal yang harus dipersiapkan perusahaan untuk memulai kegiatan usaha (Solihin
2007).
Kapasitas merupakan kemampuan produksi dari fasilitas yang biasanya
dinyatakan dalam volume output per satuan waktu. Tujuan perencanaan kapasitas
adalah usaha perusahaan untuk mengatasi fluktuasi permintaan (demand).
Perencanaan kapasitas yang dilakukan dengan baik maka diharapkan perusahaan
akan menghasilkan produknya sesuai dengan jumlah kebutuhan konsumen
(Bagodenta 2013).
3. Penentuan Lokasi dan Layout
Penentuan lokasi merupakan hal yang sangat penting, karena akan mempengaruhi
kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup
perusahaan tersebut (Bagodenta 2013). Selanjutnya, penentuan lokasi dapat
dipertimbangkan dengan baik dan mendalam dengan memperhatikan sumber daya
yang mau dipakai baik sumber daya bahan baku, sumber daya manusia,
transportasi, dampak terhadap lingkungan sekitar. Tata letak (layout) urutanurutan proses produksi, mulai dari proses bahan baku menjadi barang jadi.
Rencana Manajemen
1. Struktur organisasi
Menurut Husnan dan Suwarsono (1984) dalam Sukaryo (2014) menyatakan
bahwa struktur formal organisasi menunjukkan masing-masing bagian dan
anggota dalam organisasi tersebut serta kedudukan dan hubungan mereka satu

11
sama lain. Dalam struktur organisasi lini garis kewenangan hanya satu, sederhana
dan jelas serta bergerak dari manajemen puncak ke setiap personel di bawahnya
pada organisasi. Organisasi berdasarkan fungsi menyatukan dalam suatu
departemen orang-orang yang menjalankan pekerjaan yang sama atau saling
berhubungan.
Manajemen kemudian mengembangkan strukur organisasi dengan menggariskan
berbagai tanggung jawab, wewenang, pelaporan karyawan, yang bertugas
membantu mengembangkan dan melaksanakan berbagai rencana untuk mencapai
tujuan bisnis. Tanggung jawab adalah kewajiban (obligation) untuk mengawasi
penyelesaian tugas, diatur menurut perjanjian (bersifat mengikat). Wewenang
adalah hak untuk memerintah atau memaksa orang lain melakukan sesuatu,
memungkinkan pemberian perintah kepada orang lain agar dilaksanakan secara
eksplisit. Wewenang diperoleh dari sumber akhir tanggung jawab. Pelaporan
(accountability) bersangkut-paut dengan keadaan seseorang di mana dia bisa
diminta “pelaporan” sehubungan dengan prestasi kerjanya, berkaitan dengan
imbalan bagi perilaku yang baik atau hukuman bagi perilaku yang merugikan
(Sukaryo 2014).
2. Uraian dan spesifikasi kerja
Perekrutan karyawan berupa wewenang untuk mengisi suatu posisi dengan
mengembangkan suatu kumpulan pelamar, menggunakan perekrutan internal dan
menggunakan iklan pencari kerja. Penyeleksian karyawan berarti mengurangi
sedikit demi sedikit kumpulan pelamar dengan menggunakan alat penyaring,
termasuk tes, pusat penilaian, dan pemeriksaan latar belakang serta rujukan
(Sukaryo 2014).
3. Upah dan Gaji
Gaji dan upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh seluruh
tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji merupakan imbalan yang
diberikan dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, sedangkan upah merupakan
imbalan yang diberikan per jam kerja sehingga besaran upah tergantung kepada
banyaknya jam kerja. Besarnya pemberian gaji dan upah berbeda-beda sesuai
dengan besar tanggung jawab yang dibebankan. Pemberian upah dipengaruhi oleh
masalah persaingan di pasar tenaga kerja, pendidikan, keterampilan, perilaku
karyawan, dan pengalamannya. Penetapan upah tidak dapat ditentukan oleh satu
formula karena penetapan besarnya upah juga melihat kepada tingkat
produktivitas, biaya hidup, dan laba yang diperoleh pengusaha (Kharina 2014).
4. Manajemen Risiko
Jalannya sebuah bisnis tidak akan terlepas dari sebuah risiko. Menurut Siahaan
(2007) risiko adalah kombinasi probabilitas suatu kejadian dengan konsekuensi
atau akibatnya. Darmawi (2007) mendefinisikan risiko adalah penyebaran hasil
aktual dari hasil yang diharapkan. Menurut Muslich (2007) risiko adalah seluruh
hal yang dapat mengakibatkan kerugian. Secara umum risiko dapat didefinisikan
sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan yang dapat
menimbulkan suatu kerugian.
Risiko dapat dikategorikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat
yang dilakukan, dan aktivitas yang dilakukan (Kountur 2008).
a. Risiko dari Sudut Pandang Penyebab Timbulnya Risiko
Sofyan (2004) menyebutkan penyebab timbulnya risiko pada umumnya berasal
dari dua sumber, yakni sumber intern dan sumber ekstern. Sumber intern
umumnya memiliki risiko yang lebih kebih kecil disebabkan masalah intern
umumnya lebih mudah dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber ekstern berasal
dari luar organisasi dan umumnya jauh diluar kendali si pembuat keputusan,
antara lain muncul dari pasar, ekonomi dan politik, perkembangan teknologi,
perubahan sosial budaya, kondisi suplai atau pemasok, kondisi geografi dan
kependudukan, serta perubahan lingkungan di mana perusahaan itu didirikan.

12
b. Risiko dari Sudut Pandang Akibat
Risiko dari sudut pandang akibat dibagi menjadi risiko murni dan risiko
spekulatif. Risiko murni terjadi apabila suatu ketidakpastian yang terjadi
menghasilkan kerugian. Tidak ada kemungkinan menghasilkan keuntungan.
Contoh dari risiko ini yaitu adanya barang yang hilang karena kemalingan,
kehancuran gedung, dan kebakaran gedung. Sebaliknya, risiko spekulatif yaitu
risiko di mana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan
(Hanafi 2006).
c. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas
Jenis risiko pada kategori ini timbul dari aktivitas yang dilakukan. Aktivitas
yang dapat menimbulkan risiko ada berbagai macam, misalnya risiko kredit
timbul akibat adanya aktivitas pemberian kredit dan risiko produksi timbul
akibat adanya aktivitas produksi. Banyaknya risiko dari sudut pandang
aktivitas ini sebanyak jumlah aktivitas yang ada (Kharina 2014).
Rencana Keuangan
Aspek keuangan merupakan aspek yang sangat penting dalam membuat
rencana usaha mengingat aspek inilah yang akhirnya akan menggambarkan
kelayakan suatu usaha. Perencanaan keuangan yang baik akan membantu melihat
gambaran yang lebih jelas tentang bisnis. Rencana keuangan ini meliputi arus kas
(Cash flow), proyeksi laba/rugi, perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi
meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net
Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR), Payback Period (PP)
(Arviani 2014).
1. Arus kas (Cash flow)
Aliran kas (cash flow) yaitu aktivitas keuangan yang memengaruhi posisi/kondisi
kas pada suatu periode tertentu. Cash flow menjadi bagian terpenting yang harus
diperhatikan oleh pihak manajemen, investor, konsultan, dan stakeholder yang
lain untuk memperhitungkan kelayakan berdasarkan kriteria kelayakan investasi
yang ada.
Arus kas atau cashflow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun
berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari komponen
inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), net benefit (manfaat
bersih), dan incremental net benefit (manfaat bersih tambahan). Komponen inflow
meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan), nilai sewa,
dan salvage value (nilai sisa). Komponen outflow terdiri dari biaya investasi,
biaya operasional/produksi, pajak dan pembayaran bunga serta modal pinjaman
(debt service) (Nurmalina et al. 2010).
2. Proyeksi laba/rugi
Analisis laba/rugi merupakan suatu analisis untuk mengetahui keberhasilan
operasional perusahaan, keadaan usaha, kemampuan memperoleh laba. Proyeksi
laba/rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, dan
laba/rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu
(Bagodenta 2013). Laporan laba/rugi akan memudahkan untuk menentukan
besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan. Selain itu dapat
juga digunakan untuk menghitung berapa penjualan minimum baik dari kuantitas
ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi atau penjualan
minimum tersebut merupakan titik impas (break even point) (Nurmalina et al.
2010).
3. Perhitungan Titik Impas (BEP)
Titik impas atau disebut sebagai break even point (BEP) merupakan unsur sangat
vital dan penting dalam penyusunan analisis keuangan usaha. Menurut Rangkuti
(2006), break even point (BEP) merupakan suatu titik atau keadaan dimana
perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian atau dengan kata lain keuntungan atau kerugian sama dengan

13
nol. Perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan volume
penjualan hanya cukup untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel (Arviani,
2014).
Penjualan yang hanya cukup untuk menutupi biaya variabel dan sebagian biaya
tetap, maka perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan
memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Manfaat dari analisis BEP yaitu seorang
pengusaha yang sedang menyusun proposal penawaran kepada pihak-pihak
terkait, wajib membuat BEP dalam analisis anggarannya. Analisis BEP secara
umum dapat memberikan informasi bagaimana pola hubungan antara volume
penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level
penjualan tertentu (Bagodenta 2013).
4. Kriteria Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya
yang dikeluarkan dari suatu usaha. Untuk mengukur manfaat proyek dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak
berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat
“menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus
biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan perhitungan tidak
berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran tersebut belum
mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang
diterima (Gittinger 1986).
Tingkat suku bunga ditentukan melalui Opportunity Cost of Capital (OCC)
karena sumber modal yang diperoleh merupakan kombinasi antara modal sendiri
dan modal pinjaman. Kriteria investasi yang digunakan untuk menentukan layak
atau tidaknya suatu usaha diantaranya net present value (NPV), gross benefit-cost
ratio (Gross B/C) net benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR)
dan payback period (PP). Net present value atau NPV adalah selisih antara
present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan
kas bersih di masa yang akan datang. Payback period atau PP adalah periode
ketika jumlah total pengeluaran sama dengan total pemasukan (Arviani 2014).
a. Net Present Value (NPV)
Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang
diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya
disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan
layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan
atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai
NPV lebih kecil dari 0, bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan
(Nurmalina, Sarianti, Karyadi 2010). NPV menunjukkan manfaat bersih yang
diterima dari suatu usaha selama umur usaha tersebut pada tingkat discount
rate tertentu (Arviani 2014).
Kriteria perhitungan NPV menurut Bagodenta (2013) sebagai berikut:
1. NPV > 0 (nol) maka usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan.
2. NPV < 0 (nol) maka usaha/proyek tidak layak (no feasible) untuk
dilaksanakan.
3. NPV = 0 maka usaha/proyek berada dalam keadaan break even point (BEP)
di mana TR = TC dalam bentuk present value.
b. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan
dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross).
Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari
adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina
et al. 2010).

14
c. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang
menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian
dari bisnis tersebut (Nurmalina et al. 2010).
d. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan
0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase
(%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari
opportunity cost of capital-nya (Nurmalina et al. 2010).
e. Payback Period (PP)
Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis
yang PP-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar
akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan PP
maksimum yang disyaratkan untuk dipergunakan sebagai angka pembanding.
Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan
payback maksimum ini. Dalam praktik biasanya, dipergunakan payback yang
umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al. 2010).
Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai