Kontribusi Agroforestry Terhadap Keanekaragaman Tumbuhan Dalam Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Dan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kawasan.

KONTRIBUSI AGROFORESTRY TERHADAP
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DALAM KAWASAN
TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN

WINDY MARDIQA RIANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kontribusi
Agroforestry Terhadap Keanekaragaman Tumbuhan dalam Kawasan Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar
Kawasan adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Windy Mardiqa Riani
NIM E351120091

RINGKASAN
WINDY MARDIQA RIANI. Kontribusi Agroforestry Terhadap
Keanekaragaman Tumbuhan dalam Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman dan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kawasan. Dibimbing oleh
ARZYANA SUNKAR dan LETI SUNDAWATI.
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) di Provinsi
Lampung merupakan kawasan konservasi yang menerapkan agroforestry di dalam
kawasan sejak tahun 2000. Penerapan agroforestry dilakukan sebagai upaya
rehabilitasi lahan rusak dalam kawasan dan peningkatan perekonomian
masyarakat sekitar. Lahan rusak dalam kawasan Tahura WAR disebabkan
pertanian monokultur dan adanya permukiman dalam kawasan oleh masyarakat

sekitar sehingga menyebabkan penurunan keanekaragaman tumbuhan.
Upaya rehabilitasi kawasan dilakukan dengan menanam beberapa jenis
tanaman kehutanan tanpa diperbolehkan adanya kegiatan penebangan ataupun
penjualan kayu dari kawasan. Upaya peningkatan perekonomian masyarakat
sekitar dilakukan dengan meminjamkan sejumlah lahan dalam kawasan Tahura
WAR kepada masyarakat sebagai lahan garapan untuk menanam beberapa jenis
tanaman pertanian yang diselingi dengan tanaman kehutanan sehingga dapat
memberikan hasil berupa komoditas perdagangan sebagai sumber penerimaan.
Jumlah penerimaan dari hasil agroforestry berkorelasi positif terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat karena penerimaan termasuk dalam faktor internal yang
berpengaruh nyata dan konsisten terhadap kesejahteraan. Kedua upaya yang
dilakukan Dinas Kehutanan Lampung bersama dengan masyarakat kemudian
menimbulkan
pertanyaan
tentang
kontribusi
agroforestry
terhadap
keanekaragaman tumbuhan dan kesejahteraan masyarakat sekitar serta
keberhasilan penerapan agroforestry di kawasan Tahura WAR.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2014 di dalam kawasan Tahura
WAR untuk pengambilan data keanekaragaman tumbuhan dan desa sekitar
Tahura WAR untuk pengambilan data kesejahteraan masyarakat. Pengambilan
data keanekaragaman tumbuhan dilakukan di lahan agroforestry dan hutan primer,
yang dipilih dengan teknik random sampling sedangkan pengambilan data
kesejahteraan dilakukan di tiga desa (Sumber Agung, Batu Putu, dan Talang
Mulya) yang dipilih dengan teknik multi-stage sampling. Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data keanekaragaman tumbuhan adalah analisis vegetasi
dengan proses analisis data terdiri dari perhitungan indeks kesamaan jenis Jaccard
dan indeks keanekaragaman shannon-wienner. Metode yang digunakan dalam
pengambilan data kesejahteraan masyarakat adalah wawancara dengan proses
analisis data terdiri dari analisis penerimaan, analisis pengeluaran, analisis
kontribusi, dan analisis kesejahteraan. Kedua parameter penelitian kemudian
dianalisis bersama dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis tipologi
wilayah.
Hasil penelitian menunjukkah bahwa agroforestry berkontribusi terhadap
keanekaragaman tumbuhan berupa peningkatan indeks keanekaragaman yang
mendekati hutan primer sebesar 17,95% untuk semai, 21,05% untuk pancang,
41,55% untuk tiang, dan 61,01% untuk pohon. Pada sisi lain, agroforestry
memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat melalui dua indikator


kesejahteraan yaitu jumlah penerimaan dan pengeluaran. Agroforestry
memberikan kontribusi sebesar 41,41% terhadap total penerimaan sehingga
mampu mencukupi pengeluaran sebesar 40,93%. Pengukuran parameter
keanekaragaman tumbuhan dan kesejahteraan masyarakat menunjukkan bahwa
wilayah keberhasilan agroforestry di kawasan Tahura WAR termasuk wilayah
yang memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan rendah dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat tinggi ( Tipologi III ) untuk Sumber Agung dan wilayah
yang memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan rendah dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat sedang ( Tipologi V ) untuk Batu Putu dan Talang
Mulya.
Kata Kunci: Agroforestry, keanekaragaman tumbuhan, kesejahteraan masyarakat,
tipologi wilayah, Wan Abdul Rachman,

SUMMARY
WINDY MARDIQA RIANI. Contribution of Agroforestry on Plant Diversity in
Wan Abdul Rachman Grand Forest Park and for Economic Livelihood around the
Park. Supervised by ARZYANA SUNKAR and LETI SUNDAWATI.
Wan Abdul Rachman Grand Forest Park (Tahura WAR) in Lampung
Province is a protected area that has implemented agroforestry since 2000. The

application of agroforestry was an effort to rehabilitate the degraded land and
improve the community's economic livelihoods. Degraded land due to
monoculture farming and settlements, which has caused a decrease in plant
diversity.
Effort to rehabilitate were performed by planting several forestry species
without timber harvesting. Efforts to improve the community's economic
livelihoods were performed by lending parcel of land in the Tahura WAR as
arable land to grow agricultural crops interspersed with forest trees that could
provide commodity trades as sources of revenue. The total revenues from
agroforestry was positively correlated to the level of economic livelihood since
revenues is in fact part of internal factors that is significant and consistent to
livelihood. Both efforts raised the question of the contribution of agroforestry on
plant diversity and for community economic livelihood, as well as the level of
success of the implementation of agroforestry system in Tahura WAR.
The study was conducted on May – July 2014 in Tahura WAR and its
surrounding area. Data on plant diversity was collected in the primary forest and
agroforestry land within the Tahura and was selected by random sampling
technique, while data on economic livelihood was collected in three three villages
(Sumber Agung, Batu Putu, Talang Mulya) around the Tahura, which was
selected using multi-stage sampling technique. The research employed vegetation

analysis using Jaccard similarity index dan Shannon-Wienner diversity index.
Interviews were conducted and analysed using analysis of receipts, expenditure
analysis, and well-being analysis. Both research variables were further analyzed
with descriptive analysis and categorized into area typology based on its
implementation success.
Results of the research showed that agroforestry has contributed to the
diversity of plants in the form of an increased diversity index close to primary
forest approaching 17.95% for seedlings, 21.05% for saplings, 41.55% for poles,
and 61.01% for trees. Moreover, agroforestry has contributed to the economic
livelihood of the local community through two indicators of well-being, the
amount of revenues and expenditures. Agroforestry accounted for 41.41% of the
total revenues so as to meet the expenditure of 40.93%. The measurement of plant
diversity and economic livelihood showed that implemention of agroforestry has
contributed little to plant diversity yet a significant increase in economic
livelihood (Typology III) for Sumber Agung, whereas agroforestry has also
contributed little to plant diversity but with an intermediate level of economic
livelihood (Typology V) for Batu Putu and Talang Mulya.
Key words: Agroforestry, area typology, economic livelihood, plant diversity,
Wan Abdul Rachman


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya, pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

KONTRIBUSI AGROFORESTRY TERHADAP
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DALAM KAWASAN
TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN

WINDY MARDIQA RIANI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada

Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr M. Hesti Lestari Tata, SSi MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT atas segala
karunia dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei sampai Juli 2014 ini
adalah agroforestry, dengan judul Kontribusi Agroforestry terhadap Keanekaragaman
Tumbuhan dalam Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan
Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kawasan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Arzyana Sunkar dan Ibu Leti
Sundawati selaku pembimbing atas ilmu, pengalaman dan bimbingannya. Terima
kasih penulis ucapkan kepada Ibu Made Hesti Lestari Tata sebagai penguji luar
komisi dan Bapak Burhanuddin Masy’ud sebagai ketua program studi atas saran dan

masukan yang diberikan pada saat pelaksanaan ujian sidang. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Ibu Trisna, Bapak Ronald, Bapak Boni beserta seluruh staf UPTD
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Bapak Saban beserta masyarakat Sumber
Agung, Bapak Nani Ubay beserta masyarakat Citiis (Batu Putu), Bapak Sadiran
beserta masyarakat Talang Mulya, dan kerabat serta teman-teman di Bandar
Lampung yang telah membantu dalam pengumpulan data. terima kasih yang sebesarbesarnya juga penulis ucapkan kepada Papa, Mama, dan Destian Ade Anggi atas
kasih sayang, kesabaran, doa, nasehat serta motivasi yang telah diberikan selama ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh anggota keluarga Bapak
Sutarman Abdullah dan Ibu Siti Rochimah atas bantuan dan semangat yang telah
diberikan pada saat penulis melakukan penelitian.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman KVT 2012/2013 atas
kesediaannya berbagi ilmu dan kompetensi yang sangat membantu penulis dalam
memperkaya dan mempertajam karya ilmiah ini. Terakhir, penulis ucapkan terima
kasih kepada sahabat-sahabat Puri Hapsara dan kelompok Gaza atas kebersamaan dan
kesediaannya untuk saling menguatkan selama proses studi berlangsung.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga
bermanfaat bagi pengelola dan masyarakat sekitar kawasan Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman serta kalangan akademisi yang membutuhkan data dan informasi
mengenai pelaksanaan agroforestry di dalam kawasan konservasi.


Bogor, Maret 2015

Windy Mardiqa Riani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan
Manfaat
Kerangka Pikir
2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat dan Instrumen
Jenis Data
Teknik Pengambilan Contoh
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data

1
2
3
3
4

5
6
6
6
7
9

3 KONDISI UMUM PENELITIAN
Kondisi Geografis
Iklim dan Curah Hujan
Topografi
Kondisi Biologi Kawasan
Kondisi Sosial Ekonomi

15
15
15
16
17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Agroforestry dalam Kawasan Tahura
Kekayaan dan Komposisi Jenis
Indeks Kesamaan Jenis
Indeks Keanekaragaman
Uji Statistik Indeks Keanekaragaman
Tingkat Keanekaragaman Lahan Agroforestry
Kesejahteraan Masyarakat
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

18
18
24
25
27
29
30
40

Kontribusi Agroforestry
Tipologi Wilayah Keberhasilan

41
44

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

47
47

DAFTAR PUSTAKA

48

LAMPIRAN

52

RIWAYAT HIDUP

74

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Rincian data dan informasi penelitian
Jumlah masyarakat masing-masing lokasi penelitian
Indikator kesejahteraan masyarakat menurut BPS
Desain tipologi wilayah keberhasilan
Desa dan kelurahan sekitar Tahura WAR
Jenis tumbuhan berkayu di hutan primer dan lahan agroforestry
Jumlah penduduk sekitar kawasan Tahura WAR
Kekayaan jenis tanaman berkayu di lahan agroforestry
Komposisi jenis tanaman berkayu tingkat semai di lahan agroforestry
Komposisi jenis tanaman berkayu tingkat pancang di lahan agroforestry
Komposisi jenis tanaman berkayu tingkat tiang di lahan agroforestry
Komposisi jenis tanaman berkayu tingkat pohon di lahan agroforestry
Kekayaan jenis tumbuhan berkayu di hutan primer
Indeks kesamaan jenis Jaccard lahan agroforestry dan hutan primer
Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner di lahan agroforestry
Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner di hutan primer
Hasil uji lanjut Duncan indeks keanekaragaman tingkat pohon
Hasil uji lanjut Mann-Whitney lahan agroforestry dan hutan primer
Hasil uji lanjut Mann-Whitney lahan agroforestry
Nilai dasar penentuan tingkat keanekaragaman
Tingkat keanekaragaman lahan agroforestry
Distribusi masyarakat berdasarkan kelompok umur
Distribusi masyarakat berdasarkan luas lahan garapan
Penerimaan rumah tangga di lokasi penelitian
Rincian penerimaan rumah tangga dari agroforestry
Pengeluaran rumah tangga di lokasi penelitian
Rincian pengeluaran rumah tangga di lokasi penelitian
Tingkat kesejahteraan masyarakat di lokasi penelitian
Kontribusi indeks keanekaragaman lahan agroforestry terhadap indeks
keanekaragaman hutan primer
Kontribusi penerimaan agroforestry terhadap total penerimaan dan total
pengeluaran rumah tangga
Tipologi wilayah keberhasilan agroforestry

6
7
12
13
15
16
17
19
20
21
22
23
24
25
26
26
28
28
29
29
30
30
34
35
35
37
37
40
41
43
44

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kerangka pikir penelitian
Peta lokasi penelitian
Desain plot contoh
Lahan agroforestry dalam kawasan Tahura WAR
Kurva spesies area di lahan agroforestry
Distribusi masyarakat berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
Distribusi masyarakat berdasarkan suku
Distribusi masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan
Distribusi masyarakat berdasarkan usaha non-agroforestry
Distribusi masyarakat berdasarkan intensitas berkebun
Rumah permanen dan rumah semi permanen

4
5
8
18
19
31
32
32
33
33
38

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Komposisi jenis tanaman berkayu di lahan agroforestry
Indeks keanekaragaman masing-masing plot di lahan agroforestry
Komposisi jenis tumbuhan berkayu di hutan primer
Perhitungan tingkat kesejahteraan masyarakat
Proses analisis data di software IBM-SPSS Versi 2.0

52
54
57
61
66

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) merupakan
Tahura yang terletak di Provinsi Lampung dengan luas kawasan hutan sebesar
22.244 ha (Kemenhut 2002). Pada mulanya kawasan Tahura WAR termasuk
dalam kawasan hutan lindung dengan nama Hutan Gunung Betung Register 19,
tetapi pada tahun 1993 berubah fungsi menjadi kawasan konservasi dalam bentuk
Tahura berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 408/Kpts-II/93.
Perubahan kawasan menjadi Tahura dilakukan untuk mengurangi tekanan
terhadap kawasan hutan akibat peningkatan luas lahan pertanian monokultur dan
permukiman dalam kawasan yang menyebabkan penurunan keanekaragaman
hayati terutama keanekaragaman tumbuhan (Dishut Lampung 2005). Pada sisi
lain, masyarakat sekitar kawasan Tahura WAR yang mayoritas bekerja sebagai
petani juga membutuhkan lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Merespon kondisi di atas, pada tahun 2000, Dishut Lampung bersama
dengan masyarkat sekitar, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan perguruan tinggi
menerapkan sistem agroforestry dalam kawasan Tahura WAR dengan istilah
hutan kemasyarakatan. Agroforestry merupakan sistem pengelolaan lahan yang
mengimplementasikan nilai ekologi dan ekonomi dengan tujuan pelestarian
keanekaragaman hayati dan produksi pertanian dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat (Widianto et al. 2003). Agroforestry juga
didefinisikan sebagai sistem pengelolaan lahan tradisional yang terdiri dari
interaksi antara unsur-unsur alam seperti pepohonan dan semak bersama dengan
tanaman pertanian dan terkadang juga rumah tangga (Kyndt et al. 2009).
Agroforestry memberikan manfaat dalam bentuk diversitas, kemandirian,
stabilitas hasil panen dan produktivitas (Hairiah et al. 2003).
Agroforestry dalam kawasan Tahura WAR dilakukan dengan meminjamkan
lahan seluas 2.304,03 ha atau 10,45% dari luas total kawasan kepada masyarakat
sekitar yang juga termasuk kelompok tani agroforestry (Rifki 2007). Peminjaman
lahan dilakukan dengan syarat pengelolaan lahan hanya ditujukan untuk
kepentingan agroforestry. Pelaksanaan agroforestry melibatkan masyarakat sekitar
Tahura WAR yang terdiri dari empat suku yaitu Jawa, Sunda, Lampung dan
Semendo (Suraji 2003).
Penerapan agroforestry dalam kawasan Tahura WAR menggunakan pola
kebun campur yang terdiri dari tanaman pertanian diselingi dengan tanaman
kehutanan. Komoditas buah dijadikan sebagai komoditas utama dalam
perdagangan sedangkan tanaman kehutanan yang menghasilkan komoditas kayu
hanya berfungsi sebagai tanaman peneduh dan tanaman rehabilitasi. Hal itu
karena adanya larangan penebangan pohon dalam kawasan konservasi
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
kehutanan. Beberapa penelitian menyebutkan, penerapan agroforestry
memberikan kontribusi dalam menjaga kualitas air dan mengatur hidrologi
kawasan, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, mempertahankan dan
meningkatkan keanekaragaman hayati, konservasi keanekaragaman hayati,
memelihara produksi panen, menyediakan alternatif makanan pokok, dan

2

alternatif sumber utama pendapatan masyarakat pedesaan (Widianto et al. 2003;
Mcneely dan Schroth 2006; Akinnifesi et al. 2008; Fandohan et al. 2010; Kalaba
et al. 2010). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang kontribusi
agroforestry yang diterapkan dalam kawasan Tahura WAR di Provinsi Lampung.

Perumusan Masalah
Kontribusi agroforestry dapat dibedakan menjadi dua yaitu kontribusi bagi
ekologi kawasan dan ekonomi masyarakat. Kontribusi agroforestry bagi ekologi
kawasan dalam kawasan Tahura WAR difokuskan pada konservasi
keanekaragaman hayati dengan mempertahankan dan meningkatkan
keanekaragaman hayati terutama keanekaragaman tumbuhan melalui kegiatan
rehabilitasi kawasan. Nobel dan Dirzo (1997) menyatakan bahwa pelaksanaan
agroforestry pada beberapa tempat di Nepal dapat meningkatkan 50% – 80%
keanekaragaman tumbuhan dibandingkan dengan keanekaragaman pertanian
monokultur ataupun padang rumput. Kontribusi agroforestry lainnya terhadap
konservasi keanekaragaman hayati berupa perlindungan terhadap jenis tumbuhan
tertentu di lahan pertanian, pengurangan tekanan terhadap hutan primer, dan
habitat bagi satwaliar (Ouinsavi et al. 2005; Acharya 2006; Assogbadjo et al.
2012)
Kontribusi agroforestry bagi ekonomi masyarakat sekitar kawasan
difokuskan pada peningkatan penerimaan rumah tangga melalui perubahan sistem
pertanian. Hasil penelitian Retnoningsih (2007) menyebutkan kontribusi
agroforestry terhadap total penerimaan di Desa Babakan, Kabupaten Purwakarta
sebesar 45,34% dengan persentase penerimaan 52,95% dari pangan, 36,44% dari
buah-buahan dan 10,61% dari kayu. Hasil berbeda ditemukan pada petani
agroforestry di Desa Bangun Jaya Kabupaten Bogor, dimana kontribusi
agroforestry terhadap total penerimaan sebesar 79,5 % dengan persentase
penerimaan, 85,82% dari buah, 8,23% dari kayu dan 5,95% dari pangan
(Rachman 2011). Jumlah penerimaan dari hasil agroforestry berkorelasi positif
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat karena penerimaan termasuk dalam
faktor internal yang berpengaruh nyata terhadap kesejahteraan rumah tangga
(Iskandar et al. 2006). Hasil penelitian Ibrahim (2007) juga menunjukkan bahwa
penerimaan merupakan faktor yang berhubungan nyata dan konsisten terhadap
kesejahteraan masyarakat bersamaan dengan faktor pendidikan dan pengeluaran
per kapita.
Uraian di atas dapat dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah kontribusi agroforestry terhadap keanekaragaman tumbuhan
kawasan Tahura WAR?
b. Bagaimanakah kontribusi agroforestry terhadap kesejahteraan masyarakat
sekitar kawasan Tahura WAR?
c. Bagaimanakah keberhasilan penerapan agroforestry di kawasan Tahura WAR
berdasarkan keanekaragaman tumbuhan dan kesejahteraan masyarakat
sekitar?

3

Tujuan
Tujuan penelitian ini antara lain :
a. Menentukan kontribusi agroforestry terhadap keanekaragaman tumbuhan
kawasan Tahura WAR
b. Menentukan kontribusi agroforestry terhadap kesejahteraan masyarakat
sekitar kawasan Tahura WAR
c. Menentukan tipologi wilayah keberhasilan agroforestry dalam kawasan
Tahura WAR berdasarkan keanekaragaman tumbuhan dan kesejahteraan
masyarakat sekitar.

Manfaat
Manfaat dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu
akademis dan teknis. Manfaat akademis dari penelitian ini adalah sebagai
penambah informasi dan data tentang penerapan agroforestry di Tahura WAR,
kesejahteraan masyarakat sekitar khususnya petani agroforestry, dan
keanekaragaman tumbuhan kawasan Tahura WAR. Manfaat teknis dari penelitian
ini untuk membantu pengelola Tahura WAR dalam mengevaluasi penerapan
agroforestry di kawasan Tahura WAR melalui dua parameter yaitu kesejahteraan
masyarakat dan keanekaragaman tumbuhan.

Kerangka Pikir
Kawasan Tahura WAR terbagi ke dalam empat blok pengelolaan yaitu blok
koleksi tumbuhan dan satwa, blok pemanfaatan, blok social forestry dan
rehabilitasi, dan blok perlindungan (Dishut Lampung 2005). Pada blok sosial
forestry dan rehabilitasi, penerapan agroforestry bermanfaat ekologi bagi
kawasan Tahura WAR dan ekonomis bagi masyarakat sekitar. Manfaat ekologi
kawasan dari agroforestry dapat diukur melalui indeks keanekaragaman tumbuhan
di lahan agroforestry dan hutan primer pada blok lindung. Manfaat ekonomi
dapat diukur melalui tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar terutama petani
agroforestry. Alur yang digunakan dalam melakukan pengukuran terhadap
keanekaragaman tumbuhan dan kesejahteraan masyarakat beserta analisisnya
secara rinci disajikan pada Gambar 1.

4

Kawasan Tahura WAR

Blok Perlindungan

Blok social forestry
dan Rehabilitasi

Hutan Primer

Lahan Agroforestry

Manfaat Ekologi

Manfaat Ekonomi

Keanekaragaman
Tumbuhan

Kesejahteraan
Masyarakat

Kriteria Kesejahteraan
BPS

Indeks Keanekaragaman
Shannon-Wienner

Tingkat Keanekaragaman
TINGGI, SEDANG, RENDAH

Tingkat Kesejahteraan
TINGGI, SEDANG, RENDAH

Analisis Deskriptif

Kontribusi
Agroforestry

Tipologi Wilayah
Keberhasilan
Keterangan :
: Keputusan
: Proses

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

5

2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu Mei – Juli 2014. Lokasi penelitian
dilaksankan di dalam kawasan Tahura WAR untuk pengambilan data yang terkait
keanekaragaman tumbuhan dan di luar kawasan Tahura WAR untuk pengambilan
data yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat. Penelitian di dalam kawasan
Tahura WAR dilakukan pada dua blok yaitu blok social forestry dan rehabilitasi
(hutan kemasyarakatan) dan blok perlindungan. Penelitian di luar kawasan Tahura
WAR dilakukan di tiga desa dari 36 desa sekitar kawasan terdiri dari Kelurahan
Sumber Agung, Kelurahan Batu Putu, dan Desa Talang Mulya. Lokasi penelitian
yang digunakan dalam pengambilan data ditunjukkan pada Gambar 2.

Sumber : Modifikasi dari Rifki (2007)

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

6

Alat dan Instrumen
Alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari meteran, tali rapia,
kompas, tape recorder, kamera digital, dan alat tulis. Instrumen yang digunakan
terdiri dari tallysheet, kuisioner, dan peta wilayah agroforestry.

Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini diambil dengan melakukan wawancara
dan analisis vegetasi. Data sekunder didapatkan melalui penelusuran dokumen
sebagai data tambahan dalam membantu proses analisis data. Keseluruhan data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini secara rinci ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rincian data dan informasi penelitian
Parameter
Keanekaragaman
tumbuhan

Kesejahteraan
masyarakat

Variabel
Jenis tumbuhan
Jumlah individu setiap jenis
Laporan inventarisasi tumbuhan
Kondisi umum kawasan
Penerimaan
Pengeluaran
Keadaan tempat tinggal
Fasilitas tempat tinggal
Kesehatan anggota rumah tangga
Pelayanan kesehatan dan medis
Pelayanan pendidikan
Fasilitas trasnportasi
Kehidupan beragama
Perasaan aman dari tindakan kejahatan
Kemudahan dalam melakukan olah raga
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
sekitar

Jenis Data

Sumber

Primer

Lapang

Sekunder

Dishut Lampung

Primer

Masyarakat

Sekunder

BPS

Teknik Pengambilan Contoh
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu
keseluruhan kawasan Tahura WAR untuk parameter keanekaragaman tumbuhan
dan keseluruhan masyarakat sekitar kawasan yang bekerja sebagai petani
Agroforestry dalam kawasan Tahura WAR untuk parameter kesejahteraan
masyarakat. Populasi dalam kawasan Tahura WAR terbagi menjadi dua subpopulasi yaitu blok social forestry dan rehabilitasi untuk lahan agroforestry dan
blok perlindungan untuk hutan primer. Teknik pengambilan contoh pada kedua
sub-populasi dilakukan secara random sampling dengan mengambil luasan
sebesar 1 ha pada hutan primer dan 3 ha pada lahan agroforestry.
Teknik pengambilan contoh untuk parameter kesejahteraan masyarakat
dilakukan menggunakan teknik penarikan contoh bertahap (Multi-Stage
Sampling). Tahap pertama dilakukan dengan menentukan desa berdasarkan

7

kriteria (1) berbatasan langsung dengan kawasan Tahura WAR, (2)
masyarakatnya menjalankan agroforestry di dalam kawasan Tahura WAR, (3)
memiliki karakteristik perekonomian maju, sedang, dan miskin. Tahap kedua
dilakukan dengan memilih rumah tangga yang menjalankan agroforestry dalam
kawasan Tahura WAR secara random sampling sebagai responden dari tiga desa
yang telah ditentukan sebelumnya. Penentuan jumlah keseluruhan responden
menggunakan persamaan Paul Leedy (1980) dalam Arikunto (2010) sedangkan
penentuan jumlah responden pada masing-masing desa menggunakan persamaan
Walpole (1982) sebagai berikut:

Keterangan :
n
: ukuran populasi
p
: perbandingan antara subjek yang menjadi objek dengan seluruh subjek
e
: galat (0,1)
z
: standar skor untuk selang kepercayaan yang dipilih

( )

Keterangan :
ndesa
: jumlah masyarakat pada masing-masing desa
Ni
: jumlah populasi desa ke-i
N
: total populasi
n
: ukuran populasi

Penggunaan kedua persamaan tersebut menghasilkan jumlah responden
pada masing-masing desa (Tabel 2) sebagai berikut :
Tabel 2 Jumlah masyarakat masing-masing lokasi penelitian
No.
1.
2.
3.

Desa
Sumber Agung
Batu Putu
Talang Mulya
Jumlah

Kecamatan
Kemiling
Teluk betung
Padang cermin

Jumlah KK
499
251
398
1148

Jumlah contoh
43
22
34
99

Metode Pengumpulan Data
Observasi lapang
Observasi lapang merupakan pengamatan langsung dan pencatatan secara
teliti terhadap kajian yang diteliti. Observasi lapang dilakukan untuk menentukan
lokasi pengumpulan data dan memperoleh data aktual mengenai keanekaragaman
tumbuhan dan kesejahteraan masyarakat.

8

Analisis vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengukur tingkat keanekaragaman
tumbuhan berkayu di lahan agroforestry dan hutan primer sebagai variabel kontrol
dalam penelitian. Data yang dikumpulkan dalam analisis vegetasi adalah jumlah
jenis dan jumlah individu masing-masing jenis menggunakan petak contoh. Kedua
data tersebut dikumpulkan pada empat tingkatan tumbuhan yaitu semai, pancang,
tiang dan pohon. Keempat tingkatan tumbuhan didefinisikan sebagai berikut
(Kusmana 1995 ) :
- Semai
: permudaan yang memiliki tinggi kurang dari 1,5 m
- Pancang : permudaan dengan tinggi 1,5 m dan diameter setinggi dada (dbh)
- Tiang
: permudaan yang memiliki dbh 10 cm≤ dbh < 20 cm
- Pohon
: pohon dewasa yang memiliki diameter (d) ≥ 20 cm
Teknik yang digunakan dalam analisis vegetasi yaitu teknik jalur berpetak
dengan ukuran 2m x 2m untuk tingkat semai, 5m x 5m untuk tingkat pancang,
10m x10m untuk tingkat tiang, dan 20 m x 20 m untuk tingkat pohon. Jumlah plot
yang digunakan untuk melakukan analisis vegetasi sebanyak 25 plot (1 ha)
dimasing-masing lahan agroforestry dan 25 plot di hutan primer. Design plot
contoh secara rinci dijelaskan pada Gambar 3.
20 m
2m

5m

10 m

20 m

2m
5m
10 m

20 m

20 m

Gambar 3 Desain plot contoh
Wawancara
Wawancara dilakukan kepada masyarakat menggunakan kuisioner untuk
mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Pengukuran terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat pada penelitian ini menggunakan 11 variabel
berdasarkan indikator kesejahteraan BPS (1991) yaitu penerimaan rumah tangga,
konsumsi rumah tangga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal,
kesehatan anggota rumah tangga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
dan medis, kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan,
kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan beragama, perasaan
aman dari tindakan kejahatan, dan kemudahan dalam melakukan olah raga.
Penelusuran dokumen
Penelurusan dokumen dilakukan terhadap dokumen peta wilayah
agroforestry, anggota kelompok tani, laporan inventarisasi tumbuhan di kawasan
Tahura WAR, data sejarah dan kondisi umum kawasan Tahura WAR.

9

Analisis Data
Indeks keanekaragaman
Pengukuran keanekaragaman tumbuhan pada penelitian ini menggunakan
indeks Shannon-Wiener yang dihitung melalui persamaan (Maguran 1988) :

Keterangan :
S : jumlah spesies
Pi : proporsi individu pada spesies ke-i
Ln : logaritma natural

Indeks kesamaan jenis
Indeks kesamaan jenis digunakan untuk membandingkan kesamaan jenis
tumbuhan pada dua komunitas. Indeks kesamaan jenis dapat dihitung
menggunakan Indeks Jaccard dengan persamaan sebagai berikut (Kent dan Paddy
1992) :

Keterangan :
a = Jumlah jenis yang umum di komunitas A dan B
b = Jumlah jenis yang ada di komunitas A tetapi tidak di komunitas B
c = Jumlah jenis yang ada di komunitas B tetapi tidak di komunitas A

Uji statistik
Uji statistik dilakukan terhadap data indeks keanekaragaman tumbuhan di
lahan agroforestry (Sumber Agung, Batu Putu, Talang Mulya) dan hutan primer.
Pengujian data dilakukan melalui tiga tahap yaitu uji normalitas KolmogrovSmirnov, uji beda nilai tengah, dan uji lanjut (Posthoc test). Uji normalitas
Kolmogrov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui kondisi populasi data tersebar
normal atau tidak (Priyatno 2008). Setelah dilakukan uji normalitas data
kemudian dilakukan uji beda nilai tengah dengan uji beda parametrik analysis of
variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% apabila populasi data
menyebar normal atau dilakukan uji beda non parametrik Kruskall-Wallis apabila
populasi data menyebar tidak normal. Tahapan uji statistik yang ketiga adalah uji
lanjut duncan apabila ujibeda menggunakan ANOVA atau uji lanjut Man-Whitney
apabila ujibeda menggunakan Kruskall-Wallis. Pengujian normalitas KolmogrovSmirnov, uji beda nilai tengah, dan uji lanjut dilakukan menggunakan software
IBM-SPSS Versi 20. Rumusan hipotesis indeks keanekaragaman tumbuhan terdiri
dari :
H0 :Tidak terdapat perbedaan indeks keanekaragaman antara lahan agroforestry
dengan hutan primer pada tingkat semai/pancang/ tiang/pohon
H1 : Terdapat perbedaan indeks keanekaragaman antara lahan agroforestry
dengan hutan primer pada tingkat semai/pancang/tiang/pohon

10

Analisis penerimaan
a. Penerimaan agroforestry (Igr)
Penerimaan agroforestry merupakan penerimaan yang diperoleh dari
penjualan buah, getah, dan komoditas lain dari lahan agroforestry dalam kawasan
Tahura WAR.
Igr = ∑penerimaan petani dari produk agroforestry
b. Penerimaan non-agroforestry (Ingr)
Penerimaan non-agroforestry merupakan penerimaan yang diperoleh dari
penjualan warung, gaji/upah, dan sumber penerimaan lain diluar penerimaan
agroforestry.
Ingr = ∑penerimaan petani dari produk non-agroforestry
c. Penerimaan total
Itot = Igr + Ingr
Keterangan :
Itot : jumlah penerimaan total (Rp)
Igr
: jumlah penerimaan dari usaha agroforestry (Rp)
Ingr : jumlah penerimaan dari usaha non-agroforestry (Rp)

d. Penerimaan perkapita

Keterangan :
Ipk : penerimaan perkapita per tahun
Itot : jumlah penerimaan total
∑AK : jumlah tanggungan keluarga
Analisis pengeluaran
a. Total pengeluaran
Ct = C1 + C2
Keterangan :
Ct
: total pengeluaran
C1 : pengeluaran untuk pangan
C2 : pengeluaran untuk non pangan

C2 = Ca + Cb + Cc + Cd + Ce +Cf+Cg+Ch
Keterangan:
Ca : pengeluaran untuk pakaian dan alas kaki
Cb : pengeluaran untuk kesehatan
Cc : pengeluaran untuk pendidikan
Cd : pengeluaran untuk transportasi
Ce : pengeluaran untuk listrik dan air

11

Cf : pengeluaran untuk pengolahan lahan agroforestry
Cg : Pengeluaran untuk tabungan
Ch : Pengeluaran untuk rekreasi dan keperluan sosial

b. Pengeluaran perkapita

Keterangan :

Cpk : jumlah pengeluaran perkapita per tahun
Ctot : jumlah pengeluaran total
∑AK : jumlah tanggungan keluarga
Analisis kontribusi
a. Kontribusi indeks keanekaragaman
keanekaragaman hutan primer
(

agroforestry

terhadap

indeks

)

Keterangan :
% IK : kontribusi keanekaragaman agroforestry terhadap keanekaragaman hutan
primer
IKgr
: indeks keanekaragaman lahan agroforestry
IKHp : indeks keanekaragaman hutan primer

b. Kontribusi penerimaan agroforestry terhadap total penerimaan

Keterangan :
% Igri : kontribusi agroforestry terhadap total penerimaan
Igr
: jumlah penerimaan dari usaha agroforestry
Itot
: jumlah penerimaan total

c. Kontribusi penerimaan agroforestry terhadap total pengeluaran

Keterangan :

(

)

% Igrc : kontribusi agroforestry terhadap total pengeluaran
Igr
: jumlah penerimaan dari usaha agroforestry
Ctot : jumlah pengeluaran total
Analisis kesejahteraan
Analisis kesejahteraan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria
kesejahteraan BPS (1991) dengan menggunakan 11 indikator Klasifikasi skor
masing-masing indikator kesejahteraan dihitung berdasarkan pedoman penentuan
range skor dari BPS yang disajikan pada Tabel 3.

12

Tabel 3 Indikator kesejahteraan masyarakat
No.
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Indikator tingkat kesejahteraan

Kriteria

Penerimaan rumah tangga
Tolak ukur yang digunakan adalah konsep kemiskinan yang
menyelaraskan penerimaan per kapita per tahun setara dengan harga
beras

Cukup (Rp. > 4.080.000)
Hampir cukup (2.720.000
– 4.080.00)
Miskin
(2.040.000

2.720.000)
Sangat
miskin
(<
2.040.000)
Tidak miskin (>4.660.000)
Miskin
(2.912.500

4.660.000)
Miskin sekali (1.747.500 –
2.912.500)
Paling miskin (100 m) (3)/sedang (50-100 m) (2)/sempit (100m2) (3)/sedang (50-100m2)/sempit ( 3 km (2)/tidak
ada (1), Jarak ke klinik : 0 km (4)/0,01 – 2 km(3)/ > 2 km (2)/tidak ada
(1), Biaya berobat : baik (3)/cukup (2)/sulit terjangkau (1), Penganan
berobat : baik (3)/cukup (2)/buruk (1), Alat kontrasepsi : mudah
didapat (3)/cukup mudah (2)/ sulit (1), Harga obat-obatan: terjangkau
(3)/cukup (2), sulit terjangkau (1)
Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan
Biaya sekolah : terjangkau (3)/cukup (2)/sulit terjangkau (1), Jarak ke
sekolah : 0 km (4), 0,01 – 3 km(2)/> 3 km (1), Prosedur penerimaan :
mudah (3), sedang (2), sulit (1)
Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi
Ongkos dan biaya : terjangkau (3)/cukup terjangkau (2)/sulit terjangkau
(1)
Fasilitas kendaraan : tersedia (1)/cukup tersedia (2)/ kurang tersedia (1)
Kepemilikan : sendiri (3), sewa (2), ongkos (1)
Kehidupan beragama

10.

Rasa aman dari tindakan kejahatan

7.

8.

11.

Kemudahan dalam melakukan olah raga

Sumber : BPS (1991)

Skor

2
1
4
3
2
1
3
2
1

3
2
1

2
1

3
2
1

13

Analisis deskriptif
Analisis deskriptif pada penelitian ini dilakukan terhadap data yang
berkaitan dengan karakteristik masyarakat, tabulasi untuk keanekaragaman
tumbuhan dan kesejahteraan masyarakat serta kontribusi agroforestri terhadap
total penerimaan dan pengeluaran masing-masing lokasi. Nilai indeks
keanekaragaman tumbuhan yang didapatkan dari lahan agroforestri kemudian
dibandingkan dengan nilai indeks keanekaragaman tumbuhan yang terdapat pada
hutan primer.
Analisis tipologi wilayah
Analisis tipologi wilayah dilakukan untuk menghubungkan dua parameter
yaitu keanekaragaman tumbuhan dan kesejahteraan masyarakat. Penentuan
tingkat kesejahteraan di masing-masing lokasi penelitian dilakukan dengan
menghitung skor rata-rata masyarakat. Skor rata-rata yang didapatkan kemudian
diklasifikasikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan klafisikasi
sebagai berikut :
Tingkat kesejahteraan tinggi, apabila mencapai skor = 27 – 35
Tingkat kesejahteraan sedang, apabila mencapai skor = 19 – 26
Tingkat kesejahteraan rendah, apabila mencapai skor = 11 – 18
Penentuan tingkat keanekaragaman tumbuhan dilakukan dengan
menghitung rata-rata indeks keanekaragaman pada lahan agroforestri dan hutan
primer. Hasil perhitungan rata-rata (x) dan standar deviasi (Sd) indeks
keanekaragaman hutan primer kemudian dijadikan variabel kontrol sekaligus
sebagai nilai penentu dalam menentukan tingkat keanekaragaman. Sehingga
tingkat keanekaragaman tumbuhan ditentukan berdasarkan klasifikasi sebagai
berikut :
Tingkat Keanekaragaman tinggi,
Tingkat Keanekaragaman sedang,
Tigkat keanekaragaman rendah,
Setelah menentukan tingkat kesejahteraan dan keanekaragaman pada
masing-masing lokasi kemudian dilanjutkan dengan pembobotan dengan
memberikan skor tertentu sehingga akan diperoleh tipologi wilayah keberhasilan
seperti yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Desain tipologi wilayah keberhasilan
Tipologi
Wilayah
Tipologi I
Tipologi II
Tipologi III
Tipologi IV
Tipologi V
Tipologi VI

Tingkat Keanekaragaman
Tinggi Sedang Rendah







Tingkat Kesejahteraan
Tinggi Sedang Rendah







14

Pengelompokkan tipologi wilayah pada Tabel 4 dijelaskan sebagai berikut :
Tipologi I : apabila kedua variabel mempunyai kriteria tinggi
Tipologi II : apabila satu variabel mempunyai kriteria tinggi dan variabel lain
mempunyai kriteria sedang
Tipologi III : apabila salah satu variabel mempunyai kriteria tinggi dan variabel
lain mempunyai kriteria rendah
Tipologi IV : apabila kedua variabel mempunyai kriteria sedang
Tipologi V : apabila salah satu variabel mempunyai kriteria sedang dan variabel
lain mempunyai kriteria rendah
Tipologi VI : apabila kedua variabel mempunya kriteria rendah

15

3 KONDISI UMUM PENELITIAN
Kondisi Geografis
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman memiliki total kawasan seluas
22249,31 Ha. Letak Tahura WAR dan secara geografis berada di diantara 5023’5033’ LS dan 105002’ - 105013’ BT (UPTD Tahura WAR 2008). Letak Tahura
WAR secara administrasi terletak di 3 kecamatan wilayah Kota Bandar Lampung
dan 4 kecamatan wilayah Kabupaten Pesawaran (Dishut Lampung 2005).
Kawasan Tahura WAR berbatasan dengan 36 Desa/kelurahan yang ditunjukkan
pada Tabel 5 .
Tabel 5 Desa dan kelurahan sekitar Tahura WAR
Kabupaten/kota Kecamatan
Kemiling
Teluk
Betung
Bandar
Utara
Lampung
Teluk
Betung
Barat
Padang Cermin
Pesawaran
Kedondong

Way Lima
Gedong Tataan

Desa/Kelurahan
Sumber Agung, Kedaung
Sukadanaham, Batu Putu
Keteguhan, Sukarame II
Sukajaya, Tanjung Agung, Hurun, Hanura,
Sidodadi, Gebang, Padang Cermin, Banjaran,
Hanau Berak, Way Urang, Pesawaran Indah,
Anglo, Gunung Rejo
Margodadi, Sukamandi, Way Harong, Tanjung
Agung, Sinar Harapan, Kedondong, Anglo,
Tempel Rejo, Banjar Negero, Cipandang
Cipandang, Sukadadi, Bogorejo,
Kabagusan, Wiyojo, Sungai Langka

Sumber : Dishut Lampung (2005)

Iklim dan Curah Hujan
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman termasuk tipe iklim A
berdasarkan klasifikasi iklim Koppen sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim
Scmidth – Ferguson termasuk tipe iklim B (Dishut Lampung 2005). Tipe Iklim di
kawasan Tahura WAR menyebabkan kawasannya memiiki tiga tipe bulan yaitu
bulan basah, bulan kering, dan bulan lembab. Tipe bulan basah di Tahura WAR
terjadi pada Desember – Mei, tipe bulan kering terjadi pada Mei-Juni, tipe bulan
lembab terjadi pada nama bulan sisanya. Tahura WAR memiliki curah hujan ratarata sebesar 2422 mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebesar 129 hr/tahun.

Topografi
Topografi di Tahura WAR bervariasi mulai landai, curam, dan sangat
curam. Dataran landai dengan luasan ± 675 Ha, bergelombang hingga agak curam
± 3650 Ha dan curam ± 17924,31 Ha (UPTD Tahura WAR 2008). Kawasan

16

Tahura WAR dibentuk oleh daerah perbukitan dan pegunungan dengan beberapa
lembah yang terdapat ditengahnya. Pegunungan yang terdapat di kawasan Tahura
WAR terbentuk dari 3 gunung yaitu Gunung Betung (1.240 mdpl), Gunung
Pesawaran (1.661 mdpl), dan Gunung Ratai (1.682 mdpl).

Kondisi Biologi Kawasan
a. Tumbuhan
Jenis Tumbuhan yang terdapat di Tahura WAR terbentuk vegetasi hutan
primer dan vegetasi lahan agroforestry. Vegetasi hutan primer terdiri dari jenis
tumbuhan liar sedangkan vegetasi lahan agroforestry terdiri dari jenis tumbuhan
budidaya. Jenis tumbuhan yang terdapat di hutan primer terdiri dari jenis
tumbuhan berkayu, paku-pakuan dan anggrek hutan sedangkan jenis tumbuhan
budidaya yang terdapat di lahan agroforestry terdiri dari tumbuhan berkayu dan
tumbuhan pertanian seperti yang terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis tumbuhan berkayu di hutan primer dan lahan agroforestry
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

Nama Lokal
Ketapang
Pinang
Picung
Bermuk
Jarak
Jaha
Kandis
Kapuk
Kihiyang
Suren
Nangi
Mahoni
Manggis
Salam
Kibawang
Ketupa
Kulut
Gondang
Sengon
Ambalung
Balem
Lamtorogung
Gintung
Ki hujan
Rasamala
Medang
Bayur
Pulai
Merawan
Jabon
Cempaka
Kenanga

Hutan Primer
Nama Ilmiah
Terminalia speciosa
Areca catechu
Pangium edule
Crecentia cujete
Jatropha sp.
Terminalia balerica
Garcinia parvifolia
Ceiba pentandra
Albizia procera
Toona sureni
Adina polycepala
Swietenia mahagoni
Garcinia mangostana
Eugenia polyantha
Dysoxylum alliaceum
Baccaurea dulcis
Dysoxylum ramiflorum
Ficus variegata
Albizia falcataria
Dysoxylum accutangulum
Palaquium sp.
Leucaena leucocephala
Bischofia javanica
Engehardtia serrata
Altingia excelsa
Litsea firmahoa
Pterospermum javanicum
Alstonia scholaris
Hopea mangarawan
Anthocepalus cadamba
Michelia champaca
Cananga odorata

Lahan Agroforestry
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Durian
Durio zibethinus
Tangkil
Genetum gnemon
Petai
Parkia speciosa
Kakao
Theobroma cacao
Nangka
Artocarpus heterophyllus
Jengkol
Pithecolobium labotum
Jambu air
Eugenia aquea
Mangga
Mangoefera indica
Jambu Mete
Anacardium occidentale
Kemiri
Aleurites molucana
Karet
Ficus elastica
Kelapa
Cocos nucifera
Jambu biji
Psidium guajava
Rambutan
Nephelium lappaceum
Cengkeh
Eugenia aromatica
Duku
Lansium domesticum
Kayu Manis
Cinnamomum burmanii
Gawok
Eugenia blycephala
Sirsak
Anonnna muricata
Vitex
Vitexs sp.
Kenanga
Cananga odorata
Sonokeling
Dalbergia latifolia
Kaliandra
Caliandra sp.

Sumber : Dishut Lampung (2005);UPTD Tahura WAR (2008)

17

b. Satwaliar
Satwaliar yang terdapat dikawasan Tahura WAR terdiri dari kelas mamalia
dan Aves. Jenis satwaliar yang berasal dari kelas mamalia meliputi harimau
sumatera (Panthera tigris sumatrensis), beruang madu (Helarcotus malayanus),
tapir (Tapirus indicus), rusa sambar (Cervus unicolor), siamang (Hylobates
syndactylus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca
nemestrina). Jenis satwaliar yang berasal dari kelas Aves meliputi elang brontok
(Spizaetus cirrhatus), ayam hutan (Gallus gallus), rangkong (Buceros sp.), punai
(Treron vernans), kepodang (Oriolus chinensis), dan lain-lain (UPTD Tahura
WAR 2008).

Kondisi Sosial Ekonomi
Kawasan Tahura WAR dikelilingi 7 kecamatan yang terdiri dari 36 desa.
Jumlah dan kondisi penduduk pada masing-masing kecamatan tergolong padat.
Sebagian besar masyarakat mengandalkan sektor pertanian sebagai mata
pencahariannya. Kepadatan penduduk yang disertai rendahnya daya beli
masyarakat untuk membeli lahan memicu masyarakat melakukan perambahan
terhadap kawasan Tahura WAR (Rifki 2007). Data kependudukan masyarakat di
sekitar kawasan Tahura WAR secara rinci di jelaskan pada Tabel 7.
Tabel 7 Jumlah penduduk sekitar kawasan Tahura WAR
No.

Kecamatan

1.
Padang Cermin
2.
Way Lima
3.
Kedondong
4.
Gedong Tataan
5.
Kemiling
6.
Teluk Betung Barat
7.
Teluk Betung Utara
Jumlah

Jumlah
Penduduk
52.373
15.691
16.362
36.049
4.062
12.719
6.496
143.752

Jumlah KK

KK Tani

13.047
3.607
3.364
8.854
2.389
1.338
997
33.596

9.699
3.607
3.364
8.854
2.389
1.338
997
22.361

Keterangan : KK : Kepala Rumah tangga. PS : Pra-sejahtera
Sumber : BPS 2005

KK
PS
dan PS 1
5.120
2.887
2.430
3.533
461
1.942
694
11.947

18

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Agroforestry dalam Kawasan Tahura
Jenis agroforestry dalam kawasan Tahura WAR termasuk jenis agroforestry
sederhana karena terdiri dari dua kelompok tanaman yaitu pepohonan bernilai
ekonomis dan tanaman pertanian (de Foresta et al. 2000). Jenis tanaman berkayu
ekonomis yang terdapat di lahan agroforestry dalam kawasan Tahura WAR terdiri
dari nangka, tangkil, petai, cengkeh, durian, dan kaliandra, sedangkan jenis
tanaman pertanian terdiri dari kopi dan kakao. Pengolahan lahan agroforestry
dalam kawasan Tahura WAR menggunakan pola kebun campur. Hal itu terlihat
dari adanya beberapa jenis tanaman pertanian yang diselingi oleh pepohonan.
Jenis tumbuhan pertanian yang paling dominan adalah kopi dan kakao sedangkan
jenis pepohonan yang paling dominan adalah durian dan tangkil. Lahan
agroforestry masyarakat di tiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Petani agroforestry mendapatkan hak garap di lahan agroforestry dalam
kawasan Tahura WAR melalui warisan yang didapatkan dari orang tua dan
melalui transaksi jual beli. Pembagian luas lahan garapan masing-masing rumah
tangga dibagi mengikuti hukum waris sedangkan transaksi jual beli hak garap
lahan dalam kawasan Tahura WAR hanya boleh dilakukan antar masyarakat
sekitar kawasan. Luas lahan garapan yang diberikan kepada masyarakat tidak
diizinkan bertambah meskipun adanya pertambahan jumlah masyarakat sekitar
kawasan.

a)

b)

c)

Gambar 4 Lahan agroforestry dalam kawasan Tahura WAR
a) Sumber Agung; b) Batu Putu; c) Talang Mulya

Kekayaan dan Komposisi Jenis
a. Lahan agroforestry
Lahan agroforestry adalah lahan dalam kawasan Tahura WAR tepatnya
pada blok social forestry dan rehabilitasi yang dipinjamkan kepada masyarakat
sekitar untuk dikelola dengan sistem agroforestry. Pembuatan plot contoh untuk
keanekaragaman tanaman lahan agroforestry dilakukan di tiga lokasi yaitu
Sumber Agung, Batu Putu, dan Talang Mulya. Luas plot contoh pada masing-

19

Jumlah Jenis

masing lokasi adalah seluas 1 ha dengan menghitung jumlah dan jenis tanaman
(Gambar 5).
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Semai
Pancang
Tiang
Pohon

Luas Area (m2)

Gambar 5 Kurva spesies area di lahan agroforestry
Hasil analisis vegetasi menunjukkan kekayaan jenis tanaman yang terdapat
di lahan agroforestry bervariasi pada setiap lokasi maupun pada tingkat
pertumbuhannya. Rata-rata jumlah kekayaan jenis tumbuhan pada tingkat
pertumbuhan semai dan pancang pada ketiga lokasi hampir sama yaitu 8 jenis
untuk semai dan 6 jenis untuk pancang. Kekayaan jenis pada tingkat semai dan
pancang lebih sedikit dibandingkan dengan kekayaan jenis pada tingkat tiang dan
pohon yang memiliki rata-rata 10 jenis untuk tiang dan 18 jenis untuk pohon
(Tabel 8). Hal itu karena adanya teknik penyiangan gulma yang dilakukan
masyarakat di tiga lokasi penelitian berupa penyiangan secara parsial dan
penyiangan dengan penyemprotan bersih pada lantai kebun (clean weeding). Pada
umumnya teknik penyiangan gulma yang dilakukan masyarakat di ketiga lokasi
dilakukan dengan melakukan penyemprotan obat minimal 2 kali dalam 1 tahun
pada lantai kebun hingga bersih. Teknik penyiangan dengan melakukan
penyeprotan bersih lantai kebun tidak hanya menyebabkan kematian gulma tetapi
juga semai dan pancang tanaman pertanian dan kehutanan juga ikut mati.
Tabel 8 Kekayaan jenis tanaman berkayu di lahan agroforestry
Loka