Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau

APLIKASI LIMBAH PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
SEBAGAI PUPUK ORGANIK DI KEBUN SEI BATANG ULAK
KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

MUNISATUL LATIFAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Limbah
Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak
Kabupaten Kampar Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013
Munisatul Latifah
NIM A24090041

ABSTRAK
MUNISATUL LATIFAH. Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai
Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA.
Limbah hasil pengolahan kelapa sawit berupa TKS dan limbah cair di
Kebun Sei Batang Ulak PT Ciliandra Perkasa, First Resources Ltd. Riau
dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Tujuan magang secara umum yaitu
meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit dan secara khusus
mempelajari proses pengelolaan limbah industri kelapa sawit sehingga bermanfaat
dan memberi dampak yang baik terhadap lingkungan. Magang dilakukan selama 4
bulan. Data yang diambil berupa data primer dan sekunder. Aplikasi limbah
mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan kelapa sawit sehingga
mengurangi pemakaian pupuk anorganik dan meningkatkan produktivitas.

Produktivitas meningkat dengan meningkatnya luas blok aplikasi limbah tandan
kosong sawit. Aplikasi limbah cair mempengaruhi kualitas air tanah dan air
permukaan di sekitar aplikasi sehingga air tersebut tidak dapat dikonsumsi. Kerak
limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai media tanam kangkung. Media tanam
dengan 100% kerak limbah cair memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun dan bobot brangkasan tanaman.
Kata kunci: kerak limbah cair, limbah kelapa sawit, limbah cair, Sei Batang Ulak,
tandan kosong sawit

ABSTRACT
MUNISATUL LATIFAH. Waste Application of Palm Oil Processing as Organic
Fertilizer in Sei Batang Ulak Plantation Kampar, Riau. Supervised by
HERDHATA AGUSTA.
Waste of palm oil processing such as empty bunch and palm oil mill
effluent in Sei Batang Ulak Plantation, PT Ciliandra Perkasa, First Resources Ltd.
Riau used as organic fertilizer. The purpose of an internship in general was to
increase knowledge about the cultivation of oil palm and to learned about oil
palm waste management industry process to be more beneficial and give a good
impact on the environment in specifically. Internship was conducted for 4 months.
The retrieved data were the primary and secondary data. Waste application could

provide the nutrient required palm oil so reducing inorganic fertilizer and
increase productivity. Productivity increase with increasing of application empty
bunch area. Application of waste affects the quality of ground water and surface
water around the application so that the water is not suitable for consumption.
Sludge liquid waste can be used as growing media of kangkong. Growing media
with 100% sludge liquid waste gives the best effect on plant height, number of
leaves and biomass weight of plant kangkong.
Keywords : empty bunch, liquid waste, palm oil waste, Sei Batang Ulak, sludge
liquid waste

APLIKASI LIMBAH PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
SEBAGAI PUPUK ORGANIK DI KEBUN SEI BATANG ULAK
KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

MUNISATUL LATIFAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk
Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi
Riau
Nama
: Munisatul Latifah
NIM
: A24090041

Disetujui oleh

Dr Ir Herdhata Agusta
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
limbah pengolahan kelapa sawit, dengan judul Aplikasi Limbah Pengolahan
Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten
Kampar Provinsi Riau.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Ahmad Sujati, Ibu Nur Umi Rofiah dan keluarga atas doa dan kasih
sayangnya;
2. Dr Ir Herdhata Agusta selaku pembimbing skripsi atas bimbingan dan
pengarahannya selama melakukan magang dan penulisan skripsi;

3. Dr Ir Eny Widajati, MS dan Dr Ir Agus Purwito, MScAgr selaku Ketua
Program Studi dan Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura;
4. Bapak Tintang Raya Tarigan selaku Group Manager PT Ciliandra Perkasa yang
telah memberikan izin lokasi magang;
5. Bapak Hendri Agustin, Bapak Sabar H. Purba dan Bapak Syahmeinan Lubis
selaku Asisten Kepala PT Ciliandra Perkasa yang telah memberikan bimbingan
selama kegiatan magang;
6. Bapak Jawoto, Bapak Tidar Arimbi dan Bapak Heri Muhriadi selaku asisten di
PT Ciliandra Perkasa serta seluruh staf PT Ciliandra Perkasa yang telah
membantu selama kegiatan magang dan pengumpulan data;
7. Luki Dwi Prasetyanto, Socrates dan teman-teman yang telah memberikan doa
serta dukungan selama kegiatan magang sampai penulisan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Munisatul Latifah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Magang


1

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODOLOGI

3

Tempat dan Waktu

3

Metode Pelaksanaan

3

Pengamatan dan Pengumpulan Data


4

Analisis Data dan Informasi

4

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

4

PELAKSANAAN MAGANG

5

Aspek Teknis
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN

6
12

13

Hasil Pengolahan Kelapa Sawit

13

Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit

14

Limbah Cair Kelapa Sawit

15

Pemanfaatan Kerak Limbah Cair

17

Pengaruh Aplikasi Limbah Cair terhadap Kualitas Air


19

Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

21

KESIMPULAN DAN SARAN

22

Kesimpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR TABEL
1 Dosis pemakaian jenis pupuk anorganik
2 Jumlah pelepah kelapa sawit yang dipertahankan berdasarkan umur
tanaman
3 Kriteria kematangan buah kelapa sawit
4 Dosis pengendalian gulma secara kimia
5 Hasil pengolahan TBS di PKS Kebun SBU tahun 2012
6 Kriteria kualitas air limbah bulan Februari 2013
7 Tinggi dan jumlah daun tanaman kangkung pada beberapa kombinasi
media tanam kerak limbah cair
8 Panjang akar dan bobot tanaman kangkung pada beberapa komposisi
media tanam kerak limbah cair
9 Kualitas air tanah pada sumur pantau dan sumur penduduk Kebun SBU
10 Kualitas air sungai Sei Batang Ulak

6
7
8
10
13
17
18
18
19
20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Struktur organisasi Kebun SBU
Pengambilan sample daun
Kegiatan panen
Pengendalian gulma
Grading (kiri) dan stasiun rebusan (kanan)
Kegiatan aplikasi TKS
Hubungan luas blok aplikasi TKS dan produktivitas kelapa sawit
Kolam penampungan (kiri) dan flat bed limbah cair (kanan)
Pertumbuhan vegetatif tanaman kangkung pada 15 HST
Produktivitas kelapa sawit pada blok aplikasi limbah kelapa sawit

5
7
9
10
11
14
15
16
19
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di Kebun
SBU
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun
SBU
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun
SBU
4 Data curah hujan Kebun Sei Batang Ulak
5 Peta wilayah Kebun Sei Batang Ulak PT Ciliandra Perkasa
6 Layout blok aplikasi limbah cair

24
25
25
27
28
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia
karena memiliki peran dalam perekonomian nasional sebagai penghasil devisa
negara, sumber pendapatan pajak, penyerapan tenaga kerja dan pengembangan
wilayah (Darmosarkoro 2008). Perkembangan perkebunan kelapa sawit ini dapat
dilihat dari peningkatan luas areal dan produksi. Pada tahun 2008, luas areal yang
ditanami kelapa sawit 7 363 847 ha dengan produksi 17 539 788 ton, sedangkan
pada tahun 2009 meningkat menjadi 7 508 023 ha dengan produksi 18 640 881
ton (Ditjenbun 2010).
Peningkatan luas areal dan produksi kelapa sawit akan menyebabkan jumlah
pabrik pengolahan kelapa sawit meningkat. Pada tahun 2006, jumlah pabrik
kelapa sawit (PKS) yang ada di Indonesia sebanyak 470 PKS dengan total
kapasitas 19 852 ton jam-1 (Herawan 2008). Peningkatan ini tentunya akan
berdampak pada peningkatan jumlah crude palm oil (CPO) dan kernel palm oil
(KPO) yang dihasilkan, sekaligus jumlah limbah dari proses pengolahan tersebut.
Adapun limbah yang dihasilkan dalam pengolahan tandan buah segar kelapa
sawit (TBS) meliputi limbah padat dan cair. Limbah padat dihasilkan pada proses
pembantingan, pengepresan dan pemecahan biji, yaitu berupa tandan kosong sawit
(TKS) sebesar 21%, serat 53.4% dan cangkang 6.4%. Limbah cair (palm oil mill
effluent atau POME) dihasilkan pada proses penjernihan sebanyak 58.3%
(Hambali et al. 2010). Tandan kosong sawit dan limbah cair dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk tanaman kelapa sawit, sedangkan serat dan cangkang digunakan
untuk bahan bakar boiler.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit harus dilakukan dengan
memperhatikan prinsip 3P (Planet, People, Profit) sehingga perkebunan harus
memperhatikan secara berkesinambungan dampak lingkungan yang ditimbulkan,
memperhatikan masyarakat sekitar dan menerapkan prinsip zero waste dan dapat
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan (Darmosarkoro 2008). Keberadaan
limbah pada perkebunan kelapa sawit akan menimbulkan dampak negatif jika
tidak ada pengelolaan limbah kelapa sawit yang berwawasan lingkungan. Oleh
karena itu perlu adanya program penataan yang tepat terhadap pengelolaan limbah
industri kelapa sawit agar menguntungkan dalam produksi dan tidak berdampak
negatif pada lingkungan (Hamid dan Pramudyanto 2007).
Tujuan Magang
Tujuan umum dari kegiatan magang adalah meningkatkan kemampuan
teknis budidaya kelapa sawit dan manajerial di PT Ciliandra Perkasa, First
Resources Ltd., Riau. Tujuan khusus magang adalah menganalisis dan
mengevaluasi pemanfaatan limbah pengolahan kelapa sawit sehingga memberi
dampak yang baik terhadap lingkungan.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit memiliki nama latin Elaeis guineensis Jacq. yang berasal dari
famili Palmae (Lubis 1992). Tanaman ini terdiri dari akar, batang, daun, bunga
dan buah. Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu (monoecious) karena
bunga jantan dan bunga betina terletak dalam pohon yang sama, namun umumnya
terpisah pada tandan yang berbeda. Satu tandan buah kelapa sawit dewasa dapat
menghasilkan 600-2 000 brondolan. Brondolan kelapa sawit terdiri dari eksokarp
(kulit), pericarp, mesocarp, endocarp (cangkang) dan kernel (Pahan 2008).
Kelapa sawit dapat berproduksi maksimal pada daerah curah hujan 2 000
mm tahun-1. Lama penyinaran matahari yang diperlukan kelapa sawit selama 5
jam hari-1 setiap bulannya, namun pada bulan-bulan tertentu penyinaran mencapai
7 jam hari-1. Jenis tanah yang sesuai adalah latosol dan alluvial (Hartley 1997)
dengan pH 5.0-6.0 (Pahan 2008). Menurut Sugiyono et al. (2003), ketinggian
tempat yang sesuai untuk kelapa sawit adalah 400 mdpl.
Limbah hasil pengolahan TBS di pabrik meliputi TKS, serat, cangkang dan
limbah cair. TKS dan limbah cair kelapa sawit dimanfaatkan sebagai pupuk
organik. Satu ton TKS setara dengan 3 kg urea, 0.6 kg rock phosphat, 12 kg MOP
dan 2 kg kliserit. Aplikasi TKS sebanyak 40 ton ha-1 dikombinasikan dengan 60%
dosis pupuk urea dan rock phosphat dari standar mampu meningkatkan produksi
TBS hingga 34% dibandingkan perlakuan standar (Rahutomo et al. 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi TKS berpengaruh nyata
terhadap sifat kimia tanah (pH tanah, kandungan C-organik, Ca tertukarkan, Mg
tertukarkan, dan KTK tanah), kadar N dan P dalam daun, serta total dan rerata
kumulatif produksi TBS. Aplikasi tandan kosong kelapa sawit setara 25% dosis
pupuk MOP standar kebun dapat mensubstitusi penggunaan pupuk MOP hingga
25% dengan peningkatan produksi mencapai 11.7% (Ginting 2011).
Aplikasi kompos TKS pada pembibitan kelapa sawit dapat meningkatkan
efektivitas pemupukan. Sutarta et al. (2005) menyatakan bahwa aplikasi kompos
TKS sebesar 5% dikombinasikan dengan 50% dosis pupuk standar menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pemupukan 100% dosis
pupuk standar. Penggunaan kompos 3% pada media pasir di pembibitan
memberikan pengaruh nyata yang lebih baik terhadap pertumbuhan vegetatif bibit.
Limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit dihasilkan dari proses
sterilisasi, ekstrasi dan klarifikasi. Proses sterilisasi (pengukusan) dilakukan untuk
mempermudah perontokan buah dari tandan, mengurangi air dan menginaktifasi
enzim lipase dan oksidase. Proses ekstrasi minyak bertujuan untuk memisahkan
minyak daging buah dari bagian lainnya, sedangkan proses klarifikasi bertujuan
untuk membersihkan minyak dari kotoran lain (Hanum 2009).
Limbah cair berpotensi mencemari lingkungan jika tidak diolah sesuai baku
mutu yang berlaku. Pengolahan dengan membran mikrofili dapat mengurangi
dampak lingkungan tersebut yaitu dengan pengoperasian selama 240 menit
dengan membran 0.6 bar. Metode ini mampu meningkatkan pH menjadi 5.9,
menurunkan COD 67.94 %, TS 46.26 % dan TSS 96 % (Herawan 2010).
Pengolahan dengan anaerobic fixed bed reactor yaitu proses anaerobik tertutup
sehingga dapat menangkap biogas yang dihasilkan. Cara ini dapat menurunkan
COD 90 %, pH menjadi 6–7 dan menghasilkan gas metan 9 561 m2 (Nasution
2009).

3
Penggunaan elektrokoagulasi merupakan pengolahan alternatif dengan
menggunakan aluminium sebagai elektroda dan limbah cair sebagai larutan
elektrolit. Keuntungan pengolahan ini adalah waktu pengolahan yang singkat,
kebutuhan areal sedikit dan dapat menghasilkan gas hidrogen. Penggunaan
elektrokoagulasi menurunkan COD 50%, kekeruhan menurun 66% dan
menghasilkan gas hidrogen 19% (Nasution 2010). Penurunan kadar COD dan
BOD juga dapat dilakukan dengan menjadikan limbah cair sebagai media tumbuh
mikroalga. Penurunan terbaik terjadi pada variasi perbandingan volume limbah
cair dan mikroalga 1:4 dengan nilai BOD dan COD mencapai 61.66 ppm dan
173.33 ppm (Yonas 2012).
Limbah cair dapat diaplikasikan di perkebunan kelapa sawit dengan sistem
sprinkler, flatbed, parit/alur dan traktor/tangki. Pemanfaatan limbah cair sebagai
pupuk organik secara aplikasi lahan di PTPN IV tahun 2004 mampu
meningkatkan produktivitas kelapa sawit sebesar 6–20% daripada lahan kontrol.
Aplikasi ini dilakukan dengan truk tangki dengan dosis 7.5 cm-rey dan rotasi 3–4
kali setahun (Lubis 2005). Aplikasi limbah cair kelapa sawit dapat meningkatkan
produksi TBS sebesar 16–60%, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta
tidak memberikan pengaruh buruk terhadap kualitas air tanah. Dosis anjuran
12.66 mm ECH (ekuivalen curah hujan) perbulan yang dikombinasikan dengan
pupuk anorganik sebanyak 50% dosis standar kebun (Rahutomo et al. 2008).
Limbah cair PKS dalam kolam pengumpul PT Astra Agro Lestari Tbk
mengandung 500–900 mg l-1 N, 90–140 mg l-1 P, 1 000–1 975 mg l-1 K dan 250–
340 mg l-1 Mg dengan BOD 25,000 mg l-1. Pengolahan satu ton TBS akan
menghasilkan limbah cair 0.6–0.7 ton. Dosis rekomendasi pemanfaatan limbah
cair sebagai pupuk adalah 750 m³ ha -1 tahun-1 yang diaplikasikan 3–4 kali setahun
dengan nilai BOD sebesar 2 500–3 000 mg l-1. Aplikasi limbah cair dapat
meningkatkan produksi jumlah janjang sebesar 17–20% dibandingkan dengan
areal yang hanya dipupuk organik. Pemberian limbah cair tidak memberikan
dampak negatif terhadap kualitas air tanah di sekitar lahan (Satyoso 2005).
Aplikasi limbah cair di lahan juga berfungsi sebagai irigasi pada musim
kemarau sehingga mampu mengurangi dampak kekeringan. Kekeringan pada
tanaman kelapa sawit dapat mempengaruhi pembentukan bunga-buah,
meningkatkan populasi bunga jantan dan menurunkan jumlah tandan karena
terjasi aborsi (Lubis 2005).

METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari sampai
dengan pertengahan bulan Juni 2013 di Kebun Sei Batang Ulak (SBU), PT
Ciliandra Perkasa, First Resources Ltd., Kampar, Riau.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan yaitu menjadi karyawan harian lepas/KHL (1
bulan), pendamping mandor (1 bulan) serta pendamping asisten kebun (2 bulan).
Setiap kegiatan yang dilakukan ditulis pada jurnal harian magang yang diketahui
oleh pembimbing lapang (Lampiran 1, 2 dan 3).

4
Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL adalah pemupukan,
penyemprotan dan pengutipan brondolan. Kegiatan yang dilakukan selama
menjadi pendamping mandor adalah mengawasi kegiatan pemupukan,
penyemprotan, panen, pengangkutan TBS dan membuat efisiensi panen. Kegiatan
pendamping asisten kebun meliputi apel pagi, mengawasi kegiatan pemupukan,
penyemprotan, pemeliharaan jalan, pengangkutan, pemanenan dan membuat
laporan harian. Aspek khusus yang diperdalam pada kegiatan magang yaitu
pemanfaatan limbah hasil pengolahan TBS. Kegiatan yang diikuti adalah
pengolahan TBS kelapa sawit, aplikasi TKS, penanganan limbah cair sebelum
diaplikasikan ke lahan dan aplikasi limbah cair.
Pengamatan dan Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dari kegiatan magang meliputi data primer dan
sekunder. Data sekunder terdiri dari pengambilan data kualitas limbah cair, air
tanah dan air sungai, laporan aplikasi TKS dan limbah cair dan produksi blok
yang mendapatkan aplikasi TKS dan limbah cair serta blok kontrol setiap tahun.
Pengamatan dilakukan terutama pada aspek-aspek yang berhubungan
dengan pengelolaan limbah. Pengamatan terhadap pengelolaan limbah padat
meliputi jumlah TKS yang diaplikasikan ke lahan dan distribusinya setiap hari,
dosis dan cara aplikasi TKS serta kebutuhan tenaga kerja aplikasi TKS.
Pengamatan terhadap pengelolaan limbah cair meliputi jumlah limbah cair yang
diaplikasikan setiap hari, dosis dan cara aplikasi, serta pengamatan pemanfaatan
kerak limbah cair sebagai media tanam budi daya kangkung.
Pengamatan pemanfaatan kerak limbah cair dilakukan terhadap tanaman
kangkung yang ditanam pada kombinasi media tanam yang berbeda. Media tanam
yang digunakan adalah kerak limbah cair dan tanah. Rancangan yang digunakan
adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT). Perlakuan kombinasi media
tanam terdiri dari tanah 100% (L0), 75% tanah + 25% kerak limbah cair (L1),
50% tanah + 50% kerak limbah cair (L2), 25% tanah + 75% kerak limbah cair
(L3) dan 100% kerak limbah cair (L4) dengan 5 ulangan. Setiap satuan percobaan
terdiri dari 6 tanaman yang ditanam pada polybag ukuran 15 x 30 cm. Pengamatan
dilakukan setiap 2 hari sekali terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah daun.
Panjang akar, bobot basah dan kering tanaman diamati pada akhir pengamatan
(pengamatan ke-7).
Analisis Data dan Informasi
Semua data yang telah diperoleh dilakukan klarifikasi data. Data kemudian
dikelompokkan, ditabulasi, dan diolah menggunakan rataan dan analisis deskriptif.
Data primer yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif dengan
membandingkan studi pustaka yang berlaku pada budidaya kelapa sawit dan diuji
dengan menggunakan Uji-Duncan.

KONDISI UMUM PERUSAHAAN
Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa (PT CLP) merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit. PT CLP terdiri dari
bagian kebun dan pabrik yang merupakan perkebunan swasta murni yang berasal

5
dari konversi lahan PT Pertisa Trading Co. Ltd. Pada tahun 1994 PT Petisa
bergabung usaha dengan PT Ciliandara Perkasa.
Kebun SBU PT CLP terletak di Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau. Kebun Sei Batang Ulak secara geografis berada pada titik
koordinat 101000’29”–101044’52” BT dan 0013’27”–0008’47” LU. Berdasarkan
klasifikasi iklim Scmidth Ferguson, kebun ini termasuk dalam tipe iklim A
(sangat basah) dengan rata-rata 1 bulan kering dan 11 bulan basah setiap tahun
untuk 9 tahun terakhir (Lampiran 4). Curah hujan rata-rata sebesar 222.95 mm
tahun-1. Jenis tanah di Kebun SBU adalah tanah mineral dengan topografi areal
berbukit.
Kebun SBU memiliki luas areal total seluas 6 481.54 ha dengan luas areal
yang ditanami seluas 6 315.37 ha dan yang tidak ditanami seluas 166.17 ha. Areal
yang tidak ditanami meliputi jalan seluas 23.92 ha, parit dan sungai seluas 22.84
ha, bangunan dan pabrik seluas 41.51 ha, okupasi seluas 43.81 ha dan inclave
seluas 32.15 ha. Kebun SBU terbagi menjadi 9 afdeling (Lampiran 5). Luas ratarata setiap afdeling adalah 720 ha dengan jumlah pohon rata-rata 95 693 pohon.
Kelapa sawit yang dibudidayakan di Kebun SBU merupakan varietas PNG
dan Marihat dengan tahun tanam yang berbeda-beda. Semua tanaman kelapa sawit
di kebun ini telah menghasilkan. Pada tahun 2012 realisasi produksi TBS
mencapai 153 621.98 ton dengan produktifitas 24.5 ton ha -1.
Kebun SBU PT CLP dipimpin oleh seorang Group Manager yang dibantu
oleh 3 orang asisten kepala, 9 orang asisten afdeling, seorang kepala tata usaha,
seorang asisten teknik dan seorang asisten sipil. Pada bagian PKS Group Manager
dibantu oleh seorang mill manager dan seorang asisten kepala, sedangkan bagian
administrasi dibantu oleh seorang kepala seksi administrasi (Gambar 1). Jumlah
seluruh tenaga kerja di Kebun SBU adalah 791 orang dimana 708 orang tenaga
kerja kebun dan 83 orang tenaga PKS. Tenaga kerja berstatus staf berjumlah 27
orang, pegawai bulan tetap (PBT) 103 orang, karyawan harian tetap (KHT) 597
orang dan KHL 64 orang.
GM

MILL

ASS.TKS

ASKEP

ASKEP

ASS.AFD

ASISTEN

KEPALA TATA
USAHA

ASS.TEKNIK

ASS.SIPIL

KASI DAN HRD

Gambar 1 Struktur organisasi Kebun SBU

PELAKSANAAN MAGANG
Kegiatan magang menjadi KHL dan pendamping mandor pada 2 bulan
pertama dilakukan di afdeling 1, sedangkan kegiatan sebagai pendamping asisten
selama 2 bulan terakhir dilakukan di afdeling 7. Kegiatan dilakukan setiap hari
dengan mengikuti aturan dan ketentuan yang berlaku di kebun. Setiap kegiatan

6
dimulai pukul 06.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB dengan jam istirahat selama
2 jam yaitu pukul 12.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB. Kegiatan yang
dilakukan meliputi aspek teknis dan manajerial.
Aspek Teknis
Pemupukan
Pemupukan di Kebun SBU meliputi pemupukan organik dan onorganik.
Pupuk organik yang diaplikasikan berupa limbah cair dan TKS yang dihasilkan
dari pengolahan TBS. Limbah cair diaplikasikan dengan sistem flat bed dengan
dosis 750–1 500 m3 ha-1 tahun-1, sedangkan TKS diaplikasikan dengan sistem
mulsa dengan dosis 30 ton ha-1 tahun-1. Pupuk anorganik yang diaplikasikan
adalah urea, MOP, RPH, kieserit dan borat yang dosis, cara serta lokasi aplikasi
diuraikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Dosis pemakaian jenis pupuk anorganik z
Rotasi
Dosis (kg pohon-1)
I
1.50
Urea
II
1.25
I
1.50
MOP
II
1.25
RPH
I
1.50
Kieserit
I
1.00
Borat
0.15
z
Kantor Afedling 7 PT CLP (2013)
Jenis pupuk

Cara

Lokasi

Ditabur

1.5–2 m dari pohon

Ditabur

1.5–2 m dari pohon

Ditabur
Ditabur
Ditabur

Luar piringan
0.5–1 m dari pohon
0.5–1 m dari pohon

Pelaksanaan pemupukan anorganik terdiri dari kegiatan persiapan,
penguntilan, pelangsiran pupuk dari gudang ke lapang, pengeceran dan penaburan
pupuk. Persiapan pemupukan dilakukan oleh mandor pupuk yaitu menentukan
lokasi, jenis, jumlah pupuk dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Penguntilan
pupuk dilakukan di gudang pupuk dengan ketentuan satu until berisi 10 kg.
Pelangsiran pupuk dari gudang ke blok yang akan diaplikasi menggunakan dump
truck.
Sistem pengeceran pupuk (supply point) dilakukan dengan sistem untilan
dimana pada satu pasar dijatuhkan pupuk dengan jumlah pupuk yang diperlukan
untuk tiga pasar. Pelaksanaan aplikasi pupuk dilakukan dengan sistem langsir
dimana dalam satu pasar terdapat 2 orang yang bertugas menabur pupuk dan 1
orang bertugas melangsir pupuk ke tengah blok. Penaburan pupuk dilakukan
bersamaan pada setiap pasar sehingga pelaksanaan pemupukan terlihat rapi dan
pengontrolan mandor menjadi lebih mudah. Karung pupuk dikumpulkan kembali
dan disimpan di gudang.
Leaf Sampling Unit (LSU)
Leaf sampling unit (LSU) merupakan kegiatan pengambilan contoh daun
pohon kelapa sawit untuk di analisis kandungan haranya. Kegiatan ini dilakukan
satu tahun sekali. Hasil analisis daun digunakan untuk mengetahui kondisi
defisiensi tanaman sehingga dapat dibuat rekomendasi pupuk untuk tahun

7
berikutnya. Selang waktu antara pengambilan contoh daun dan pelaksanaan
pemupukan adalah 2–3 bulan.
Pengambilan contoh daun dilakukan ketika kondisi tidak hujan pada pagi
hari antara pukul 07.00–12.00 waktu setempat. Alat yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah egrek, parang, galah, cat warna biru, blanko penilaian
karakteristik vegetatif, plastik, gunting, kuas, alat tulis dan foto defisiensi hara
pada kelapa sawit serta alat pelindung diri (APD). Contoh daun yang diambil
adalah daun ke-17 dari pohon sample dan diambil 15 cm daun dari 2 anak daun
yang terletak di tengah pelepah dimana terdapat pertemuan antara sisi tebal dan
runcing pelepah ‘ekor kadal’ (Gambar 2). Contoh daun tersebut dimasukkan ke
dalam kantong plastik tanpa ditutup, kemudian dibawa ke laboratorium untuk
dioven dan dianalisis. Pengovenan dilakukan pada suhu 80°C selama 12 jam.

Gambar 2 Pengambilan sample daun
Penunasan
Penunasan bertujuan untuk memudahkan kegiatan potong buah,
menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah, menjaga kelembaban pohon dan
sanitasi. Penunasan yang terlambat dilakukan akan menyebabkan jumlah pelepah
yang sudah tidak produktif terlalu banyak (under pruning), sedangkan penunasan
yang sering dilakukan akan menyebabkan jumlah pelepah di pohon kelapa sawit
sedikit. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan di pohon kelapa sawit
tergantung pada umur tanaman (Tabel 2).
Tabel 2

Jumlah pelepah kelapa sawit yang dipertahankan berdasarkan umur
tanaman z

Jumlah pelepah
Jumlah pelepah
dipertahankan
per spiral
4–7 tahun
48–56
6–7
8–14 tahun
40–48
5–6
>15 tahun
32–40
4
z
Operational Best Practice Agronomi Oil Palm, First Resources (2013)
Umur tanaman

Songgo
3
2
1

Kegiatan penunasan di Kebun SBU dilakukan dengan sistem periodik dan
progesif. Penunasan sistem periodik dilakukan dengan rotasi 1.5 x setahun
sehingga terdapat tenaga kerja khusus yang mengerjakan penunasan. Penunasan
progesif dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemanenan sehingga tenaga kerja
maupun ancak yang ditunas sama dengan tenaga kerja dan ancak panen. Sistem
ini pada dasarnya lebih efisien dilakukan namun pada praktiknya di lapang

8
kegiatan penunasan yang dilakukan dengan sistem ini tidak memberikan hasil
yang baik.
Pemanenan
Pemanenan adalah kegiatan memotong TBS kelapa sawit yang telah
memenuhi kriteria kematangan buah dan mengutip brondolan yang telah jatuh
sebelum maupun pada saat TBS dijatuhkan. Kriteria kematangan buah yang
digunakan di Kebun SBU adalah fraksi 2 yaitu persentase kematangan buah telah
mencapai 25–50% dengan jumlah brondolan di piringan 2 brondolan kg -1 tandan
(Tabel 3). Buah hard bunch dipanen ketika ujung brondolan telah pecah dan
berwarna merah.
Tabel 3 Kriteria kematangan buah kelapa sawit z
Fraksi panen
Kriteria kematangan
% matang
0
Sangat mentah
0 – 12.5
1
Kurang matang
12.5 – 25
2
Matang
25 – 50
3
Lewat matang
50 – 75
4
Busuk
75 – 100
5
Tandan kosong
100
z
Operational Best Practice Agronomi Oil Palm, First Resources (2013)

Kegiatan pemanenan perlu diperhatikan rotasi panen, angka kerapatan
panen, kriteria kematangan, ancak panen, sarana dan prasarana panen. Rotasi
panen yang digunakan di Kebun SBU adalah 6 hari, namun rotasi ini dapat
berubah sesuai kondisi buah. Rotasi panen cepat dilakukan pada saat buah dalam
kondisi turun, sedangkan pada saat produksi buah tinggi maka rotasi panen akan
lambat. Nilai AKP berfungsi untuk mengetahui taksasi panen, kebutuhan tenaga
kerja dan kebutuhan mobil. Pemanenan di Kebun SBU dilakukan dengan sistem
ancak tetap. Setiap pemanen mempunyai ancak sebanyak 3 ha yang terdiri dari 2
pasar pikul di setiap blok. Keuntungan dari sistem ini adalah pengontrolan lebih
mudah dilakukan dan ancak panen menjadi lebih bersih karena setiap ancak telah
menjadi tanggungjawab masing-masing pemanen.
Persiapan panen yang harus dilakukan adalah melihat kondisi areal,
penetapan kaveld panen, penetapan luas hanca panen dan penyediaan peralatan
panen. Kondisi areal yang perlu diperhatikan adalah kondisi pasar rintis, titi panen,
TPH dan kebersihan piringan. Penetapan luas hanca panen disesuaikan dengan
kondisi tenaga kerja yang tersedia dan kondisi buah. Kemampuan pemanen ratarata dalam satu hari adalah 3 ha.
Pelaksanaan panen dilakukan setelah apel pagi para pemanen dengan
mandor panen untuk pembagian hanca panen dan pengecekan peralatan panen.
Pemotongan buah dan pelepah dilakukan dengan menggunakan egrek. Pelepah
yang sudah dipotong disimpan pada gawangan mati, sedangkan tandan buah
dikumpulkan di TPH bersama dengan brondolan jatuh yang telah dikutip.
Sebelum buah diangkut ke PKS, kerani buah memeriksa, menghitung dan
mencatat jumlah tandan yang memenuhi kriteria panen (Gambar 3).

9

(A)

(B)

(C)

(D)

Gambar 3 Kegiatan panen : pelaksanaan apel pagi (A), proses pemotongan
buah (B), pelangsiran buah ke TPH (C) dan pelaksanaan
grading (D).
Kualitas dan kuantitas panen yang baik akan tercapai jika sumber lossis
dapat diminimalkan. Lossis muncul karena adanya buah mentah yang dipanen,
buah tinggal di pohon, di piringan maupun di TPH, pengutipan brondolan yang
tidak bersih. Buah yang sudah dipanen harus segera diangkut ke pabrik maksimal
24 jam setelah tandan dipotong sehingga tidak dihasilkan buah restan yang dapat
menurunkan nilai asam lemak bebas (ALB) CPO.
Pengangkutan harus dilakukan secepat mungkin agar tidak dihasilkan buah
restan. Unit pengangkutan, setiap afdeling disediakan 2 unit dump truck dengan
kapasitas rata-rata 5 ton. Pada setiap unit dump truck terdapat satu orang driver,
seorang kerani buah dan 2 orang pemuat. Driver mengarahkan dump truck ke
blok-blok panen dan melakukan pengiriman TBS ke PKS, sedangkan pemuat
bertugas memasukkan TBS ke dump truck.
Pengangkutan TBS ke PKS akan berjalan dengan lancar jika didukung oleh
kondisi unit dump truck dan jalan yang baik. Dump truck yang rusak harus segera
diperbaiki di workshop. Agar kondisi jalan selalu dalan kondisi baik maka perlu
dilakukan pemeliharaan jalan terutama pasca hujan. Kegiatan yang dilakukan
dalam pemeliharaan jalan diantaranya sirtu, langsir batu manual, rempes pelepah,
dan penggunaan alat berat. Kondisi jalan yang rusak ringan diperbaiki secara
manual yaitu menimbun jalan dengan batu yang diperoleh dari langsir manual,
sedangkan jalan yang rusak berat diperbaiki dengan bantuan alat berat seperti
escavator, bomag dan glader.
Pengendalian Gulma dan Hama
Pengendalian gulma di Kebun SBU dilakukan dengan cara manual dan
kimia (Gambar 4). Pengendalian gulma secara manual misalnya babat dan

10
dongkel anak kayu dilakukan dengan menggunakan parang, cados, egrek dan
APD. Jenis gulma yang dikendalikan secara manual diantaranya Musa sp., keladi
liar, paku-pakuan, anakan sawit dan bambu. Keuntungan melakukan pengendalian
gulma secara manual adalah hasil pekerjaan lebih rapi, sedangkan kelemahannya
waktu pengerjaan lebih lama.

Gambar 4 Pengendalian gulma manual (kiri) dan kimia (kanan)
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan kegiatan penyemprotan.
Dosis bahan aktif yang digunakan dalam setiap kegiatan penyemprotan berbedabeda (Tabel 4). Dosis ini disesuaikan dengan jenis gulma, kerapatan gulma,
lokasi pengendalian gulma dan jenis herbisida. Jenis gulma yang terdapat di
Kebun SBU diantaranya Imperata cylindrica, Cyperus killyngia, Axonopus
compressus, Asystasia intrusa, Cynodon dactylon, Paspalum conjugatum,
Paspalum commersonii, Caladium sp., Mikania micrantha, Nephrolepis biserrata,
Cyclosorus aridus, Glicenia linearis, Pteredium esculentum, Borreria alata,
Chromolaena odorata dan Ageratum conyzoides.
Tabel 4 Dosis pengendalian gulma secara kimia z
Campuran bahan
kimia
Paraquat
1
Gawangan
Tricoplir
Paraquat
2
Piringan
Methyl metsulfuron
Paraquat
3
Pasar pikul
Methyl metsulfuron
Amyphosat
4
TPH
Methyl metsulfuron
z
Kantor Afdeling 7, Kebun SBU PT CLP(2013)
No.

Lokasi
semprot

Dosis
0.25
0.15
0.20
0.99
0.10
5.00
0.03
0.80

l ha-1
g ha-1
l ha-1
g ha-1
l ha-1
g ha-1
l ha-1
g ha-1

Rotasi
3xsetahun
4xsetahun
4xsetahun
-

Penyemprotan dilakukan pada satu blok setiap hari dengan rotasi tertentu.
Pengerjaan penyemprotan piringan dan pasar pikul biasanya dilakukan bersamaan.
Rencana penyemprotan yang tertinggal rotasi akan dilakukan penyemprotan
secara blanket, yaitu penyemprotan piringan, pasar pikul dan gawangan dilakukan
secara bersamaan pada waktu yang sama. Keuntungan mengendalikan gulma
dengan kimia adalah hasil pekerjaan cepat dan pengontrolan kerja lebih mudah,
namun biaya rendah.

11
Hama yang ditemukan di Kebun SBU adalah ulat api, tikus, tupai dan
rayap. Ulat api menyerang daun kelapa sawit dan dikendalikan dengan
membiarkan jenis pakis-pakisan tumbuh di pohon kelapa sawit. Tikus dan tupai
menyerang buah kelapa sawit yang serangannya ditandai dengan bekas gigitan
pada daging buah. Tikus dan tupai dikendalikan dengan burung hantu dan ular.
Rayap menyerang batang kelapa sawit yang dapat mengakibatkan pohon kelapa
sawit tumbang, dikendalikan dengan merawat ancak agar pelepah dan pohon
tumbang tersusun rapi digawangan mati.
Pengolahan TBS
Pabrik kelapa sawit (PKS) Kebun SBU memiliki kapasitas olah 60 ton
jam-1 dan terdiri dari stasiun penerimaan buah, perebusan, pemipilan, pencacahan,
pengempaan, pemurnian dan kernel. TBS di stasiun penerimaan buah akan
digrading meliputi warna mesocarp (kuning, kuning orange, orange), kriteria
kematangan dan faktor pengurang (hardbunch, parthenocarpic, panjang tangkai).
Grading dilakukan agar buah yang diolah memiliki kualitas yang baik sehingga
mutu CPO yang dihasilkan baik.
Perebusan TBS di stasiun perebusan dilakukan untuk menghentikan proses
hidrolisis minyak sawit agar asam lemak bebasnya tidak tinggi, melunakkan TBS
sehingga memudahkan proses pemipilan, mengurangi kadar air dalam TBS
sehingga proses pengambilan minyak lebih mudah dan memudahkan proses
pemisahan inti sawit dan cangkang. Perebusan TBS dilakukan dengan tekanan uap
yang dipertahankan 2.8 kg cm-2 selama 80–90 menit (Gambar 5).

Gambar 5 Grading (kiri) dan stasiun rebusan (kanan)
Proses pemipilan dilakukan dengan alat pemipil (thresher) yang dapat
memutar dan membanting TBS sehingga brondolan lepas dari tandannya.
Brondolan kelapa sawit akan menuju stasiun pencacahan dan pengempaan,
sedangkan TKS akan dipisahkan untuk menjadi pupuk organik ataupun dibakar.
Brondolan yang telah terlepas dari tandannya dicacah hingga daging buahnya
menjadi bubur. Pada proses pengempaan perlu ditambahkan air agar minyak yang
dihasilkan tidak memiliki tingkat viskositas yang tinggi sehingga minyak yang
hasilkan lebih banyak karena dengan viskositas yang rendah minyak akan mudah
dipisahkan dari daging buahnya. Pada stasiun presser dihasilkan minyak yang
dikirim ke stasiun pemurnian, fiber dikirim ke stasiun boiler dan kernel masuk ke
stasiun kernel.
Minyak hasil pengempaan di saring kemudian masuk ke dalam tangki
(Crude oil tank) untuk dipanaskan dengan temperatur 95–100°C. Temperatur
yang tinggi akan memperbesar perbedaan berat jenis antara minyak, air dan

12
sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Minyak dari COT
masuk ke clarifier tank untuk memisahkan minyak dan sludge. Minyak dari
clarifier tank dikirim ke oil tank, sedangkan sludge di kembalikan lagi ke Crude
oil tank untuk diproses kembali agar minyak yang masih terkandung di dalamnya
dapat pisahkan.
Biji sawit yang terpisah dari daging buah pada stasiun pengempaan masih
bercampur dengan serabut. Pada stasiun ini akan dipisahkan antara biji sawit dan
serabut. Pemisahan ini dilakukan dengan cara pneumatic, yaitu pemisahan dengan
menggunakan hisapan udara pada sebuah kolom pemisah. Pemisahan ini terjadi
karena adanya perbedaan berat antara biji dan serabut. Biji sawit akan berada di
bagian bawah dan memasuki nut polishing drum untuk dibersihkan kembali dari
serabut kecil yang masih menempel. Biji sawit yang sudah bersih dikirim ke nut
silo untuk dikeringkan dengan temperatur 60–80°C selama 6–18 jam. Pengeringan
ini dilakukan agar inti dan cangkang dapat dipisahkan dengan cara pemecahan.
Kadar air hasil pengeringan adalah 12%. PKS Kebun SBU tidak mengolah
minyak inti kelapa sawit sehingga inti sawit dikirim ke pabrik lain untuk diolah
menjadi minyak inti sawit.
Aspek Manajerial
Mandor Pemupukan
Mandor Pupuk bertugas membuat bon permintaan pupuk, menentukan
blok aplikasi hari ini, jumlah tenaga kerja, kebutuhan mobil untuk pengangkutan
pupuk dari gudang ke lapang, wajib mengadakan apel pagi sebelum pemupukan
dilakukan, membagi hanca karyawan, memberikan pengarahan teknis pemupukan,
mengawasi pengeceran pupuk, mengawasi pelaksanaan pemupukan, mengecek
pekerjaan yang telah dilaksanakan, mengisi buku mandor dan membuat laporan
kegiatan harian pemupukan.
Mandor Perawatan
Mandor perawatan bertugas membuat bon permintaan bahan, mengisi
absensi di buku mandor, menentukan blok perawatan, mempersiapkan alat dan
bahan, melaksanakan apel pagi, mengawasi kegiatan perawatan, melihat hasil
penyemprotan dan membuat laporan harian. Pekerjaan yang dilakukan oleh
mandor perawatan antara lain: penyemprotan, babat manual, dongkel anak kayu
dan LSU.
Mandor Panen
Mandor Panen bertugas menentukan blok panen menentukan AKP,
membuat taksasi panen, melakukan apel pagi dan bertanggung jawab membagi
hanca, mengontrol hanca pemanen, mengisi buku mandor, koordinasi dengan
kerani produksi untuk pengecekan tandan, mengorganisasikan karyawan,
melakukan efisiensi panen, mengontrol kegiatan penunasan dan rempes, mengisi
buku mandor panen dan mengisi laporan potong buah.
Krani Produksi
Tugas kerani produksi atau krani buah adalah berkoordinasi dengan
mandor panen untuk mengontrol kriteria mutu buah panen, mengatur unit

13
pengangkutan, menghitung jumlah tandan setiap pengangkutan, memeriksa mutu
buah di TPH, mengisi buku kerani, menghitung premi pemanen dan pemuat.
Kerani Afdeling
Tugas dan tanggung jawab krani afdeling adalah membuat laporan
afdeling (harian, mingguan dan bulanan), membuat permintaan bahan/material
yang dibutuhkan, membuat daftar hadir karyawan, mencatat seluruh kegiatan
harian perawatan dan produksi, membuat dan merekap data produksi serta
mengisi monitoring produksi dan biaya (daily cost).
Pendamping Asisten
Asisten bertugas memimpin apel pagi, menjelaskan rencana kerja harian
dan evaluasi pekerjaan sebelumnya, mengawasi seluruh kegiatan di kebun baik
teknis maupun administrasi, memastikan buah terkirim ke PKS, melakukan
grading untuk mengurangi buah kurang matang, berwenang memberi izin (sakit,
cuti, dan izin) dan bertanggung jawab secara penuh selama 24 jam.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengolahan Kelapa Sawit
Pengolahan TBS kelapa sawit di Kebun SBU menghasilkan CPO 24%,
KPO 5%, cangkang 6%, fiber 12%, TKS 22% dan limbah cair 67% (Tabel 5).
Hambali et al. (2010) mengatakan bahwa limbah hasil pengolahan kelapa sawit
meliputi tandan kosong sebesar 21%, serat 53.4%, cangkang 6.4% dan limbah cair
(POME) sebanyak 58.3%.
Tabel 5 Hasil pengolahan TBS di PKS Kebun SBU tahun 2012 z
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bulan

TBS
Olah

Januari
12 785
Februari
11 891
Maret
10 907
April
10 469
Mei
9 558
Juni
11 117
Juli
14 215
Agustus
12 729
September
16 247
Oktober
15 012
November
15 236
Desember
13 978
Total
154 144
Rata2
12 845
%
z
Laboratorium PT CLP (2013).

Limbah
CangFiber
Cair
kang
…………………. ton ………………….
3 045
684
8 693
767
1 534
2 806
611
8 086
713
1 427
2 611
581
7 417
654
1 309
2 429
579
7 119
628
1 256
2 306
541
6 762
573
1 147
2 659
611
7 559
667
1 334
3 359
808
9 666
866
1 707
2 984
709
8 656
764
1 527
3 810
929
9 748
975
1 950
3 548
827
10 208
901
1 801
3 545
837
9 999
914
1 828
3 215
751
9 505
978
1 677
36 316 8 468 103 419
9 402 18 498
3 026
706
8 618
783
1 541
24
5
67
6
12
CPO

Inti

Jangkos
2 813
2 616
2 400
2 303
2 103
2 446
3 127
2 800
3 574
3 303
3 351
3 075
33 911
2 826
22

14
Cangkang dihasilkan pada proses pemecahan biji sawit setelah
dikeringkan di stasiun kernel. Fiber merupakan serat daging buah kelapa sawit
yang dihasilkan pada proses pengempaan di stasiun presser. TKS merupakan
limbah padat yang dihasilkan pada proses pemipilan (stasiun thresher). Limbah
cair yang dihasilkan pabrik berasal dari proses perebusan, pemurnian dan kernel.
Cangkang dan fiber di PKS Kebun SBU dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler,
sedangkan TKS dan limbah cair dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit
Limbah TKS yang dihasilkan di PKS Kebun SBU dimanfaatkan sebagai
pupuk organik yang diaplikasikan langsung ke lahan. Kegiatan aplikasi TKS
dijelaskan pada Gambar 6. TKS didistribusikan ke lahan menggunakan dump
truck dengan kapasitas 3.5 ton. Rata-rata TKS yang dihasilkan adalah 58 ton hari-1
sehingga diperlukan 17 trip pengangkutan setiap hari. TKS dikumpulkan di
collection road dan diaplikasikan menggunakan angkong. TKS harus segera
diaplikasikan agar tidak mengganggu proses pengangkutan panen, tidak merusak
jalan dan menghindari kehilangan unsur hara yang terkandung dalam TKS.
Aplikasi TKS dilakukan oleh tenaga SPKL (Surat Perintah Kerja Lokal) dengan
sistem borongan. Kemampuan aplikasi TKS secara individu adalah 6–7 ton hari-1
(20–25 petak hari-1), sedangkan jika dilakukan secara bersamaan ‘bomber’ (6
orang) dapat menyelesaikan 25 ton hari-1 (91 petak hari-1).

(A)

(B)

(C)
(D)
Gambar 6 Kegiatan aplikasi TKS : distribusi TKS dengan dump truck (A),
aplikasi TKS secara ‘bomber’ (B), aplikasi TKS secara individu
(C) dan hasil aplikasi TKS (D)

Aplikasi TKS dilakukan di antara dua pohon kelapa sawit dan disusun
membentuk persegi dengan ukuran 2 x 2 m dengan tinggi selapis. Dosis
rekomendasi aplikasi TKS sebanyak 30 ton ha-1 tahun-1. Unsur hara yang
dibutuhkan kelapa sawit adalah 163.68 kg ha-1 tahun-1 N, 61.38 kg ha-1 tahun-1 P,
217.80 kg ha-1 tahun-1 K dan 35.64 kg ha-1 tahun-1 Mg. Dosis tersebut mampu

15

Peningkatan produktivitas (%)

menyediakan unsur N, P, K dan Mg yang masing-masing sebanyak 324 kg ha -1
tahun-1, 84.63 kg ha-1 tahun-1, 496.80 kg ha-1 tahun-1 dan 9.72 kg ha-1 tahun-1.
Berdasarkan rekomendasi pemupukan di Kebun SBU, blok yang mendapat
aplikasi TKS hanya mendapatkan aplikasi pupuk anorganik pada semester 1 saja
karena aplikasi TKS mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan kelapa
sawit.
Kandungan hara tertinggi pada TKS adalah kalium. Departemen Riset
First Resources menyatakan satu ton TKS setara dengan 24.0 kg urea, 9.1 kg RPH,
27.6 kg MOP dan 1.2 kg kieserit. Kandungan ini lebih besar dari yang
disampaikan oleh Rahutomo et al. (2008) yaitu dalam satu ton TKS setara dengan
3 kg urea, 0.6 kg RPH, 12 kg MOP dan 2 kg kieserit. Unsur kalium pada tanaman
berperan dalam proses fotosintesis, respirasi, memperkuat jaringan dan organ
tanaman serta memperbaiki ukuran dan kuantitas buah pada masa generatif.
Kekurangan kalium pada tanaman dapat menghambat kematangan buah, ukuran
buah menjadi lebih kecil dan mudah rontok. Pemberian TKS pada kelapa sawit
diharapkan dapat mengurangi dampak kekurangan kalium sehingga produksi
kelapa sawit dapat ditingkatkan. Ginting (2011) menyatakan aplikasi TKS setara
25% dosis pupuk MOP standar kebun dapat meningkatan produksi mencapai
11.7%.
Produksi tandan kelapa sawit di Kebun SBU pada tahun 2012 mencapai
153 621 ton TBS sehingga dihasilkan 30 724 ton TKS. Aplikasi TKS dilakukan
dengan dosis 30 ton ha-1 tahun-1 sehingga lahan yang mendapatkan aplikasi hanya
1 024 ha, yaitu hanya 15.80 % dari total luas kebun. Blok yang mendapat aplikasi
TKS adalah blok-blok yang dekat dengan pabrik dan memiliki kondisi yang baik.
Kendala dalam aplikasi TKS adalah kondisi blok yang bergelombang dan jalan
yang rusak. Kondisi ini memungkinkan suatu blok tidak mendapatkan aplikasi
TKS pada seluruh luas blok sehingga dosis aplikasi tidak sesuai dengan
rekomendasi. Gambar 7 menunjukkan pengaruh luas blok yang mendapatkan
aplikasi TKS terhadap peningkatan produktivitas kelapa sawit. Produktivitas
kelapa sawit meningkat seiring dengan peningkatan luas blok yang mendapatkan
aplikasi TKS.
25
20

y = 0.1882x - 0.4678
R² = 0.9121

15
10
5
0
-5

0

20

40

60

80

100

120

Luas blok aplikasi (%)

Gambar 7 Hubungan luas blok aplikasi TKS dan produktivitas kelapa sawit
Manfaat aplikasi TKS ke lahan adalah memberikan tambahan unsur hara
yang diperlukan tanaman, mengurangi pemakaian pupuk anorganik, menekan
perkembangan gulma di antara pohon kelapa sawit dan mengurangi pencemaran

16
lingkungan. Hasil penelitian Ginting (2011) menunjukkan bahwa aplikasi TKS
berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah (pH tanah, kandungan C-organik, Ca
tertukarkan, Mg tertukarkan, dan KTK tanah), kadar N dan P dalam daun, serta
total dan rerata kumulatif produksi TBS.
Limbah Cair Kelapa Sawit
Limbah cair merupakan limbah yang dihasilkan PKS dengan jumlah paling
tinggi. Pengolahan limbah cair di Kebun SBU dilakukan dengan sistem kolam
penampungan, instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Sistem IPAL ini mampu
menaikkan pH dan menurunkan nilai BOD dan COD sehingga dapat diaplikasikan
ke lahan. Metode pengolahan lain yang dapat digunakan yaitu pengolahan dengan
anaerobic fixed bed reactor (Nasution 2009), membran elektrokoagulasi
(Nasution 2010), mikrofili (Herawan 2010) dan menjadikan limbah cair sebagai
media tumbuh mikroalga (Yonas 2012).
Limbah cair diaplikasikan ke lahan dengan sistem flat bed (Gambar 8).
Flat bed yaitu sistem aplikasi limbah secara irigasi yang ditampung di dalam
kolam-kolam dangkal dan datar dihubungkan dengan saluran parit untuk
mengalirkan limbah dengan ketinggian yang relatif tidak sama dan mengikuti
kemiringan tanah. Flat bed ini dibuat di sepanjang gawangan mati pada blok-blok
yang datar dan berjarak tidak terlalu jauh dengan pabrik. Blok yang mendapatkan
aplikasi limbah cair di Kebun SBU adalah blok E26, E27, E28, F27, F28 dan F29
(Lampiran 6).

A

B

Gambar 8 Kolam penampungan (kiri) dan flat bed limbah cair (kanan)
Aplikasi limbah cair ke lahan dilakukan setiap hari selama 8 jam hari-1.
Rata-rata debit limbah yang diaplikasikan pada bulan Februari 2013 sebesar
105.58 m3 jam-1 sehingga jumlah limbah yang diaplikasikan adalah 844.65 m3
hari-1 (22 805.44 m3 bulan-1 ; 273 665.25 m3 tahun-1). Luas lahan yang dapat
diaplikasikan limbah cair dengan rekomendasi 750–1 500 m3 ha-1 tahun-1 adalah
182–365 ha (5.63% dari luas total kebun). Luas total lahan aplikasi limbah cair di
Kebun SBU hanya 49 ha sehingga dosis aplikasinya mencapai 5 584 m3 ha-1
tahun-1. Dosis ini lebih besar dari dosis ketentuan di Kebun SBU. Satyoso (2012)
menyatakan bahwa dosis rekomendasi pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk
adalah 750 m3 ha-1 tahun-1 yang diaplikasikan 3–4 kali setahun dengan nilai BOD
sebesar 2 500–3 000 mg l-1. Dosis rekomendasi sebesar 750 m3 ha-1 tahun-1
mampu menyediakan 742.50 kg ha-1 tahun-1 N, 767.25 kg ha-1 tahun-1 P, 990 kg
ha-1 tahun-1 K dan 101.25 kg ha-1 tahun-1 Mg.

17
Pengujian kualitas limbah cair di Kebun SBU dilakukan setiap bulan
dengan mengambil sample dari kolam penampungan terakhir. Berdasarkan hasil
pengujian pada Tabel 6, aplikasi limbah cair telah sesuai dengan baku mutu yang
berlaku. Evaluasi kepatuhan ini ditunjukkan dengan nilai BOD5 dan COD air
limbah jauh di bawah nilai baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa limbah cair
telah dapat diaplikasikan ke lahan namun kandungan haranya sangat rendah
sehingga pengaruh pada pertumbuhan dan produksi kelapa sawit akan kecil.
Departemen Riset First Resources menyatakan satu ton limbah cair setara dengan
2.2 kg urea, 3.3 kg RPH, 2.2 kg MOP dan 0.5 kg kieserit. Satyoso (2005)
menyatakan bahwa limbah cair dari kolam pengumpul PT Astra Agro Lestari Tbk
mengandung 1.1–2.0 kg urea, 1.1–1.8 kg SP36, 4.0–7.6 kg MOP dan 1.5–2.1 kg
kieserit.
Tabel 6 Kriteria kualitas air limbah bulan Februari 2013 z
Baku mutu limbah cair
KepMenLH no.
Hasil uji lab
Pergubri no.35
No.
Parameter
28 & 29 tahun
Februari 2013
tahun 2007
2003
…………………. mg l-1 ………………….
1
BOD5
5 000
5 000
810
2
COD
** y
10 000
2 458
3
pH
6.0–9.0
6.0–9.0
7
4
Minyak dan lemak
**
2 500
32
5
Amoniak (NH3-N)
**
500
146
6
TSS
**
12 500
1 975
7
Timbal (Pb)
**
**
0.1
8
Tembaga (Cu)
**
**
0.0292
9
Kadmium (Cd)
**
**
0.002
10
Seng (Zn)
**
**
0.343
z
Laboratorium PT CLP (2013) : Laporan Pemantauan Pemanfaatan Air Limbah
PKS PT CLP oleh Unit Pelaksana Teknis Pengujian Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Riau bulan Februari 2013. y ** = tidak termasuk dalam persyaratan.

Pemanfaatan Kerak Limbah Cair
Limbah cair di kolam penampungan masih membawa lumpur hasil
pengolahan PKS. Lumpur ini akan mengalami pengendapan menjadi kerak di
kolam penampungan. Kerak ini akan mengurangi kapasitas kolam penampungan
jika tidak dilakukan pendalaman kolam secara berkala. Kerak limbah cair dapat
dimanfaatkan sebagai media tanam tanaman. Manulu (2008) menyatakan bahwa
tanaman sawi yang ditanam dengan media tanam 20%, 30% dan 40% limbah
lumpur kering kelapa sawit ditambah 50% NPK mampu menyeimbangkan
pertumbuhan vegetatif dan produktivitas tanaman sawi serta mampu
meningkatkan populasi total mikroorganisme tanah jika dibandingkan dengan
yang ditanam dengan 100% NPK.
Perlakuan kontrol pada seluruh pengamatan berbeda nyata dengan
kombinasi lainnya pada pengamatan tinggi tanaman (Tabel 7). Kondisi ini
menunjukkan bahwa penggunaan media tanam berupa kerak limbah cair
memberikan tambahan unsur hara yang diperlukan tanaman untu